OLEH:
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui analisis peresepan yang dilakukan oleh dokter dan KIE
yang harus diberikan oleh apoteker terkait dengan kasus diare.
1.4 Manfaat
Untuk memberikan KIE yang tepat kepada pasien diare guna mengurangi
Medical Error (ME) dan Drug Related Problem (DRP).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan merupakan
gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lain. Fisiologi normal dalam sistem
pencernaan dimulai pada saat makanan berada di dalam lambung selanjutnya
dicerna menjadi bubur (chymus) yang kemudian diteruskan ke usus halus untuk
diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat gizi diresorpsi
oleh villi ke dalam darah, sisa chymus yang terdiri dari 90% air dan makanan yang
sulit dicernakan diteruskan ke usus besar. Bakteri-bakteri (flora normal) mencerna
lagi sisa serat tersebut dan kandungan airnya pun diserap sehingga isi usus
menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja (Tjay dan Raharja,
2007). Pada keadaan diare, proses alamiah inilah yang terganggu, sehingga
menyebabkan konsistensi tinja menjadi encer.
Ada beberapa penyebab diare, yaitu seperti sanitasi buruk, nutrisi buruk,
intoleransi terhadap bahan makanan tertentu (misalnya susu), obat-obatan seperti:
laksatif (pancahar), antibiotik (Ampicilin), antihipertensi (Reserpine), kolinergik
(Metoklopramide), obat kardiovaskular (Digoxin, Digitalis), AIDS yang
dihubungkan dengan diare dan agen penginfeksi:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, Eschericia coli, Stephylococcus,
Camphylobacter
2. Protozoa : Giardialamblia, Cryptosporidia, Entamoeba histoyitica
3. Virus : Norwalk, Rotavirus
Penyebab diare tersebut menyebabkan penurunan absorbsi (penyerapan)
cairan pada makanan dalam usus dan peningkatan sekresi (pengeluaran) air dan
elektrolit. Hal tersebut menyebabkan tinja menjadi cair sehingga terjadilah diare
(Kasper, 2005).
2.2 Patofisiologi
Pada keadaan diare terjadi gangguan dari resorpsi air, sedangkan sekresi
getah lambung dan motilitas meningkat (Tjay dan Raharja, 2007). Penggolongan
diare dibedakan menjadi berdasarkan mekanisme, mikroba penyebab, dan
lamanya diare terjadi.
Terdapat 4 mekanisme gangguan resorpsi air dan keseimbangan elektrolit,
yaitu: perubahan transport ion aktif oleh penurunan absorpsi natrium (Na) atau
peningkatan sekresi klorida (Cl), Perubahan motilitas usus, peningkatan
osmolaritas usus besar, dan peningkatan tekanan hidrostatik jaringan. Keempat
mekanisme ini berhubungan dengan 4 kelompok besar diare secara klinis yaitu
diare sekretori, diare osmotik, diare eksudat, dan diare yang disebabkan oleh
motilitas usus (Dipiro et al., 2005; Sukandar dkk., 2008).
Berdasarkan penyebab, diare dapat dibedakan menjadi diare spesifik dan
diare non-spesifik. Diare spesifik adalah jenis diare yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Sedangkan diare non-spesifik adalah jenis diare yang terjadi tidak
disebabkan oleh bakteri. Diare non-spesifik lebih sering disebabkan oleh
makanan.
Berdasarkan lamanya diare tersebut terjadi, diare dibedakan menjadi diare
akut dan diare kronis. Diare akut adalah diare yang umumnya disebabkan oleh
infeksi virus atau kuman atau dapat pula disebabkan oleh efek samping obat atau
gejala dari gangguan saluran pencernaan. Diare ini terjadi 72 jam setelah agen
diare masuk ke dalam tubuh dan umumnya gangguan ini bersifat self-limiting
yang bila tanpa komplikasi tidak perlu diobati kecuali rehidrasi oral bila ada
bahaya dehidrasi. Jika terjadi diare yang disebabkan oleh bakteri yang serius,
perlu diterapi dengan antibiotika. Diare kronik adalah diare yang bertahan lebih
dari 2 minggu dan umumnya disebabkan oleh penyakit serius seperti tumor usus
besar atau penyakit usus beradang kronis. Penyebab dari diare ini harus diselidiki
dengan sigmoidoscopy dan biopsy rectal (Tjay dan Raharja, 2007)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare
a. Infeksi
Infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam infeksi parenteral dan
infeksi enteral. Di Negara berkembang, campak yang disertai dengan diare
merupakan faktor yang sangat penting pada morbiditas dan mortalitas anak.
