Anda di halaman 1dari 33

hubungan hygiene sanitasi makanan dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli

Terhadap Penyakit Diare di SDN 9 tibawa kab.Gorontao

Di susun oleh:

Nama : Lisnawati Otoluwa

Nim : 811420077

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Olahraga dan Kesehatan

Universitas Negeri Gorontalo

tahun 2022
Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Kesehatan adalah keadaan yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya berarti
suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Kesehatan juga merupakan keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal diselenggarakan berbagai upaya kesehatan salah satu diantaranya adalah
pengamanan terhadap makanan dan minuman. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan
selain berfungsi sebagai sumber energi, zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai
peran dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar sanitasi makanan sangat
diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan
dan organisme penyakit menular. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang memenuhi
syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi pengolahan
utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun
pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman adalah media yang potensial
dalam penyebaran penyakit.

Hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta berbagai usaha
untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Hygiene juga mencakup upaya
perawatan kesehatan diri, termasuk ketepatan sikap tubuh. Upaya hygiene mencakup
perlunya perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam pengolahan makanan agar terhindar
dari sakit, baik sakit yang terjadi pada umumnya. sanitasi makanan sangat diperlukan agar
konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan dan organisme
penyakit menular. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang memenuhi syarat
kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi pengolahan
utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun
pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman adalah media yang potensial
dalam penyebaran penyakit.

Menurut world health organization (WHO) tahun 2017 Sanitasi makanan adalah
upayaupaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak
menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia.Sanitasi makanan berpengaruh
penting dalam proses tumbuh kembang balita. Jika status gizi dan sanitasi makanan dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan balita pada balita yang
terserang penyakit diare. Diare merupakan kejadian buang air besar dengan konstitennsi lebih
cair dari biasanya, dan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan
penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri,
virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua
kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai golongan sosial
(Wold Health Organization (WHO), 2017)

Penjamah makanan menurut Depkes RI adalah orang yang secara langsung


berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan pengangku-tan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran
dari penjamah makanan sangat-lah besar. Penjamah makanan ini mempunyai peluang
untuk menularkan penyakit. Banyak in-feksi yang ditularkan melalui penjamah
makanan, antara lain Staphylococcus Aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan,
kuman Clostridium Perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui
kulit. Oleh sebab itu, penjamah makanan harus selalu dalam keadan se-hat dan terampil.
( Depkes RI, 2016)
Diare merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia pada anak di bawh umur
lima tahun, dengan proportional mortality rate (PMR) 17%, 55,5%. Di negara berkembang
seperti di Indonesia kasus diare masih sangat tinggi karena beberapa faktor. Berdasarkan
survey Morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan dari tahun 2018 s/d 2019 terlihat
kecenderungan insidens naik. Menurut Riskesdas 2018, insiden dn period pravelen diare di
Indonesia adalah 3,5 % dan 7,0% (Risekesdas 2018).
Menurut Sumantri (2013), gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat
makanan yaitu keracunan makanan dan penyakit bawaan makanan (foodborne disease).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli maupun racun yang ada dalam
makanan akibat kontaminasi. Saat ini masih sering kita jumpai kasus-kasus keracunan
makanan yang disebabkan karena tidak terjaminnya keamanan makanan yang
dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan maka hygiene sanitasi
makanan dan minuman perlu mendapat perhatian (Sumantri 2013).
Sebagian besar penyebab terjadinya diare dan keracunan makanan adalah kontaminasi
makanan jajanan yang dikonsumsi anak-anak. Banyak makanan jajanan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan sehingga justru mengancam kesehatan anak. Sebagian besar
makanan jajanan anak sekolah merupakan makanan yang diolah secara tradisional yang
dijajakan oleh penjaja makanan. Sehingga, perilaku penjaja makanan dalam mengolah dan
menjajakan jajanannya pada konsumen sangatlah penting. Penanganan pangan oleh penjaja
makanan banyak yang belum hygienis, dapat menyebabkan makanan jajanan terkontaminasi
oleh mikroba. Selain itu, tingkat pengetahuan penjaja makanan jajanan yang masih minim
dapat menyebabkan jajanan tidak bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya. Umumnya
makanan dijajakan di tempat umum dengan teknik penyajian dan peralatan yang sederhana,
penjaja makanan jajanan masih menggunakan bahan kimia berbahaya, dan pangan jajanan
dijual di tempat-tempat yang kurang bersih (Manalu, 2016).
Menurut Riolita (2015), bahwa perilaku penjaja makanan dalam menerapkan hygiene
sanitasi terdiri dari penjaja makanan, peralatan, bahan (air dan bahan makanan), dan sara
lingkungan tidak memperhatikan hygiene sanitasi dan tidak memperhatikan kajian teori.
Sehingga, makanan yang dijual tidak sesuai dengan persyaratan hygiene sanitasi yang ada
karena dua makanan jajanan mengandung bakteri Escherchia coli yaitu mie gulung dan bakso
yang menyebabkan diare (Riolita 2015).
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diare adalah mengkonsumsi makanann
jajanan yang tidak terjamin kebersihannya. Makanan-makanan yang dalam kondisi tidak
bersih atau makanan yang dijual dengan kondisi terbuka. Makanan atau jajanan yang sering
dikonsumsi anak sekolah sangat sensitif terhadap pencemaran, yang bersumber dari bahan
tambahan pangan berupa pewarna tekstil, zat pengawaet, dan pengawet, dan pemanis buatan
sehingga bias menimbulkan diare karena terdapat berbagai macam mikroba.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan diSDN 9Tibawa pada 01 September
2022, diperoleh data awal siswa kelas IV dan V berjumlah 60 siswa, Laki-laki berjumlah 28
siswa dan perempuan berjumlah 32 siswa. Hasil wawancara yang dilakukan dengan wali
kelas IV dan V didapatkan bahwa ada beberapa anak yang pernah izin sakit karena menderita
penyakit diare.
Dari hasil wawancara terdapat 5 anak kelas IV dan didapatkan 4 anak kelas V
mengatakan diare. Anak juga mengatakan bahwa jarang sarapan dari rumah karena lebih
suka dikasih uang jajan dan jarang membawa bekal karena orang tua mereka sibuk denga
pekerjaan. Dari hasil observasi terdapat kecenderungan tingginya minat anak-anak
mengkonsumsi jajanan yang dijual disekitar lingkungan sekolah. Anak-anak sering jajan
berupa nasi kuning,pisng goreng ,telur gulung, snack dan minuman yang bewarna seperti pop
ice, ale-ale, powerof dan lain sebagainya. Beberapa pengolahan makanan tersebut tidak
dilihat secara langsung oleh konsumen. Jajanan tersebut bepapasan langsung dengan jalan
umum yang takutnya akan terkontaminasi dengan debu yang dapat merusak kualitas dari
jajanan tersebut dan berpeluang masuknya Bakteri Escherichia coli sehingga dapat
menyebabkan penyakit diare (data primer 2022).
1.2 Identifikasi Masalah
1. Masih banyak siswa yang tidak mengetahui pengolahan makanan yang baik
2. Kurangnya tingkat kesadaran tentang penyajian makanan
3. Kurangnya tingkat pengetahuan tentang bakteri Escherichia coli
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh pengolahan makanan terhadap penyakit diare ?
b. Bagaimana pengaruh penyajian makanan terhadap penyakit diare ?
c. Bagaimana pengaruh Bakteri Escherichia coli terhadap penyakit
diare?
d. Apakah terdapat hubungan pengolahan makanan erhadap penyakit
diare?
e. Apakah terdapat hubungan penyajian makanan terhadap penyakit
diare?
f. Apakah terdapat hubungan Bakteri Escherichia coli terhadap penyakit
diare ?
g. Apakah hubungan pengolahan makanan, penyajian makanan, Bakteri
Escherichia coli dapat mengakibatkan penyakit diare ?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui adanya hubungan hygiene sanitasi makanan dan Kontaminasi Bakteri
Escherichia coli Terhadap Penyakit Diare di SDN 9 Tibawa Kab.Gorontalo

1.3.2 Tujuan khusus


a. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan makanan terhadap penyakit
diare
b. Unutk mengetahui pengaruh penyajian makanan terhadap penyakit
diare
c. Untuk mengetahui pengaruh Bakteri Escherichia coli terhadap
penyakit diare
d. Untuk mengetahui hubungan pengolahan makanan terhadap penyakit
diare
e. Untuk mengetahui hubungan penyajian makanan terhadap penyakit
diare
f. Untuk mengetahui hubungan Bakteri Escherichia coli terhadap
penyakit diare
g. Untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan antara
pengolahan makanan, penyajian makanan, dan Bakteri Escherichia coli
terhadap penyakit diare.
1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis


Hasil penelitian ini di harapkan menjadi bahan informasi khususnya dalam bidang
kesehatan untuk masyarakat pada umumnya dan harapkan menjadi kontribusi dalam
meningkatkan hygiene dan sanitasi makanan khususnya bagi para penjamah makanan di
SDN 09 Tibawa.

1.4.2 Manfaat praktis


1. Bagi mahasiswa

Dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan pengetahuan terhadap pengolahan


makanan terhadap kesehatan.

2. Bagi peneliti

Sebagai bahan referensi bagi peneliti tertutama pengetahuan terhadap sanitasi makanan
yang berhubungan dengan kesehatan.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori

2.1.1 Pengertian hygiene sanitasi makanan

Sanitasi makanan aadalah upaya yang tujuannya untuk melindungi keamanan pangan
untuk memutuskan rantai makanan mikroorganisme yang menjadi sumber penyakit (food
borne disease). Pencegahan yang dilakukan yaitu melihat dari proses pemilihan bahan baku
sampai makanan tersebut dihidangkan. Makanan yang tidak aman dapat menimbulkan
penyakit
terbagi menjadi dua yaitu infeksi dan intoksikasi. Infeksi apabila mengkonsumsi
makanan yang mengandung mikroorganisme, kemudian timbul gejala penyakit.
Intoksikasi apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung zat beracun dan
menyebabkan keracunan makanan. Faktor yang dapat menyebabkan makanan menjadi
tidak aman yaitu kontaminasi yang terdiri dari kontaminasi mikroorganisme, kontaminasi
fisik, kontaminasi kimia serta kontaminasi radioaktif dan keracunan yang dapat
disebabkan karena bahan makanan alami, infeksi mikroorganisme, racun, zat kimia dan
alergi (Nurlaela, 2011).

Sanitasi makanan berkaitan erat dengan higiene dan tidak dapat dipisahkan. Higiene
sendiri merupakan upaya kesehatan dalam menerapkan perilaku kebersihan subyeknya
seperti kebersihan makanan, peralatan makan dan melindungi keamanan makanan.
Prinsip higiene adalah menitikberatkan pada usaha dalam kesehatan hidup manusia.
Prinsip sanitasi dan higiene perlu diterapkan untuk menjaga keamanan makanan (food
safety) (Atmoko, 2017).

Sanitasi makanan sangat penting di lakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi


yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan. Bakteri adalah zat pencemar yang
terdapat pada agen pathogen yang dapat terjadi melalui proses penanganan makanan
minuman meliputi peralatan, proses pencucian, penyimpanan dan penyajian makanan. Air
harus dimasak hingga mendidih sehungga mikroba pathogen mati. Makanan di masak
menggunakan panas yang cukup sehingga matang dengan sempurna. Suhu yang berbahaya
adalah 10-60 derajat celcius, karena dapat menyuburkan pertumbuhan mikroorganisme.
Pemasakan yang tidak sempurna dapat menimbulkan penyakit. Pemanasan ulang
harus dilakukan sempurna sehingga baggiaan dalam dari masakan mencapai titik didih dan
biarkann selama 2 menit setelah mendidih ( Melvani et al, 2019). Sanitasi makanan bertujuan
untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit,
mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi
kerusakan/pemborosan makanan. Hygiene dan sanitasi makanan bertujuan untuk
mengendalikan faktor makanan, tempat dan perlengkapannnya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya ( Melvani et al, 2019).

a. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk
mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk
lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri
pengolahan makanan. Pengolahan makanan membutuhkan ladang bersih dan telah
panen atau produk hewan yang disembelih dan penjual daging dan menggunakannya
untuk memproduksi produk makanan menarik, dapat dipasarkan dan tahan lama.
Proses yang sama digunakan untuk membuat pakan hewan. Semua jenis bahan
makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin,
terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk 17 atau rusak seperti
daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Bahan makanan yang
baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang
begitu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya
mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan
makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat
dipertanggung jawabkan secara kualitasnya
b. Penyajian makanan
Makanan yang disajikan atau penyajian makanan adalah makanan yang siap santap.
Dalam prinsip penyajian makanan wadah untuk setiap jenis makanan ditempat dalam
wadah terpisah, dan di usahakan tertutup. Tujuannya agar makanan tidak
terkontaminasi silang, bila satu makanan tercemar yang lain dapat diselamatkan,
serta memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan
(Richard Sihite, 2000). Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat
penyajian atau penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi
baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh,
kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus
diatur suhunya dalam keadaan panas 600C atau tetap dingin 40C. Saat penyajian
makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari
pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang
menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan
pakaiannya.

2.1.2 Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di saluran pencernaan manusia


maupun hewan. Escherichia coli merupakan bakteri anaerobik fakultatif yang dapat tumbuh
pada keadaan aerob maupun anaerob, bakteri yang tergolong dalam anaerob fakultatif
merupakan bakteri patogen yang sering dijumpai, Escherichia coli memiliki bentuk batang
pendek (coccobasil) dengan ukuran 0,4- 0,7 µm x 1,4 µm, bersifat motil (dapat bergerak),
tidak memiliki nukleus, organel eksternal maupun sitoskeleton tetapi memiliki organel
eksternal yakni vili yang merupakan filamen tipis dan lebih Panjang (Atmoko,2017)

Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh berlebihan jika mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri seperti, daging mentah, lalapan sayuran yang tidak bersih
pencuciannya, daging yang tidak sempurna pengolahananya, susu, ataupun feses yang
tercemar dalam pangan atau air, bakteri Escherichia coli dapat menjadi patogen jika
kandungan dalam jumlah yang banyak. Bakteri Escherichia coli yang patogen dapat tumbuh
pada suhu rendah yaitu sekitar 7oC dan juga suhu tinggi yaitu sekitar 44oC tetapi
pertumbuhan Escherichia coli lebih optimal pada suhu antara 35oC-37oC pH optimum 7-7,5,.
Selain itu, bakteri Escherichia coli dapat hidup ditempat lembab, relatif sensitif terhadap
panas, dan akan mati dengan pasteurisasi atau proses pemasakan dengan suhu yang relatif
tinggi . Ada beberapa jenis kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi E. coli untuk
dapat tetap bertahan, misalnya lingkungan asam (pH rendah) seperti pada saluran pencernaan
manusia, perubahan suhu, serta tekanan osmotik. Kemampuan E. coli untuk bertahan hidup
selama pendinginan dan pembekuan telah terbukti menjadikan E. coli toleran terhadap
kondisi kering.
Pada dasarnya, telah ada keputusan Menteri Kesehatan yang mensyaratkan bahwa
bakteri E. coli dalam makanan harus 0 per gram makanan. Namun, pemerintah daerah belum
menindaklanjuti ketentuan tersebut dengan peraturan daerah yang lebih operasional untuk
mencegah dan menghindari kejadian berbagai penyakit yang ditularkan melalui food-borne
diseases. Penyakit dan kejadian luar biasa diare dapat disebabkan oleh sarana sanitasi dan
pengolahan makanan PKL yang tidak memenuhi kriteria kesehatan. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian tentang bakteri yang menjadi penyebab diare khususnya yang terkait
dengan sanitasi yang buruk. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari kemungkinan
penularan penyakit melalui makanan yang terkontaminasi bakteri seperti E. coli (Dion,2020).

2.1.3 Penyakit diare

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air
di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Selain disebabkan gizi buruk,
ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat terdapat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kejadian diare. Faktor dominan penyebab diare yaitu sarana air bersih dan tempat
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama denga perilaku manusia, faktor
lingkungan yang tidak sehat karena tercampur kuman diare berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit diare. Persediaan air bersih yang
terbatas akan memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan
air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan ini
bervariasi dan bergantung pada keadaan ilim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
Kemudahan akses air bersih dan sanitasi merupakan hak azazi manusia sebagai dasar dalam
memperoleh kesehatan tubuh. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan akan
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, yang akan
membahayakan kesehatan manusia dan penyakit tergolong water borne disease akan
berjangkit. Setiap anggota keluarga harus memperhatikan pembuangan tinja bayi yang benar
dengan mengumpulkan tinja bayi lalu membuangnya ke jamban, jika tidak ada jamban maka
tinja tersebut ditimbun dalam tanah di tempat yang aman (iriyanto,2021).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare lainnya yaitu pengelolaan


sampah dan air limbah. Sampah di suatu pemukiman dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang menempati bangunan di desa atau kota. Sampah sebaiknya ditempatkan dalam
tempat penyimpanan sementara dengan kontruki kuat, memiliki tutup, dan mudah diangkut
sebelum dibawa ke tempat pemrosesan akhir agar tidak mengkontaminasi makanan dan
minuman. Pengelolaan air limbah rumah tangga harus memiliki sarana yang tertutup,
mengalir dengan lancar, tidak menimbulkan bau, serta rutin dibersihkan. Dengan
terpenuhinya syarat tersebut, dapat mencegah pencemaran rumah tangga, melindungi hewan
dan tanaman yang hidup di dalam air, menghindari pencemaran tanah dan air permukaan, dan
menghilangkan tempat perkembangbiakan vektor penyakit. Faktor gizi dan lingkungan
tersebut akan berinteraksi dengan pengetahuan dan perilaku manusia dan kualitas (iriyanto,
2021).

2.1.4 Jenis-jenis diare

1. Diare akut

Diare akut adalah diare yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama tiga hari
hingga seminggu. Kebanyakan orang mengalami mencret jangka pendek akibat
infeksi bakteri atau virus pada saluran cerna. Kuman berasal makanan atau minuman
yang terkontaminasi. Diare akut terbagi lagi menjadi dua jenis sebagai berikut.

 Acute watery diarrhea, ditandai dengan feses cair yang berlangsung selama


beberapa hari, kebanyakan disebabkan oleh infeksi norovirus atau rotavirus.
 Acute bloody diarrhea atau disentri, ditandai dengan feses yang berdarah dan
berlendir. Penyebabnya adalah infeksi bakteri E. histolytica atau S. bacillus.

2. Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang dapat berlangsung selama empat minggu atau lebih.
Gejalanya sudah ada dalam waktu yang lama dan berkembang secara perlahan.
Kondisi ini kurang umum dan biasanya disebabkan oleh kondisi medis, alergi, obat-
obatan, atau infeksi kronis. Gangguan pencernaan yang bisa menyebabkan mencret
kronis termasuk sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit Crohn, atau kolitis
ulseratif.
3. Diare persisten

Diare persisten adalah buang-buang air yang berlangsung lebih dari dua minggu, tapi
tidak lebih dari empat minggu. Durasi buang-buang air lebih lama daripada diare akut,
tapi lebih singkat dibandingkan diare kronis. Jenis diare ini terbagi menjadi dua, yaitu:
 diare osmotik yang terjadi ketika makanan di usus tidak dapat diserap dengan
baik sehingga cairan berlebih terbuang bersama feses, serta

 diare sekretori yang terjadi akibat adanya gangguan sistem pembuangan pada
usus kecil atau usus besar dalam menyerap elektrolit.

2.2 Penelitian Yang Relevan


Berdasarkan hasil penelusuran literasi, terdapat beberapa penelitian sejenis antara
lain:

No Nama Judul Hasil Metode


1 Citra suraya Hubungan Hygiene Hasil uji statistik Penelitian ini
Makanan, Sumber Air chi square menggunakan
dan Personal Hygiene didapatkan ρ value desain
dengan Kejadian = 0,020, yang jika penelitian
Diare pada Anak dibandingkan kuantitatif
dengan nilai α = survey analitik
0,05, maka ρ value dengan
≤ 0,05, sehingga pendekatan
Hipotesis Nol (Ho) desain cross
ditolak, Hipotesis sectional.
Alternatif (Ha)
diterima. Ini
berarti ada
hubungan hygiene
makanan dengan
diare pada anak di
Rumah Sakit Islam
Siti Khadijah
Palembang Tahun
2019. Dengan
demikian hipotesis
yang menyatakan
ada hubungan
hygiene makanan
dengan diare pada
anak terbukti
secara statistic.
2. Salma P. Hubungan Personal Hasil uji statistik Rancangan
Yunus Higiene dan Fasilitas diperoleh nilai penelitian ini
Sanitasi dengan p=0,002 maka bersifat
Kontaminasi dapat disimpulkan analitik
Escherichia Coli Pada ada hubungan dengan
Makanan di Rumah yang signifikan pendekatan
Makan Padang Kota antara personal secara cross
Manado Dan Kota higiene dengan sectiona.
Bitung. kontaminasi
Escherichia coli
pada makanan.
Hasil uji statistik
diperoleh nilai
p=0,012 maka
dapat disimpulkan
ada hubungan
yang signifikan
antara sanitasi
tempat pengolahan
makanan dengan
kontaminasi
Escherichia coli
pada makanan.
3 Evi Agustian, Higiene Penjamah, Berdasarkan hasil Desain
Hari Ghanesia Sanitasi Pengolahan uji chi square, penelitian
Istian Makanan, Penyajian terdapat hubungan yang
Makanan antara sanitasi digunakan
Berhubungan pengolahan dalam
dengan Keberadaan makanan dengan penelitian ini
Bakteri Escherichia keberadaan adalah
Coli bakteri E.coli cross
pada Makanan Jajanan Hubungan ini sectional
Anak Sekolah memiliki nilai p .
-value = 0,011
berarti <0,05
sehingga
berdasarkan uji
statistik kedua
variabel tersebut
berhubungan.
Berdasarkan
hasil uji
chisquare,
terdapat hubungan
antara penyajian
makanan
dengan keberadaan
bakteri E.coli
Hubungan ini
memiliki nilai p
-value = 0,040 b
erarti <0,05
sehingga
berdasarkan uji
statistik kedua
variabel tersebut
berhubungan.

4. Megitha HYGIENE Hasil uji statistik Jenis


Lamongi SANITASI dengan penelitian ini
Agnes Tineke PENJAMAH menggunakan yang
Watun MAKANAN chi squar yang digunakan
DENGAN terlihat adalah
KONTAMINASI menunjukkan p= penelitian
ESCHERICHIA 0,356 survey
COLI maka H0 diterima analitik
PADA MAKANAN maka tidak ada dengan
JAJANAN DI hubungan menggunakan
SEKOLAH DASAR antara penjamah pendekatan
NEGERI makanan dengan cross
KECAMATAN kontaminasi sectional
SINGKIL KOTA Escherichia coli study variabel
MANADO pada makanan dependent
jajanan di Sekolah dan
Dasar Negeri independent
Kecamatan diteliti pada
Singkil Kota saat
Manado Tahun yang
2016. bersamaan
untuk
mengetahui
hubungan
antara
hygiene
sanitasi
penjamah
makanan
dengan
kontaminasi
Escherichia
coli pada
makanan
jajanan di
Sekolah
Dasar Negeri
Kecamatan
Singkil Kota
Manado

5. Dewi Nuryani KONTAMINASI Berdasarkan Penelitian ini


Nyoman Adi ESCHERICHIA analisis bivariat bersifat
Putra,ida COLI PADA tersebut diperoleh deskriptif
Bagus Sudana MAKANAN variabel bebas analitik
JAJANAN DI yang menunjukkan dengan
KANTIN SEKOLAH hubungan pendekatan
DASAR NEGERI bermakna dengan secara cross
WILAYAH kontaminasi E.coli sectional yaitu
DENPASAR adalah bahan penelitian
SELATAN makanan yang dimana
akan diolah variabel-
(p=0,037), variabel bebas
penyimpanan dan variabel
bahan makanan terikat
(p=0,041), diukur/diamati
pengolahan pada waktu
makanan bersamaan
(p=0,037), fasilitas
sanitasi (p=0,015)
dan tenaga
penjamah
(p=0,037).
6. Nuvia FAKTOR YANG Penelitian Desain studi
Manzilina MEMENGARUHI menunjukan penelitian ini
Afrah,I Made KONTAMINASI 29,7% sampel adalah cross
Djaja BAKTERI makanan yang sectional,
ESCHERICHIA diuji dengan
COLI PADA terkontaminasi variabel
MAKANAN Escherichia coli. dependen
JAJANAN DI Berdasarkan uji kontaminasi
SEKOLAH DASAR chi-square, makanan
KECAMATAN BEJI, terdapat hubungan jajanan anak
KOTA DEPOK yang signifikan sekolah oleh
TAHUN 2018 antara kontaminasi bakteri
bakteri Escherichia Escherichia
coli dengan coli dan
pemilihan bahan variabel
makanan independen
(p=0,042) pelatihan,
(OR=5,040 [CI pengetahuan,
95% 1,085- perilaku,
23,419]) dan higiene
pengolahan sanitasi
makanan peralatan,
(p=0,003) higiene
(OR=12,214 [CI sanitasi tempat
95% 2,101- penyajian,
71,013]). Analisis pemilihan
multivariat dengan bahan
regresi logistik makanan,
menunjukan faktor penyimpanan
yang paling bahan
berpengaruh makanan,
terhadap pengolahan
kontaminasi makanan,
bakteri Escherichia serta
coli yaitu faktor penyajian
pengolahan bahan makanan.
makanan
(p=0,005)
(OR=12,214).
7. Meyla KEBERADAAN Dari hasil uji Jenis
Mohede, BAKTERI statistik dengan penelitian ini
Kriswiharsi K. ESCHERICHIA menggunakan uji adalah
Saptorini COLI PADA chi-square untuk observational
SAMBAL menguji hubungan analytic
MAKANAN antara higiene dengan
AKIBAT HIGIENE penjual dengan pendekatan
PENJUAL YANG keberadaan E.coli cross sectional
KURANG BAIK pada sambal
diperoleh nilai p =
0,013 (p < 0,05).
Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa Ho
(hipotesis nihil)
ditolak dan Ha
(hipotesis
alternatif)
diterima, dengan
demikian ada
hubungan antara
higiene penjual
dengan keberadaan
E.coli pada sambal
makanan.
8. FEBRIANA HUBUNGAN Hasil nalisis Analisis
WIDIASTUTI HIGIENE SANITASI bivariat terbukti statistic
MAKANAN DAN bahwa pengolahan menggunakan
MINUMAN makanan Chi-square
DENGAN berhubungan untuk
KEJADIAN DIARE dengan diare mengetahui
PADA BALITA DI dengan nilai p= deskripsi dan
WILAYAH KERJA 0,016, sarana hubungan
PUSKESMAS penyediaan dan hygiene
GATAK kualitas fisik air sanitasi
KABUPATERN minum makanan dan
SUKOHARJO berhubungan minuman
dengan diare dengan
dengan nilai kejadian diare
p=0,048, hygiene
personal
berhubungan
dengan diare nilai
p=0,017.
sedangkan yang
tidak terbukti
berhubungan
adalah penyediaan
bahan baku
makanan,
penyimpanan
bahan makanan,
penyimpanan
makanan masak,
dan sanitasi dapur.
9. Amyta Zahro Hubungan Higiene Hasil uji statistik Jenis
Diana, Penjamah dan Sanitasi Chi-square di penelitian
Triyanta Makanan dengan dapatkan nilai p- yang
Wartini Kontaminasi Bakteri value sebesar digunakan
Escherichia Coli pada 0,007, karena nilai adalah
Makanan Jajanan di p < 0,05 maka H0 penelitian
Samping SMP N 2 ditolak dan Ha observasional
Sukoharjo diterima, dengan analitik
demikian dapat dengan
disimpulkan pendekatan
bahwa ada Cross-
hubungan yang sectional
signifikan antara
higiene penjamah
dan kontaminasi
Escherichia coli
pada makanan
jajanan di Sekitar
SMP N 2
Sukoharjo.
Hasil uji statistik
Chi-square di
dapatkan nilai p-
value sebesar
0,001, karena nilai
p < 0,05 maka H0
ditolak dan Ha
diterima, dengan
demikian dapat
disimpulkan
bahwa ada
hubungan yang
signifikan antara
sanitasi makanan
dan kontaminasi
Escherichia coli
pada makanan
jajanan di Sekitar
SMP N 2
Sukoharjo.
10. Sandi husada Pengaruh Sanitasi Berdasarkan hasil Metode yang
Makanan dan pengumpulan dari digunakan
Kontaminasi Bakteri artikel dan jurnal adalah
Escherichia serta analisa menggunakan
coli Terhadap penulis maka studi literatur
Penyakit Diare didapatkan bahwa dari berbagai
sanitasi dan jurnal
kontaminasi internasional
Escherichia coli maupun
sangat nasional,
berpengaruh pada metode ini
kejadian penyakit digunakan
diare. untuk
meringkas
suatu topik
yang
berfungsi agar
meningkatkan
pemahaman
terkini.

2.3 Kerangka teori

Faktor Internal Faktor Eksternal


1. Kebersihan diri 1. Penyajian makanan
2. Pengetahuan 2. Pengelolaan makanan
3. Sikap 3. Penyediaan air
4. Pendidikan 4. Kondisi lingkungan
5. Penyimpanan makanan

Faktor penyebab kejadian diare

Kejadian diare

Gambar 2.1 bagan kerangka teori


Sumber : Nuvia Manzilina Afrah (2020), C.Surya (2020)

2.4 Kerangka konsep

Pengolahan makanan
Kejadian diare

Penyajian makanan

Bakteri Escherichia coli

Gambar 2.2 bagan kerangka konsep

Keterngan :

= Variabel Dependen ( variabel terikat )

= Variabel Independen ( variabel bebas )

= Garis penghubung

2.5 Hipotesis penelitian

2.5.1 Hipotesis Nol (Ho)

1. Tidak ada hubungan antara hygiene sanitasi makanan terhadap penyakit diare di SDN
09 Tibawa Kab. Gorontalo.
2. Tidak ada hubungan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli terhadap penyakit
diare di Sdn 09 Tibawa Kab. Gorontalo

2.5.2 Hipotesis alternatif (Ha)

1. ada hubungan antara hygiene sanitasi makanan terhadap penyakit diare di SDN 09
Tibawa Kab. Gorontalo
2. ada hubungan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli terhadap penyakit diare di
Sdn 09 Tibawa Kab. Gorontalo

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Isimu tepatnya di SDN 09 Tibawa Kabupaten


Gorontalo. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 1 bulan.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.


Menurut Sugiyono (2019) data kuantitatif diartikan sebagai metode penelitianyang
berlandaskan pada filsafat posotivisme, dugunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis dan
bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hygiene sanitasi
makanan dan kontaminasi bakteri Escherichia coli terhadap penyakit Diare.

3.2.2 Desain Penelitian

penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang artinya suatu


penelitian yang mempelajari kolerasi antara paparan atau faktor resiko (independen)
dengan akibat atau efek (dependen), dengan pengumpulan data dilakukan secara
serentak dalam satu waktu antara semua variabel baik variabel independent maupun
variabel dependen di observasi pada waktu yang sama.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek
penelitian (Irwan,2020) populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV dan
V sejumlah 60 siswa di SDN 09 Tibawa.

3.3.2 Sampel

Penelitian ini menggunakan Teknik sampling purposive, yaitu Teknik


penarikan sampel yang dilakukan dengan memilihi subjek berdasarkan pada
karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan karakteristik
populasi yang suda diketahui sebelumnya (Irwan,2020). Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah Sebagian dari siswa kelas IV dan V sejumlah 0 siswa di SDN
09Tibawa.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel

Variabel penelitian terdiri dari dua jenis yaitu variabel independen dan
variabel dependen.
a. Variabel Independen (bebas) pada penelitian ini adalah hygiene
sanitasi makanan, dan bakteri Escherichia coli
b. Variaabel Dependen (terikat) pada penelitian ini adalah penyakit Diare
pada siswa di SDN 09 Tibawa.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada
pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis data (Irwan,2020).
No Variabel Definisi Kriteria Alat Ukur Skala
operasional
1. Penyakit Menurut 1. Penyakit Kuesioner Nominal
Diare Iriyanto,2021“ diare akut
penyakit diare 2. Penyakit
adalah diare
perubahan Kronis
konsistensi tinja 3. penyakit
yang terjadi diare
tiba-tiba akibat
kandungan air di persisten
dalam tinja
melebihi
nominal (10
ml/kg/hari)
dengan
peningkatan
frekuensi
defekasi lebih
dari 3 kali dalam
24 jam dan
berlangsung
kurang dari 14
hari.
2. Pengolahan Menurut 1. Pengolahan Wawancara dan Nominal
makanan Melvani et al, makanan observasi
2019, baik
Pengolahan 2. Pengolahan
makanan adalah makanan
kumpulan tidak baik
metode dan
teknik yang
digunakan untuk
mengubah
bahan mentah
menjadi
makanan atau
mengubah
makanan
menjadi bentuk
lain untuk
konsumsi oleh
manusia atau
hewan di rumah
atau oleh
industri
pengolahan
makanan.
3. Penyajian Menurut 1. Penyajian Wawancara dan Nominal
makanan Melvani et al, makanan observasi
2019 yang baik
“penyajian 2. Penyajian
makanan adalah makanan
makanan yang yang
siap santap. kurang
Dalam prinsip baik
penyajian
makanan wadah
untuk setiap
jenis makanan
ditempat dalam
wadah terpisah,
dan di usahakan
tertutup
4. Bakteri Menurut 1. Bakteri Media LTB Nominal
Escherichia Atmoko 2017, Escherichia sebagai medium
coli Escherichia coli positif untuk
merupakan 2. Bakteri mendeteksi
bakteri yang Escherichia kehadiran
hidup di saluran negatif koliform dalam
pencernaan air dan makanan.
manusia Hasil sampel
maupun hewan. yang positif pada
Escherichia coli tes perkiraan
merupakan dapat dilanjutkan
bakteri dengan
anaerobik memasukkan
fakultatif yang sampel positif ke
dapat tumbuh dalam media EC
pada keadaan broth untuk uji
aerob maupun bakteri E. coli.
anaerob, bakteri
yang tergolong
dalam anaerob
fakultatif
merupakan
bakteri patogen
yang sering
dijumpai,
Escherichia coli
memiliki bentuk
batang pendek
(coccobasil)
dengan ukuran
0,4- 0,7 µm x
1,4 µm, bersifat
motil (dapat
bergerak), tidak
memiliki
nukleus, organel
eksternal
maupun
sitoskeleton
tetapi memiliki
organel
eksternal yakni
vili yang
merupakan
filamen tipis dan
lebih Panjang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

MASTER TABEL

Data Umum Tujuan Khusus


No Inisial Umur Jenis Pekerjaan Pendidikan Pengolaha Penyajian Bakteri
kelamin n makanan makanan Escherichia
Coli
1. M.K 10 1 88 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1
2. A.H 9 2 88 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1
3. P.A 10 2 88 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2
4. F.A 9 2 88 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2
5. I.A 10 2 88 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2
6. A.K 9 2 88 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2
7. A.M 10 1 88 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2
8. C.D 10 1 88 2 1 1 1 2 1 1 3 2 2
9. R.S 9 1 88 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1
10. Y.O 10 1 88 2 1 1 2 2 1 1 3 1 1
11. R.R 11 1 88 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2
12. A.I 11 1 88 2 1 1 2 2 1 1 3 1 1
13. R.A 10 1 88 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
14. Y.L 11 1 88 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2
15. I.U 11 1 88 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2
16. R.B 10 2 88 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2
17. S.P 10 2 88 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2
18. S.P 11 2 88 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2
19. A.L 11 2 88 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1
20. F.N 11 2 88 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2

Keterangan :

Kode untuk Jenis kelamin


1. Laki-laki
2. Perempuan

Kode untuk pekerjaan


1. Petani 10. Nelayan
2. Pedagang 6. Tukang bentor 11. Wiraswasta
3. Buruh harian 7. Tukang perahu 12. Ibu rumah tangga
4. Peg.Negri/TNI/ 8. Sopir 0. Tidak bekerja
Polri 9. Tukang kayu 88. Belum bekerja
5. Peg.Swasta

Kode untuk Pendidikan


1. Tidak pernah sekolah 5. SMA/MA/Sederajat
2. Tidak tamat SD/MI 6. Perguruan tinggi
3. Tamat SD/MI 88. Tidak Sekolah
4. SMP/MTS/Sederajat

Pengolahan makanan
1. Apakah pengolahannya baik ? 1 = Ya
2 = Tidak
2. Apakah bahan makanan masih segar/belum busuk ? 1 = Ya
2 = Tidak
3. Apakah penjual sedang merokok disaat merokok ? 1 = Ya
2 = Tidak

Penyajian makanan
1. Apakah penjual memakai celemek ? 1 = Ya
2 = Tidak
2. Makanan yang disajikan dengan wadah bersih ? 1 = Ya
2 = Tidak

3. Apakah penjual menggunakan alat masak yang 1 = Ya


berih? 2 = Tidak

Bakteri Escherichia Coli


1. Apakah pernah mengalami penyakit diare? 1 = Ya
2 = Tidak
2. Apakah sering mencuci tangan sebelum makan ? 1 = Ya
2 = Tidak

3. Apakah ? 1 = Ya
2 = Tidak
DAFTAR PUSTAKA

Amyta Zahra Diana, Triyanta, Wartini (2019). Hubungan hygiene penjamah dn sanyasi
makanan dengan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan
jajanan di samping SMPN 2 Sukoharjo. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Bakala (JIKeMB), 1(1), 2114-567

C. Suraya (2019) Hubungan hygiene makanan, sumber air dan personal hygiene dengan
kejadian diare pada anak. Jurnal ilmiah Stikes Citra Delima Bangka
Belitung,94-100

Dion Pardameian Hukasoit (2020) Pengaruh sanitasi makanan dan kontaminasi bakteri
Escherichia coli terhadap penyakit diare. Jurnal ilmiah Kesehatan Sandia
Husada,9(2), 779-786

Dewi Nuryani, Nyoman Adiputra, Ida Bagus Sudana (2016) kontaminasi Escherichia
coli pada makanan jajanan dikantin sekolah dasar negeri wilayah Denpasar
Selatan, 10(1), 1907-5626

Fellysca V.M.Politon, Novarianti (2022) Higiene sanitasi pengolahan dan keberadaan


bakteri E.Coli pada es the di warung makan kelurahan mamboro pulau
utara. Jurnal Kesehatan Lingkungan,2(1), 16-22

Hetty Ismainar, Yessi Harnani, Nila Puspitasari, kamalizaman hayana, Hasmaini (2022)
Hygiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan murid sekolah dasar
di kota Pekan Baru, Riau. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,21(1),27-
33

Hersah Purbasari, I Wayan,.S., Nengah Notes (2022) Hubungan tingkat pengetahuan


hygiene sanitasi makanan dengan perilaku pengelola kantin sekolah dasar.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 12(1), 1-6
Intan, P., Munajat, Budiman, Lisa Adhia Garina, Raden,.G.,I, Fajar, A.,Y. (2020)
Kejadian diare dan perilaku higienis pada pengolah makanan pedagang
kakilima di wilayah Tamansari. Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sain
(JIKS),2(2), 91-94

Khuliyah ,.C.D., Nunki,.N., Roro,.A., Aditya Sukma (2021). Faktor personal hygiene
dengan keberadaan Escherichia Coli pada makanan di jasaboga asrama haji
Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 2623-1573

Makanur. S., Agus, B.,B., Zaenab, Muh.F., Natsir (2018) Potensi risiko kejadian diare
akibat kondisi sanitasi di pulau kecil kota Makasar. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan (JNIK),1(6), 2621-6507

Mutia Permatasari, Magdolena. (2022). Hubungan pengetahuan dan hygiene penjamah


makanan dengan angka kuman peralatan makan. Jurnal Skala Kesehatan
Politeknik Kesehatan Banjarmasin, 13(2), 2615-2126

Nuvia,.M., A., I Made Djaja (2020). Faktor yang mempengaruhi kontaminasi bakteri
Escherichia coli pada makanan jajanan di sekolah dasar kecamatan beji,
kota Depok tahun 2018. Jurnal Nasional Kesehatan Lingkungan Global 1(2)

Ristoyo, Budi Triyantoro, Zaeni Budiono (2016). Hubungan hygiene dan sanitasi dengan
kontaminasi Escherichia coli pada jajanan bersaus di Pendidikan sekolah
dasar se-wilayah desa watuagung kecamatan tambak kabupaten Banyumas

Rukmansyah,. S., Nurul Ulfa Muthalib, Hidayat, Alfina Baharudin, Aulia Rahman
(2022). Faktor yang berhubungan dengan perilaku penjamah makanan
terhadap personal hygiene pada jajanan kue dipasar tradisional. Window of
public health journal, 3(1), 1980-1991

Rina Fauziah, suparni (2022). Penerapan hygiene sanitasi pengelolaan makanan dan
pengetahuan penjamah makanan. Jambura Health And Sport Journal, 4(1),
2656-2863

Salma. P. Yunus, J.M.L., Umbah, Odi Pinonton, M. SC (2015) hubungan personal


hygiene dn fasilitas sanitasi dengan kontaminasi Escherichia coli pada
makanan di rumah padang Kota Manado dan Kota Bitung 5(2)

Anda mungkin juga menyukai