Anda di halaman 1dari 23

Tutorial skenario 1 blok 7.

1
Skenario:

ANAK SEKOLAH TERKENA DIARE

Aldino dan beberapa temannya tidak masuk sekolah karena mencret-mencret dan sakit perut,
sehingga dirawat di rumah sakit. Aldino mengeluh sakit perut setelah jajan di kantin sekolah.
Setelah ditelusuri sumber penyebaran penyakit, diketahui penjaga kantin selalu berganti-berganti
dan setelah diperiksa kebersihan personalnya terlihat penjaga kantin memiliki kuku-kuku yang
panjang, sumber air minum yang tidak bersih, keadaan sanitasi dan pengelolaan limbah di sekitar
sekolah masih belum baik, sehingga memungkinkan terjadinya penyakit-penyakit berbasis
lingkungan. Kantin tersebut belum pernah diinspeksi oleh petugas puskesmas setempat mengenai
sanitasi di tempat-tempat umum.
Klarifikasi Istilah
1. Sanitasi : perilaku di sengaja dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
2. Mencret :pengeluaran tinja dan konsintasinya lembek sampai cair,disertai darah ataupun
tidak yang di sebabkan oleh bakteri dengan frekuensi lebih sering daripada biasanya.
3. Puskesmas : pusat atau fasilitas kesehatan primer tingkat pertama yang lebih
mengutamakan preventif di suatu wilayah kerja.
4. Penyakit berbasis lingkungan : suatu kondisi patalogis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala
sesuatu di sekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
5. Pengelolaan Limbah : suatu proses penghilangan kontaminan dari air limbah yang
meliputi proses fisika,kimia,dan biologi.
6. Inspeksi sanitasi : suatu evaluasi secara seksama terhadap kondisi lingkungan.
7. Sumber air bersih : tempat mengalirnya air dimana sudah memenuhi syarat air bersih.
8. Personal hygiene : suatu cara untuk merawat diri untuk meningkatkan kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
9. Sumber penyebaran penyakit : suatu sumber yang menyebabkan penyakit itu menyebar
lebih luas.
10. Sanitasi di tempat-tempat umum : suatu upaya untuk mencegah dari tempat-tempat
umum dari terjadinya penularan penyakit,dan gangguan kesehatan di tempat –tempat
umum.
Indentifikasi Masalah
1. Apakah faktor resiko yang menyebabkan terjadinya diare ?
Jawab:
a. Faktor lingkungan
Seseorang tidak memerhatikan kebersihan lingkungan dan menganggap bahwa masalah
kebersihan adalah masalah sepele dapat terjadi diare. Faktor lingkungan yang dominan
dalam penyebaran penyakit diare pada anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air
minum.Pembuangan tinja yang sembarangan juga akan menyebabkan penyebaran
penyakit. Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai
macam cara,baik melalui air, tangan,maupun tanah yang terkontaminasi oleh tinja dan
ditularkan lewat makanan dan minuman melalui vektor serangga (lalat dan kecoa).
Selain itu, halaman rumah yang becek karena buruknya saluran pembuangan air
limbah(SPAL) memudahkan penularan diare, terutama yang ditularkan oleh cacing dan
parasit. Membuang sampah sembarangan akan menjadi faktor risiko timbulnya
berbagai vektor bibit penyakit sehingga ada hubungan yang signifikan antara
pembuangan sampah dengan kejadian diare pada anak.
b. Faktor sosiodemografi
Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak yaitu:
Pendidikan: Jenjang pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam
kesehatan masyarakat. Pendidikan seseorang yang tinggi memudahkan orang tersebut
dalam penerimaan informasi,baik dari orang lain maupun media masa. Banyaknya
informasi yang masuk akan membuat pengetahuan tentang penyakit semakin
bertambah.Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka perilaku pencegahan
terhadap penyakit semakin baik. Tingkat pendidikan yang tinggi pada seseorang akan
membuat orang tersebut lebih berorientasi pada tindakan preventif, memiliki status
kesehatan yang lebih baik dan mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan
Pekerjaan orang tua:
Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita yang status ekonomi
keluarganya rendah. Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan fasilitas kesehatan
yang dimiliki mereka akan baik pula, seperti penyediaan air bersih yang terjamin,
penyediaan jamban sendiri,dan jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang
baik dan terjaga kebersihannya.
Umur anak: Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan terserang diare.
Daya tahan tubuh yang rendah membuat tingginya angka kejadian diare.
c. Faktor Perilaku
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan merupakan
faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman dan menurunkan risiko
terjadinya diare.Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan diare pada
bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif sebagian besar
(52.9%)menderita diare, sedangkan bayi dengan ASI eksklusif hanya 32.31%yang
menderita diare.
Selanjutnya personal hygiene,yaitu upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya untuk memperoleh kesehatan fisik dan psikologis. Kebiasaan tidak
mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat
membahayakan anak,terutama ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi
anaknya,makan makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat
menyebabkan diare. Perilaku yang dapat mengurangi risiko terjadinya diare adalah
mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi, karena salah satu penyebaran diare
adalah melalui penyajian makanan yang tidak matang atau mentah.
Sumber:Utami, N. & Luthfiana, N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak.
Majority (2016).