Walaupun mekanisme sinergistik antara campak dengan diare pada anak
belum diketahui, diperkirakan kemungkinan virus campak sebagai penyebab
diare secara enteropatogen. Penyebab infeksi utama timbulnya diare adalah
golongan virus, bakteri, dan parasit. Rotavirus merupakan penyebab utama
diare akut pada anak. Sedangkan bakteri penyebab diare tersering adalah
ETEC, Shigella, Campylobacter (Sudigbia, 1990).
b. Umur
Pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi lebih
banyak terjadi pada umur di bawah 2 bulan secara bermakna, dan makin
muda usia bayi makin lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan mukosa
usus yang menimbulkan diare dapat terjadi karena gangguan integritas
mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh sistem
imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada masa bayi muda
masih terbatas kemampuannya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menyatakan bahwa kejadian diare tertinggi terdapat pada golongan umur 6-
24 bulan. Keadaan tersebut kemungkinan terjadi karena pada umur 6-24
bulan jumlah air susu ibu sudah mulai berkurang dan pemberian makanan
sapih yang kurang nilai gizinya serta nilai kebersihannya (Sudigbia, 1990).
c. Status Gizi
Semakin buruk keadaan gizi anak, maka semakin sering dan berat
diare yang dideritanya. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat
peka terhadap infeksi. Di Negara maju dengan tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatan yang tinggi, kelompok bayi yang mendapat air susu ibu
lebih jarang menderita diare karena infeksi enteral dan parenteral. Hal ini
disebabkan kontaminasi bakteri serta terdapatnya zat-zat anti infeksi dalam
air susu ibu (Sudigbia, 1990).
d. Sanitasi Lingkungan
Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur,
kotoran, dan mulut. Penularan penyakit diare merupakan hasil dari
hubungan antara 1) Faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau
carrier), 2) Kemampuan kuman untu hidup di lingkungan, 3) Jumlah kuman
untuk menimbulkan infeksi, 4) Ketahanan host untuk menghadapi mikroba.
Hygiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik
melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun
air sungai. Faktor sosial budaya seperti pendidikan, pekerjaan, dan
kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif dan negatif terhadap
berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negatif misalnya
membuang tinja di kebun, sawah, atau sungai, minum air yang tidak
dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat
(Sudigbia, 1990).
e. Susunan Makanan
Faktor susunan makanan terhadap terjadinya diare tampak sebagai
kemampuan usus untuk menghadapi kendala berupa (Sudigbia, 1990):
1. Antigen
Susunan makanan mengandung protein yang tidak homolog, sehingga
dapat berlaku sebagai antigen. Terutama pada bayi dimana kondisi
ketahanan lokal usus belum sempurna sehingga terjadi migrasi molekul
makro.
2. Osmolaritas
Susunan makanan baik berupa formula susu maupun makanan padat
yang memberikan osmolaritas yang tinggi dapat menimbulkan diare
misalnya Neonatal Entero Colitis Colitis Necroticans pada bayi.
3. Malabsorpsi
Kandungan nutrient makanan yang berupa karbohidrat, lemak maupun
proteindapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi
sehingga terjadi diare pada anak maupun bayi.
4. Mekanik
Kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara
mekanik dapat merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.
Diare dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya
natrium dan kalium), sehingga terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi
yang terjadi pada penderita diare disebabkan karena usus bekerja tidak sempurna
sehingga sebagian besar air dan zat-zat terlarut didalamnya dibuang bersama tinja
sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi pada
bayi dan balita serta penderita demam. Derajat dehidrasi dapat diukur menurut
persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat badan turun
kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10% termasuk
dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk dehidrasi
berat. Selain itu, dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi
sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada
bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal,
biasanya menyebabkan syok (Dipiro et al., 2005).
2.3 Terapi
2.3.1 Tujuan Terapi
Tujuan terapi pada pengobatan diare adalah untuk mencegah pengeluaran air
berlebih, elektrolit, dan gangguan asam basa, menyembuhkan gejala, mengatasi
penyebab diare, dan mengatur gangguan sekunder yang menyebabkan diare.
b. Terapi Oral
Larutan oral yang tersedia di pasaran untuk menggantikan defisit
cairan adalah oralit yang diberikan sebanyak yang diinginkan hingga diare
berhenti, sebagai petunjuk berikan setiap habis buang air besar:
Anak < 1 tahun : 50–100 ml
Anak 1 – 4 tahun : 100–200 ml
Anak > 5 tahun : 200–300 ml
Dewasa : 300–400 ml
c. Adsorben
Mekanisme: senyawa yang bersifat adsorben dapat menyerap zat-zat
beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau yang juga berasal dari
makanan, serta zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus. Zat-zat
yang termasuk ke dalam zat adsorben sebagai berikut :
Kaolin-Pectin
Sejak dahulu kaolin (aluminiumsilikat yang mengandung air),
sudah digunakan sebagai adsorben toksin pada diare. Dosis : 3 x
50-100 g sebagai suspensi dalam air, biasanya dikombinasi dengan
karbo absorbens atau dengan pektin. Contoh sediaan yang ada di
pasaran antara lain Kaopectate® (Tiap 30 mL suspensi mengandung
Kaolin 5,92 g; Pektin 132 mg) (Anonim, 2009a; Tjay dan Raharja,
2007).
Attapulgit
Digunakan dalam bentuk tablet atau suspensi atau sebagai
absorbens kuman dan toksin yang menyebabkan diare, disamping
mengurangi kehilangan cairan tubuh, mengurangi frekuensi diare
dan memperbaiki konsistensi feses. Wanita hamil dan menyusui
aman menggunaan absorben ini. Dosis : 1,2-1,5 g setelah tiap kali
buang air dengan maksimal 9 g perhari. Efek samping dari
penggunaan attapulgit adalah sembelit. Contoh sediaan yang ada di
pasaran antara lain New Diatabs® (Tiap tab mengandung Attapulgit
600 mg) (Anonim, 2009a; Tjay dan Raharja, 2007).
Karbo Adsorbens
Karbo adalah arang halus (nabati atau hewani) yang telah
diaktifkan melalui suatu proses tertentu. Obat ini memiliki daya
serap pada permukaannya (adsorpsi) yang kuat, terutama terhadap
zat-zat yang molekulnya besar, seperti alkaloida, toksin bakteri atau
zat-zat beracun yang berasal dari makanan. Begitu pula banyak
obat-obatan yang diadsorpsi oleh karbo adsorbens secara in vivo
antara lain asetosal, parasetamol, fenobarbital, glutetimida,
fenotiazin, antidepresi trisiklik, digoksin, amfetain, ferosulfat,
propantelin dan alkohol. Oleh karena itu, obat-obat ini jangan
diberikan bersamaan dengan karbo adsorben, tetapi berikan jarak 2-
3 jam setelah pemberian karbo adsorben. Dosis lazim : 3-4 kali
sehari 0,5-1 g. Contoh sediaan yang ada di pasaran adalah Norit ®
(Tiap tab mengandung Karbo Aktif 125 mg) (Anonim, 2009a; Tjay
dan Raharja, 2007).
e. Antibiotika
Kotrimoksazol (trimetoprim : sulfametoksazol, 5:1)
Mekanisme: Sulfametoksazol menggangu sintesa asam folat bakteri
dan pertumbuhan lewat penghambatan pembentukan asam
dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat; trimetoprim
menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat,
kombinasi keduanya menghasilkan inhibisi enzim berurutan dalam
jalur asam folat. Mampu menghilangkan demam dalam 4 hari.
Tidak diperkenankan memakai lebih dari dua minggu karena
menyebabkan gangguan darah. Dosis 2 dd 3 tablet @480 mg
sampai bebas demam, kemudian 2 dd 2 tablet selama 7 hari.
Contoh sediaan yang beredar di pasaran antara lain Bactrim ® (Tiap
tab mengandung Sulfametoksazol 400 mg dan Trimetoprim 80 mg)
(Anonim, 2009a; Sukandar dkk., 2008; Tjay dan Raharja, 2007).
tidak
tidak
ya ya
tidak
tidak
Diare mungkin disebabkn
oleh factor lain.
BAB III
ALALISIS RESEP DAN PEMBAHASAN
Analisis resep dilakukan terhadap lima resep diare yang masuk ke Kimia
Farma Apotek 108 Teuku Umar pada bulan Maret 2012. Resep dianalisis
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, meliputi persyaratan
administratif resep, kesesuaian farmasetika, dan kesesuaian farmakologi.
Disamping itu disertakan pula Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang
harus dilakukan oleh Apoteker, baik kepada dokter penulis resep maupun kepada
pasien.
3.1 Resep I
C. Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis dinilai dari kesesuaian antara dosis obat yang diberikan
pada resep dokter dengan dosis yang dianjurkan atau dosis lazim pada literatur
untuk pasien dewasa dengan umur 43 tahun.
1) New Diatabs
Dosis Lazim/ yang dianjurkan : Dewasa dan anak > 12 tahun: 2 tablet setiap
setelah buang air besar, maksimal 12
tablet/hari.
Pemakaian dalam resep : 2 tablet setiap setelah buang air besar
maksimal 12 tablet sehari (sudah sesuai dosis
yang dianjurkan)
2) Gastridin (Ranitidin)
Dosis lazim/yang dianjurkan : dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg
sebelum tidur malam.
Pemakaian dalam resep : 2 kali sehari 1 tablet 150 mg setelah makan
(sudah sesuai dosis yang dianjurkan)
3) Oralit
Dosis lazim/yang dianjurkan : Sesuai dengan kondisi pasien. Anak > 5 tahun
dan dewasa, 2 jam pertama 6 gelas larutan;
selanjutnya 2 gelas setiap buang air besar.
Pemakaian dalam resep : bila perlu
Dari penilaian ketepatan dosis diatas dapat dikatakan obat-obat yang diresepkan
oleh dokter sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Untuk penggunaan oralit
perlu dijelaskan lebih rinci oleh apoteker kepada pasien.
3.2 Resep II
R/ Renalit Fl II
s.ad.lib.
R/ L-Bio sachet X
s.2ddI
R/ Zincpro sy fl I
s.2dd cth I
R/ Lapicef sy fl I
s.2dd cth I ½
C. Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis dinilai dengan cara melihat kesesuaian dosis obat yang
diresepkan oleh dokter dengan dosis yang tercantum pada literatur untuk pasien
dengan umur 4 tahun.
1) Renalyte
Dosis lazim/ yang dianjurkan : Dosis bersifat individual
Penggunaan dalam resep : diminum sebanyak-banyaknya
2) L-Bio
Dosis lazim/yang dianjurkan : ≥ 2 tahun 2-3 saset per hari.
Pemakaian dalam resep : 2 kali sehari 1 sachet (sesuai dengan dosis
yang dianjurkan.
3) Zincpro
Dosis lazim/yang dianjurkan : Umur > 6 bulan diberi 20 mg per hari.
Diberikan 1 kali sehari selama 10 hari
walaupun diare sudah berhenti.
Pemakaian dalam resep : 2 kali sehari 1 sendok teh
4) Lapicef (sefadroksil 125 mg/5mL)
Dosis lazim/ yang dianjurkan : Anak: 30 mg/Kg/hari terbagi 2 kali sehari,
maksimum 2 g/hari. Dewasa 1-2 g/hari.
Perhitungan dosis untuk anak umur 4 tahun (rumus Young):
3.2.4 Kesimpulan
Dilihat dari parameter yang digunakan diatas yaitu keseuaian farmasetik dan
keseuaian farmakologi dapat disimpulkan bahwa resep yang diberikan tersebut
belum rasional karena dosis lapicef yang diresepkan melebihi dosis yang
dianjurkan untuk anak dengan umur 4 tahun.
R/ Renalyte Fl III
s.ad.lib.
