Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI

Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Hendra Aditama
NIM. 170101036
Kelas. C

Pembimbing :
Dr. Lukman Hakim, SKM, MM

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
2018
TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE AKUT PADA BALITA

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian di

Negara berkembang (Guy, 2000). Di Indonesia penyakit diare merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena tingginya angka kesakitan

dan angka kematian yang diakibatkannya. Dari beberapa penelitian

dilaporkan bahwa insiden diare bervariasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan

SDKI tahun 2002 menunjukkan insidens diare sebesar 11 persen. Data ini

hampir sama dengan yang ditemukan pada SDKI tahun 1997 dan 1994 (12

% dan 9 %). Insidens diare antara anak laki – laki dan perempuan menurut

SDKI tahun 2002 tidak ada perbedaan, begitu juga dengan daerah perkotaan

dan pedesaan.1

Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa

Yunani yaitu “diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan

abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen.8,9,42 Terdapat

beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut Hippocrates

definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan

kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit

diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut

WHO diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih

menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi

1
berak. Ibu-ibu biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka

biasanya mengatakan bahwa berak anaknya encer atau cair.1 Menurut

Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare adalah penyakit dengan buang air

besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari).2

1.2 FAKTOR-FAKTOR RISIKO 3,4,5,6

1.Lama Pemberian ASI

Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita

diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

2. Kebersihan Botol Susu

Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini. memudahkan

pencemaran oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.

3. Cara Menyimpan Makanan

Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan

kuman akan berkembang biak.

4. Kebersihan Air Minum

Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah

tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di

rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila

2
tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

5. Kebiasaan Mencuci Tangan

Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

6. Pembuangan Tinja Bayi

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering

beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja

binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

7. Gizi

Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena

diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama

pada penderita gizi buruk.

8. Infeksi pada Anak

Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada

anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini

sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

9. Status Imun

Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya

berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak)

atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Auto

Imune Deficiency Syndrome). Pada anak imunosupresi berat, diare dapat

3
terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung

lama. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita

(55%).

4
KERANGKA KONSEP

VARABLE INDEPENDENT

1. Lama Pemberian ASI

2. Kebersihan Botol Susu

3. Cara Menyimpan Makanan

4. Kebersihan Air Minum VARABLE DEPENDENT

5. Kebiasaan Mencuci Tangan DIARE AKUT PADA


BALITA
6. Pembuangan Tinja Bayi

7. Gizi

8. Infeksi pada Anak

9. Status Imun

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Sekretariat Surkesnas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep.Kes

RI bekerjasama dengan WHO Indonesia, Laporan akhir Surkesnas Workshop on

Evidence for Decision Making 28 Januari – 28 Maret 2002, Jakarta, 2002

2. Sunoto, Buku Ajar Diare, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PPM

& PLP, Jakarta, 1990,1-21

3. Daldiyono, Diare, Dalam : Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani AA, editors.

Gastroenterologi-hepatologi, CV Infomedika, 1990, 21-33

4. Dep Kes R.I, Buku ajar diare, pegangan bagi mahasiswa , Jakarta,1999, 1-22.

5. Lebenthal, Emanuel, Texbook of Gastroenterology and Nutrition in Infancy

Second Edition, Raven Press,1185 Avenue of the Americas, New York 10036,

1989, chapter 27, 76, 77

6. Yatsuyanagi J et al, Characterization of Enteropathogenic and Enteroaggregative

E. coli Isolated from Diarrheal Outbreaks, Journal of Clinical Microbiology, Vol.

40, No. 1 , Jan 2002, Copyright © 2002, American Society for Microbiology, All

Rights Reserved, 294-296

Anda mungkin juga menyukai