Anda di halaman 1dari 39

APLIKASI PEMBERIAN ORALIT 200 PADA AN.

A DENGAN GEDS
DI RUANG AYYUB 3 RS ROEMANI SEMARANG

Disusun Oleh:
SUWARNI
G3A018094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018 / 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama
di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat diare (Salwan, 2008). Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah
satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare
pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan
anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak
(WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di
Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare
menduduki urutan kedua dari sepuluh penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas
setelah Influenza dengan tingkat kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 Case Fatality Rate (CFR) akibat diare
sebesar 4.78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun
sebelumnya yaitu dengan CFR 1.31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/
MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun

2
1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi
Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.
Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat
(Kemenkes, 2011).
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun
kesembuhan pada pasien penderita diare. Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan
makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan
kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F,
yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya
dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak
mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami
dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ada dua:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi evidence based nursing practice : oralit 200
untuk penderita diare di Ruang Ayyub 3 RS Roemani Muhammadiyah Semarang

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diare
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Diare
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Diare
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan Diare
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan Diare

C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang diawali dari tahap pengkajian, diagnosa keperwatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan memberikan aplikasi tindakan berdasarkan jurnal ilmiah.

3
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan :
Latar belakang, Tujuan penulisan, Sistematika penulisan
BAB II Konsep Dasar :
Konsep penyakit, larutan oralit
BAB III Resume Askep :
Pengkajian biodata, Riwayat kesehatan, Pola kesehatan fungsional, pemeriksaan
penunjang, diagnosa keperawatan, pathways keperawatan, dan intervesi
BAB IV : aplikasi evidence based nursing riset
BAB V Pembahasan :
Analisa data, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
BAB VI Penutup :
Kesimpulan dan saran

4
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
1. Konsep Dasar
Peningkatan pengeluara tinja dengan kosistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya , dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja > 10g/kg/24 jam
(Juffrie 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu
hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami
diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa ,
khususnya pada anakdan orang tua (USAID, 2016).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekensi
defekasi lebih dari biasanya (>3kali/hari)disertai perubahan kosistensi tinja menjadi
cair dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2017)
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan lama diare
1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu waktu dan berlangsung selama 14
hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila
kurang megonsusmsi makanan akan mengakibatkan kurang gizi (
Ernawati, 2012).
2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat badan
secara signifikan dan malasah nutrisi (Sodikin, 2011).
3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten
menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran volume faces

5
dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare (Sodikin, 2011). Diare
persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan diare persisten
tidak berat atau ringan. Diare persisten berat merupakan diare yang
berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda dehidrasi, sehingga anak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Sedangkan diare persisten tidak
berat atau ringan merupakan diare yang berlangsung selama 14 hari atau
lebih yang tidak menunjukkan tanda dehidrasi (Ariani, 2016).
4) Diare malnutrisi berat
Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat
menyebabkan anak mengalami malnutrisi karena selama sakit, mengalami
infeksi, anak mengalami penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan
dan fungsi imun (Kuntari, 2018).
b. Berdasarkan patofisiologik diklasifikasi menjadi dua yaitu:
1) Diare sekresi
Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen
maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan
bahan kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu
pedas, selain itu juga dapat disebabkan defisiensi imun atau penurunan
daya tahan tubuh (Simadibrata, 2009).
2) Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia,
makanan tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan diet
dan pemanis obat berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol
atau fruktosa (Octa, dkk, 2014). Diare osmotik dapat terjadi akibat
gangguan pencernaan kronik terhadap makanan tertentu seperti buah,
gula/manisan dan permen karet.

B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi Centeral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi
virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,

6
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral
adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas.
Penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotik diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding

7
usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

DIARE

D. PATHWAY

8
Pengeluaran asam
laktat berlebihan

Kerusakan
Iritasi kulit
integritas
sekitar anal
kulit

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
Hipertermi
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)

F. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

9
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
a) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
b) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
c) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
a) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
b) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
a) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =
15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
b) Untuk bayi berat badan lahir rendah

10
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg, jenis makanan:
a) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
b) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
 Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare cair akut adalah sebagai
berikut:

1. Umur
Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi laktase,
sindrom kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
Biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari
makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah
makan.
3. Lamanya Diare
Diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama.
4. Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus,
sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel.
Data Subyektif

11
1. Keluhan utama: BAB cair , lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas.
2. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x.
3. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/minuman, atau
lingkungan.
4. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya.
5. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas.

Data Obyektif
1. Mata cekung
2. Ubun – ubun besar dan cekung
3. Turgor kulit kurang dan kering
4. Lidah, bibir dan mukosa kering
5. Konsistensi feses cair
6. Peningkatann suhu tubuh
7. Penurunan BB
8. Pasien tampak lemah dan lemas

b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran: composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis, somnolen,
kadang sopokomateus.
Keadaan umum: sedang atau lemah
Vital sign: pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan:
1. Tekanan Darah menurun ( misal 90/40 mmHg ).
2. Nadi sepat sekali (tachikardi ).
3. Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi
dalam usus.
4. Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dan berat karena adanya kompensasi
asam basa.

Pemerisaan Fisik

12
a) Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun–ubun yang besar danagak cekung.
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi.
Mata: mata pada umumnya agak cekung.
Mulut : mukosa kering, bibir pecah–pecah , lidah kering,bibir sianosis.
Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol.
Wajah : tampak lebih pucat.
b) Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
c) Jantung : Menimbulkan aritmia jantung.
d) Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat pembesaran
pada perut kanan bawah.
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut. Auskultasi : bising usus >30x / menit.
e) Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya.
f) Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2
detik.

13
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

I. INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Defisit volume cairan NOC: NIC :


b/d kehilangan cairan v Fluid balance Fluid management
aktif v Hydration Timbang popok/pembalut jika
v Nutritional Status : Food diperlukan
Definisi : Penurunan and Fluid Intake Pertahankan catatan intake dan
cairan intravaskuler, Kriteria Hasil : output yang akurat
interstisial, dan/atau v Mempertahankan urine Monitor status hidrasi (
intrasellular. Ini output sesuai dengan usia kelembaban membran mukosa,
mengarah ke dehidrasi, dan BB, BJ urine normal, nadi adekuat, tekanan darah
kehilangan cairan HT normal ortostatik ), jika diperlukan
dengan pengeluaran v Tekanan darah, nadi, suhu Monitor vital sign
sodium tubuh dalam batas Monitor masukan makanan /
normal cairan dan hitung intake kalori
Batasan Karakteristik : v Tidak ada tanda tanda harian
- Kelemahan dehidrasi, Elastisitas · Kolaborasikan pemberian
- Haus turgor kulit baik, cairan intravena IV
- Penurunan turgor membran mukosa · Monitor status nutrisi
kulit/lidah lembab, tidak ada rasa · Dorong masukan oral
- Membran haus yang berlebihan · Berikan penggantian
mukosa/kulit kering nesogatrik sesuai output
- Peningkatan denyut · Dorong keluarga untuk
nadi, penurunan membantu pasien makan
tekanan darah, · Tawarkan snack ( jus buah,
penurunan buah segar )
volume/tekanan nadi · Kolaborasi dokter jika tanda
- Pengisian vena cairan berlebih muncul meburuk
menurun · Atur kemungkinan tranfusi
- Perubahan status · Persiapan untuk tranfusi
mental
- Konsentrasi urine Hypovolemia Management
meningkat v Monitor status cairan termasuk
- Temperatur tubuh intake dan ourput cairan
meningkat v Pelihara IV line
- Hematokrit meninggi v Monitor tingkat Hb dan
- Kehilangan berat hematokrit
badan seketika v Monitor tanda vital

14
(kecuali pada third v Monitor responpasien terhadap
spacing) penambahan cairan
Faktor-faktor yang v Monitor berat badan
berhubungan: v Dorong pasien untuk menambah
- Kehilangan volume intake oral
cairan secara aktif v Pemberian cairan Iv monitor
- Kegagalan adanya tanda dan gejala
mekanisme pengaturan kelebihanvolume cairan
v Monitor adanya tanda gagal
ginjal
2 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d Skin and Mucous § Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB sering Membranes menggunakan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar
Definisi : Perubahan v Integritas kulit yang baik § Hindari kerutan padaa tempat
pada epidermis dan bisa dipertahankan tidur
dermis (sensasi, elastisitas, § Jaga kebersihan kulit agar tetap
temperatur, hidrasi, bersih dan kering
Batasan karakteristik : pigmentasi) § Mobilisasi pasien (ubah posisi
- Gangguan pada v Tidak ada luka/lesi pada pasien) setiap dua jam sekali
bagian tubuh kulit § Monitor kulit akan adanya
- Kerusakan lapisa v Perfusi jaringan baik kemerahan
kulit (dermis) v Menunjukkan pemahaman § Oleskan lotion atau minyak/baby
- Gangguan dalam proses perbaikan oil pada derah yang tertekan
permukaan kulit kulit dan mencegah § Monitor aktivitas dan mobilisasi
(epidermis) terjadinya sedera pasien
Faktor yang berulang § Monitor status nutrisi pasien
berhubungan : v Mampu melindungi kulit § Memandikan pasien dengan
Eksternal : dan mempertahankan sabun dan air hangat
- Hipertermia atau kelembaban kulit dan
hipotermia perawatan alami
- Substansi kimia
- Kelembaban
udara
- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang

15
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan
sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari v Nutritional Status : § Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d v Nutritional Status : food § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
penurunan intake and Fluid Intake menentukan jumlah kalori dan
makanan v Nutritional Status : nutrisi yang dibutuhkan pasien.
nutrient Intake § Anjurkan pasien untuk
Definisi : Intake nutrisi v Weight control meningkatkan intake Fe
tidak cukup untuk Kriteria Hasil : § Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme v Adanya peningkatan berat meningkatkan protein dan
tubuh. badan sesuai dengan vitamin C
tujuan § Berikan substansi gula
Batasan karakteristik : v Beratbadan ideal sesuai § Yakinkan diet yang dimakan
- Berat badan 20 % dengan tinggi badan mengandung tinggi serat untuk
atau lebih di bawah v Mampumengidentifikasi mencegah konstipasi
ideal kebutuhan nutrisi § Berikan makanan yang terpilih (
- Dilaporkan adanya v Tidk ada tanda tanda sudah dikonsultasikan dengan
intake makanan yang malnutrisi ahli gizi)
kurang dari RDA v Menunjukkan peningkatan § Ajarkan pasien bagaimana
(Recomended Daily fungsi pengecapan dari membuat catatan makanan
Allowance) menelan harian.
- Membran mukosa v Tidak terjadi penurunan § Monitor jumlah nutrisi dan
dan konjungtiva pucat berat badan yang berarti kandungan kalori
- Kelemahan otot yang § Berikan informasi tentang
digunakan untuk kebutuhan nutrisi
menelan/mengunyah § Kaji kemampuan pasien untuk
- Luka, inflamasi pada mendapatkan nutrisi yang
rongga mulut dibutuhkan
- Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan atau fakta § BB pasien dalam batas normal
adanya kekurangan § Monitor adanya penurunan berat
makanan badan
- Dilaporkan adanya § Monitor tipe dan jumlah aktivitas
perubahan sensasi rasa yang biasa dilakukan

16
- Perasaan § Monitor interaksi anak atau
ketidakmampuan orangtua selama makan
untuk mengunyah § Monitor lingkungan selama makan
makanan § Jadwalkan pengobatan dan
- Miskonsepsi tindakan tidak selama jam makan
- Kehilangan BB § Monitor kulit kering dan
dengan makanan perubahan pigmentasi
cukup § Monitor turgor kulit
- Keengganan untuk § Monitor kekeringan, rambut
makan kusam, dan mudah patah
- Kram pada abdomen § Monitor mual dan muntah
- Tonus otot jelek § Monitor kadar albumin, total
- Nyeri abdominal protein, Hb, dan kadar Ht
dengan atau tanpa § Monitor makanan kesukaan
patologi § Monitor pertumbuhan dan
- Kurang berminat perkembangan
terhadap makanan § Monitor pucat, kemerahan, dan
- Pembuluh darah kekeringan jaringan konjungtiva
kapiler mulai rapuh § Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Diare dan atau § Catat adanya edema, hiperemik,
steatorrhea hipertonik papila lidah dan
- Kehilangan rambut cavitas oral.
yang cukup banyak § Catat jika lidah berwarna magenta,
(rontok) scarlet
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

4 Cemas b/d perubahan NOC : NIC :


status kesehatan v Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
v Coping kecemasan)
Definisi : v Impulse control · Gunakan pendekatan yang
Perasaan gelisah yang Kriteria Hasil : menenangkan
tak jelas dari v Klien mampu · Nyatakan dengan jelas
ketidaknyamanan atau mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku pasien
ketakutan yang disertai mengungkapkan gejala · Jelaskan semua prosedur dan
respon autonom cemas apa yang dirasakan selama
(sumner tidak spesifik v Mengidentifikasi, prosedur

17
atau tidak diketahui mengungkapkan dan · Pahami prespektif pasien
oleh individu); menunjukkan tehnik terhdap situasi stres
perasaan keprihatinan untuk mengontol cemas · Temani pasien untuk
disebabkan dari v Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
antisipasi terhadap normal mengurangi takut
bahaya. Sinyal ini v Postur tubuh, ekspresi · Berikan informasi faktual
merupakan peringatan wajah, bahasa tubuh dan mengenai diagnosis, tindakan
adanya ancaman yang tingkat aktivitas prognosis
akan datang dan menunjukkan · Dorong keluarga untuk
memungkinkan berkurangnya kecemasan menemani anak
individu untuk · Lakukan back / neck rub
mengambil langkah · Dengarkan dengan penuh
untuk menyetujui perhatian
terhadap tindakan · Identifikasi tingkat
Ditandai dengan kecemasan
- Gelisah · Bantu pasien mengenal
- Insomnia situasi yang menimbulkan
- Resah kecemasan
- Ketakutan · Dorong pasien untuk
- Sedih mengungkapkan perasaan,
- Fokus pada diri ketakutan, persepsi
- Kekhawatiran · Instruksikan pasien
- Cemas menggunakan teknik relaksasi
· Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

18
BAB III
RESUME ASKEP

A. Identitas
1. Nama Anak : An. A
2. Tempat/Tanggal Lahir: Semarang, 06 September 2013
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Nama Orangtua/Wali : Tn. M
5. Alamat : Candisari, semarang
6. Suku : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Tanggal Pengkajian : 12 Juni
10. Pemberi Informasi : Tn. M.
11. Hubungan dengan anak: Ayah kandung kandung

GENOGRAM KELUARGA

Keterangan Genogram :
atau = Pria, wanita sehat

atau = Klien

atau = Meninggal

19
B. Keluhan Utama
BAB cair 6 kali, ampas (+), lendir (+) berwarna kuning hijau

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu klien mengatakan An.A datang ke RS Roemani Muhammadiyah Semarang pada
tanggal 11 Juni 2019 pukul 19.00 wib dengan keluhan BAB cair 6 kali disertai demam,
lemas dan pilek selama 4 hari. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Juni 2019
didapatkan keluhan BAB cair 6 kali, ampas (+), lendir (+), warna kuning hijau, demam S
: 38,7oC, lemas, membran mukosa bibir kering, nafsu makan menurun, akral hangat,
konjungtiva tidak anemis, muntah 1 kali saat setelah minum obat, bising usus hiperaktif,
terdapat ruam di area sekitar pantat, ruam derajat sedang ditandai dengan kemerahan dan
lecet pada permukaan luas, alergi (-), N 100 x/menit, S 38,7˚C, RR 20 x/menit, SpO2
98%, GCS 15 = E4V5M6, BB sebelum sakit 19 Kg, BB saat sakit 18 kg, TB 115 cm, LK
41cm, LILA 13cm dan LD 42cm, terpasang infus RL 15 Tpm.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat penyakit yang diderita
Ibu klien mengatakan An.A sebelumnya belum pernah mengalami diare dan baru kali
ini dirawat di rumah sakit karena diare, tidak ada riwayat operasi, alergi dan penyakit
kronis lainnya.
2. Riwayat Kehamilan/persalinan ibu
Ibu klien mengatakan saat hamil mengalami hipertensi, An.A lahir spontan dengan
kehamilan cukup bulan yaitu 38 minggu, An.A lahir normal dengan BB 2.600 gram
dan PB 46cm, ibu klien mengatakan An.A berhenti ASI eksklusif sejak umur 5 bulan.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu klien mengatakan ia memiliki riwayat penyakit hipertensi dan ayah klien memiliki
riwayat maag, serta dalam keluarganya tidak memiliki penyakit menular seperti TBC dan
HIV/AIDS

20
F. Pengukuran Antropometri
a. Antropometri
1. Berat badan : Sebelum sakit 19 kg, Saat sakit 18 kg.
2. Panjang badan : 115cm
3. Lingkar kepala : 41cm
4. Lingkar dada : 42cm
5. Lingkar lengan atas : 16cm

b. Biokimia
FAECES
Faeces Lengkap
Makroskopis :
Warna Kuning hijau
Konsistensi Cair
Darah Negatif
Lendir Positif

Mikroskopis :
Telur cacing Negatif
Amoeba Negatif
Lekosit 0–2
Eritrosit 2–3
Sisa makanan Positif
Jamur Negatif
Lain – lain Bacteri (Positif)

c. Clinical
Diukur pada tanggal : 12 Juni 2019
1. Suhu : 38,7˚C
2. Nadi : 100x/menit
3. RR : 20x/menit
4. Keadaan umum : tampak lemah, membrane mukosa bibir kering,
akral hangat, konjungtiva tidak anemis, terdapat
ruam di area sekitar pantat, ruam derajat sedang

21
ditandai dengan kemerahan dan lecet pada
permukaan luas.
d. Diit
An.A diit lunak lauk saring dan hanya habis ½ porsi, susu diare 480 cc dan air sari
kacang hijau.

G. Pengkajian Fisik

a. Kepala
a. Bentuk kepala : √Simetris Tidak simetris
b. Fontanel anterior: Masih Terbuka √Tertutup
c. Fontanel posterior: Masih Terbuka √Tertutup
d. Kontrol Kepala : √Ya Tidak
e. Warna Rambut: hitam lebat
f. Tekstur Rambut: √Halus Kasar
g. Bentuk wajah : √Simetris Tidak simetris

b. Kebutuhan Oksigenisasi
Hidung
1. Patensi nasal: Kanan: paten/tidak Kiri: paten/tidak
2. Rabas nasal: Kanan: ada/tidak Kiri: ada/tidak
3. Bentuk: √ Simetris Tidak simetris
4. Tes penciuman: Kanan Kiri
Dada
a. Bentuk: √Simetris Tidak Simetris, jelaskan
b. Retraksi interkostal: Ya Tidak
c. Suara perkusi dinding dada: √Sonor Redup Hipersonor
d. Fremitus Vokal: √Vibrasi simetrsis Vibrasi tidak simetris
5. Perkembangan payudara: √Simetris Tidak simetris
Paru-paru
a. Pola pernapasan: √ Reguler Irreguler, jelaskan
b. Suara nafas tambahan: √ Tidak Ya, sebutkan

c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Mulut
a. Membran Mukosa: Lembab √Tidak Lembab
b. Gusi : √Pink Merah, jelaskan

22
c. Jumlah Gigi : 22
d. Warna Gigi : putih kekuningan
e. Warna Lidah: √Pink Merah Kehitaman
f. Gerakan lidah: √Terkontrol Tremor Deviasi
g. Tonsil: Ada Pembesaran √Tidak ada pembesaran
h. Tes pengecapan: √ Manis √ Asam √ Asin √ Manis
Abdomen
a. Bentuk : √Simteris Tidak simetris
b. Umbilikus √Bersih Tidak bersih, jelaskan:
c. Bising usus: 24 x/mnt √Hiperaktif Hipoaktif Tidak ada
d. Pembesaran hepar: Ada √ Tidak
e. Pembesaran Limpa: Ada √ Tidak
f. Perkusi dinding perut: √ Timpani Dullness Redup

Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit


Jam Makan - Makan Pagi 06.00 Sesuai dengan jadwal makan
- Makan Siang 12.00 yang telah di tetapkan pihak
- Makan Malam 20.00 RS
Porsi Makanan 1 porsi habis ¼ - ½ porsi
Jenis Makanan Pokok Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Jenis Makanan Selingan Roti Sesuai RS
Makanan Kesukaan Semua makanan

Makanan yang tidak disukai Yang pedas


Jumlah air yang diminum ± 720cc Susu diare 300cc
Istilah yang digunakan anak Maem dan minum Maem dan minum
untuk makan atau minum

BALANCE CAIRAN
a. Intake
Minum : 300cc
Infus : 1000cc
PCT drop : 18cc
AM : 144cc + (8cc x 18kg)
1462cc
b. Output
Muntah : 300cc

23
Urine : 600cc
Feses : 600cc

IWL : bb x 20 x 7 = 105cc
24 +
1605cc
Balance Cairan An.A = intake – output = 1462cc – 1605cc = - 143cc

KEBUTUHAN CAIRAN An. A


Kg 1 10 x 100 = 1000
Kg 2 8 x 50 = 400 = 1400 = 58cc/jam
24 24
d. Kebutuhan Eliminasi

Pola Buang Air Besar (BAB) Sehat Sakit


Frekuensi 1 kali/hari 6 kali
Konsistensi lembek Cair
Warna Kuning kecoklatan Kuning hijau
Keluhan saat BAB - Perut sakit
Istilah yang digunakan anak untuk eek eek
BAB

Pola Buang Air Kecil (BAK) Sehat Sakit


Frekuensi ± 6 x/hari ± 4 x/hari
Warna Kuning bening Kuning
Volume
Keluhan saat BAK
Istilah yang digunakan anak untuk Pipis Pipis
BAK

e. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat

Pola Aktivitas Sehat Sakit


Bermain Bermain dengan teman Tidak dapat bermain
sebaya
Temperamen Anak Baik Kadang menangis

24
Pola Tidur Sehat Sakit
Jam Tidur – Bangun Malam 21.30 – 05.00 Sewaktu waktu
Siang 13 – 14.30
Ritual sebelum tidur Kekamar kecil dulu -
Enuresis - -
Gangguan Tidur - -

f. Kebutuhan Interaksi sosial


Komunikasi
a. Anak-Orangtua : anak terbuka terhadap ibunya
b. Anak-Teman : bermain bersama teman temannya tanpa ada rasa canggung
c. Anak-Keluarga : menjalin hubungan yang baik dengan sanak keluarga
d. Anak-Orang lain : cenderung pemalu kepada orang asing

Bicara
a. Ketidakfasihan (Gagap): Ya √Tidak
b. Defisiensi artikulasi: Ya √Tidak
c. Gangguan Suara: Ya √Tidak
Bahasa
a. Memberikan arti pada kata-kata: √Ya Tidak
b. Mengatur kata-kata ke dalam kalimat: √Ya Tidak

g. Kebutuhan Higiene Personal


a. Frekuensi mandi: 2 x/hari, pada saat sakit hanya sibin
b. Tempat mandi: kamar mandi
c. Kebiasaan mandi: √Mandiri Partial Total
d. Frekuensi sikat gigi: 2 x sehari pada saat mandi
e. Berpakaian: √Mandiri Partial Total
f. Berhias: √Mandiri Partial Total
g. Keramas: √Mandiri Partial Total
h. Kuku: dipotong seminggu sekali
1. Warna Kuku : √Pink Merah Biru Kuning
2. Higiene : √Bersih Kotor
3. kondisi kuku: Panjang √Pendek
i. Genetalia: √Bersih Tidak

25
h. Organ Sensoris
Mata
1. Penempatan dan kesejajaran: √Simetris Tidak Simetris
2. Warna sklera: putih
3. Warna Iris: hitam kecoklatan
4. Konjungtiva: √Merah muda Merah Pucat
5. Ukuran pupil: √Simetri Tidak simetris
6. Refleks pupil:
7. Refleks kornea:
8. Refleks berkedip: ada
9. Gerakan kelopak mata: spontan
10. Lapang Pandang :
11. Penglihatan warna: jelas
12. Jarak pandang (gunakan Snellen Chart):
Telinga
a. Penempatan dan kesejajaran pinna: √Sejajar Tidak sejajar
b. Higiene Telinga: Kanan:bersih Kiri:bersih
c. Rabas Telinga: Kanan:ada/tidak Kiri:ada/tidak
d. Tes Pendengaran:
- Tes Rinne: Kanan:Positif/Negatif Kiri: Positif/Negatif
- TesWeber: Kanan:Positif/Negatif Kiri:Positif/Negatif
Kulit
a. Warna kulit: kecoklatan
b. Tekstur : √Halus Kasar
c. Kelembaban : √Lembab Kering
d. Turgor: √Baik Buruk
e. Integritas Kulit : √Utuh Tidak, Jelaskan.......
f. Edema: Ya, Jelaskan √ Tidak
g. Capillary Refill:√Kurang dari 3 detik Lebih dari 3 detik

26
PENGKAJIAN RISIKO MALNUTRISI
NUTRITIONAL RISK SCORE (NRS)

NO. VARIABEL SKOR PENGERTIAN


1. Nafsu makan 0 Nafsu makan baik
1 Intake berkurang, sisa makanan lebih dari
½ porsi
2 Tidak ada nafsu makan lebih dari 24 jam
2. Kemampuan untuk makan 0 Tidak ada kesulitan makan, tidak diare atau
muntah
1 Ada masalah makan, sering muntah, diare
ringan
2 Butuh bantuan untuk makan, muntah
sedang dan atau diare 1-2 kali sehari
3 Tidak dapat makan secara oral, disfagia,
muntah berat dan atau diare > 2 kali sehari
3. Faktor stress 0 Tidak ada
1 Pembedahan ringan atau infeksi
2 Penyakit kronik, bedah mayor,
inflammatory bowel disease atau penyakit
gastrointestinal
4. Persentil berat badan 0 BB/TB sesuai standar
1 90-99% BB/TB
2 80-89% BB/TB
3 < 79% BB/TB
TOTAL SKOR 2 Kategori : Tidak ada resiko malnutrisi

Kategori risiko malnutrisi berdasarkan skor :


a) 0-3 : tidak ada risiko malnutrisi
b) 4-5 : berisiko sedang
c) >7 : risiko tinggi malnutrisi

27
LEMBAR OBSERVASI STATUS NAUSEA
Keller Index of Nausea (KIN)
Perubahan Sikap dan Distress
Perubahan Fisiologis
Perilaku (Tekanan)
Penurunan aktifitas√ Gelisah Peningkatan frekuensi
Pernafasan
Meletakkan tangan Menangis Hilang nafsu atau selera Makan√
di mulut
Meletakkan tangan √ Ekspresi Muntah
di atas perut wajah mual
Posisi mual Sensitif√ Muntah berat (Retching)
Menolak cairan √ Keringat
lewat mulut Dingin
Kulit terasa dingin saat
Disentuh
Perubahan warna kulit atau √
Kemerahan
Air liur meningkat
Sering menelan
Ada gerakan lidah atau
menekan atau
membasahi bibir
Total skor 6

Keterangan :
Jika indikator ditemukan pada anak, maka diberikan skor 1. Jika indikator tidak ditemukan
saat pengamatan, maka diberikan skor 0. Skor terendah adalah 0, sedangkan skor tertinggi
adalah 19. Total skor yang tertinggi kemungkinan terbesar mengalami mual yang aktual
(Keller & Keck, 2006).

28
29
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (28-01-2019)

Nilai
Nama test Hasil Satuan rujukan

HEMATOLOGI

Darah lengkap :

Hemoglobin 11.2 gr/dL 10.8 – 15.6

Hematokrit 32.5 % 33 – 45

3800 –
Lekosit 7000 /mm3 10600

150000 –
Trombosit 342000 /mm3 408000

Eritrosit 4.31 juta/mm3 4.4 – 5.9

LED Mm/jam 0 – 10
17

Index Eritrosit :

MCV 75.0 Fl 69 – 93

MCH 26.0 Pg 22 – 34

MCHC 34.5 g/Dl 32 – 36

RDW 14.8 % 11.5 – 14.5

MPV 7.7 fL 7.0 – 11.0

Hitung Jenis (diff) :

Eosinofil 0.6 % 2–4

Basofil 0.7 % 0–1

Neutrofil 50.7 % 50 – 70

Limfosit 40.0 % 25 – 40

Monosit 8.0 % 2–8

FACES
Faces lengkap
Makroskopi :

30
Warna Kuning hijau
Konsistensi Cair
Darah Negatif
Lendir Positif
Mikroskopis :
Telur cacing Negatif
Amoeba Negatif
Lekosit 0–2
Eritrosit 2–3
Sisa makanan Positif
Jamur Negatif
Lain – lain Bacteri

I. TERAPI
RL (iv) 15 tpm
PCT (drop) 2cc/8jam
Cefotaxim ( po ) 75mg/8jam
Lacto B 1 (po) 1 sach/12 jam
Zinc pro (po) 1 cth/24 jam

J. ANALISA DATA

Data Problem Etiologi

DS : Defisit volume diare


cairan
Ibu klien mengatakan An.A BAB
kehilangan cairan dan
cair 6 kali elektrolit

DO : defisit volume cairan


BAB 6 kali (600 cc), konsistensi
cair, ampas (+), lendir (+),
berwarna kuning hijau, BAK (600
cc), berwarna kuning, Balance
Cairan An.A = intake – output =
1462cc – 1605cc = - 143cc
S 38,7˚C, N 100x/menit
RR 20x/menit, turgor kulit tidak
elastis, mukosa bibir kering,

31
cubitan kulit perut : kembali
lambat, tampak pucat, konjungtiva
tidak anemis, bising usus
hiperaktif, terpasang infus RL 15
tpm ditangan kanan.

K. Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan b.d kehilangan volume berlebih

32
L. Pathways keperawatan

Diare

kehilangan cairan dan elektrolit

defisit volume cairan

M. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Defisit volume cairan NOC: NIC :


b/d kehilangan cairan v Fluid balance Fluid management
aktif v Hydration Timbang popok/pembalut jika
v Nutritional Status : Food diperlukan
Definisi : Penurunan and Fluid Intake Pertahankan catatan intake dan
cairan intravaskuler, Kriteria Hasil : output yang akurat
interstisial, dan/atau v Mempertahankan urine Monitor status hidrasi (
intrasellular. Ini output sesuai dengan usia kelembaban membran mukosa,
mengarah ke dehidrasi, dan BB, BJ urine normal, nadi adekuat, tekanan darah
kehilangan cairan HT normal ortostatik ), jika diperlukan
dengan pengeluaran v Tekanan darah, nadi, suhu Monitor vital sign
sodium tubuh dalam batas Monitor masukan makanan /
normal cairan dan hitung intake kalori
Batasan Karakteristik : v Tidak ada tanda tanda harian
- Kelemahan dehidrasi, Elastisitas · Kolaborasikan pemberian
- Haus turgor kulit baik, cairan intravena IV
- Penurunan turgor membran mukosa · Monitor status nutrisi
kulit/lidah lembab, tidak ada rasa · Dorong masukan oral
- Membran haus yang berlebihan · Berikan penggantian
mukosa/kulit kering nesogatrik sesuai output
- Peningkatan denyut · Dorong keluarga untuk
nadi, penurunan membantu pasien makan
tekanan darah, · Tawarkan snack ( jus buah,
penurunan buah segar )
volume/tekanan nadi · Kolaborasi dokter jika tanda
- Pengisian vena cairan berlebih muncul meburuk
menurun · Atur kemungkinan tranfusi
- Perubahan status · Persiapan untuk tranfusi
mental
- Konsentrasi urine Hypovolemia Management
meningkat v Monitor status cairan termasuk
- Temperatur tubuh intake dan ourput cairan
meningkat v Pelihara IV line
- Hematokrit meninggi v Monitor tingkat Hb dan
- Kehilangan berat hematokrit
badan seketika v Monitor tanda vital

33
(kecuali pada third v Monitor responpasien terhadap
spacing) penambahan cairan
Faktor-faktor yang v Monitor berat badan
berhubungan: v Dorong pasien untuk menambah
- Kehilangan volume intake oral
cairan secara aktif v Pemberian cairan Iv monitor
- Kegagalan adanya tanda dan gejala
mekanisme pengaturan kelebihanvolume cairan
v Monitor adanya tanda gagal
ginjal

34
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 544544

B. Data Fokus Pasien

DS:
an mengatakan :
Bab cair, frekuensi 6 kali, bewarna hijau
Perut mules

DO:
 Keadaan Umum : an tampak lemah
 Nadi : 100 x/ menit
 Pernafasan : 20 x/ menit
 Bisisng usus : 24 x/mnt
 Suhu : 38,70 C

C. Diagnosa Keperawatan yang Berhubungan dengan Jurnal yang Diaplikasikan


Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan tubuh akibat diare

D. EBN yang Diterapkan


Pengaruh pemberian oralit 200 terhadap diare
E. Analisa Sintesa

Diare

kehilangan cairan dan elektrolit

defisit volume cairan

pemberian oralit

frekuensi diare menurun dan konsitensi bab menjadi lunak

35
F. Landasan teori

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus.
Pemberian cairan adalah yang utama pada penderita diare karena sebagian besar kasus
terutama anak-anak yang dibawa ke rumah sakit sudah terjadi komplikasi berupa
dehidrasi sehingga diperlukan cairan rehidrasi yang sesuai. Pemberian cairan untuk
rehidrasi yang direkomendasikan WHO adalah cairan rehidrasi oral yaitu oralit 200 yang
diberikan pada kasus diare dengan dehidrasi ringan-sedang yang efektif untuk
mengembalikan cairan dan juga menurunkan volume feces serta menurunkan muntah
(Depkes, 2008). Hal ini dikarenakan oralit 200 mengandung kadar natrium dan glukosa
yang memiliki nilai osmolaritas rendah, 245 mOsm/l sehingga mempercepat absorpsi
cairan dalam tubuh dan dengan cepat menggantikan cairan secara efektif terutama
tubuh dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang. Hal ini sejalan dengan yang
disampaikan Sayoeti (2008) bahwa oralit dengan osmolaritas rendah tidak hanya
mengembalikan keseimbangan konsentrasi natrium dan kalium saja tetapi mempercepat
penyembuhan diare dan tepat diberikan pada pada penderita diare akut dehidrasi ringan-
sedang.
Oralit 200 memiliki nilai osmolaritas rendah dengan kadar 245 mmol/L, jika dikonsumsi
akan berakibat terhadap penurunan tekanan osmotik di dalam lumen usus dibandingkan
tekanan osmotik di dalam plasma/vaskuler yang memiliki osmolaritas sebesar 300
mmol/L sehingga dapat mengurangi sekresi/jumlah cairan di dalam lumen usus
(Joseph, 2009). Hal ini bermanfaat meningkatkan fungsi absorbsi cairan oleh mukosa
usus sehingga mengurangi kadar air dalam lumen usus sehingga mengubah konsistensi
feces dari cair menjadi berampas atau lembek.

36
BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan EBN


Memilih oralit 200dikarenakan oralit 200 mengandung kadar natrium dan glukosa yang
memiliki nilai osmolaritas rendah, 245 mOsm/l sehingga mempercepat absorpsi cairan
dalam tubuh dan dengan cepat menggantikan cairan secara efektif terutama tubuh dalam
keadaan dehidrasi ringan-sedang.

B. Mekanisme Penerapan EBN

1. Melakukan pengkajian sebelum diberikan oralit


2. Fase Orientasi:
a. Salam teraupeutik dan memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
c. Menanyakan kesiapan pasien
d. Menjaga privacy
e. Mencuci tangan
3. Fase Kerja:
a. Menyiapkan 1 gelas air (200 ml)
b. Campurkan 1 sachet oralit 200 ke dalam 1 gelas air
c. Aduk hingga tercampur
d. Minum larutan tersebut selama 2 jam pertama (1 sachet), dihitung dari 7 jam
setelah pemberian terapi obat dari rs
e. Dan dilanjut minum 1 ½ gelas setiap kali muntah/diare
4. Fase Terminasi:
a. Merapikan pasien.
b. Melakukan evaluasi tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan
e. Dokumentasi

37
C. Hasil yang dicapai
DS DO
Pre Dilakukan pada saat jam praktek
(Rabu, 12 Juni 2019 jam 08.00 wib)  Keadaan Umum :an tampak
an mengatakan : lemah
 konsistensi bab cair, frekuensi 6  Nadi :100 x/ menit
kali, bewarna hijau  Pernafasan : 20 x/ menit
 Perut mules  Suhu tubuh : 38,70 C
 Bisisng usus : 24 x/mnt

Post Dievaluasi pada Jumat, 14 Juni 2019  Keadaan umum : baik


jam 14.00 wib  Nadi :90 x/ menit
 Tn. M selaku orang tua dari an.A  Pernafasan : 22 x/ menit
mengatakan anaknya bab dalam  Suhu tubuh : 36.50 C
sehari ini hanya 1 kali, konsistensi  Bisisng usus : 15 x/mnt
lunak tidak encer, warna sudah
kekuningan

D. Kelebihan dan kekurangan


1. Kelebihan : oralit 200 mudah ditemukan di apotik sekitar, dengan harga
terjangkau, dan merupakan penanganan pertama pada kasus diare.
2. Kekurangan :
 Anak mungkin tidak terlalu suka rasa oralit karena asing dengan rasanya. Dan
beberapa orang akan merasakan kembung ataupun muntah kaena tidak biasa
mengkonsumsi
 Harus mampu mengontrol variabel perancu yaitu obat. Pasien mendapatkan obat
untuk mengatasi diare yaitu lacto B1 sachet/8 jam dan Zinc 1 cth/24 jam yang
diminum setiap pukul 07.00 WIB

38
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penerapan yang telah dilakukan didapatkan frekuensi bab berkurang dan
konsistensi bab menjadi membaik Sehingga penerapan ini dapat dilakukan di klinik. Hal
ini dikarenakan oralit 200 mengandung kadar natrium dan glukosa yang memiliki nilai
osmolaritas rendah, 245 mOsm/l sehingga mempercepat absorpsi cairan dalam tubuh
dan dengan cepat menggantikan cairan secara efektif terutama tubuh dalam keadaan
dehidrasi ringan-sedang.

B. Saran
Diharapkan pemberian terapi larutan oralit 200 ini dapat menjadi referensi lain serta
untuk dapat dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien denga
Diare akut dehidrasi sedang.

39

Anda mungkin juga menyukai