2. Bagaimana cara penularan diare di sekolah ?


Jawab:
Mekanisme penularan utama untuk penularan diare pada anak adalah melalui fekal-oral,
dengan kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar
tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat serta makanan dan air sebagai penghantar
untuk kebanyakan kejadian (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). (IDA, buku
panduan)

3. Bagaimana cara pencegahan penularan diare di sekolah ?


Jawab:
1.Perilaku sehat
Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%
Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari jari tangan, makanan yang wadah
atau tempat makan minum yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup
Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar
2.Penyehatan Lingkungan
1. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara
lain adalah diare, kolera,disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan
berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan
kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit
tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.
Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat mencemari
tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak
sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah
sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus
disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah
ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara
ditimbun atau dibakar.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola sedemikian
rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah
yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat
berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang
endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air limbah
dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi
tempat perindukan nyamuk.
Sumber:1Kemenkes RI. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di
Indonesia. J. Bul. Jendela Data Inf. Kesehat. (2011).
4. apa saja kriteria dari kantin sehat ?
Jawab:
Pada tahun 2013, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan aturan
kantin sekolah sehat yang terdiri atas sejumlah kriteria. Upaya ini dilakukan untuk
membantu mengatasi masalah gizi ganda (kekurangan gizi maupun kelebihan) di
Indonesia.Bagi sekolah-sekolah yang berkomitmen mempraktikkan aturan tersebut, akan
diberikan penghargaan Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah.
Kriteria kantin sekolah sehat menurut BPOM
Menurut BPOM, makanan kantin sekolah yang baik adalah makanan yang aman, bergizi,
dan bermutu.
Berikut adalah kriteria kantin sekolah sehat yang dianggap memenuhi standar kelayakan:
a. Menyediakan makanan yang aman serta bersih
Kantin sekolah harus menyediakan makanan yang bebas dari bahan-bahan kimia
membahayakan, diolah dengan baik, dimasak matang, tidak berbau tengik serta
asam. Penjual juga harus dalam keadaan sehat, dan tempat menjual makanannya
perlu terjaga dengan bersih.
b. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan baik
Pihak sekolah perlu mengajarkan anak untuk mencuci tangan dengan cara yang
baik dan benar, yakni dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
setidaknya selama 20 detik. Lakukan langkah cuci tangan ini khususnya sebelum
dan sesudah makan.
c. Produk makanan memiliki label yang jelas
Produk makanan harus memiliki label yang jelas, seperti nama produk, tanggal
kedaluwarsa, komposisi, dan informasi nilai gizi. Untuk produk yang tidak
memiliki label makanan (seperti lemper, lontong, dan lainnya), pastikan
kemasannya dalam kondisi yang baik.
d. Melatih anak untuk membaca label informasi nilai gizi
