Anda di halaman 1dari 8

EPIDEMIOLOGI

KONSEP SEHAT SAKIT PENYAKIT

Dosen Pengampu :
Efri Tri Ardianto , S.KM., M.Kes

Disusun Oleh :
Mohammad Maulana Rifki Fadilah
NIM. G41201082
Golongan B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
PENYAKIT DIARE

I. FASE POLA PERKEMBANGAN DIARE

Perkembangan teori terjadinya penyakit salah satunya yaitu teori ekologi lingkungan.
Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan masih merupakan masalah kesehatan yang
selalu ada di tengah – tengah masyarakat Indonesia, salah satunya adalah penyakit Diare.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan yang mempengaruhi diare, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tercemar
kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat maka dapat menimbulkan
kejadian diare. Diare merupakan gejala dari penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus atau organisme parasit yang sebagian besar penyebarannya disebabkan oleh air yang
terkontaminasi. Diare adalah penyakit penduduk yang merupakan penyebab 4% seluruh
kematian penduduk di seluruh dunia dan 5% penderita yang kembali sehat telah menjadi
cacat. Paling sering disebabkan karena infeksi gastrointestinal yang telah membunuh sekitar
2,2 gastrointestinal yang telah membunuh sekitar 2,2 juta penduduk dunia setiap tahunnya,
sebagian besar adalah anakanak di negara-negara berkembang. Di Indonesia, diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka
kematian serta kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan (Depkes RI, 2007). Berdasarkan
kementrian kesehatan republik Indonesia jumlah kasus diare mencapai 18 kali KLB diare
yang menyebar di 11 provinsi dan 18 kabupaten dengan jumlah penderita 1.213 orang dan
kematian 30 orang (CFR 2,47 %) pada tahun 2015, tahun 2017 kasus diare mencapai
6,897,463 dengan penanganan 2,544,084 atau 36,9 % (kemenkes RI, 2017)

II. KETERPAPARAN
Dalam kasus diare sifat keterpaparannya yaitu sangat tinggi sesuai dengan kondisi suatu
lingkungannya. Lingkungan yang bersih akan menurunkan sifat keterpaparan, sedangkan
perilaku hidup kotor akan meningkatkan sifat keterpaparan diare. Dalam hal ini juga
konsentrasi yang menjadi penyebab penularan diare juga sangat memengaruhi keterpaparan
seperti banyaknya unsur bakteri atau virus yang berada dalam lingkungan tersebut. Meski
demikian terkadang seseorang meski hidup di daerah yang rentan terserang diare sangat kebal
terhadap diare karena imun tubuh orang tersebut sudah membentuk untuk mencegah diare.
III. CARA PENULARAN DIARE
Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya melalui fecal-oral, yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Jalur masuknya virus, bakteri atau kuman penyebab diare ke tubuh manusia dapat melalui 4F,
yaitu fluids(air) ,fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (tangan). Menurut Wagner dan Lanoix
dalam Depkes 2000 , tahapan penularannya dimulai dari cemaran yang berasal dari kotoran
manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu berpindah ke makanan yang kemudian disantap
manusia (Sardjana, 2007).

Menurut teori The web of causation, sesuatu penyakit terjadi karena hubungan sebab
akibat. Diare juga termasuk penyakit yang menggunakan teori The web of causation. Proses
pemindahan bakteri dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai
media perantara, antara lain sebagai berikut (Depkes, 2000).
1. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber
penularan bila pembuangannya tidak aman sehingga dapat mencemari
tangan, air, tanah atau dapat menempel pada lalat dan serangga lainnya
yang menghinggapi tinja.
2. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya
makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum
oleh manusia.
3. Tinja dapat mencemari tangan atau jari- jari manusia selanjutnya dapat
mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan,
demikian juga tangan yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan
mulut.
4. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian
makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga, kuman
penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap di makanan yang
kemudian dimakan oleh manusia.
5. Melalui lalat atau serangga lainnya, kuman penyakit dapat mencemari
makanan sewaktu hinggap di makanan yang kemudian dimakan oleh
manusia.
6. Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya sarana
pembuangan tinja atau membuang tinja di smebarang tempat, dimana tanah tersebut
selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak langsung dengan mulut manusia.
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman kuman seperti virus dan
bakteri. Air merupakan media penularan utama terjadinya penularan air melalui fecal-
oral. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar, baik
tercemardarisumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau
tercemarpada saat disimpan di rumah (Widoyono, 2008).
IV. FAKTOR MEMPENGARUHI DIARE
1. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi diare adalah pendapatan dan pendidikan.
Status ekonomi dan pendidikan yang rendah akan mempengaruhi sanitasi permukiman
yang berperan terhadap kejadian diare, misalnya kepadatan hunian, ketersediaan jamban,
ketersediaan air bersih, dan sarana untuk memelihara kebersihan perorangan. Menurut
Mugiati (2005) semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas penduduk akan
semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuan. Penelitian, (Puji Astuti, 2011),
menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyakit diare, yaitu :
a) Penyediaan Air
b) Jamban
c) Sampah
d) Sanitasi Makanan
3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku dapat meningkatkan insiden, beratnya penyakit dan lamanya
diare. Beberapa perilaku dan keadaan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare,
yaitu (Depkes, 2009)
a) Menggunakan Air Minum yang Tercemar
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat penyimpanan. Untuk
mengurangi risiko tercemarnya air minum maka perlu adanya antisipasi seperti
menutup tempat penyimpanan air, menggunakan air yang bersih, dan memasak
air sampai mendidih (Chandra, 2007). Penelitian Yulisa (2008), menunjukkan
bahwa ada pengaruh sumber air minum dengan kejadian diare pada balita dengan
nilai (p value 0,0001).
b) Kebiasaan Membuang Feses
Feses mengandung bakteri atau virus dalam jumlah besar, oleh karena itu
feses harus dibuang secara benar (Depkes, 2009).
c) Menggunakan Jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan risiko
terhadap penyakit diare (Depkes, 2009).
d) Kebiasaan Mencuci Tangan
Perilaku mencuci tangan mempunyai pengaruh yang penting dalam penularan
atau kejadian diare, misalnya mencuci tangan dengan sabun terutama sebelum
dan setelah makan, setelah buang air besar, sesudah membuag tinja anak (Depkes
RI, 2002).
V. PENYEBAB DIARE
Menurut Widoyono (2008) dan Depkes (2000), etiologi diare dapat dikelompokkam
menjadi beberapa bagian, yaitu
1. Virus : Rotavirus dan Adenovirus.
2. Bakteri : Shigella, Salmonella, Escherichia coli, golongan Vibrio, Clostridium
perfringens.
3. Parasit : Entamoeba histolytica, Protozoa, Giardia Lamblia, Cryptosporidium.
4. Makanan, yaitu makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak,
sayuran mentah dan kurang matang.
5. Malabsorpsi.
6. Alergi makanan atau minuman yang tidak dapat dicerna dengan baik.
7. Imunodefisiensi.
Diare lebih banyak disebabkan oleh infeksi virus dan akibat dari racun
bakteri. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi, serta
tersedia air bersih akan menyebabkan pasien yang tidak kurang gizi biasanya
sembuh dari infeksi virus dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu.
Namun untuk pasien yang kurang gizi dapat menyebabkan dehidrasi yang parah
(Sardjana, 2007).
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 kategori yaitu,
infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunisasi defisiensi, dan sebab- sebab lain.
Namun yang sering ditemukan secara empiris adalah diare yang disebabkan oleh
infeksi dan keracunan (Sardjana, 2007).
VI. GEJALA DIARE
 Sering buang air
 Kejang lambung
 Ingin sering buang air
 Mabuk dan muntah
 Demam
 Tidak berselera makan
 Dehidrasi

VII. PENCEGAHAN DIARE


Menurut Depkes RI (2009), hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan atau mencegah
timbulnya diare, yaitu
1. Penyediaan sarana air bersih dan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum mengolah makanan, dan
setelah buang air besar.
3. Merebus air minum hingga mendidih.
4. Membiasakan buang air besar di WC/kakus/jamban.
5. Menutup makanan rapat-rapat agar terhindar dari lalat.
6. Memberikan ASI pada bayi hingga usia 2 tahun.
7. Penyuluhan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Rizka Najla Huwaida, 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Escherichia Coli Air
Bersih Pada Penderita Diare Di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota
Tangerang Selatan Tahun 2014”. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif
Hidayahtullah.

Fauzi, Ahmad. 2004. “Diare Akut Disebabkan Bakteri”. Universitas Sumatra Utara.

IG. Dodiet Aditya Setyawan dan Wiwik Setyaningsih. 2021. “Studi Epidemiologi Pendekatan
Analisis Spasial Terhadap Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
Pada Anak di Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen”. Tahta Media : Sragen.

Anda mungkin juga menyukai