Di susun oleh:
Nim : 811420077
tahun 2022
Bab 1
Pendahuluan
Kesehatan adalah keadaan yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya berarti
suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Kesehatan juga merupakan keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal diselenggarakan berbagai upaya kesehatan salah satu diantaranya adalah
pengamanan terhadap makanan dan minuman. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan
selain berfungsi sebagai sumber energi, zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai
peran dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar sanitasi makanan sangat
diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan
dan organisme penyakit menular. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang memenuhi
syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi pengolahan
utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun
pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman adalah media yang potensial
dalam penyebaran penyakit.
Hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta berbagai usaha
untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Hygiene juga mencakup upaya
perawatan kesehatan diri, termasuk ketepatan sikap tubuh. Upaya hygiene mencakup
perlunya perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam pengolahan makanan agar terhindar
dari sakit, baik sakit yang terjadi pada umumnya. sanitasi makanan sangat diperlukan agar
konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan dan organisme
penyakit menular. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang memenuhi syarat
kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi pengolahan
utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun
pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman adalah media yang potensial
dalam penyebaran penyakit.
Menurut world health organization (WHO) tahun 2017 Sanitasi makanan adalah
upayaupaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak
menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia.Sanitasi makanan berpengaruh
penting dalam proses tumbuh kembang balita. Jika status gizi dan sanitasi makanan dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan balita pada balita yang
terserang penyakit diare. Diare merupakan kejadian buang air besar dengan konstitennsi lebih
cair dari biasanya, dan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan
penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri,
virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua
kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai golongan sosial
(Wold Health Organization (WHO), 2017)
Untuk mengetahui adanya hubungan hygiene sanitasi makanan dan Kontaminasi Bakteri
Escherichia coli Terhadap Penyakit Diare di SDN 9 Tibawa Kab.Gorontalo
2. Bagi peneliti
Sebagai bahan referensi bagi peneliti tertutama pengetahuan terhadap sanitasi makanan
yang berhubungan dengan kesehatan.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
Sanitasi makanan aadalah upaya yang tujuannya untuk melindungi keamanan pangan
untuk memutuskan rantai makanan mikroorganisme yang menjadi sumber penyakit (food
borne disease). Pencegahan yang dilakukan yaitu melihat dari proses pemilihan bahan baku
sampai makanan tersebut dihidangkan. Makanan yang tidak aman dapat menimbulkan
penyakit
terbagi menjadi dua yaitu infeksi dan intoksikasi. Infeksi apabila mengkonsumsi
makanan yang mengandung mikroorganisme, kemudian timbul gejala penyakit.
Intoksikasi apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung zat beracun dan
menyebabkan keracunan makanan. Faktor yang dapat menyebabkan makanan menjadi
tidak aman yaitu kontaminasi yang terdiri dari kontaminasi mikroorganisme, kontaminasi
fisik, kontaminasi kimia serta kontaminasi radioaktif dan keracunan yang dapat
disebabkan karena bahan makanan alami, infeksi mikroorganisme, racun, zat kimia dan
alergi (Nurlaela, 2011).
Sanitasi makanan berkaitan erat dengan higiene dan tidak dapat dipisahkan. Higiene
sendiri merupakan upaya kesehatan dalam menerapkan perilaku kebersihan subyeknya
seperti kebersihan makanan, peralatan makan dan melindungi keamanan makanan.
Prinsip higiene adalah menitikberatkan pada usaha dalam kesehatan hidup manusia.
Prinsip sanitasi dan higiene perlu diterapkan untuk menjaga keamanan makanan (food
safety) (Atmoko, 2017).
a. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk
mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk
lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri
pengolahan makanan. Pengolahan makanan membutuhkan ladang bersih dan telah
panen atau produk hewan yang disembelih dan penjual daging dan menggunakannya
untuk memproduksi produk makanan menarik, dapat dipasarkan dan tahan lama.
Proses yang sama digunakan untuk membuat pakan hewan. Semua jenis bahan
makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin,
terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk 17 atau rusak seperti
daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Bahan makanan yang
baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang
begitu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya
mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan
makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat
dipertanggung jawabkan secara kualitasnya
b. Penyajian makanan
Makanan yang disajikan atau penyajian makanan adalah makanan yang siap santap.
Dalam prinsip penyajian makanan wadah untuk setiap jenis makanan ditempat dalam
wadah terpisah, dan di usahakan tertutup. Tujuannya agar makanan tidak
terkontaminasi silang, bila satu makanan tercemar yang lain dapat diselamatkan,
serta memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan
(Richard Sihite, 2000). Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat
penyajian atau penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi
baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh,
kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus
diatur suhunya dalam keadaan panas 600C atau tetap dingin 40C. Saat penyajian
makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari
pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang
menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan
pakaiannya.
Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh berlebihan jika mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri seperti, daging mentah, lalapan sayuran yang tidak bersih
pencuciannya, daging yang tidak sempurna pengolahananya, susu, ataupun feses yang
tercemar dalam pangan atau air, bakteri Escherichia coli dapat menjadi patogen jika
kandungan dalam jumlah yang banyak. Bakteri Escherichia coli yang patogen dapat tumbuh
pada suhu rendah yaitu sekitar 7oC dan juga suhu tinggi yaitu sekitar 44oC tetapi
pertumbuhan Escherichia coli lebih optimal pada suhu antara 35oC-37oC pH optimum 7-7,5,.
Selain itu, bakteri Escherichia coli dapat hidup ditempat lembab, relatif sensitif terhadap
panas, dan akan mati dengan pasteurisasi atau proses pemasakan dengan suhu yang relatif
tinggi . Ada beberapa jenis kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi E. coli untuk
dapat tetap bertahan, misalnya lingkungan asam (pH rendah) seperti pada saluran pencernaan
manusia, perubahan suhu, serta tekanan osmotik. Kemampuan E. coli untuk bertahan hidup
selama pendinginan dan pembekuan telah terbukti menjadikan E. coli toleran terhadap
kondisi kering.
Pada dasarnya, telah ada keputusan Menteri Kesehatan yang mensyaratkan bahwa
bakteri E. coli dalam makanan harus 0 per gram makanan. Namun, pemerintah daerah belum
menindaklanjuti ketentuan tersebut dengan peraturan daerah yang lebih operasional untuk
mencegah dan menghindari kejadian berbagai penyakit yang ditularkan melalui food-borne
diseases. Penyakit dan kejadian luar biasa diare dapat disebabkan oleh sarana sanitasi dan
pengolahan makanan PKL yang tidak memenuhi kriteria kesehatan. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian tentang bakteri yang menjadi penyebab diare khususnya yang terkait
dengan sanitasi yang buruk. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari kemungkinan
penularan penyakit melalui makanan yang terkontaminasi bakteri seperti E. coli (Dion,2020).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air
di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Selain disebabkan gizi buruk,
ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat terdapat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kejadian diare. Faktor dominan penyebab diare yaitu sarana air bersih dan tempat
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama denga perilaku manusia, faktor
lingkungan yang tidak sehat karena tercampur kuman diare berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit diare. Persediaan air bersih yang
terbatas akan memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan
air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan ini
bervariasi dan bergantung pada keadaan ilim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
Kemudahan akses air bersih dan sanitasi merupakan hak azazi manusia sebagai dasar dalam
memperoleh kesehatan tubuh. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan akan
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, yang akan
membahayakan kesehatan manusia dan penyakit tergolong water borne disease akan
berjangkit. Setiap anggota keluarga harus memperhatikan pembuangan tinja bayi yang benar
dengan mengumpulkan tinja bayi lalu membuangnya ke jamban, jika tidak ada jamban maka
tinja tersebut ditimbun dalam tanah di tempat yang aman (iriyanto,2021).
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama tiga hari
hingga seminggu. Kebanyakan orang mengalami mencret jangka pendek akibat
infeksi bakteri atau virus pada saluran cerna. Kuman berasal makanan atau minuman
yang terkontaminasi. Diare akut terbagi lagi menjadi dua jenis sebagai berikut.
2. Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang dapat berlangsung selama empat minggu atau lebih.
Gejalanya sudah ada dalam waktu yang lama dan berkembang secara perlahan.
Kondisi ini kurang umum dan biasanya disebabkan oleh kondisi medis, alergi, obat-
obatan, atau infeksi kronis. Gangguan pencernaan yang bisa menyebabkan mencret
kronis termasuk sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit Crohn, atau kolitis
ulseratif.
3. Diare persisten
Diare persisten adalah buang-buang air yang berlangsung lebih dari dua minggu, tapi
tidak lebih dari empat minggu. Durasi buang-buang air lebih lama daripada diare akut,
tapi lebih singkat dibandingkan diare kronis. Jenis diare ini terbagi menjadi dua, yaitu:
diare osmotik yang terjadi ketika makanan di usus tidak dapat diserap dengan
baik sehingga cairan berlebih terbuang bersama feses, serta
diare sekretori yang terjadi akibat adanya gangguan sistem pembuangan pada
usus kecil atau usus besar dalam menyerap elektrolit.
Kejadian diare
Pengolahan makanan
Kejadian diare
Penyajian makanan
Keterngan :
= Garis penghubung
1. Tidak ada hubungan antara hygiene sanitasi makanan terhadap penyakit diare di SDN
09 Tibawa Kab. Gorontalo.
2. Tidak ada hubungan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli terhadap penyakit
diare di Sdn 09 Tibawa Kab. Gorontalo
1. ada hubungan antara hygiene sanitasi makanan terhadap penyakit diare di SDN 09
Tibawa Kab. Gorontalo
2. ada hubungan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli terhadap penyakit diare di
Sdn 09 Tibawa Kab. Gorontalo
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek
penelitian (Irwan,2020) populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV dan
V sejumlah 60 siswa di SDN 09 Tibawa.
3.3.2 Sampel
3.4.1 Variabel
Variabel penelitian terdiri dari dua jenis yaitu variabel independen dan
variabel dependen.
a. Variabel Independen (bebas) pada penelitian ini adalah hygiene
sanitasi makanan, dan bakteri Escherichia coli
b. Variaabel Dependen (terikat) pada penelitian ini adalah penyakit Diare
pada siswa di SDN 09 Tibawa.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada
pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis data (Irwan,2020).
No Variabel Definisi Kriteria Alat Ukur Skala
operasional
1. Penyakit Menurut 1. Penyakit Kuesioner Nominal
Diare Iriyanto,2021“ diare akut
penyakit diare 2. Penyakit
adalah diare
perubahan Kronis
konsistensi tinja 3. penyakit
yang terjadi diare
tiba-tiba akibat
kandungan air di persisten
dalam tinja
melebihi
nominal (10
ml/kg/hari)
dengan
peningkatan
frekuensi
defekasi lebih
dari 3 kali dalam
24 jam dan
berlangsung
kurang dari 14
hari.
2. Pengolahan Menurut 1. Pengolahan Wawancara dan Nominal
makanan Melvani et al, makanan observasi
2019, baik
Pengolahan 2. Pengolahan
makanan adalah makanan
kumpulan tidak baik
metode dan
teknik yang
digunakan untuk
mengubah
bahan mentah
menjadi
makanan atau
mengubah
makanan
menjadi bentuk
lain untuk
konsumsi oleh
manusia atau
hewan di rumah
atau oleh
industri
pengolahan
makanan.
3. Penyajian Menurut 1. Penyajian Wawancara dan Nominal
makanan Melvani et al, makanan observasi
2019 yang baik
“penyajian 2. Penyajian
makanan adalah makanan
makanan yang yang
siap santap. kurang
Dalam prinsip baik
penyajian
makanan wadah
untuk setiap
jenis makanan
ditempat dalam
wadah terpisah,
dan di usahakan
tertutup
4. Bakteri Menurut 1. Bakteri Media LTB Nominal
Escherichia Atmoko 2017, Escherichia sebagai medium
coli Escherichia coli positif untuk
merupakan 2. Bakteri mendeteksi
bakteri yang Escherichia kehadiran
hidup di saluran negatif koliform dalam
pencernaan air dan makanan.
manusia Hasil sampel
maupun hewan. yang positif pada
Escherichia coli tes perkiraan
merupakan dapat dilanjutkan
bakteri dengan
anaerobik memasukkan
fakultatif yang sampel positif ke
dapat tumbuh dalam media EC
pada keadaan broth untuk uji
aerob maupun bakteri E. coli.
anaerob, bakteri
yang tergolong
dalam anaerob
fakultatif
merupakan
bakteri patogen
yang sering
dijumpai,
Escherichia coli
memiliki bentuk
batang pendek
(coccobasil)
dengan ukuran
0,4- 0,7 µm x
1,4 µm, bersifat
motil (dapat
bergerak), tidak
memiliki
nukleus, organel
eksternal
maupun
sitoskeleton
tetapi memiliki
organel
eksternal yakni
vili yang
merupakan
filamen tipis dan
lebih Panjang
BAB IV
MASTER TABEL
Keterangan :
Pengolahan makanan
1. Apakah pengolahannya baik ? 1 = Ya
2 = Tidak
2. Apakah bahan makanan masih segar/belum busuk ? 1 = Ya
2 = Tidak
3. Apakah penjual sedang merokok disaat merokok ? 1 = Ya
2 = Tidak
Penyajian makanan
1. Apakah penjual memakai celemek ? 1 = Ya
2 = Tidak
2. Makanan yang disajikan dengan wadah bersih ? 1 = Ya
2 = Tidak
3. Apakah ? 1 = Ya
2 = Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Amyta Zahra Diana, Triyanta, Wartini (2019). Hubungan hygiene penjamah dn sanyasi
makanan dengan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan
jajanan di samping SMPN 2 Sukoharjo. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Bakala (JIKeMB), 1(1), 2114-567
C. Suraya (2019) Hubungan hygiene makanan, sumber air dan personal hygiene dengan
kejadian diare pada anak. Jurnal ilmiah Stikes Citra Delima Bangka
Belitung,94-100
Dion Pardameian Hukasoit (2020) Pengaruh sanitasi makanan dan kontaminasi bakteri
Escherichia coli terhadap penyakit diare. Jurnal ilmiah Kesehatan Sandia
Husada,9(2), 779-786
Dewi Nuryani, Nyoman Adiputra, Ida Bagus Sudana (2016) kontaminasi Escherichia
coli pada makanan jajanan dikantin sekolah dasar negeri wilayah Denpasar
Selatan, 10(1), 1907-5626
Hetty Ismainar, Yessi Harnani, Nila Puspitasari, kamalizaman hayana, Hasmaini (2022)
Hygiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan murid sekolah dasar
di kota Pekan Baru, Riau. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,21(1),27-
33
Khuliyah ,.C.D., Nunki,.N., Roro,.A., Aditya Sukma (2021). Faktor personal hygiene
dengan keberadaan Escherichia Coli pada makanan di jasaboga asrama haji
Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 2623-1573
Makanur. S., Agus, B.,B., Zaenab, Muh.F., Natsir (2018) Potensi risiko kejadian diare
akibat kondisi sanitasi di pulau kecil kota Makasar. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan (JNIK),1(6), 2621-6507
Nuvia,.M., A., I Made Djaja (2020). Faktor yang mempengaruhi kontaminasi bakteri
Escherichia coli pada makanan jajanan di sekolah dasar kecamatan beji,
kota Depok tahun 2018. Jurnal Nasional Kesehatan Lingkungan Global 1(2)
Ristoyo, Budi Triyantoro, Zaeni Budiono (2016). Hubungan hygiene dan sanitasi dengan
kontaminasi Escherichia coli pada jajanan bersaus di Pendidikan sekolah
dasar se-wilayah desa watuagung kecamatan tambak kabupaten Banyumas
Rukmansyah,. S., Nurul Ulfa Muthalib, Hidayat, Alfina Baharudin, Aulia Rahman
(2022). Faktor yang berhubungan dengan perilaku penjamah makanan
terhadap personal hygiene pada jajanan kue dipasar tradisional. Window of
public health journal, 3(1), 1980-1991
Rina Fauziah, suparni (2022). Penerapan hygiene sanitasi pengelolaan makanan dan
pengetahuan penjamah makanan. Jambura Health And Sport Journal, 4(1),
2656-2863