Membaca label informasi nilai gizi dapat membantu anak untuk membuat pilihan
makanan yang lebih sehat. Label ini menyediakan informasi penting. Misalnya,
kalori, total lemak, kolesterol, protein, karbohidrat, vitamin, dan banyak lagi.
e. Menyuplai berbagai minuman sehat
Kriteria kantin sekolah sehat tak hanya membuat aturan mengenai makanan.
Syarat ini juga berlaku untuk minuman.Beberapa jenis minuman sehat perlu
disediakan oleh pihak sekolah, antara lain air putih, susu, jus, serta sport drink
yang bisa dikonsumsi anak sehabis berolahraga.
f. Tidak menjual makanan dan minuman berwarna mencolok
Makanan dan minuman yang berwarna terlalu mencolok bisa jadi mengandung
pewarna serta bahan-bahan kimia yang merugikan kesehatan anak. Jadi penjualan
produk sejenis ini perlu dihindari.
g. Tidak menjual makanan dengan rasa tertentu
Pihak sekolah harus memastikan bahwa rasa makanan yang dijual di kantin tidak
terlalu asin, manis, serta asam. Dengan ini, asupan nutrisi anak bisa tetap
seimbang.
h. Batasi persediaan makanan cepat saji
Terlalu banyak mengonsumsi junk food bisa mencetuskan berbagai masalah
kesehatan pada anak. Jenis-jenis makanan ini meliputi kentang goreng,
hamburger, ayam goreng, pizza, dan mi instan.
i. Membatasi persediaan makanan ringan
Camilan yang rendah nutrisi serta tinggi gula dan garam tidak masuk dalam syarat
kantin sekolah sehat. Contohnya, keripik kentang, cookies, donat, permen, dan
lainnya.
j. Memperbanyak persediaan makanan berserat
Sumber serat bisa dari sayur maupun buah. Menu sayur-buah, seperti rujak, gado-
gado, karedok, pecel, dan sebagainya, harus lebih ditingkatkan kualitas serta
kuantitasnya.
Bagaimana dengan syarat kantin sekolah sehat menurut Kemenkes?
Pada tahun 2006, Kementerian Kesehatan RI juga telah membuat peraturan mengenai
syarat kantin sekolah yang sehat. Kriterianya meliputi:
a. Tersedia tempat mencuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir
b. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
c. Tersedia tempat penyimpanan bahan-bahan makanan
d. Tersedia tempat penyimpanan makanan siap saji yang tertutup
e. Tersedia tempat penyimpanan peralatan makan dan minum
Jarak kantin dengan lokasi pembuangan sampah sementara (TPS) minimal 20 meter
Peran pihak sekolah untuk mewujudkan kantin sekolah sehat sangatlah penting. Menurut
BPOM, para guru perlu rutin melakukan pengawasan terhadap makanan-makanan di
kantin sekolah maupun di sekitar luar sekolah.Selain itu, membatasi pemberian gula,
garam dan penyedap rasa juga baik untuk kesehatan anak. Pihak sekolah juga diharapkan
mengetahui apa saja jenis jajanan yang dijual di kantin agar dapat memantau apakah
makanan tersebut bergizi baik atau tidak.

5. siapa saja yang berperan dalam mewujudkan kantin sehat di sekolah ?


Jawab:

6. siapa yang mengawasi kantin sehat di sekolah ?


Jawab:

7. bagaimana pengelolaan limbah yang baik di sekolah ?


jawab:
1.Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik
dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
2.Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
a.Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang
masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas].
b.Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
c.Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah
menjadi barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos].
3.Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah, dikumpulkan ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya
diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA)

8. apa saja kriteria sanitasi di sekolah sehat ?


Jawab:
Persyaratan sanitasi kantin antara lain di jelaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003, tentang kelaikan higiene sanitasi pada kantin.
Namun sebelum kita berbicara lebih jauh tentang sanitasi kantin, perlu kita ingatkan kembali
pengertian sanitasi yang merupakan upaya Universitas Sumatera Utara kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan (Depkes, 2003) Persyaratan sanitasi kantin
sesuai Kepmenkes diatas meliputi faktor bangunan, konstruksi, dan fasilitas sanitasi, sebagai
berikut : 2.4.1. Bangunan 1. Bangunan kantin kokoh, kuat dan permanen. 2. Ruangan harus
ditata sesuai fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan
dan makanan jadi serta barang barang lainnya yang dapat mencemari makanan. 2.4.2.
Konstruksi 1. Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih. 2. Dinding.
Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan. 3. Ventilasi. Ventilasi alam harus
cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan
debu dalam ruangan. Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi
persyaratan. 4. Pencahayaan. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk
melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruangan. 5.
Atap. Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya. 6. Langit-
langit. Permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang. Universitas Sumatera Utara 2.4.3.
Pencahayaan Pencahayaan untuk jasaboga telah diatur dalam Kepmenkes No.. 715 tahun 2003
disetiap tempat seperti dapur, tempat masak, dan tempat cuci peralatan. Intensitas
pencahayaan sedikitnya 10 foot candle pada titik 90 cm dari lantai. Pencahayaan harus tidak
menyilaukan dan tersebar merata, sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menempatkan beberapa lampu dalam satu
ruangan. Pencahayaan dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter). Untuk
perkiraan secara kasar dapat dilakukan sebagai berikut : - Lampu listrik 1 watt menghasilkan 1
candle cahaya. Maka jarak 1 kaki, 1 watt menghasilkan 1 foot candle (jarak 1 kaki = 30 cm). -
Satu watt pada jarak 1 meter (3 kaki) menghasilkan cahaya lebih rendah yaitu 1 /3 foot candle. -
Satu watt pada jarak 2 meter (6 kaki) menghasilkan 1 /3 x 1 / 2 =1 / 6foot candle. - Satu watt
pada jarak 3 meter (9kaki) menghasilkan 1 /3 x 1 /3 = 1 /9foot candle. Maka untuk 60 watt pada
jarak 2 meter (6 kaki) akan menghasilkan 1 / 6 x 60fc = 60/6 fc = t 10 fc. - Jadi syarat minimal
pemakaian lampu listrik adalah 60 watt untuk menghasilkan 10 fc pada jarak 2 meter.
Universitas Sumatera Utara 2.4.4. Ventilasi Dalam Kepmenkes No. 715 tahun 2003 ventilasi pada
ruangan tempat pengolahan makanan harus baik berkisar antara 28o C — 32o C. Sejauh
mungkin ventilasi harus cukup untuk mencegah udara ruangan tidak terlalu panas, mencegah
terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit, dan
menghilangkan bau, asap, dan pencemaran lain dalam ruangan. Ventilasi dapat diperoleh secara
alamiah dengan membuat lubang penghawaan yang cukup. Lubang penghawaan bisa berupa
lubang penghawaan tetap dan lubang insidental (misalnya jendela yang bisa dibuka dan
ditutup). Jumlah lubang penghawaan minimal 10 % luas lantai. Aliran ventilasi yang
dipersyaratkan adalah minimal 15 kali per menit. Bila ventilasi alamiah tidak dapat memenuhi
persyaratan maka dapat dibuat ventilasi buatan berupa ventilasi mekanis, misalnya kipas angin,
exhaust fan, AC. 2.4.5. Fasilitas Sanitasi 1. Air bersih. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat
fisik (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk
seluruh kegiatan. 2. Air limbah. Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air
limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang air limbah tertutup.
Universitas Sumatera Utara 3. Toilet. Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia
jamban, peturasan dan bak air. Tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan. Di dalam toilet
harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup. 4. Tempat sampah. Tempat sampah
dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai tutup. Tersedia pada setiap
tempat/ruang yang memproduksi sampah. Sampah dibuang tiap 24 jam. 5. Tempat cuci tangan.
Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu dan
karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air mengalir, sabun/deterjen, bak
penampungan yang permukaanya halus, mudah dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran
pembuangan yang tertutup. 6. Tempat mencuci peralatan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman,
tidak berkarat dan mudah dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci
yaitu untuk mengguyur, menyabun dan membilas. 7. Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat
dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan. 8. Tempat penyimpanan air
bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat menahan masuknya tikus dan serangga. 2.4.6.
Ruang Dapur, Ruang Makan dan Penyajian 1. Dapur. Dapur harus bersih, ruang dapur harus
bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya. Universitas Sumatera Utara 2. Ruang makan.
Ruang makan bersih, perlengkapan ruang makan (meja, kursi, taplak meja), tempat peragaan
makanan jadi harus tertutup, perlengkapan bumbu kecap, sambal, merica, garam dan lain-lain
bersih. Penerapan beberapa parameter diatas pada dasarnya bertujuan untuk meminimalisasi
faktor makanan sebagai media penularan penyakit dan masalah kesehatan. Persyaratan sanitasi
tersebut juga sebagai salah satu bentuk sistem kewaspadaan dini, juga sebagai alat untuk
menilai faktor resiko. Prosedur ini umum, dalam kaitan dengan hygiene dan sanitasi makanan,
kita kenal sebagai system Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Sistem ini pada
dasarnya merupakan pendekatan yang mengidentifikasikan hazard spesifik dan tindakan untuk
mengendalikannya. Yang dimaksud dengan hazard - dapat berupa agens biologis, kimiawi, atau
agen fisik pada makanan yang berpotensi menyebabkan efek yang buruk pada kesehatan.
(Depkes, 2003)

