Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GANGGUAN / PENYAKIT
PADA SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

DISUSUN OLEH :
QUEEN CLAUDIA MARO

UPTD
SMP NEGERI 1 KALABAHI
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun
komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di antaranya adalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ
tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian
menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative
yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
          Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, sebenarnya masih
ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada kasus ini difokuskan pada
kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak diarahkan pada rehidrasi pasien, dan
ternyata  banyak sekali yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan.

B.     Rumusan
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan meliputi :
1.      Apa itu diare ?
2.      Apa etiologi diare ?
3.      Apa patofisiologi diare ?
4.      Apa manifestasi klinik diare ?
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik diare ?
6.      Bagaimana cara pencegahannya diare ?
7.      Bagaimana penatalaksanaan diare ?

C.    Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1.      Mengetahui pengertian diare.
2.      Mengetahui etiologi diare.
3.      Mengetahui patofisiologi diare.
4.      Mengetahui manifestasi klinik diare.
5.      Mengetahui pemeriksaan diagnostik diare.
6.      Mengetahui cara pencegahannya diare.
7.      Mengetahui penatalaksanaan diare.

D.    Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini diantaranya yaitu  :
1.      Memberikan pengetahuan tentang pengertian diare.
2.      Memberikan pengetahuan tentang etiologi diare.
3.      Memberikan pengetahuan tentang patofisiologi diare.
4.      Memberikan pengetahuan tentang manifestasi klinik diare.
5.      Memberikan pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik diare.
6.      Memberikan pengetahuan tentang cara pencegahannya diare.
7.      Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan diare.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Diare
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam kepadatan
dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga  kali atau lebih per hari (Ramaiah, 2007:13).
Diare terjadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini sangat
senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya
diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu
mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare adalah kehilanangn cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuiensi satu kali atau lebih buang air bentuk
tinja encer atau cair.
Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus intestinal
(misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang menyertai masa
ketegangan saraf / stress.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses
(tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua
kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti
diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari
dengan konsistensi feses padat atau keras.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
B.     Etiologi Diare
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi
enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.

2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.

3. Alergi.

4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.

5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.

6. Penyebab lain.

        Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pemberantasan


Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang sering ditemukan di
lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Setelah melalui pemeriksaan
laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus.
Konkretnya, kasus diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari
musim kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih,
dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Fakta
yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan
tidak sehat.
            Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang
jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak bisa
digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena menggunakan
air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni tubuh. Masalah
perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya, mengkonsumsi
makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit penyakit.
Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.
            Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor
lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan
yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak dan keracunan
makanan juga dapat menyebabkan diare.
Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada
perut atau usus. Peradangan atau infeksi  usus oleh agen penyebab :
1. Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
2. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-
anak)
3. Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
yang dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
5. Faktor psikologis : rasa takut, cemas

 C.    Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang
benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,


VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus
dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu.
Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka
ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan
HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan
sirkulasi darah.
Proses terjadinya Gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor
diantaranya:
1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi
perubahan kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa
intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan
elektrolit.
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan
tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus
yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.
3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan
Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).
 D.    Manifestasi Klinik
1.      Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2.      Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3.      Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4.      Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5.      Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6.      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8.      Kram abdominal
9.      Demam
10.  Mual dan muntah
11.  Anoreksia
12.  Lemah
13.  Pucat
14.  Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15.  Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
                Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
                 Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
           Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
                 Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2.      Kultur tinja
3.      Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa
4.      Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah

F.     Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui ( Widoyono, 2005: 151 )
1.      Menggunakan air bersih
Tanda-tanda air bersih :
Ø      Tidak berwarna
Ø      Tidak berbau
Ø      Tidak berasa
2.      Memasak air sampai mendidih sebolum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit.
3.      Membuang tinja bayi dan anak-anak dengan benar.
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat.
1.      Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2.      Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3.      Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempat
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan
tidak berasa.
4.      Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5.      Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6.      Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bias
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7.      Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih
dan jamban/WC yang memadai.
8.      Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar
air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

G.    Penatalaksanaan
           Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi
pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration
solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare
sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
           Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut
bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat
penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
             Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
             Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Adapun  penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Banyak minum
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang  abdomen
6. Tintura opium dan paregorik  untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus besar, maka muncul
beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan nausea.
Dari masalah tersebut, dipilih beberapa tindakan penatalaksanaan, diantaranya :
a.       Banyak minum (oralit)
b.       Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)
c.       Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan metronidazole)
d.      Diit tinggi protein dan rendah residu
e.       Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang  abdomen
f.       Tintura opium dan paregorik  untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal
carboadsorben
g.      Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
h.      Cegah komplikasi

B.     Saran
1. Biasakanlah  untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena  diare.
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang
penyakit.
3. Masaklah air minum sampai mendidih.
4. Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan.
5. Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil(BAK) di kakus(WC).
DAFTAR PUSTAKA

Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular.

Suryadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:percetakan penebar swadaya.

Widjaja. 2007. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Widoyono,  2005.  Penyakit  Tropis,  Epidemiologi,  Penularan,  Pencegahan,  dan
Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

Ummu, Latifah. 2010. Makalah Diare. Diakses tanggal 30 September 2012


di http://belajarsukes.blogspot.com

Eoman. 2011. Makalah Diare Keperawatan. Diakses tanggal 30 September 2012


di http://eonman95.blogspot.com

Midwery. 2009. Diare. Diakses tanggal 30 September 2012 di http://midwifery-


materials.blogspot.com

Rizky, Kurniadi. 2009. Makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare. Diakses tanggal
30 September 2012 di http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com

Bernardo, Simatupang. 2011. Makalah Diare. Diakses tanggal 30 September 2012


di http://bernardosimatupang.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai