Disusun Oleh : Mohammad Maulana Rifki Fadilah NIM. G41201082 Golongan B
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2021 I. BESARAN IURAN NON PBI PADA PERATURAN PRESIDEN NO. 82 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
SASARAN PESERTA PROSENTASE KONTRIBUSI KETERANGAN
UPAH IURAN PNS/TNI/POLRI/PENERIMA Nilai nominal 1. Iuran bagi 1. Iuran PENSIUN,PNS, TNI POLRI penerima pensiun sebagaimana sebagaimana dimaksud pada dimaksud dalam ayat (1) dibayar Pasal 4 ayat (5) oleh Pemerintah huruf a, huruf b, Pusat dan penerima huruf c, dan huruf pensiun dengan d yaitu sebesar ketentuan sebagai 5% (lima persen) berikut: a. 3% (tiga dari besaran persen) dibayar pensiun pokok oleh Pemerintah dan tunjangan Pusat;dan b. 2% keluarga yang (dua persen) diterima per dibayar oleh bulan. 2. Iuran penerima pensiun. yang teridiri dari 2. Iuran Pejabat Negara, sebagaimana pimpinan dan dimaksud pada anggota Dewan ayat (1) dibayar Perwakilan dengan ketentuan Rakyat Daerah, sebagai berikut: a. PNS, Prajurit, 3% (tiga persen) Anggota Polri, dibayar oleh kepala desa dan Pemberi Kerja; dan perangkat desa, b. 2% (dua persen) dan Pekerja/ dibayar oleh pegawai sebagaimana Peserta. dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf h yaitu sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan. Pekerja Penerima Upah (PPU) Nilai nominal Besaran iuran 1% Juran bagi Peserta (satu persen) dari PPU dibayar oleh Gaji atau Upah Pemberi Kerja dan Peserta PPU per pekerja orang per bulan.
II. BESARAN IURAN PESERTA MANDIRI PADA PERATURAN PRESIDEN NO.
64 TAHUN 2020 ATAS PERUBAHAN KEDUA DARI PERPRES NO. 82 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
SASARAN PROSENTASE KONTRIBUSI KETERANGAN
PESERTA UPAH IURAN Peserta Bukan Nilai nominal Besaran Iuran bagi Besaran Iuran bagi Penerima Upah Peserta PBPU dan Peserta PBPU dan (PBPU) Peserta BP dengan Peserta BP dengan Manfaat pelayanan di Manfaat pelayanan di ruang perawatan ruang perawatan Kelas III yaitu sama Kelas III yaitu sama dengan besaran Iuran dengan besaran Iuran bagi Peserta PBI bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1 ) dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk tahun 2O2O: 1. sebesar Rp25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dibayar oleh Peserta PBPU dan Peserta BP 2. sebesar Rp16.50t),00 (enam belas ribu lima ratus rupiatr) per orang per bulan dibayar oleh Pemerintah Pusat sebagai bantuan Iuran kepada Peserta PBPU dan Peserta BP;Dan 3. Iuran bagian Peserta PBPU dan Peserta BP atau pihak lain atas nama Peserta sebesar atau pihak lain atas nama Peserta sebesarRp25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) peraturan Presiden ini dibayarkan oleh Pemerintah Daerah sebagai bagian dari penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah daerah;berdasarkan Peraturan Presiden ini dibayarkan oleh Pemerintah Daerah;
III. KAPITASI DAN INA CBGS
A. Kapitasi Definisi dan arti kata Kapitasi adalah suatu metode pembayaran dalam pelayanan kesehatan. Penyedia layanan akan dibayar dalam jumlah tetap per-pasien tanpa memerhatikan jumlah atau sifat layanan yang sebenarnya telah dilakukan. Sistem pembayaran kapitasi adalah system pembayaran yang dilaksanakan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama khususnya Pelayanan Rawat Jalan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di Faskes tersebut dikalikan dengan besaran Kapitasi per jiwa. System pembayaran ini adalah pembayaran di muka atau prospektif dengan konsekuensi pelayanan kesehatan dilakukan secara pra upaya atau sebelum peserta BPJS jatuh sakit. Berdasarkan Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 yang dimaksud dengan Pengelolaan Dana Kapitasi adalah tata cara penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari BPJS Kesehatan. Pelayanan Kesehatan yang termasuk di dalam cakupan pembayaran kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Pasal 16 Permenkes 71 Tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputi administrasi pelayanan, pelayanan promotif dan preventif; pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama. Dalam Pasal 17 Permenkes 71 Tahun 2013, Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 untuk pelayanan medis mencakup : Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama; Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan; Kasus medis rujuk balik; Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama; Rehabilitasi medik dasar. B. INA CBG’S INA-CBG's adalah sebuah sistem untuk menentukan tarif standar yang digunakan oleh rumah sakit sebagai referensi biaya claim ke pemerintah selaku pihak bpjs atas biaya pasien BPJS. INA-CBGs merupakan instrumen untuk menghitung pembayaran kepada rumah sakit dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit yang diderita pasien. Arti dari Case Base Groups (CBG) itu sendiri, adalah cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Sistem INA-CBG'S adalah aplikasi yang digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim Rumah Sakit, Puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia. Case Base Groups (CBG's), yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis- diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Tarif INA-CBG’s adalah tarif dengan sistem paket yang dibayarkan per episode pelayanan kesehatan, yaitu suatu rangkaian perawatan pasien sampai selesai, besar kecilnya tarif tidak akan dipengaruhi oleh jumlah hari perawatan.
IV. Mencari dan menjawab uraian dibawah
1. Syarat keanggotaan BPJS Fotocopy Kartu Keluarga (KK) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Nomor HP NPWP Fotocopy halaman pertama buku tabungan (boleh menggunakan rekening tabungan kepala keluarga/salah satu keluarga yanga tercatat dalam KK) Fotokopi Paspor Pas Foto 3X4 dengan maksimal ukuran 50kb Alamat e-mail 2. Besar premi Kelas 1, 2 dan 3 Besar premi bpjs kelas 1 Sebesar Rp 150.000 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 1. Besar premi bpjs kelas 2 Sebesar Rp 100.000 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 2. Besar premi bpjs kelas 3 Sebesar Rp 42.000 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3 (Rp 35.000 dibayar peserta dan Rp 7.000 dibayar pemerintah). 3. Sanksi keterlambatan pembayaran premi Sanksi keterlambatan pembayaran premi sebesar 0,5% (lima perseribu) per hari keterlambatan dari jumlah premi yang masih harus dibayar dan paling tinggi 150% (seratus lima puluh perseratus) dari jumlah premi yang seharusnya dibayar untuk keterlambatan pembayaran premi setelah tanggal 31 Juli 2021. 4. Prosedur pemanfaatan pelayanan di faskes 1 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang diberikan oleh: o Puskesmas atau yang setara o Praktik Mandiri Dokter o Praktik Mandiri Dokter Gigi o Klinik pertama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/Polri o Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara o Faskes Penunjang: Apotik dan Laboratorium
Prosedur pelayanan
1) Peserta datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat peserta
terdaftar dan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan, menunjukkan kartu identitas peserta JKN-KIS/KIS Digital dengan status aktif dan/atau identitas lain yang diperlukan (KTP, SIM, KK). 2) Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat peserta terdaftar. 3) Apabila peserta melakukan kunjungan ke luar domisili karena tujuan tertentu yang bukan merupakan kegiatan yang rutin, atau dalam keadaan kedaruratan medis, peserta dapat mengakses pelayanan RJTP pada FKTP lain yang di luar wilayah FKTP terdaftar, paling banyak 3 (tiga) kali kunjungan dalam waktu maksimal 1 (satu) bulan di FKTP yang sama. 4) Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh masing-masing FKTP. 5) Atas indikasi medis apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, peserta akan dirujuk Ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sesuai dengan sistem rujukan berjenjang secara online. 5. Prosedur pemanfaatan pelayanan di faskes 2 Berdasarkan PERMENKES nomor 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional : Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) a. Peserta datang ke Rumah Sakit dengan menunjukkan nomor identitas peserta JKN dan surat rujukan, kecuali kasus emergency, tanpa surat rujukan b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan pelayanan. c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap sesuai dengan indikasi medis. d. Apabila dokter spesialis/subspesialis memberikan surat keterangan bahwa pasien masih memerlukan perawatan di FKRTL tersebut, maka untuk kunjungan berikutnya pasien langsung datang ke FKRTL (tanpa harus ke FKTP terlebih dahulu) dengan membawa surat keterangan dari dokter tersebut. e. Apabila dokter spesialis/subspesialis memberikan surat keterangan rujuk balik, maka untuk perawatan selanjutnya pasien langsung ke FKTP membawa surat rujuk balik dari dokter spesialis/subspesialis. f. Apabila dokter spesialis/subspesialis tidak memberikan surat keterangan sebagaimana dimaksud pada poin (d) dan (e), maka pada kunjungan berikutnya pasien harus melalui FKTP. g. Fisioterapis dapat menjalankan praktik pelayanan Fisioterapi secara mandiri (sebagai bagian dari jejaring FKTP untuk pelayanan rehabilitasi medik dasar) atau bekerja di Fasilitas PelayananKesehatan. h. Pelayanan rehabilitasi medik di FKRTL dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik. i. Dalam hal rumah sakit belum memiliki dokter spesi alis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik, maka kewenangan klinis dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik dapat diberikan kepada dokter yang selama ini sudah ditugaskan sebagai koordinator pada bagian/ departemen/ instalasi rehabilitasi medik rumah sakit, dengan kewenangan terbatas sesuai kewenangan klinis dan rekomendasi surat penugasan klinis yang diberikan oleh komite medik rumah sakit kepada direktur/kepala rumah sakit. j. Apabila dikemudian hari rumah sakit tersebut sudah memiliki dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik maka semua layanan rehabilitasi medik kembali menjadi wewenang dan tanggung jawab dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik. DAFTAR PUSTAKA
Kamus Hukum Online Indonesia. Kapitasi.(https://kamushukum.web.id/arti-kata/kapitasi/).
Diakses pada 12 Maret 2022.
BLUD.co.id. Sistem Kapitasi BPJS. https://blud.co.id/wp/sistem-kapitasi-bpjs/. Diakses pada 12
Maret 2022.
Rizqia Khoirunisa. (2016). Mengenal INA-CBG's Standar tarif BPJS Kesehatan.
(http://www.pasienbpjs.com/2016/07/mengenal-ina-cbgs-standar-tarif-bpjs.html ). Diakses pada 12 Maret 2022.
PERATURAN PRESIDEN NO. 82 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN NO. 64 TAHUN 2020 ATAS PERUBAHAN KEDUA DARI
PERPRES NO. 82 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KESEHATAN.
PERMENKES Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional.
Humas. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan. (2019) .
(https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12) . Diakses pada 11 Maret 2022.