Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL 4

BLOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


MODUL IV: DIARE DAN DEHIDRASI (ILMU KSEHATAN ANAK)

NAMA : ANGELIA KHARISTY SARAGIH


NPM : 221210042

Kelompok Tutor A4

Fasilitator

dr. Evirosa Simanjuntak, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022/2023
V. Learning Objective

1. Derajat dehidrasi
2. Klasifikasi diare
3. Etiologi diare
4. Faktor resiko klinis
5. Faktor resiko internal
6. Faktor resiko eksternal
7. Faktor resiko personal
8. Jelaskan status gizi pada anak ini
9. Jelaskan bagaimana hubungan hygiene pribadi dengan sanitasi lingkungan
fisik, atau tempat tinggal dan lingkungan sekitar pada kasus ini
10. Jelaskan tentang pola asuh sehubungan dengan kasus ini
11. Jelaskan masalah genetik pada diare
12. Pemeriksaan penunjang diare
13. Komplikasi diare
14. Jelaskan mengapa terjadi anemia pada anak
15. Tatalaksana diare dan anemia secara farmakologi dan non farmakologi
16. Edukasi diare dan anemia pada kasus ini

Pembahasan:
1. Derajat dehidrasi

Tiga derajat dehidrasi pada anak


Penentuan derajat dehidrasi pada anak menurut WHO di bagi menjadi tiga, yaitu tidak
dehidrasi, dehirasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. Derajat dehidrasi ini di
tentukan berdasarkan gelaja yang di alami pendeita.
1. Tidak dehidrasi : kesadarannya baik, mata terlihat normal tidak cekung, terdapat air
mata saat menangis, denyut nadi mudah di raba, kondisi mulut dan lidah basah,
cara minum normal dan tidak ada rasa haus yang berlebihan, ketika di cubit kulit
dapat kembali ke kondisi semula dengan cepat.
2. Derajat dehidrasi ringan atau sedang : kondisi selalu terlihat gelisah dan rewel,
kondisi mata terlihat cekung dan kering, tidak ada air mata saat menangis, mulut
dan lidah terlihat kering, denyut nadi teraba, terdapat rasa haus dan ingin minum
yang banyak, jika di cubit kulit kembali kekondisi semula dengan lambat.
3. Derajat dehidrasi berat : selalu merasa lesuh dan tidak berenergi bahkan hilang
kesadaran, kondisi mata terlihat cekung dan kering, tidak ada air mata saat
menangis, mulut dan lidah terlihat kering, denyut nadi teraba lemah, tidak ada rasa
ingin minum, ketika di cubit kulit kembali keposisi semula dengan sangat lambat.

2. Klasifikasi diare

Rendle Short membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak adanya infeksi :
A. Gastroenteritis (diare dan muntah) diklasifikasi menjadi 2 golongan : Diare infeksi
spesifik dan diare non-spesifik
a. Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, disentri basil (Shigella),
Enterokolitis stafilokok.
b. Diare non-spesifik : diare dietetik.
B. Klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi : Diare infeksi
enteral dan diare infeksi parenteral a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi
saluran pencernaan yang terjadi di usus. b. Diare infeksi parenteral atau diare karena
infeksi di luar usus (otitis media akut (OMA).

3. Etiologi diare

1. Faktor Infeksi
1. Faktor enternal atau infeksi saluran pencernaan
a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Yersina.
b. Infeksi virus : Enterovirus, Rotavirus.
c. Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongiloides).
d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Thrichomonas hominis.
e. Infeksi jamur : Candida albicans.
2. Faktor parenteral atau infeksi diluar saluran pencernaan
a. Otitis Media Akut (OMA).
b. nfeksi saluran pernafsan (Tonsilofaringitis).
2. Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorbsi meliputi :
1. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa).
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
3. Faktor Makanan
Faktor makanan seperti makanan basi, makanan beracun, atau alergi terhadap
makanan.
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan
diare terutama ada anak yang lebih besar.
5. Faktor Lingkungan
Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare akibat perilaku manusia yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman.
6. Faktor Gizi
Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini
disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi.
7. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap penyebab diare.kebanyakan
orang mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang
rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
8. Faktor Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang
tidak dimasak dapat juga terjadi saat mandi atau saat berkumur. Kontaminasi alat-alat
makan dan dapur. Kontak kuman pada kotoran dapat ditularkan pada orang lain
apabila melekat pada tangan dan kemudian dipakai untuk memegang makanan.

4. Faktor resiko klinis

a. Sumber air bersih


Sumber air bersih yang tidak aman disertai dengan sanitasi yang kurang baik
meningkatkan angka kematian pada anak yang disebabkan oleh diare sampai dengan
88%. Peningkatan ketersediaan air bersih dapat meningkatkan perbaikan kualitas dari
penderita diare sebesar 16%.
b. Penggunaan jamban
Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang, dan seharusnya jamban cemplung ditutup
agar tidak berbau. Jamban dengan tangki septik/leher angsa merupakan jamban
berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang
berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.
c. Perilaku mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare yaitu menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%.

5. Faktor resiko internal

1. Berat badan pasien yang sangat rendah (Status gizi: buruk)


2. Kebiasaan pasien ikut sang kakak untuk jajan sembarangan
3. Kurang kesadaran akan kebersihan seperti kebiasaan pasien yang tidak
membersihkan tangan sebelum makan, dan di scenario juga pasien jarang
menggunakan alas kaki

6. Faktor resiko eksternal

1. Jarang mencuci tangan setelah dari toilet


2. Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih
3. Jarang membersihkan dapur dan toilet
4. Sumber air yang tidak bersih
5. Makan makanan yang sisa
6. Tidak mencuci tangan menggunakan sabun

7. Faktor resiko personal

Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan
merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman enterik dan
menurunkan risiko terjadinya diare. Terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan diare pada bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif sebagian besar (52.9%) menderita diare, sedangkan bayi dengan ASI
eksklusif hanya 32.31% yang menderita diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat
membahayakan anak, terutama ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi
anaknya, maka makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat
menyebabkan diare. Perilaku yang dapat mengurangi risiko terjadinya diare adalah
mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi, karena salah satu penyebaran diare
adalah melalui penyajian makanan yang tidak matang atau mentah.

8. Jelaskan status gizi pada anak ini

9. Jelaskan bagaimana hubungan hygiene pribadi dengan sanitasi lingkungan fisik, atau
tempat tinggal dan lingkungan sekitar pada kasus ini

Yang di maksud dengan hygiene pribadi dengan sanitasi lingkungan adalah


pengawasan lingkungan fisik,biologis, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
manusia yang dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak,
sedangkan yang merugikan di perbaiki atau di hilangkan. Pentingnya lingkungan yang
sehat itu telah di buktikan WHO dengan penyelidikan di dunia. Dari hasil
penyelidikan tersebut didapatkan hasil bahwa angka kematian (mortality), angka
perbandingan orang sakit yang tinggi serta sering terjadi epidemi, yang terdapat di
tempat yang di mana hygine dan sanitasi lingkungan nya buruk.

10. Jelaskan tentang pola asuh sehubungan dengan kasus ini

Pengasuhan orangtua kepada balita mempengaruhi ada atau tidak adanya diare
pada balita. Ini dikarenakan perilaku kesehatan juga merupakan aspek yang penting
dalam pengasuhan orangtua kepada anak. Manente diharapkan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan Ibu tentang Penanganan Diare dengan melakukan
Penyuluhan Kesehatan atau pembagian liflet terutama kepada orang tua yang
memiliki anak usia balita. Responden diharapkan dapat mengetahui pola asuh yang
efektif serta meningkatkan kontrol terhadap anak usia balita terutama dalam hal
kebersihan diri dan kebersihan lingkungan agar penyakit diare dapat dicegah.

11. Jelaskan masalah genetik pada diare

Rotavirus termasuk keluarga Reoviridae. Genom rotavirus berupa asam


ribonukleat beruntai ganda (dsRNA), dan tersusun oleh sebelas segmen protein yang
membentuk 3 bagian besar melingkar. Bagian terdalam berupa inti (inner - core),
terbentuk oleh 3 lapisan protein virus (viral protein atau VP) yaitu VP1 - VP3. Bagian
selanjutnya adalah bagian tengah, berupa lapisan terbesar virus dan menyelubungi inti
disebut kapsid dalam (inner capsid) terbentuk oleh VP6. Bagian terluar adalah protein
selubung luar (Outer capsid) terbentuk oleh VP4 dan VP7.

12. Pemeriksaan penunjang diare

1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest bila
terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut
ASTRUP (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik.

13. Komplikasi diare

a. Kehilangan cairan (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih


banyak dari pemasukan air.
b. Gangguan keseimbangan asam basa Terjadi karena kehilangan natrium
bicarbonat bersama tinja, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran
tertimbun dalam tubuh, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena dapat dikeluarkan
oleh ginjal dan terjadinya pemindahan ion natrium dari cairan ekstraselular kedalam
cairan intraselular.
c. Gangguan sirkulasi Dapat terjadi shock hipovolemik akibat persuasi jaringan
berkurang dan terjadi Hipoksia Asidosis yang bertambah berat dapat mengakibatkan
perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan jika tidak segera diatasi dapat
menyebabkan kematian.

14. Jelaskan mengapa terjadi anemia pada anak


Kekurangan zat besi merupakan masalah gizi paling banyak terjadi di dunia
terutama pada anak-anak. (WHO, 2001). anak-anak adalah kelompok usia yang rentan
mengalami derisiensi zat besi dan defisiensi zat besi dengan anemia karena anak-anak
membutuhkan zat besi untuk tumbuh kembangnya namun kebutuhan tersebut tidak
dimbangi oleh asupan nutrisi yang masuk
Anak-anak yang mengalami anemia defisiensi besi sering mengalami infeksi.
Anemia Karena kekurangan zat best berperan dalam peningkatan infeksi pada anak.
zat besi berperan dalam perkembangan sistem imun, berperan dalam proses poliferasi
pada sebagian limfosit yang berkaitan dengan respon spesifik terhadap alergi.
Gejalanya, mudah lelah, pucat, area mata menguning.

15. Tatalaksana diare dan anemia secara farmakologi dan non farmakologi

Tatalaksana Diare
1. Non farmakologi
Diet merupakan prioritas utama dalam penanganan diare. Menghentikan
konsumsi makanan padat dan susu perlu dilakukan. Apabila tubuh kehilangan banyak
cairan akibat diare disertai muntah dan suhu tubuh meningkat terutama pada balita
dan lansia, karena mereka lebih mudah terkena dehidrasi dan gangguan keseimbangan
cairan Sebagai minuman sebaiknya digunakan air teh dengan sedikit gula, kaldu tanpa
lemak dan juice buah-buahan. Sedangkan pada pasien yang tidak mengalami deplesi
volume, pemberian cairan bertujuan untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit. 
2. Farmakologi
Adsorben dan obat pembentuk massa, Adsorben seperti koalin, tidak dianjurkan
untuk diare akut. Obat-obat pembentuk massa seperti metil selulosa, isphagula, dan
strerkulia bermanfaat dalam mengendalikan konsistensi tinja pada ileostomi, serta
dalam mengendalikan diare akibat penyakit divertikular. Contoh obat yang termaksut
dalam golongan antara lain kaolin, pectin, dan attalpugit.
Tatalaksana Anemia
A. Farmakologi
1. Pemberian Zat besi oral
2. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
B. Non Farmakologi
1. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8g/dl. Komponen darah yang
diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.
2. Mengonsumsi makanan yang bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang
kaya zat besi dan asam folat. Contoh makanan yang mengandung zat besi
misalnya daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang,
makanan laut seperti ikan, cumi, kerang dan udang yang dimasak matang.
Sementara untuk makanan yang mengandung tinggi folat contohnya
sayuran hijau (bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau atau selada),
jeruk, alpukat, pepaya, pisang, kacang-kacangan (kacang polong, kacang
merah, kacang kedelai, kacang hijau), gandum dan kuning telur.

16. Edukasi diare dan anemia pada kasus ini

Edukasi Anemia
a. Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi
dan absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging.
b. Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi
tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%). Oleh karena itu
pemberian ASI ekslusif perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi besi
dan makanan tambahan sesuai usia.
c. Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi bakteri / infestasi parasit sebagai salah satu
penyebab defisiensi besi.
Edukasi Diare
a. Pemberian ASI eksklusif
b. Perbaiki cara pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)
c. Selalu gunakan air bersih
d. Cuci tangan dengan sabun, terutama setelah BAB dan saat menyajikan
makanan, Gunakan jamban dengan benar
e. Buang tinja bayi dan anak-anak dengan benar, Imunisasi campak

1. Pemeriksaan feses
Berat feses > 300 gram/24
jam mengkonfirmasi adanya
diare. Perhatikan bentuk
tinja,
apakah setengah cair, cair,
berlemak atau bercampur
darah. Diare seperti air dapat
terjadi
akibat kelainan pada semua
tingkat system pencernaan,
terutama usus halus.
Adanya
makanan yang tidak tercerna
merupakan manifestasi dari
kontak yang terlalu cepat
antara
tinja dan dinding usus yang
disebabkan cepatnya waktu
transit usus. Diare yang
bervolume
banyak dan berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi
dan dapat dilakukan
pewarnaan gram
ataupun kultu
1. Pemeriksaan feses
Berat feses > 300 gram/24
jam mengkonfirmasi adanya
diare. Perhatikan bentuk
tinja,
apakah setengah cair, cair,
berlemak atau bercampur
darah. Diare seperti air dapat
terjadi
akibat kelainan pada semua
tingkat system pencernaan,
terutama usus halus.
Adanya
makanan yang tidak tercerna
merupakan manifestasi dari
kontak yang terlalu cepat
antara
tinja dan dinding usus yang
disebabkan cepatnya waktu
transit usus. Diare yang
bervolume
banyak dan berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi
dan dapat dilakukan
pewarnaan gram
ataupun kult
gangguan pada ileum dan jejunum. Interpretasi gambaran usus lebih sulit
daripada
barium enema sehingga gambaran normal belum dapat menyingkirkan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri F. etiologi dan gambaran klinis diare akut di RSUP Dr Kariadi semarang.
Universitas diponegoro. 2019.
Agustin, P. S. (2019). Pengaruh Kondisi Lingkungan Tidak Sehat Terhadap Diare Bagi
Anak-Anak. OSF Preprints.
Ariani AP. Diare Pencegahan dan pengobatannya. Nuha medika. 2016; 12-9.
Aryati, Norma Budi. 2021. Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja
Putri di Kabupaten Sukoharjo. Webinar Anemia Pada Remaja Putri Sukoharjo, 29
Mei 2021.
Awyono S. gambaran Prilaku Mencuci tangan pada Penderita Diare di Dsa Kintamani
Kabupaten Bangli Bali tahun 2015. Universitas udayana. 2015: 7(1).
Juffrie, & Mulyani, 2011. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi; Jilid 2, Badan penerbit:
IDAI.
Italia, Kamaluddin HMT, Sitorus JR. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan, Kebiasaan
Mandi dan Sumber Air Dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas 4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Palembang. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. 2016; 3(3): 173.
Kemenkes, RI. Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2.
Jakarta: triwulan 2, 2018; 1.
Kementrian Kesehatan RI. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Infodation
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014.
Meliyanti, F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnal
Ilmu Kesehatan Aisyah. 2016; 1(2), 7.
Nurpauji SV, Nurjazuli, Yusniar. Hubungan Jenis Sumber Air, Kualitas Bakteriologis Air,
Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lamper Tengah Semarang. Jurnal kesehatan masyarakat. 2015; 3(1).
Setiawan B, Diare akut karena infeksi, Dalam: Sudoyo A, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta. Departemen IPD FK UI Juni
2019.
Wiryani NC, wibawa IDN. Pendekatan diagnostik dan terapi diare kronis. Jurnal penyakit
dalam. 2016; 8(1).

Anda mungkin juga menyukai