Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ANALISA

SINTESA TINDAKAN

KEPERAWATAN

DI RUANG INSTALASI

GAWAT DARURAT

RSUP DR. KARIADI


PEMASANGAN NGT

Disusun Oleh:
ADITYA KRISNA
22020113210041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXII


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

LAPORAN ANALISA TINDAKAN


PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)
DI UGD RS DR.MOEWARDI SURAKARTA

Inisial Klien

: Tn.W

Diagnosa Medis

: Suspect Faringitis

No. Register

: C4472664

Tanggal Masuk

: 09 Desember 2013 pukul 17.20

Tanggal Tindakan

: 09 Desember 2013 pukul 17.24

Ruang

: IGD RSUP DR.KARIADI

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DASAR PEMIKIRAN


DO:
a. Tanda-tanda vital
Suhu
: 36,5C
Tekanan darah: 100/80 mmHg
Nadi
: 92 x/menit
RR
: 30 x/menit
b. GCS : E4M5V6
c. Keadaan umum: sedang, composmentis
d. Klien tampak mengerutkan kening ketika diminta untuk menelan.
e. Klien terlihat sesak napas, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis
DS:
a. Klien mengatakan sakit tenggorokan sejak 3 hari yang lalu.
b. Klien mengatakan awalnya merasa sakit pada pundak kiri kemudian
menjalar hingga ke leher dan tenggorokan
c. Klien mengatakan mengalami kesulitan menelan dan sakit ketika menelan
makanan maupun minuman
d. Klien mengatakan makan dan minum hanya sedikit sejak 3 hari yang lalu
e. Klien mengeluh sakit tenggorokan dengan karakteristik seperti tertusuk
jarum
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus:
a. Risiko ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan gangguan menelan,
inadekuat intake oral
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
Faringitis akut merupakan infeksi akut mukosa dan struktur limfe pada
faring yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun asap, uap, dan zat kimia
(KMB). Beberapa faktor yang menjadi predisposisi munculnya penyakit ini

yaitu virus influenza, udara dingin, makanan kurang bergizi, maupun


penurunan daya tahan tubuh (Tubert, 1994). Pasien dengan faringitis akut
dapat mengalami gejala yang berbeda-beda tergantung patogen penyebabnya.
Pada pasien yang menderita faringitis akibat infeksi streptococcus non
hemolitik dapat mengalami gejala yang muncul perlahan seperti batuk, pilek,
suara parau, dan sakit pada tenggorokan (Price, 2005).
Pasien yang menderita faringitis akut dianjurkan untuk mengurangi
aktivitas sehari-hari, mengkonsumsi banyak cairan, tidak meminum minuman
yang dingin, berkumur dengan larutan NaCl hangat setiap 2-3 jam untuk
mengurangi rasa sakit, dan menghindari makanan yang merangsang (Ditjen
PP dan PL, 2010). Pasien mengalami gangguan menelan akibat inflamasi
faring sehingga asupan nutrisi dan cairan oral tidak adekuat.

Pemberian

nutrisi dapat dibantu dengan menggunakan nasogastric tube (NGT) untuk


menyalurkan nutrisi dan cairan langsung ke lambung tanpa melalui
tenggorokan. Indikasi pemasangan NGT diantaranya (Hartono, 2006):
a. Pasien tidak sadar (koma)
b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor
mulut/faring/esofagus
c. Pasien tidak mampu menelan
d. Pasien pasca operasi pada mulut/faring/esofagus
2. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN
Tindakan keperawatan yang dilakukan diantaranya pemeriksaan primer
(ABCDE), pemeriksaan sekunder yang meliputi tanda-tanda vital, pengkajian
status nutrisi dan cairan yang terdiri dari mukosa bibir, turgor kulit, keadaan
umum, dan anamnesa.

Risiko ketidakseimbangan nutrisi diatasi dengan

melakukan pemasangan NGT pada klien.


3. PRINSIP-PRINSIP TINDAKAN
a. Tahap Pra Interaksi
- Mengecek program terapi.
- Mencuci tangan.
- Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar).
- Menyiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien.
b. Tahap Orientasi

- Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.


- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
c. Tahap Kerja
- Menjaga privacy.
- Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak
-

ada kontra indikasi).


Memasang pengalas di atas dada.
Memakai sarung tangan.
Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan
NGT. Meminta pasien bernafas dengan menutup salah satu hidung

bergantian. Membersihkan lubang hidung yang akan digunakan.


Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan

sampai selang menyentuh permukaan terkontaminasi).


Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di sternum

ke hidung dan belok ke daun telinga bawah.


Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda.
Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri
tanda. Selang yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama

dan tanda kedua.


Menutup pangkal selang dengan spuit/klem (mencegah masuknya
udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi

kembung).
Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang

akan dipasang.
Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan
ujung NGT melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk

leher/fleksi kepala setelah NGT melewati nasofaring (3-4 cm).


Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila
pasien sadar, kalau perlu berikan sedikit air minum untuk merangsang

pasien menelan.
Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara
mengaspirasi NGT dengan spuit (jika posisi tepat akan keluar
cairan/isi lambung). Jika masih ragu lakukan tes kedua dengan
memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region lambung

(tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke dalam


-

gelas berisi air).


Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan

tujuan pemasangan.
- Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.
d. Tahap Terminasi
- Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
- Merapikan pasien dan lingkungan.
- Mengajak pasien berdoa dan berserah kepada Allah.
- Berpamitan dengan pasien.
- Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
- Mencuci tangan.
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

4. ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nasogastric tubes (NGT) merupakan selang yang dimasukkan menuju
lambung melalui hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang singkat.
(Metheny,

2001).

Pemasangan NGT dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan ulserasi dan infeksi atau yang biasa diistilahkan sebagai


nasogastric tube syndrome. Prioritas utama dalam penggunaan NGT adalah
mempertahankan jalan napas efektif dan melepaskan ketergantungan terhadap
NGT sedini mungkin (Agha, 2011).
Pemasangan NGT dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan pasien
yang mengalami gangguan saluran pencernaan atas seperti stenosis esofagus,
tumor mulut, faring, maupun laring. Beberapa fungsi pemasangan NGT pada
pasien diantaranya mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang
ada dalam lambung (cairan, udara, darah, racun), memasukan cairan
(memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi), membantu memudahkan diagnosa
klinik melalui analisa subtansi isi lambung, persiapan sebelum operasi dengan
general anaesthesia, serta menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang
sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan

kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general


anaesthesia) (Asmadi, 2008.)
Beberapa metode digunakan untuk mengukur panjang selang yang
masuk kedalam lambung. Metode tradisional dengan mengukur selang dari
prosesus xifoideus di sternum ke hidung dan belok ke daun telinga bawah.
Metode Hanson yaitu mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda.
Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri tanda. Selang
yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua (Asmadi,
2008.). Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Riaz Agha terhadap pasien
kecelakaan lalu lintas di RS Cambridge menunjukkan gambaran pemasangan
NGT melalui foto thorax (Agha, 2011).

Hasil foto thorax menunjukkan

dislokasi pemasangan NGT menuju lower lobus paru sedangkan auskultasi


mengindikasikan selang sudah masuk dengan aman di lambung. Menurut
Riaz, panjang selang bukan masalah mendasar.

Riaz menyarankan

pemasangan selang sepanjang 30 cm kemudian memastikan ketepatan posisi


selang melalui radiografi.

Setelah dipastikan selang masuk ke esofagus,

selang dapat dimasukkan lebih dalam sesuai dengan panjang selang yang
sudah ditandai. Meskipun metode tersebut lebih menjamin keamanan pasien,
tetapi dari segi biaya tidak efektif sehingga penggunaan metode tersebut hanya
disarankan bagi pasien yang memiliki riwayat dislokasi dan komplikasi
pemasangan NGT (Agha, 2011).
5. HASIL YANG DIDAPAT DAN MAKNANYA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di atas, hasil yang dapat
dievaluasi sebatas NGT terpasang dengan benar pada lambung melalui
auskultasi. Klien belum diberikan makanan melalui NGT tersebut.
6. TINDAKAN KEPERAWATAN LAIN YANG DAPAT DILAKUKAN
UNTUK MENGATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN DI ATAS
Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan di atas yaitu

mengkaji kemungkinan adanya

ketidakseimbangan nutrisi dan cairan yang mengindikasikan terjadinya


dehidrasi ringan.

7. EVALUASI DIRI
Mahasiswa harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai
prosedur pemasangan NGT dengan tepat untuk menghindari kemungkinan
kesalahan penempatan selang NGT.

8. KEPUSTAKAN
Agha, R., Muhammed RSS. Pneumothorax After Nasogastric Tube Insertion.
Journal of the Royal Society of Medicine Short Reports 2011; 2: 28.
Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Ditjen PP dan PL. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Indonesia Sehat 2010.
Hartono, Andry. Terapi Gizi san Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.2006.
Metheny, N A. & Titler, M. (2001) Assessing Placement of Feeding Tubes.
American Journal of Nursing 101.
Pillai, JB., Annette V, Stephanie B.

Negative Result-Thoracic General

Thoracic Complications of Nasogastric Tube :Review of safe Pracice.


Interactive CardioVascular and Thoracic Surgery 4 (2005) 429433.
Price, Wilson L. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses. Penyakit. Edisi 6.
EGC. 2005.
Tubert KA, Rowley AH, Shulman ST.

Seven Year National Survey of

Kawasaki Disease and Acute Rheumatic Fever. Pediatr Infect Dis J. 1994;
13 : 704-708.

Anda mungkin juga menyukai