9. apa saja syarat personal hygiene untuk penjaga kantin sekolah ?


10. apa saja yang termasuk penyakit berbasis lingkungan ( penyebab,cara penularan dan cara
pencegahannya) ?
11. apa saja kriteria dari air bersih ?
12. apa saja prinsip dasar sanitasi ?
Jawab:
Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan
perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit dengan
dapat mengakses jamban
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.CTPS
merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir.
Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)
Masyarakat melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga
untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan
untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam
proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan pengelolaan sampah rumah tangga adalah untuk menghindari penyimpanan
sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah.Penanganan sampah yang
aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau
pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan
masyarakat dan lingkungan.
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.
Masyarakat melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang
berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar
baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusan
mata rantai penularan penyakit serta mengurangi pencemaran terhadap lingkungan

13. bagaimana prosedur inspeksi sanitasi di sekolah ?


14. bagaimana sanitasi makanan dan minuman di sekolah ?
Jawab:
1. Makanan
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu
dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di
rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus
menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.
Prinsip higiene sanitasi makanan :
1)Pemilihan bahan makanan
Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi
persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar,
tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan
beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam
kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar
dan tidak kadaluwarsa.
2)Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam
kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus
terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan
hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang
disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih
dahulu.
3)Pengolahan makanan
Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan
makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :
-Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah
masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.
-Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak
berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana
asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan
harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.
-Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan
makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas
cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
-Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit
menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
4)Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan,
tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik
suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat
mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
5)Pengangkutan makanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus
memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara
pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk
menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.
6)Penyajian makanan
Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji
biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:
-Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan
5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur,
keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa).
Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
-Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam
waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan
aman.
-Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia
maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil
mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar
yang telah baku. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu
tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya
waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan
matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam
dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein
tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini
untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang
dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.
2. Minuman
Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan
kualitas air minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu: Air untuk minum
harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui :
a)Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik filter, dan sebagainya.
b)Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya.
c)Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan
d)Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

Wadah Penyimpanan Air Minum Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya


menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:
-Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
-Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.
-Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu
tertutup.
-Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum
air langsung mengenaimulut/wadah kran.
-Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau oleh binatang.
-Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang
sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

Hal penting dalam PAMM-RT


-Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap
santap.
-Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.
-Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap
serta untuk mengolah makan siap santap.
-Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air
minum.
-Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

(SUMBER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT)

DIARE
1. Definisi:
Diare adalah pengeluaran feses yang konsistensinya lembek sampai cair dengan
frekuensi pengeluaran feses sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari.
2. Jenis diare
Diare akut : Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
Diare kronik:Diare kronik yaitu diare yangberlangsung lebih dari 15 hari
3. Etiologi:
Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoa dapat menyebabkan diare. Eschericia
coli enterotoksigenic, Shigellasp, Campylobacterjejuni,danCryptosporidiumspmerupakan
mikroorganisme tersering penyebab diare pada anak.
4. Patogenesis
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. Virus
atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan akan menyebabkan
infeksi,sehingga dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan
digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga fungsi sel–sel ini masih belum
optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus mengalami atrofi yangmengakibatkan tidak
terserapnya cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap
akan terkumpul diusus halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makananyang tidak
diserap tadi akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.
5. Manifestasi Klinis
Demam,tidak nafsu makan,Tinja akan menjadi cair dan dapat disertai dengan lendir
ataupun darah.Warna tinja dapat berubah menjadi kehijau–hijauan karena tercampur
dengan empedu.Frekeuensi defekasi yang meningkat menyebabkan anus dan daerah
sekitarnya menjadi lecet.Tinja semakin lama semakin asam sebagai akibat banyaknya asam
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala
muntah dapat ditemukansebelum atau sesudah diare. Muntah dapat disebabkan oleh
lambung yang meradang atau gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6. Tatalaksana
Terdapat 5 prinsip penanganan diare.
Prinsip yang pertama yaitu berikan oralit.
Oralit bermanfaat untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang akibat diare.
Cara pemberiannya yaitu masukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air matang
(200cc). Anak dengan usia kurang dari satu tahun diberikan 50-100cc cairan oralit setiap
setelah buang air besar dan anak dengan usia lebih dari satu tahun diberikan 100-200cc
cairan oralit setiap setelah buang air besar
Prinsip yang kedua yaitu berikan zink selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zink dapat
mempercepat penyembuhan diare dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada
anak. Zink diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan dosis untuk
balita umur <6 bulan yaitu ½ tablet (10mg) per hari dan untuk balita ≥6 bulan diberikan
dosis 1 tablet (20mg) per hari
Prinsip yang ketiga yaitu teruskan ASI dan pemberian makan. Berikan ASI apabila anak
masih mendapatkan ASI dan sebanyak yang anak mau, serta berikan makanan dengan
frekuensi lebih sering sampai anak berhenti diare
Prinsip yang keempat yaitu berikan antibiotik secara selektif.Antibiotik hanya boleh
diresepkan oleh dokter.
Prinsip yang kelima yaitu memberi nasihat bagi ibuatau pengasuh. Berikan nasihat tentang
cara pemberan oralit, zink,ASI,dan makanan.Berikan informasi mengenai tanda-tanda
untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan apabila ditemukan buang air besar
cair berlebih, makan atau minum sedikit, demam, tinja berdarah,dan tidak membaik dalam
waktu 3 hari.
7. Pencegahan
Diare dapat dicegah dengan cara memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun, memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, memberikan minum
air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan dengan
air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, buang air besar di jamban,
membuang tinja bayi dengan benar,dan yang terakhir adalah memberikan imunisasi
campak.
Sumber:Utami, N. & Luthfiana, N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak.
Majority (2016).

2.3. Diare pada Anak


Diaremerupakan salah satu penyakit berbasil lingkungan yaitusuatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Diare itu sendiri dibagi
menjadi dua jenis yaitu akut dan kronik. Diare akut pada anak didefenisikan sebagai buang air
besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi
cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.(IDAI_).
Sementara itu diare kronik didefenisikan sebagai diare yang berlangsung minimal dua minggu
walaupun demikian gejala pada diare kronik tidak spesifik seperti halnya pada diare akut.
(Nelson)

2.3.1. Etiologi
Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen. Enteropatogen
menimbulkan non-inflamatori diare melalui produksi enterotoksin oleh bakteri , destruksi sel
permukaan vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi bakteri.
Berikut ini adalah beberapa agent penyebab diare akut (IDAI):

Tabel Agen-Agen Penyebab Diare


Bakteri Virus Parasit
Aeromonas sp. Asto virus Cryptosporidium
Basillus cereus Kalisi virus Cylospora spp.
Campylobacter jejuni Korona virus Entaamoeba histolytica
Clostridium perfringens Adeno virus enteric Enterocytozoon bieneusi
Clostridium difficile Virus Norwalk Giardia lambia
Eschericia coli Rota virus Isospora belli
Plesiomonas shigelosis Stongyloides stercoralis
Salmonella
Shigella
Stapilococcus aureus
Vibrio cholerae
Vibro parahemolitycus
Yersinia enterocolitiea

Selain disebabkan oleh agen-agen infeksi seperti pada tabel diatas, diare juga dapat disebabkan
oleh agen non infeksi seperti pada tabel berikut:

Tabel. Penyebab Diare Non-Infeksi


Kesulitan Makan Keracunan Makanan
Defek anatomis - Logam berat
- Malrotasi - Mushrooms
- Penyakit Hirchsprung Neoplasma
- Short Bowel Syndrome - Neuroblastoma
- Atrofi mikro villi - Phaechromocytoma
- Striktur - Sindroma Zollinger Ellison
Malabsorbsi Lain-lain
- Defisiensi disakaridase - Infeksi non gastrointestinal
- Malabsorbsi glukosa-galaktosa - Alergi susu sapi
- Cystic fibrosis - Penyakit Crohn
- Cholestosis - Defisiensi imun
- Penyakit celiac - Colitis ulserosa
Endokrinopati - Gangguan motilitas usus
- Tirotoksikosis - Pellagra
- Penyakit Adison
- Sindroma adrenogenital

Sumber : Nelson textbook of Pediatric ed 15

2.3.2. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun. Didunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena
diare dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. (IDAI) Di indonesia, angka kesakitan
akibat diare masih tinggi walaupun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan yaitu 423 per
1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010 (survey
morbiditas subdit diare tahun 2010).

2.3.3. Faktor resiko dan penularan


Mekanisme penularan utama untuk penularan diare pada anak adalah melalui fekal-oral, dengan
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat serta makanan dan air sebagai penghantar untuk kebanyakan
kejadian (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). (IDA, buku panduan) Faktor-faktor yang
dapat menambah kerentanan terhadap infeksi enteropatogen adalah usia muda, defisiensi imun,
campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah endemik, kekurangan ASI, pemajanan terhadap
keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan
pengunjung pelayanan kesehatan. (Nelson)
1. Faktor umur
Sebagian besar kasus diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada umur 6-11 bulan pada saat diberi makanan pendamping ASI. Hal ini
dimungkinkan akibat terjadinya penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif
bayi, pengenalan makanan yang meungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak
langsung dengan tinja manusia ataupun hewan saat anak mulai merangkak. (IDAI)
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat
setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Orang ddengan infeksi
asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila
mereka tidak menyadari infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lainnya. (IDAI)
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub tropik,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi selama musim dingin. Di daerah tropik termasuk
Indonesia, diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahundengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung
meningkat pada musim hujan. (IDAI)
4. Epidemi dan pandemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi
yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua umur. Sejak
tahun 1961, kolera yang disebabkan oleh V. Cholera 0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke
negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia, Timur tengah dan di beberapa daerah di
Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1
menyebabkan wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan
Asia Selatan.(IDAI)
5. Faktor perilaku
- Tidak memberikan ASI (ASI ekslusif), memberikan MP-ASI terlalu dini
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko terkena penyakit diare karena
sangat sulit untuk membersihkan botol susu
- Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/Makan,
setelah BAB, dan setelah membersihkan BAB anak
- Penyimpanan makanan yang tidak higienis(PANDUAN)

Berdasarkan studi Basic Human Service (BHS) di Indonesia tahum 2006, perilaku masyarakat
dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) Setelah membersihkan tinja
bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) Sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v)
sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara itu studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air
minum tetapi 47,50% dari tersebut masih mengandung Escherisia coli. Kondisi tersebut
berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare nasional sebesar 423 per seribu penduduk
pada semua umur dan 16 provinsi mengalami KLB diare dengan case fatality rate (CFR) sebesar
2,52. (sanitasi totalberbasis masyrkt)
2.3.4. Prinsip tatalaksana diare
Di Indonesia, prinsip tatalaksana diare pada balita dikenal dengan istilah LINTAS DIARE.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/ menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS
DIARE) yaitu: (buku panduan)
1. Rehidrasi menggunakan Oralit Osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan makanan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua/ pengasuh

2.3.4. Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit diare harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya, yaitu:
a. Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1. Gunakanlah air dari sumber terlindungi
2. Pemeliharaan dan tutup sarana air agar terhindar dari pencemaran
b. Pembuangan kotoran tidak saniter
1. Buanglah tinja di jamban
2. Buanglah tinja bayi di jamban (air cucian popok bayi jangan dialirkan keselokan)
3. Buatlah jamban sendiri atau perkelompok
c. Perilaku tidak higienis
1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
3. Minumlah air putih yang telah dimasak
4. Menutup makanan dengan tudung saji
5. Cuci alat makan dengan air bersih
6. Jangan makan makanan/ jajanan yang kurang bersih
7. Bila bayi mengalami diare, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/
mendidih
d. Intervensi faktor lingkungan
1. Perbaiki sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung
2. Perbaikan sanitasi diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang
bisa diambil adalah dengan menjaga kebersihan kandang hewan, buang air besar di
jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan lain-lain.

Perlu diingat bahwa keberadaan lalat sangat berperan penting terhadap terjadinya kasus diare
karena laalt merupakan vektor pembawa bakteri enteropatogen. Lalat adalah serangga yang
sangat menyukai tempat-tempat basah dan bau seperti sampah basah, kotoran binatang,
tumbuhan busuk, air kotor (untuk lalat rumah), dan kotoran yang menumpuk secara kumulatif
(dikandang). Pada tempat-tempat tersebut lalat akan hinggap untuk mencari makan dan
berkembang biak. Saat lalat hinggap, lalat akan mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk
titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengetahui tempat peristirahatan
lalat. Tempat-tempat peristirahatan lalat terutama di siang hari adalah lantai, dinding, langit-
langit rumah, rumput-rumput, dan tempat-tempat sejuk. (pengendalian lalat)

Daftar pustaka
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2012.Buku Ajar Gastroenterolohi-Hepatologi
jil.1.Jakarta:Badan Penerbit IDAI
2. Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak vol.2.Jakarta:EGC
3. “Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita untuk Petugas Kesehatan 2011”
diunduh dari www.depkes.go.id pada 15 Juli 2013 pukul 13.47
4. “Pedoman Teknis Pengendalian Lalat” diunduh dari www.depkes.go.id pada 15 Juli 2013
pukul 12.30
5. Keputusan Mentri Kesehatan No 825/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai