Anda di halaman 1dari 16

DESAIN INOVATIF

MENGATASI NYERI RINGAN DENGAN AROMATERAPI


DI RUANG ANGGREK 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh
Muslikah Ida Mugi R

(P1337420614031)

Nunink Tri Nur K

(P1337420614032)

Putri pancali H

(P1337420614033)

Atika Gita

(P1337420614034)

Dian Mayang P. A

(P1337420614035)

Indah Apriliana

(P1337420614036)

Rizky Apri Fajriani

(P1337420614044)

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri
merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut
dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri
yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan
respon yang identik pada seseorang.
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar klien,
sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk
berpotensi mencederai. Bagi dokter nyeri merupakan masalah yang membingungkan.
Tidak ada pemeriksaan untuk mengukur atau memastikan nyeri. Dokter hampir sematamata mengandalkan penjelasan dari pasien tentang nyeri dan keparahannya. Nyeri alasan
yang paling sering diberikan oleh klien ditanya kenapa berobat.
Dampak nyeri pada perasaan sejahtera klien sudah sedemikian luas diterima
sehingga banyak institusi sekarang menyebut nyeri tanda vital kelima, dan
mengelompokkannya dengan tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan
darah.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami
nyeri dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat
mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan
mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri.
Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lain tetapi juga
memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi pereda nyeri,
mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi

tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga,
mengajarkan mereka untuk mengatasi penggunaan analgetik atau regimen pereda nyeri
oleh mereka sendiri jika memungkinkan.
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas aromaterapi untuk
mengatasi nyeri ringan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP NYERI
1. Definisi
Setiap manusia dapat mengalami nyeri yang merupakan sensasi tidak enak. Nyeri
merupakan hal yang penting terhadap adanya gangguan fisiologis. Banyak orang yang
datang ke rumah sakit atau puskesmas dengan keluhan nyeri yang biasanya disertai
dengan rasa lainnya seperti rasa tertekan, panas atau dingin. Nyeri secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri
dapat juga didefinisikan sebagai kejadian yang bersifat individu sehingga dalam
pengumpulan data, perawat perlu secara seksama mendengarkan keluhan pasien
secara verbal. Nyeri dikaji menurut lokasi, intensitas, waktu, durasi, dan kualitas serta
prilaku non verbal pasien.
Nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Tamsuri (2007)
Nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut sarafdalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi
fisik, fisiologis dan emosional. Srumum
Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. International Association for Study of
Pain (IASP),
2. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
a. Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin, bermacam-macam
b.
c.
d.
e.
f.
g.

asam)
Pembengkakan Jaringan
Spasmus Otot
Kehamilan
Inflamasi
Keletihan
Kanker

3. Manifestasi klinis
a. Gangguam Tidur

b.
c.
d.
e.

Posisi Menghindari Nyeri


Gerakan Menghindari Nyeri
Pucat
Perubahan Nafsu Makan

4. Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipovolemik
f. Hipertermia
5. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
a. skala intensitas nyeri deskritif

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri


yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling

tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah


kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
b. Skala identitas nyeri numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih


digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan
saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan
patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
c. Skala analog visual
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus
dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien
kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat
merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (Potter, 2005).

d. Penilaian Nyeri Berdasarkan PQRST


1) P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri, apakah karena terkena ruda
paksa/benturan, Akibat penyayatan dll.
2) Q : Qualitas / Quantitas

Seberapa berat keluhan nyeri terasa, bagaimana rasanya, seberapa sering


terjadinya. Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris,
dll.
3) R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan, Apakah juga
menyebar ke daerah lain / area penyebarannya.
4) S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS ( Baca : Cara Mengukur
GCS (Glasgows Coma Scale) ) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri /
ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan
5) T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan, seberapa sering
keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi, apakah terjadi secara mendadak
atau bertahap, akut atau kronis.
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,


memukul

B. AROMATERAPI
1. definisi
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan
merangsang proses penyembuhan.
Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense
stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas
tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu
dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan
pikiran merasa relaks dan 'bebas' Pada tahun 1928 penggunaan istilah
aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice Gattefosse di Perancis.
Sementara

dengan

menghirup

aroma

bunga

melati

maka

akan

meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan


ketangkasan dan kesiagaan.
2. Macam aromaterapi
Lavender
jika anda penderita insomnia atau ingin mendapatkan relaksasi dapat
menggunakan aromatherapy jenis ini. Lavender dipercaya bisa membantu
terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran.
Cendana/ Sandalwood
aroma yang dilahirkannya dapat membantu menciptakan dan menuangkan ide
kreatif. Selain dapat mengurangi depresi, harum cendana dipercaya dapat
mengatasi masalah sulit tidur serta masalah lain yang berhubungan dengan
stres. Selain itu, aromanya sangat bermanfaat digunakan saat meditasi.

Rosemary
merupakan jenis aromatherapy yang biasa digunakan untuk melegakan otot
dan pikiran. Wangi yang dihasilkannya juga dapat membantu anda lebih
konsentrasi.
Sweet Orange
biasanya digunakan untuk membangkitkan gairah dan semangat pria.
Vanilla
aroma yang dihasilkannya sangat akrab dengan suasana rumah yang hangat
dan nyaman, sehingga wanginya sanggup menenangkan pikiran.
Jasmine
merupakan jenis aroma yang sanggup menciptakan suasana romantis. Namun,
jangan gunakan terlalu banyak. Sebab, aroma kuat bunga melati justru
membuat udara menjadi tidak segar, bahkan mungkin sedikit menyeramkan.
Manfaat Aromaterapi: menenangkan, santai, sensual, romantis.

C. PENGARUH AROMATERAPI DALAM MENGATASI NYERI


Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian
Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia,
mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan
lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa
kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan
mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan
menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa
di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks.

Mekanisme aromaterapi dalam tubuh:

Setelah impuls di sampaikan ke otak, maka reaksi kompleks pun


dimulai. Keseluruhan bagian otak ikut andil dalam reaksi ini, tak terkecuali
system limbic. Setelah keseluruhan impuls diterjemahkan, maka segera
dilakukan respon baik secara hormonal (endrokrin) maupun persyarafan
(syaraf). Kemudian reaksi penyembuhan pun terjadi dan dapat segera Anda
rasakan.
Lebih dalam lagi, system limbic merupakan satu set struktur otak
termasuk hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks
limbik dan forniks. Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus
batang otak sehingga dibedakan dari pemetaan bagian otak secara eksternal.
System limbic lebhi bertanggung jawab pada berbagai fungsi psikologis otak
termasuk emosi, perilaku, memori jangka panjang dan lain sebagainya.
Maka bisa dikatakan bahwa dalam aplikasi aromaterapi secara hirup,
Anda memperoleh 2 efek penyembuhan sekaligus, yaitu penyembuhan secara
psikis melalui system limbic dan penyembuhan keluhan fisik melalui endokrin
dan system syaraf.

Kesimpulan kecil: Reaksi pengobatan aromaterapi dimulai dari rongga


hidung, kemudian syaraf di bagian atas sebelah dalam hidung mengantarkan
impuls yang ditimbulkan dari armaterapi ke pusat otak. Darisinilah eraksi
pengobatan dimulai secara spesifik dengan berbagai reaksi yang diberikan
oleh otak. Dalam hal ini, aplikasi aromaterapi secara hirup lebih memiliki
pengaruh pada kondisi psikis dan pikiran manusia. Nyeri pun dapat berubah
menjadi lebih ringan bahkan hilang karena tubuh menjadi rileks dan persepsi
nyeri dihalangi oleh bebauan yang menyamankan tubuh.

BAB III METODOLOGI


A. Topik: Mengatasi nyeri ringan di RSUD Dr. Moewardi bangsal Anggrek 2
B. Sub Topik: Mengatasi nyeri ringan dengan aromaterapi.
C. Nama Kelompok:
1. Muslikah Ida Mugi Rahayu
2. Nunink Tri Nur Khumairanissa
3. Putri Pancali Haningtyas
4. Atika Gita Pratiwi
5. Dian Mayang Purbo Arum
6. Indah Apriliana
7. Rizky Apri Fajriani
D. Waktu: 19 21 September 2016
E. Tempat : Ruang Anggrek 2 RSUD Dr.Moewardi Surakarta
F. Pengorganisasian
1. Leader : Muslikah Ida Mugi Rahayu
2. Fasilitator: Putri Pancali Haningtyas dan Atika Gita Pratiwi
3. Observer : Indah Apriliana dan Nunink Tri Nur Khumairanissa
4. Dokumentator : Dian Mayang Purbo Arum dan Rizky Apri Fajriani
G. Media/ Alat yang Digunakan
Aromaterapi lavender
H. Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan
1. Mengucapkan salam dan perkenalan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan di lakukan
4. Meminta persetujuan klien untuk dilakukan prosedur
5. Menyiapkan lingkungan yang tenang
6. Menyiapkan pasien
7. Melakukan tindakan pemberian aroma terapi di ruangan.
8. Menunggu dan melihat respon klien
9. Melakukan evaluasi pada pagi hari
I. Referensi
Jurnal manfaat aromaterapi untuk relaksasi nyeri

BAB IV LAPORAN KEGIATAN


A. PELAKSANAAN KEGIATAN
No

Hari,

Kegiatan

Respon

tanggal jam
Senin,19

Melakukan pengkajian klien

Didapatkan hasil 50% dari

September

dengan masalah keperawatan

klien yang berada di Ruang

2016
10.00

jam nyeri di ruang Anggrek 2 dan


melakukan pengecekan ruangan
yang di tempati oleh klien

Anggrek

masalah Nyeri

mengalami

dengan masalah yang sama yaitu


2

Selasa,

nyeri
20 Implementasi

September
2016
3

10.00
Rabu,

aroma terapi pada pasien yang tindakan yang di lakukan

jam mengalami gangguan nyeri


21 Melakukan

September
2016

memberikan Pasien merasa nyaman dengan

evaluasi

perawat

terhadap Setelah

tindakan yang telah dilakukan.

jam

10.00

dilakukan

evaluasi

pada pukul 10.00 di dapatkan


hasil 70% klien yang merasa
lebih tenang dan nyaman.
tetapi

30%

klien

tetap

merasakan nyeri

B. FAKTOR PENDUKUNG
1. Lingkungan yang mendukung dan nyaman
2. Suasana yang tenang
3. Klien kooperatif pada saat dilakukan tindakan
C. FAKTOR PENGHAMBAT
1. Ketidakmauan klien mengikuti instruksi perawat karena faktor mood
2. Lingkungan yang ramai dan kurang tenang, tidak terkondisikan
D. EVALUASI KEGIATAN
Setelah dilakukan evaluasi pada pukul 10.00 di dapatkan hasil 70% klien yang
merasa lebih nyaman dan nyeri hilang. Dan 30% klien tetap merasakan nyeri dan
tidak tenang

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian bahwa 70% pasien merasa tenang dan nyeri hilang
setelah di beri tindakan pemberian aromaterapi. Sehingga disimpulkan bahwa
pemberian aroma terapi pada pasien yang merasakan nyeri ringan dapat diterapkan di
ruangan.
B. SARAN
Untuk meningkatkan keberhasilan tindakan pemberian aroma terapi pada klien
dengan nyeri ringan ini maka dibutuhkan inofasi yang lain/ lebih inofatif untuk
membantu klien mengatasi masalah nyeri ringannya sehingga klien merasa tenang dan
nyeri hilang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Dorlan.2002.Kamus Kedokteran.Jakarta : EGC
Fariz.2009.
Manfaat
belajar Menggambar dan Mewarnai Bagi Anak. http//:www.lazada.co.id
Hawari, Dadang.2003.ManajemenStres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai