OLEH :
NIM : 10031181924003
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2
a. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi interal ini meliputi: infeksi bakteri (Vibrio,
E. Coli, Salmonella, Shigela, Campylobacter, Yersina, Aeromonas), virus
2. (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus), dan parasit yang terdiri
dari cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans).
3. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
4. Bronchopenemonia,Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun
b. Faktor malabsorbsi
1. Malbsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltose)sukrosa,
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
Gambar 2.1 Virus dan bakteri Penyebab Diare menurut lokasi anatomi
3
2.1.3 Klasifikasi Penyebab Diare
Balita sangat rentan terkena penyakit diare, salah satu faktor penyebab dan risiko yang
berkontribusi terhadap terjadinya diare terhadap anak ialah daya tahan tubuh anak masih
rendah terutama pada kebersihan makanan yang dikonsumsi belum hygienis. Makanan
yang diberikan pada balita seharunya dimasak, disimpan, disajikan sesuai selera yang
beragam sehingga ada keterkaitan yang lebih erat antara bahan makanan dengan para
penanganan makanan (food handlers), Selain itu Faktor risiko perilaku merupakan
kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan dan memperparah
penyakit diare. Perilaku ini antara lain perilaku sehubungan dengan pembuangan tinja,
sanitasi dan kebersihan perorangan (personal higiene). Kondisi higiene serta sanitasi
lingkungan yang buruk ialah satu diantara faktor yang bisa berhubungan dengan kejadian
penyakit diare, sedangkan faktor lain yang dapat berhubungan dengan penyakit diare
diantaranya keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk
4
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak
rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Diare
eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus
besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi
seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
2.1.6 Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif menurut
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan dalam
Kementerian Kesehatan RI (2011) yang dapat dilakukan adalah:
a. Perilaku Sehat
Perilaku sehat terdiri dari pemberian ASI, makanan pendamping ASI,
menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban,
membuang tinja bayi dengan benar, pemberian imunisasi campak.
b. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi.
c. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
d. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
Fecal- Oral. Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut
melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya
jari- jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan dan minum yang
dicuci dengan air tercemar.
5
e. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum
makan mempunyai dampak dalam kejadian diare, yaitu menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%
6
2.2 Kerangka Teori
Faktor risiko Diare Pada Balita
DIARE
7
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
Keragka konsep
Kejadian Diare
8
Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian (Sugiyono,
2008). Hipotesis Penelitian (Ha) merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang menunjukan adanya hubungan variabel bebas dan
variabel terikat (Setiadi, 2007) Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Ha :ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu
dengan kejadian diare pada balita.
9
DAFTAR PUSTAKA
Irianty H, Hayati R, Riza Y. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan
Kejadian Diare Pada Balita. Promot J Kesehat Masy. 2018;8(1):1.
Grafika, D., Sabilu, Y. and Munandar, S. (2017) ‘Faktor Risiko Kurangnya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Terhadap Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari tahun 2017’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 2(7), pp. 1–10.
10