R/ Zynkid sy fl I
s.3dd cthI
R/ Lacto B sct XV
s.3dd I sct
3) Lacto B (sachet)
a. Komposisi : Per sachet mengandung sel sebanyak 1 x 109
CFU/g (Lactobacillus acidophilus,
Bifidobacterium longum, Streptococcus
tehrmophillus), vit C 10 mg, vit B1 0.5 mg, vit B2
0.5 mg, vit B6 0.5 mg, niacin 2 mg, protein 0.02 g,
lemak 0.1 g. Energy: 3.4 cal.
b. Mekanisme : Sediaan lactobacillus merupakan pengobatan
kontroversial yang diharapkan dapat mengganti
koloni mikroflora. Hal ini diduga dapat
mengembalikan fungsi usus dan dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
patogen.
c. Indikasi : Mengobati diare dan intoleransi glukosa
d. Dosis : Anak umur 1-6 tahun 3 sachets/hari, <1 tahun 2
sachet/hari
e. Aturan pemakaian :dapat diberikan bersamaan dengan makanan bayi
dan susu formula.
f. Kontraindikasi :-
g. Efek samping :-
h. Peringatan khusus :-
i. Interaksi obat :-
(Anonim, 2009a; Sukandar dkk., 2008)
C. Kesesuaian Dosis
Ketepatan dosis dinilai dengan cara melihat kesesuaian dosis obat yang
diresepkan oleh dokter dengan dosis yang tercantum pada literatur.
1) Renalyte
Dosis lazim/yang dianjurkan : Dosis bersifat individual
Pemakaian dalam resep : Diminum sebanyak-banyaknya
2) Zinkid (Zinc 10 mg/5 mL)
Dosis lazilm/yang dianjurkan : Bayi 2-6 bulan: 5 mL diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut (bahkan ketika
diare telah berhenti); Anak 6 bulan-5 tahun: 10
mL diberikan setiap hari selama 10 hari
berturut-turut (bahkan ketika diare telah
berhenti)
Pemakaian dalam resep : 3 kali sehari 1 sendok teh (3 x 5mL= 15 mL)
3) Lacto-B
Dosis lazim/ yang dianjurkan : Anak umur 1-6 tahun 3 sachets/hari, <1 tahun
2 sachet/hari
Pemakaian dalam resep : 3 kali sehari 1 sachet.
3.3.3 Kesesuaian Farmakologi
Pada resep diatas dokter meresepkan tiga jenis obat yaitu Renalyte, Zynkid
dan Lacto-B. Pemberian Renalyte (Na, K, Cl, Sitrat dan Glukosa) disini bertujuan
sebagai rehidrasi oral untuk menggantikan cairan tubuh serta elektrolit yang hilang
pada saat diare terjadi; Zynkid yang berperan sebagai terapi pendamping pada saat
diare diberikan dengan tujuan untuk regenerasi sel dan stabilitas membran sel
sehingga dapat mengembalikan permeabilitas usus serta probiotik yaitu Lacto-B
digunakan untuk mengembalikan keseimbangan flora normal usus dan
menghambat pertumbuhan organisme pathogen pada saluran pencernaan serta
mengurangi keadaan intoleransi terhadap laktosa. Melihat efek farmakologis dari
masing-masing obat yang ada pada resep, maka dilakukan amnamese kefarmasian
dan dapat disimpulkan bahwa pasien kemungkinan menderita diare akibat
intoleransi laktosa.
3.3.4 Kesimpulan
Dilihat dari parameter yang digunakan diatas yaitu keseuaian farmasetik dan
keseuaian farmakologi dapat disimpulkan bahwa resep yang diberikan tersebut
sudah rasional.
R/ Nifudiar syr fl I
s.3dd cth.I
R/ Renalyte fl I
s.ad.lib.
C. Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis dinilai dengan cara melihat kesesuaian dosis obat yang
diresepkan oleh dokter dengan dosis yang tercantum pada literatur.
1) Nifudiar sirup 250 mg/5mL
Dosis lazim/yang direkomendasikan : Dewasa: 1-2 sendok teh 3 kali sehari.
Anak>6 bulan 1 sendok teh 3 kali
sehari. Anak < 6 bulan 1 sendok teh 2
kali sehari
Pemakaian dalam resep : 3 kali sehari 1 sendok teh (3 x 5 mL = 3
x 250 mg=750 mg) (sesuai dengan dosis
yang dianjurkan).
2) Renalyte
Dosis lazim/ yang direkomendasikan : Dosis bersifat individual
Pemakaian dalam resep : diminum sebanyak-banyaknya.
3.4.3 Kesesuaian Farmakologi
Pada resep diatas dokter meresepkan dua jenis obat yaitu Nifudiar dan
renalyte. Pemberian nifudiar disini bertujuan untuk mengobati infeksi yang terjadi
di saluran pencernaan akibat mikroorganisme seperti bakteri sedangkan pemberian
renalyte (Na, K, Cl, Sitrat dan Glukosa) disini bertujuan sebagai rehidrasi oral
untuk menggantikan cairan tubuh serta elektrolit yang hilang pada saat diare
terjadi. Melihat efek farmakologis dari masing-masing obat yang ada pada resep,
maka dilakukan amnamese kefarmasian dan dapat disimpulkan bahwa pasien
kemungkinan menderita diare akibat infeksi bakteri.
Penggunaan antibiotik pada anak-anak dapat menyebabkan
ketidakseimbangan mikroflora yang ada pada usus, terlebih apabila penggunaan
antibiotik yang ditujukan untuk pengobatan infeksi yang terjadi pada saluran
cerna. Oleh karena itu, pada terapi dengan antibiotik pada anak-anak disarankan
lebih baik dikombinasikan dengan probiotik untuk kembali menyeimbangkan
mikroflora usus pada anak dan dapat mempercepat penyembuhan infeksi yang
dialami anak pada saluran pencernaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui mekanisme
kerja probiotik yaitu membuat perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH dan
oksigen), mensekresi substansi antibakterial, berkompetensi dengan bakteri
patogen dengan cara mencegah adhesi bakteri pada lumen usus, berkompetisi
terhadap nutrien yang dibutuhkan bakteri patogen untuk mempertahankan
hidupnya, memproduksi efek antitoksin dan mampu memodulasi sistem imun serta
meregulasi sistem imun akibat terjadinya alergi (Gunawan, 2007).
3.4.4 Kesimpulan
Dilihat dari parameter yang digunakan diatas yaitu keseuaian farmasetik dan
keseuaian farmakologi dapat disimpulkan bahwa resep yang diberikan tersebut
sudah rasional.
3.5 Resep V
R/ Nifudiar sy No I
s.3dd cth 3/4
R/ Domperidon sy No I
s.3dd cth ½
Gambar 3.5 Resep 5
C. Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis dinilai dengan cara melihat kesesuaian dosis obat yang
diresepkan oleh dokter dengan dosis yang tercantum pada literatur.
1). Nifudiar sirup 250mg/5mL
Dosis lazim/yang direkomendasikan : Dewasa: 1-2 sendok teh 3 kali sehari.
Anak>6 bulan 1 sendok teh 3 kali
sehari. Anak < 6 bulan 1 sendok teh 2
kali sehari
Pemakaian dalam resep : 3 kali sehari 3/4 sendok teh (dibawah
dosis yang dianjurkan)
2). Domperidon sirup 5 mg/5 mL
Dosis lazim/yang dianjurkan : Dewasa Oral : mual dan muntah akut
10-20 mg, tiap 4-8 jam
Dosis untuk anak 1,5 tahun (rumus Young):
3.5.4 Kesimpulan
Dilihat dari parameter yang digunakan diatas yaitu keseuaian farmasetik dan
keseuaian farmakologi dapat disimpulkan bahwa resep yang diberikan tersebut
belum rasional karena terdapat obat yang dosisnya dibawah dosis yang dianjurkan
(Nifudiar) dan yang melebihi dosis yang dianjurkan (Domperidon).
4.1 Kesimpulan
a. Rasionalitas dari masing-masing resep dinilai dari kelengkapan administratif
resep, kesesuaian farmasetik, dan efek farmakologi dari masing-masing obat
yang dikaitkan dengan kondisi pasien.
b. KIE dilakukan kepada dokter penulis resep berkaitan tentang kesesuaian dosis
dan bentuk sediaan yang dikaitkan dengan kondisi pasien, serta kepada pasien
mengenai informasi tentang obat yang diberikan, lama pemakaian obat,
aktivitas yang dihindari selama pengobatan, dan petunjuk penyimpanan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009a. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia; Volume 44-2009 s/d
2010. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan Jakarta.
Gunawan, S. 2007. Peran Probiotik Dalam Diare Akut Anak. Ebers Papyrus, Vol.
13 No. 3, hlm. 113-123.
Kasper, D.L. 2005. Harrison’s Manual of Medicine. New York : Mc Graw Hill
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Stiadi, A.A.P. dan
Kusnandar. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan