Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut data Badan Kesehatan Dunia tersebut, Afrika dan Asia Tenggara

memiliki insiden dan angka kematian tertinggi, termasuk di kalangan anak-anak di

bawah usia lima tahun. "Berdasarkan apa yang kami tahu, sangat jelas bahwa beban

global yang ditimbulkan oleh penyakit akibat makanan yang tidak layak, cukup besar.

Hal ini memengaruhi sangat banyak orang di seluruh dunia - terutama anak di

bawah usia lima tahun dan orang-orang di daerah berpenghasilan rendah," kata Dr

Kazuaki Miyagishima, Direktur Departemen Keamanan Pangan dan Zoonosis WHO.

Anak-anak berada pada risiko khusus penyakit diare yang disebabkan oleh makanan

yang tidak higienis, ada 220 juta anak jatuh sakit dan 96.000 di antaranya meninggal

setiap tahun, kata WHO.

WHO menambahkan, bahwa diare sering disebabkan oleh makanan seperti

daging, telur, sayur dan buah segar serta produk susu yang terkontaminasi oleh

norovirus, Campylobacter, Salmonella non-tipoid dan E. coli.

Penyakit lain yang dapat disebabkan oleh makanan adalah demam tifoid,

hepatitis A, Taenia solium, dan aflatoxin, yang diproduksi oleh jamur di dalam gandum

yang tidak disimpan dengan cara yang benar. Risiko penyakit akibat makanan yang

paling parah terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, terkait

https://www.masbabal.com
dengan penggunaan air yang tidak bersih saat mengolah makanan, tingkat kebersihan

yang buruk, kondisi yang tidak memadai dalam produksi dan penyimpanan makanan

dan bahan makanan.

Ironisnya di Indonesia, yang notabenenya negara yang warganya mayoritas

muslim, semangat dan intensitas dalam mengkaji masalah kehalalan makanan belum

setinggi sebagaimana yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi luar negeri. Belum

lagi ditambah dengan paradigma dikotomik yang beranggapan bahwa agama itu

terpisah dengan bidang-bidang yang berkembang di dunia, termasuk di dalamnya

masalah makanan.Sehingga dalam realitasnya, tidak sedikit warga masyarakat yang

belum mempunyai pemahaman tentang makanan halal dan thoyyib dengan makanan

yang higienis dan bergizi secara terintegrasi.

Selain itu, kurikulum di Indonesia sendiri kurang memperhatikan tentang kajian

kehalalan makanan. Oleh karena itu dibutuhkan langkah kongkret sebagai akselerasi

pemahaman tentang keamanan dan kehalalan makanan melalui edukasi dan kajian-

kajian yang detail dan mendalam.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis ingin membuat Makalah yang

berjudul Pentingnya Makanan Higienis terhadap Pencegahan Wabah Penyakit Bagi

Santri Jabal Nur.

https://www.masbabal.com
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar masalah di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian

ini dapat dirumuskan adalah bagaimana Pengaruh Makanan Higienis terhadap

Pencegahan Wabah Penyakit Bagi Santri Jabal Nur.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya

Makanan Higienis terhadap Pencegahan Wabah Penyakit Bagi Santri Jabal Nur.

https://www.masbabal.com
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Hygiene

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk

melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan

kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sanitasi adalah upaya

kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari

subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan,

menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan

(Depkes, 2004).

Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat

kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya

tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak

sempurna. Higiene dan sanitasi merupakan hal yang penting dalam menentukan

kualitas makanan dimana Escherichia coli sebagai salah satu indicator terjadinya

pencemaran makanan yang dapat menyebabkan penyakit akibat makanan (food borne

diseases).

https://www.masbabal.com
E.coli dalam makanan dan minuman merupakan indikator terjadinya

kontaminasi akibat penanganan makanan dan minuman yang kurang baik. Minimnya

pengetahuan para penjaja makanan mengenai cara mengelola makanan dan minuman

yang sehat dan aman, menambah besar resiko kontaminasi makanan dan minuman

yang dijajakannya (Ningsih, 2014).

Perilaku kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang

dianut individu, disamping faktor budaya, sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan,

status ekonomi dan lain sebagainya. Adanya masalah pada kebersihan diri akan

berdampak pada kesehatan seseorang. Saat seseorang sakit, salah satu penyebabnya

adalah kebersihan diri yang kurang.Ini harus menjadi perhatian kita bersama, sebab

kebersihan merupakan faktor penting dalam mempertahankan derajat kesehatan

individu. Sebagai contoh, adanya perubahan pada kulit dapat menimbulkan berbagai

gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik yang terjadi dapat mengakibatkan

perubahan konsep diri.Sedangkan gangguan psikologis dapat terjadi karena kondisi

tersebut mungkin mengurangi keindahan penampilan dan reaksi emosi.

B. Makanan Higienis Dan Bergizi

Makanan secara keilmuan dan kesehatan tidak memandang apakah makanan

tersebut halal atau tidak, sebab yang dijadikan sebagai tolak ukurnya ialah unsur gizi

dari bahan makanan dan produk makanan. Apabila suatu bahan makanan memiliki

unsur gizi yang baik dan di dalamnya mengandung bahan mineral makro dan mikro

seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang dapat mendukung kinerja tubuh

https://www.masbabal.com
lebih baik, serta terbukti secara klinis, maka makanan tesrebut sehat dan baik untuk

dikonsumsi tanpa melihat asal dari makanan dan bagaimana cara memperolehnya

(Maftuhah, 2014: 390).

Makanan higienis merupakan makanan yang tidak mengandung racun yang

membahayakan kesehatan dan tidak mengandung kuman penyakit. Sedangkan

makanan bergizi adalah makanan yang megandung unsur gizi yang lengkap, yaitu

terdiri atas karbohidrat, protein, mineral, lemak, vitamin, dan air (Hanifa N. dan

Luthfeni Hanifa, 2006: 56).

Adapun zat gizi ialah unsur yang ada pada makanan yang dapat memberikan

kemashlahatan bagi kesehatan tubuh manusia. Kandungan gizi dari masing-masing

bahan makanan berbeda-beda. Perbedaan ini dapat berupa kandungan jenis zat gizi

yang ada dalam makanan, atau mengacu dari segi jumlah zat gizi makanan. Setiap zat

gizi memiliki fungsi masing-masing dan tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun

tubuh serta dalam menjalankan proses metabolisme badan.

Almatsier berpendapat bahwa zat gizi ialah ikatan kimia (karbohidrat,

protein, mineral, lemak, vitamin, dan air) yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan

fungsinya sebagai sumber energi yang bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan

proses metabolisme. Ia juga berfungsi sebagai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh

manusia dan memelihara jaringan tersebut, serta mengatur seluruh proses kehidupan

https://www.masbabal.com
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Perilaku seseorang melakukan personal hygienedipengaruhi oleh sejumlah

faktor antara lain:

a. Citra tubuh (body image)

Penampilan umum penjamah makanan dapat menggambarkan pentingnya

personal hygienepada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif

seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan

mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh.

b. Praktik social

Kelompok-kelompok sosial merupakan suatu wadah seorang penjamah

makanan yang dapat berhubungan dan mempengaruhi bagaimana penjamah

makanan dalam makanan dalam pelaksanan praktik personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi

Pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk

menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi

seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal hygiene.

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya

https://www.masbabal.com
personal hygiene dan implementasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik

personal hygiene..

e. Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perilaku personal

hygiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti

praktek personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari budaya sering

menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri.

f. Kebiasaan seseorang

Kebiasaan seseorang akan mempengaruhi tindakan orang tersebut dalam

kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan penjamah makanan yang tidak

menerapkan personal hygiene dalam mengolah makanan akan menjadi sebuah

kebiasaan jika hal itu dilakukan secara terus menerus sehingga mempengaruhi

kesehatan penjamah makanan itu sendiri dan kualitas pangan yang dihasilkan

(Mustikawati, 2013)

D. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Hygiene Makanan

Prinsip dan higiene sanitasi makanan telah diatur dalam peraturan Menteri

kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1096/MENKES/PER/VI/2011) yaitu sebagai berikut:

1. Pemilihan bahan makanan

https://www.masbabal.com
a. Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam keadaan baik,

segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta sebaiknya

berasal tempat resmi yang diawasi.

b. Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan bai, tidak berubah warna, tidak

bernoda, dan tidak berjamur.

c. Bahan tambahan pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan

sesuai peraturan yang berlaku.

2. Penyimpanan bahan makanan

a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan

kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun

bahan berbahaya.

b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first

expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu

dan yang mendekati masa kadarluwarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.

c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan

Contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin

dan bahan makanan kering disimpan yang kering dan tidak lembab.

d. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu

e. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm

f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% - 90%

https://www.masbabal.com
g. Penyimpanan bahan olahan pabrik makanan dalam kemasan tertutup disimpan

pada suhu ± 100C.

h. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit

3. Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan jadi/masak atau siap saji, dengan meperhatikan kaidah cara

pengolahan makanan yang baik yaitu :

a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis

hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan dan

dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.

b. Menu disusun dengan memperhatikannya.

c. Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang

rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi

resiko pencemaran makanan

d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam

memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus hygiene dansemua bahan

yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir

e. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan

yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan

prioritas.

f. Prioritas dalam memasak

https://www.masbabal.com
1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng- gorengan

yang kering.

2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir.

3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak pada kulkas/lemari

es.

4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam

keadaan panas.

5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena

akan menyebabkan kontaminasi ulang.

6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus

menggunakan alat seperti penjepit atau sendok.

7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci.

g. Higiene penanganan makanan.

1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan

prinsip hygiene sanitasi makanan.

2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari

penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih kerena akan

mengotori makanan dalam wadah dibawahnya.

4. Penyimpanan makanan jadi/masak

a) Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,

berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain

https://www.masbabal.com
b) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip firs in first out (FIFO) dan first

expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang

mendekati kadarluwarsa dikonsumsi lebih dahulu.

c) Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan

jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi

yang dapat mengeluarkan uap air.

d) Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

5. Pengangkutan makanan

a) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya (B3).

b) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus

selalu higienis.

c) Setiap jenis makanan jadi mepunyai wadah masing-masing dan tertutup.

d) Wadah harus utuh, kuat tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah

makanan yang akan ditempatkan. e. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari

terjadi uap makanan yang mencair (kondensasi).

e) Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar

makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada suhu 400C.

6. Penyajian makanan

https://www.masbabal.com
a) Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam

menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki

berbagai cara asalkan meperhatikan kaidah higiene sanitasi yang baik

b) Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam

keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan

racun.

c) Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan

bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi

menggunakan tutup kepala dan celemek tidak boleh terjadi kontak langsung

dengan makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008)

E. Tinjauan Umum Tentang Higiene Penjamah Makanan

Telah menjadi sifat manusia mendukung terjadinya sebab-sebab dalam hal yang

dipercayainya dan menganggap rendah pada hal-hal yang kelihatannya kurang begitu

penting. Untungnya hal-hal yang sudah dijelaskan dengan baik cenderung membawa

keuntungan dalam menunjang kepentingan, dimana hal ini berlaku pula atas sanitasi

makanan.

Oleh karena itu sangat diharapkan agar pimpinan selalu dalam keadaan

memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang berbagai aspek yang

berhubungan dengan sanitasi. Salah satunya adalah pengelolaan makanan. (Saksono,

1986).

https://www.masbabal.com
Petunjuk tentang sanitasi pada pelayanan makanan yang dikeluarkan oleh

badan pelayanan kesehatan masyarakat AS pada tahun 1962 menyatakan bahwa

disarankan agar peraturan yang ada ditaati dan dilaksanakan dengan baik, sekurang-

kurangnya sekali waktu dalam enam bulan sekali petugas pengwas kesehatan

melakukan pemeriksaan pada tempat-tempat di mana dilaksanakan pelayanan makanan

kepada masyarakat dan membuat pemeriksaan tambahan serta pemeriksaan yang

berulang-ulang guna menegakkan peraturan-peraturan yang ada.

Adapun persyaratan higiene penjamah makanan telah diatur dalam (Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011) yaitu

sebagai berikut :

1. Tidak merokok

2. Tidak makan atau mengunyah

3. Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos).

4. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya.

5. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan setelah keluar

dari toilet /jamban.

6. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat

kerja.

7. Tidak banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat batuk atau

bersin dengan menjauhi makanan atau keluar dari ruangan.

8. Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan disajikan

https://www.masbabal.com
BAB III

HASIL PENELITIAN

Zat gizi yang seimbang harus mencangkup zat tenaga (energi), zat

pembangunan, dan zat pengatur. Kurangnya zat gizi ini bisa menyebabkan terjadinya

gangguan pada anak, sehingga memicu timbulnya berbagai penyakit. Adanya

gangguan gizi mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhadap, rentan

terserang penyakit, dan tingkat kecerdasannya menurun. Disinilah letak pentingnya

para orang tua memahami seluk beluk pertumbuhan anak. Mulai dari pemilihan yang

tepat, pengetahuan gizi yang baik serta pemahaman tentang berbagai macam gangguan

kesehatan yang bisa terjadi pada anak (Sutomo, 2010).

Anak sekolah rata-rata memiliki makanan jajanan dengan kandungan energi

dan protein rendah sehinga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan

terhadap total konsumsi sehari-hari masih rendah. Makanan sehat atau jajanan sehat

diharapkan mempunyai mutu gizi kurang lebih 200-300 kkal untuk menyumbangkan

kurang lebih 15- 20% terhadap total konsumsi energi (Tarmizi, 2011)

Gambaran sanitasi sarana penyajian menunjukkan bahwa pada kantin (83,3%)

tidak tersedia sarana berupa tempat penyimpanan bahan makanan. Pada kantin tersebut

tidak disediakan lemari penyimpanan atau tempat khusus yang digunakan untuk

menyimpan bahan makanan di kantin.

Pada kantin tersebut, mungkin pihak sekolah tidak melengkapi kantin dengan

sarana untuk penyimpanan bahan makanan. Berdasarkan pengamatan didapatkan

https://www.masbabal.com
bahwa pada kantin bahan makanan tidak disimpan di tempat khusus dan kadang-

kadang hanya diletakkan dan dibiarkan dalam kondisi terbuka.

Hal seperti itu dapat menyebabkan adanya kontaminasi patogen bawaan

makanan seperti yang diungkapkan oleh Reddi et al. (2015) yang menyatakan bahwa

pengetahuan dan praktik keamanan pangan spesifik yang berupa penyimpanan buah

potong dalam wadah tertutup (p value = 0,033) dan penyimpanan di tempat dengan

tutup (p value = 0,007) memiliki hubungan yang signifikan dengan kontaminasi

patogen bawaan makanan.

Selain itu, Nuryani et al. (2016) dalam penelitiannya mengenai kontaminasi

Escherichia coli pada makanan jajanan di kantin Sekolah Dasar Negeri wilayah

Denpasar Selatan menyatakan bahwa Faktor-faktor terkait dengan kontaminasi E. coli

dalam makanan ringan salah satunya adalah penyimpanan bahan makanan (p value =

0,041). Anggaran dana yang cukup besar untuk menyediakan sarana penyimpanan

bahan makanan tersebut terutama jika untuk mengadakan lemari pendingin menjadi

kendala bagi sebagian besar kantin menyediakan sarana tersebut.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kantin (tempat menjual makanan)

tidak memiliki tempat penyimpanan makanan jadi. Berdasarkan pengamatan pada

kantin (tempat menjual makanan) tersebut ditemukan bahwa makanan biasanya hanya

diletakkan di meja tempat berjualan dan tidak terdapat tempat khusus untuk

menyimpan makanan jadi tersebut.

Sedangkan pada kantin yang telah memenuhi syarat memiliki fasilitas seperti

lemari khusus, lemari pendingin atau tempat lainnya untuk menyimpan makanan.

https://www.masbabal.com
Menurut Food Standards Australia New Zealand (2016), tujuan yang

diharapkan dengan penyimpanan makanan adalah bahwa keamanan dan kelayakan

makanan dijaga dengan cara menyimpan makanan sehingga terlindungi dari

kontaminasi dan berada di lingkungan yang sesuai, serta menyimpan makanan yang

berpotensi bahaya pada suhu yang dapat meminimalkan kemungkinan bakteri patogen

untuk tumbuh.

Perhatian lebih perlu diberikan untuk beberapan jenis makanan termasuk

makanan siap saji. Hal ini dikarenakan tidak ada perlakuan lebih lanjut untuk

mengurangi atau menghilangkan kontaminasi sebelum dimakan (FSANZ, 2016).

https://www.masbabal.com
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makanan higienis dan bergizi adalah makanan yang mengandung unsur gizi

yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia serta memenuhi prinsip-prinsip higieni

dan sanitasi sehingga di dalam makanan tersebut tidak mengandung racun atau kuman

penyakit yang membahayakan kesehatan.

Makanan higienis dan bergizi dalam pandangan ilmu kesehatan itu baru sebatas

mengkaji wilayah ke-thayyib-an makanan belum sampai ke wilayah kehalalan

makanan. Sedangkan konsep makanan higienis dan bergizi dalam perspektif Agama

Islam tidak hanya mencakup ke wilayah kajian makanan dari segi unsur dan zat

pembentuk makanan akan tetapi sampai kepada wilayah kajian ruh makanan

Gambaran higiene penjamah makanan jajanan di Kantin MAS Jabal Nur

Sekarang menunjukkan bahwa higiene penjamah seluruh responden (100,0%) tidak

memenuhi syarat. Jadi harus diterapkan Pola yang baik dalam memilih makanan yang

higienis dan Tempat untuk Makanan supaya Makanan tersebut tetap Higienis.

B. Saran

• Bagi santri hendaknya selalu memperhatikan kebersihan diri sebelum menjamah

makanan terutama untuk mencuci tangan sebelum menjamah makanan

https://www.masbabal.com
• Bagi santri hendaknya menggunakan alat/perlengkapan atau menggunakan alas

tangan untuk menjamah makanan agar dapat mengurangi kontak langsung

dengan makanan

• Bagi santri hendaknya menyimpan peralatan masak dan peralatan makan di

tempat khusus yang bebas pencemaran

• Bagi santri hendaknya tidak menjual makanan siap saji yang telah lebih dari 6

jam disajikan kecuali dilakukan pengolahan kembali sebelum dijual apabila

keadaannya masih baik

https://www.masbabal.com
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Tulus. 2011. Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberian Informasi Produk
Halal, Jakarta: Kemenkumham.
Agustina, F., Pambayun, R., & Febry, F. (2010). Higiene dan Sanitasi pada Pedagang
Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan
Demang Lebar Daun Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 53-63.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Keamanan Pangan di Kantin Sekolah.
Jakarta: Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Budi, Yoyok. 2003. Pramono.Keamanan Pangan Rumah Tangga, Semarang: UNDIP.
Departemen Agama RI.2003.Pedoman Produksi Halal, Jakarta: Proyek Pembinaan
Pangan Halal Ditjend Bimas Islam dan Penyelenggaraaan Haji.
Hanifa, N. Luthfeni. 2006. Makanan yang Sehat, Bandung: Azka Press. Kartiningrum,
Eka Diah. 2015. Panduan Penyusunan Studi Literatur. Mojokerto: LPPM
Poltekes Majapahit.
Laksmi, BS. Jenie.1987. Sanitasi dalam Industri Pangan, Bogor: IPB.
Mahsun, M. S. 2000. Penelitian Bahasa Berbagai Tahapan Strategi Metode dan
TeknikTekniknya, Mataram: MAtaram Universty Press

https://www.masbabal.com

Anda mungkin juga menyukai