A DENGAN GEDS
DI RUANG AYYUB 3 RS ROEMANI SEMARANG
Disusun Oleh:
SUWARNI
G3A018094
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama
di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat diare (Salwan, 2008). Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah
satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare
pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan
anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak
(WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di
Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare
menduduki urutan kedua dari sepuluh penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas
setelah Influenza dengan tingkat kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 Case Fatality Rate (CFR) akibat diare
sebesar 4.78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun
sebelumnya yaitu dengan CFR 1.31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/
MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun
2
1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi
Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.
Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat
(Kemenkes, 2011).
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun
kesembuhan pada pasien penderita diare. Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan
makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan
kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F,
yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya
dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak
mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami
dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ada dua:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi evidence based nursing practice : oralit 200
untuk penderita diare di Ruang Ayyub 3 RS Roemani Muhammadiyah Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diare
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Diare
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Diare
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan Diare
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan Diare
C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang diawali dari tahap pengkajian, diagnosa keperwatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan memberikan aplikasi tindakan berdasarkan jurnal ilmiah.
3
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan :
Latar belakang, Tujuan penulisan, Sistematika penulisan
BAB II Konsep Dasar :
Konsep penyakit, larutan oralit
BAB III Resume Askep :
Pengkajian biodata, Riwayat kesehatan, Pola kesehatan fungsional, pemeriksaan
penunjang, diagnosa keperawatan, pathways keperawatan, dan intervesi
BAB IV : aplikasi evidence based nursing riset
BAB V Pembahasan :
Analisa data, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
BAB VI Penutup :
Kesimpulan dan saran
4
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
1. Konsep Dasar
Peningkatan pengeluara tinja dengan kosistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya , dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja > 10g/kg/24 jam
(Juffrie 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu
hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami
diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa ,
khususnya pada anakdan orang tua (USAID, 2016).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekensi
defekasi lebih dari biasanya (>3kali/hari)disertai perubahan kosistensi tinja menjadi
cair dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2017)
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan lama diare
1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu waktu dan berlangsung selama 14
hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila
kurang megonsusmsi makanan akan mengakibatkan kurang gizi (
Ernawati, 2012).
2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat badan
secara signifikan dan malasah nutrisi (Sodikin, 2011).
3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten
menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran volume faces
5
dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare (Sodikin, 2011). Diare
persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan diare persisten
tidak berat atau ringan. Diare persisten berat merupakan diare yang
berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda dehidrasi, sehingga anak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Sedangkan diare persisten tidak
berat atau ringan merupakan diare yang berlangsung selama 14 hari atau
lebih yang tidak menunjukkan tanda dehidrasi (Ariani, 2016).
4) Diare malnutrisi berat
Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat
menyebabkan anak mengalami malnutrisi karena selama sakit, mengalami
infeksi, anak mengalami penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan
dan fungsi imun (Kuntari, 2018).
b. Berdasarkan patofisiologik diklasifikasi menjadi dua yaitu:
1) Diare sekresi
Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen
maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan
bahan kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu
pedas, selain itu juga dapat disebabkan defisiensi imun atau penurunan
daya tahan tubuh (Simadibrata, 2009).
2) Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia,
makanan tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan diet
dan pemanis obat berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol
atau fruktosa (Octa, dkk, 2014). Diare osmotik dapat terjadi akibat
gangguan pencernaan kronik terhadap makanan tertentu seperti buah,
gula/manisan dan permen karet.
B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi Centeral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi
virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
6
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral
adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas.
Penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotik diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
7
usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
DIARE
D. PATHWAY
8
Pengeluaran asam
laktat berlebihan
Kerusakan
Iritasi kulit
integritas
sekitar anal
kulit
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
Hipertermi
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
F. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
9
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
a) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
b) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
c) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
a) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
b) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
a) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =
15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
b) Untuk bayi berat badan lahir rendah
10
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg, jenis makanan:
a) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
b) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
1. Umur
Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi laktase,
sindrom kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
Biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari
makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah
makan.
3. Lamanya Diare
Diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama.
4. Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus,
sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel.
Data Subyektif
11
1. Keluhan utama: BAB cair , lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas.
2. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x.
3. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/minuman, atau
lingkungan.
4. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya.
5. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas.
Data Obyektif
1. Mata cekung
2. Ubun – ubun besar dan cekung
3. Turgor kulit kurang dan kering
4. Lidah, bibir dan mukosa kering
5. Konsistensi feses cair
6. Peningkatann suhu tubuh
7. Penurunan BB
8. Pasien tampak lemah dan lemas
b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran: composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis, somnolen,
kadang sopokomateus.
Keadaan umum: sedang atau lemah
Vital sign: pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan:
1. Tekanan Darah menurun ( misal 90/40 mmHg ).
2. Nadi sepat sekali (tachikardi ).
3. Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi
dalam usus.
4. Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dan berat karena adanya kompensasi
asam basa.
Pemerisaan Fisik
12
a) Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun–ubun yang besar danagak cekung.
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi.
Mata: mata pada umumnya agak cekung.
Mulut : mukosa kering, bibir pecah–pecah , lidah kering,bibir sianosis.
Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol.
Wajah : tampak lebih pucat.
b) Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
c) Jantung : Menimbulkan aritmia jantung.
d) Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat pembesaran
pada perut kanan bawah.
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut. Auskultasi : bising usus >30x / menit.
e) Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya.
f) Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2
detik.
13
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d perubahan status kesehatan
I. INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
14
(kecuali pada third v Monitor responpasien terhadap
spacing) penambahan cairan
Faktor-faktor yang v Monitor berat badan
berhubungan: v Dorong pasien untuk menambah
- Kehilangan volume intake oral
cairan secara aktif v Pemberian cairan Iv monitor
- Kegagalan adanya tanda dan gejala
mekanisme pengaturan kelebihanvolume cairan
v Monitor adanya tanda gagal
ginjal
2 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d Skin and Mucous § Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB sering Membranes menggunakan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar
Definisi : Perubahan v Integritas kulit yang baik § Hindari kerutan padaa tempat
pada epidermis dan bisa dipertahankan tidur
dermis (sensasi, elastisitas, § Jaga kebersihan kulit agar tetap
temperatur, hidrasi, bersih dan kering
Batasan karakteristik : pigmentasi) § Mobilisasi pasien (ubah posisi
- Gangguan pada v Tidak ada luka/lesi pada pasien) setiap dua jam sekali
bagian tubuh kulit § Monitor kulit akan adanya
- Kerusakan lapisa v Perfusi jaringan baik kemerahan
kulit (dermis) v Menunjukkan pemahaman § Oleskan lotion atau minyak/baby
- Gangguan dalam proses perbaikan oil pada derah yang tertekan
permukaan kulit kulit dan mencegah § Monitor aktivitas dan mobilisasi
(epidermis) terjadinya sedera pasien
Faktor yang berulang § Monitor status nutrisi pasien
berhubungan : v Mampu melindungi kulit § Memandikan pasien dengan
Eksternal : dan mempertahankan sabun dan air hangat
- Hipertermia atau kelembaban kulit dan
hipotermia perawatan alami
- Substansi kimia
- Kelembaban
udara
- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
15
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan
sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
16
- Perasaan § Monitor interaksi anak atau
ketidakmampuan orangtua selama makan
untuk mengunyah § Monitor lingkungan selama makan
makanan § Jadwalkan pengobatan dan
- Miskonsepsi tindakan tidak selama jam makan
- Kehilangan BB § Monitor kulit kering dan
dengan makanan perubahan pigmentasi
cukup § Monitor turgor kulit
- Keengganan untuk § Monitor kekeringan, rambut
makan kusam, dan mudah patah
- Kram pada abdomen § Monitor mual dan muntah
- Tonus otot jelek § Monitor kadar albumin, total
- Nyeri abdominal protein, Hb, dan kadar Ht
dengan atau tanpa § Monitor makanan kesukaan
patologi § Monitor pertumbuhan dan
- Kurang berminat perkembangan
terhadap makanan § Monitor pucat, kemerahan, dan
- Pembuluh darah kekeringan jaringan konjungtiva
kapiler mulai rapuh § Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Diare dan atau § Catat adanya edema, hiperemik,
steatorrhea hipertonik papila lidah dan
- Kehilangan rambut cavitas oral.
yang cukup banyak § Catat jika lidah berwarna magenta,
(rontok) scarlet
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya
informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
17
atau tidak diketahui mengungkapkan dan · Pahami prespektif pasien
oleh individu); menunjukkan tehnik terhdap situasi stres
perasaan keprihatinan untuk mengontol cemas · Temani pasien untuk
disebabkan dari v Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
antisipasi terhadap normal mengurangi takut
bahaya. Sinyal ini v Postur tubuh, ekspresi · Berikan informasi faktual
merupakan peringatan wajah, bahasa tubuh dan mengenai diagnosis, tindakan
adanya ancaman yang tingkat aktivitas prognosis
akan datang dan menunjukkan · Dorong keluarga untuk
memungkinkan berkurangnya kecemasan menemani anak
individu untuk · Lakukan back / neck rub
mengambil langkah · Dengarkan dengan penuh
untuk menyetujui perhatian
terhadap tindakan · Identifikasi tingkat
Ditandai dengan kecemasan
- Gelisah · Bantu pasien mengenal
- Insomnia situasi yang menimbulkan
- Resah kecemasan
- Ketakutan · Dorong pasien untuk
- Sedih mengungkapkan perasaan,
- Fokus pada diri ketakutan, persepsi
- Kekhawatiran · Instruksikan pasien
- Cemas menggunakan teknik relaksasi
· Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
18
BAB III
RESUME ASKEP
A. Identitas
1. Nama Anak : An. A
2. Tempat/Tanggal Lahir: Semarang, 06 September 2013
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Nama Orangtua/Wali : Tn. M
5. Alamat : Candisari, semarang
6. Suku : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Tanggal Pengkajian : 12 Juni
10. Pemberi Informasi : Tn. M.
11. Hubungan dengan anak: Ayah kandung kandung
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan Genogram :
atau = Pria, wanita sehat
atau = Klien
atau = Meninggal
19
B. Keluhan Utama
BAB cair 6 kali, ampas (+), lendir (+) berwarna kuning hijau
20
F. Pengukuran Antropometri
a. Antropometri
1. Berat badan : Sebelum sakit 19 kg, Saat sakit 18 kg.
2. Panjang badan : 115cm
3. Lingkar kepala : 41cm
4. Lingkar dada : 42cm
5. Lingkar lengan atas : 16cm
b. Biokimia
FAECES
Faeces Lengkap
Makroskopis :
Warna Kuning hijau
Konsistensi Cair
Darah Negatif
Lendir Positif
Mikroskopis :
Telur cacing Negatif
Amoeba Negatif
Lekosit 0–2
Eritrosit 2–3
Sisa makanan Positif
Jamur Negatif
Lain – lain Bacteri (Positif)
c. Clinical
Diukur pada tanggal : 12 Juni 2019
1. Suhu : 38,7˚C
2. Nadi : 100x/menit
3. RR : 20x/menit
4. Keadaan umum : tampak lemah, membrane mukosa bibir kering,
akral hangat, konjungtiva tidak anemis, terdapat
ruam di area sekitar pantat, ruam derajat sedang
21
ditandai dengan kemerahan dan lecet pada
permukaan luas.
d. Diit
An.A diit lunak lauk saring dan hanya habis ½ porsi, susu diare 480 cc dan air sari
kacang hijau.
G. Pengkajian Fisik
a. Kepala
a. Bentuk kepala : √Simetris Tidak simetris
b. Fontanel anterior: Masih Terbuka √Tertutup
c. Fontanel posterior: Masih Terbuka √Tertutup
d. Kontrol Kepala : √Ya Tidak
e. Warna Rambut: hitam lebat
f. Tekstur Rambut: √Halus Kasar
g. Bentuk wajah : √Simetris Tidak simetris
b. Kebutuhan Oksigenisasi
Hidung
1. Patensi nasal: Kanan: paten/tidak Kiri: paten/tidak
2. Rabas nasal: Kanan: ada/tidak Kiri: ada/tidak
3. Bentuk: √ Simetris Tidak simetris
4. Tes penciuman: Kanan Kiri
Dada
a. Bentuk: √Simetris Tidak Simetris, jelaskan
b. Retraksi interkostal: Ya Tidak
c. Suara perkusi dinding dada: √Sonor Redup Hipersonor
d. Fremitus Vokal: √Vibrasi simetrsis Vibrasi tidak simetris
5. Perkembangan payudara: √Simetris Tidak simetris
Paru-paru
a. Pola pernapasan: √ Reguler Irreguler, jelaskan
b. Suara nafas tambahan: √ Tidak Ya, sebutkan
22
c. Jumlah Gigi : 22
d. Warna Gigi : putih kekuningan
e. Warna Lidah: √Pink Merah Kehitaman
f. Gerakan lidah: √Terkontrol Tremor Deviasi
g. Tonsil: Ada Pembesaran √Tidak ada pembesaran
h. Tes pengecapan: √ Manis √ Asam √ Asin √ Manis
Abdomen
a. Bentuk : √Simteris Tidak simetris
b. Umbilikus √Bersih Tidak bersih, jelaskan:
c. Bising usus: 24 x/mnt √Hiperaktif Hipoaktif Tidak ada
d. Pembesaran hepar: Ada √ Tidak
e. Pembesaran Limpa: Ada √ Tidak
f. Perkusi dinding perut: √ Timpani Dullness Redup
BALANCE CAIRAN
a. Intake
Minum : 300cc
Infus : 1000cc
PCT drop : 18cc
AM : 144cc + (8cc x 18kg)
1462cc
b. Output
Muntah : 300cc
23
Urine : 600cc
Feses : 600cc
IWL : bb x 20 x 7 = 105cc
24 +
1605cc
Balance Cairan An.A = intake – output = 1462cc – 1605cc = - 143cc
24
Pola Tidur Sehat Sakit
Jam Tidur – Bangun Malam 21.30 – 05.00 Sewaktu waktu
Siang 13 – 14.30
Ritual sebelum tidur Kekamar kecil dulu -
Enuresis - -
Gangguan Tidur - -
Bicara
a. Ketidakfasihan (Gagap): Ya √Tidak
b. Defisiensi artikulasi: Ya √Tidak
c. Gangguan Suara: Ya √Tidak
Bahasa
a. Memberikan arti pada kata-kata: √Ya Tidak
b. Mengatur kata-kata ke dalam kalimat: √Ya Tidak
25
h. Organ Sensoris
Mata
1. Penempatan dan kesejajaran: √Simetris Tidak Simetris
2. Warna sklera: putih
3. Warna Iris: hitam kecoklatan
4. Konjungtiva: √Merah muda Merah Pucat
5. Ukuran pupil: √Simetri Tidak simetris
6. Refleks pupil:
7. Refleks kornea:
8. Refleks berkedip: ada
9. Gerakan kelopak mata: spontan
10. Lapang Pandang :
11. Penglihatan warna: jelas
12. Jarak pandang (gunakan Snellen Chart):
Telinga
a. Penempatan dan kesejajaran pinna: √Sejajar Tidak sejajar
b. Higiene Telinga: Kanan:bersih Kiri:bersih
c. Rabas Telinga: Kanan:ada/tidak Kiri:ada/tidak
d. Tes Pendengaran:
- Tes Rinne: Kanan:Positif/Negatif Kiri: Positif/Negatif
- TesWeber: Kanan:Positif/Negatif Kiri:Positif/Negatif
Kulit
a. Warna kulit: kecoklatan
b. Tekstur : √Halus Kasar
c. Kelembaban : √Lembab Kering
d. Turgor: √Baik Buruk
e. Integritas Kulit : √Utuh Tidak, Jelaskan.......
f. Edema: Ya, Jelaskan √ Tidak
g. Capillary Refill:√Kurang dari 3 detik Lebih dari 3 detik
26
PENGKAJIAN RISIKO MALNUTRISI
NUTRITIONAL RISK SCORE (NRS)
27
LEMBAR OBSERVASI STATUS NAUSEA
Keller Index of Nausea (KIN)
Perubahan Sikap dan Distress
Perubahan Fisiologis
Perilaku (Tekanan)
Penurunan aktifitas√ Gelisah Peningkatan frekuensi
Pernafasan
Meletakkan tangan Menangis Hilang nafsu atau selera Makan√
di mulut
Meletakkan tangan √ Ekspresi Muntah
di atas perut wajah mual
Posisi mual Sensitif√ Muntah berat (Retching)
Menolak cairan √ Keringat
lewat mulut Dingin
Kulit terasa dingin saat
Disentuh
Perubahan warna kulit atau √
Kemerahan
Air liur meningkat
Sering menelan
Ada gerakan lidah atau
menekan atau
membasahi bibir
Total skor 6
Keterangan :
Jika indikator ditemukan pada anak, maka diberikan skor 1. Jika indikator tidak ditemukan
saat pengamatan, maka diberikan skor 0. Skor terendah adalah 0, sedangkan skor tertinggi
adalah 19. Total skor yang tertinggi kemungkinan terbesar mengalami mual yang aktual
(Keller & Keck, 2006).
28
29
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (28-01-2019)
Nilai
Nama test Hasil Satuan rujukan
HEMATOLOGI
Darah lengkap :
Hematokrit 32.5 % 33 – 45
3800 –
Lekosit 7000 /mm3 10600
150000 –
Trombosit 342000 /mm3 408000
LED Mm/jam 0 – 10
17
Index Eritrosit :
MCV 75.0 Fl 69 – 93
MCH 26.0 Pg 22 – 34
Neutrofil 50.7 % 50 – 70
Limfosit 40.0 % 25 – 40
FACES
Faces lengkap
Makroskopi :
30
Warna Kuning hijau
Konsistensi Cair
Darah Negatif
Lendir Positif
Mikroskopis :
Telur cacing Negatif
Amoeba Negatif
Lekosit 0–2
Eritrosit 2–3
Sisa makanan Positif
Jamur Negatif
Lain – lain Bacteri
I. TERAPI
RL (iv) 15 tpm
PCT (drop) 2cc/8jam
Cefotaxim ( po ) 75mg/8jam
Lacto B 1 (po) 1 sach/12 jam
Zinc pro (po) 1 cth/24 jam
J. ANALISA DATA
31
cubitan kulit perut : kembali
lambat, tampak pucat, konjungtiva
tidak anemis, bising usus
hiperaktif, terpasang infus RL 15
tpm ditangan kanan.
K. Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan b.d kehilangan volume berlebih
32
L. Pathways keperawatan
Diare
M. Intervensi
33
(kecuali pada third v Monitor responpasien terhadap
spacing) penambahan cairan
Faktor-faktor yang v Monitor berat badan
berhubungan: v Dorong pasien untuk menambah
- Kehilangan volume intake oral
cairan secara aktif v Pemberian cairan Iv monitor
- Kegagalan adanya tanda dan gejala
mekanisme pengaturan kelebihanvolume cairan
v Monitor adanya tanda gagal
ginjal
34
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 544544
DS:
an mengatakan :
Bab cair, frekuensi 6 kali, bewarna hijau
Perut mules
DO:
Keadaan Umum : an tampak lemah
Nadi : 100 x/ menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Bisisng usus : 24 x/mnt
Suhu : 38,70 C
Diare
pemberian oralit
35
F. Landasan teori
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus.
Pemberian cairan adalah yang utama pada penderita diare karena sebagian besar kasus
terutama anak-anak yang dibawa ke rumah sakit sudah terjadi komplikasi berupa
dehidrasi sehingga diperlukan cairan rehidrasi yang sesuai. Pemberian cairan untuk
rehidrasi yang direkomendasikan WHO adalah cairan rehidrasi oral yaitu oralit 200 yang
diberikan pada kasus diare dengan dehidrasi ringan-sedang yang efektif untuk
mengembalikan cairan dan juga menurunkan volume feces serta menurunkan muntah
(Depkes, 2008). Hal ini dikarenakan oralit 200 mengandung kadar natrium dan glukosa
yang memiliki nilai osmolaritas rendah, 245 mOsm/l sehingga mempercepat absorpsi
cairan dalam tubuh dan dengan cepat menggantikan cairan secara efektif terutama
tubuh dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang. Hal ini sejalan dengan yang
disampaikan Sayoeti (2008) bahwa oralit dengan osmolaritas rendah tidak hanya
mengembalikan keseimbangan konsentrasi natrium dan kalium saja tetapi mempercepat
penyembuhan diare dan tepat diberikan pada pada penderita diare akut dehidrasi ringan-
sedang.
Oralit 200 memiliki nilai osmolaritas rendah dengan kadar 245 mmol/L, jika dikonsumsi
akan berakibat terhadap penurunan tekanan osmotik di dalam lumen usus dibandingkan
tekanan osmotik di dalam plasma/vaskuler yang memiliki osmolaritas sebesar 300
mmol/L sehingga dapat mengurangi sekresi/jumlah cairan di dalam lumen usus
(Joseph, 2009). Hal ini bermanfaat meningkatkan fungsi absorbsi cairan oleh mukosa
usus sehingga mengurangi kadar air dalam lumen usus sehingga mengubah konsistensi
feces dari cair menjadi berampas atau lembek.
36
BAB V
PEMBAHASAN
37
C. Hasil yang dicapai
DS DO
Pre Dilakukan pada saat jam praktek
(Rabu, 12 Juni 2019 jam 08.00 wib) Keadaan Umum :an tampak
an mengatakan : lemah
konsistensi bab cair, frekuensi 6 Nadi :100 x/ menit
kali, bewarna hijau Pernafasan : 20 x/ menit
Perut mules Suhu tubuh : 38,70 C
Bisisng usus : 24 x/mnt
38
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penerapan yang telah dilakukan didapatkan frekuensi bab berkurang dan
konsistensi bab menjadi membaik Sehingga penerapan ini dapat dilakukan di klinik. Hal
ini dikarenakan oralit 200 mengandung kadar natrium dan glukosa yang memiliki nilai
osmolaritas rendah, 245 mOsm/l sehingga mempercepat absorpsi cairan dalam tubuh
dan dengan cepat menggantikan cairan secara efektif terutama tubuh dalam keadaan
dehidrasi ringan-sedang.
B. Saran
Diharapkan pemberian terapi larutan oralit 200 ini dapat menjadi referensi lain serta
untuk dapat dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien denga
Diare akut dehidrasi sedang.
39