Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS SINTESIS TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

DI RUANG WIJAYA KUSUMA 3

RSUD SALATIGA

Di susun oleh

POPY ASTRIANI

SN191122

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Analisis Sintesis Tindakan Keperawatan Pemasangan (NASOGASTRIC TUBE)
NGT Pada Tn.P Di Ruang Wijaya Kusuma III

RSUD KOTA SALATIGA

Hari : Minggu

Tanggal : 13 Oktober 2019

Jam : 08.00 WIB

A. Keluhan Utama
Pasien kesulitan menelan makan dan minum
B. Diagnosa Medis
Dispnea
C. Diagnosis Keperawatan
Risiko ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan gangguan menelan,
inadekuat intake oral
D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan
DS : pasien mengatakan kesulitan menelan
DO :
a. Tanda-tanda vital
TD : 104/70mmHg
S : 36,5˚C
N : 84 x/menit
SpO2 : 98%
b. Makan dan minum kurang
c. Keadaan umum lemah
d. Cenderung tidur
e. Terpasang otot bantu pernapasan O2 3 lpm
E. Dasar Pemikiran
1. Pengertian Dispnea
Dispnea atau sesak napas merupakan keadaan yang sering ditemukan
pada penyakit paru maupun jantung. Bila nyeri dada merupakan keluhan yang
paling dominan pada penyakit paru. Akan tetapi kedua gejala ini jelas dapat
dilihat pada emboli paru, bahkan sesak napas merupakan gejala utama pada
payah jantung.
Secara umum yang dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,
kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi dari otot-otot
pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan
tetapi dapat pula terjadi dengan cepat.

2. Klasifikasi Dispnea
Dispnea dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Inspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu inspirasi
yang disebabkan oleh karena sulitnya udara untuk memasuki paru-
paru.
b. Ekspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu ekspirasi
yang disebabkan karena sulitnya udara yang keluar dari paru-paru.
c. Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan primer penyakit
jantung.
d. Exertronal dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh olahraga.
e. Exspansional dispnea, dispnea yang disebabkan oleh karena kesulitan
exspansi dari rongga toraks.
f. Paroksismal dispnea, yakni dispnea yang terjadi sewaktu-waktu, baik
pada malam maupun siang hari.
g. Ortostatik dispnea, yakni dispnea yang berkurang pada waktu posisi
duduk.
3. Etiologi Dispnea
a. Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena adanya
kelainan pada jantug.
b. Pulmunal dispnea, dispnea yang sering terjadi pada penyakit jantung.
c. Hematogenous, dispnea yang disebabkan oleh karena adanya asidosis,
anemia atau anoksia, biasanya dispnea ini berhubungan dengan
exertional(latihan).
d. Neurogenik, dispnea terjadi oleh karena kerusakan pad jaringan otot-
otot pernapasan.

Pemberian nutrisi dapat dibantu dengan menggunakan NGT


(NASOGASTRIC TUBE) untuk menyalurkan nutrisi dan cairan langsung
ke lambung tanpa melalui tenggorokan. Indikasi pemasangan NGT
diantaranya (Hartono, 2006):
a. Pasien tidak sadar (Koma)
b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus,
tumor mulut/faring/esofagus.
F. Prinsip tindakan keperawatan
1. Persiapan Alat
a. Selang NGT
b. Klem
c. Spuit 10cc
d. Stetoskop
e. Plester dan gunting
f. Kain kassa
g. Pelumas (Jelly)
h. Perlak atau pengalas
i. Bengkok
j. Sarung tangan
2. Pelaksanaan
a. Tahap Pra Interaksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama dan nomor
kamar)
 Menempatkan alat didekat pasien
b. Tahap Orientasi
 Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan
diri
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
 Menjaga privacy
 Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau fowler
(jika tidak ada kontraindikasi)
 Memakai sarung tangan
 Membersihkan lubang hidung pasien
 Memasang pengalas diatas dada
 Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (dari prosessus
xipoideus ke hidung dan belok kedaun telinga)
 Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai panjang NGT yang
akan dipasang
 Mengatur pasien pada posisi fleksi kepala, dan memasukkan
perlahan ujung NGT melalui hidung (bila pasien sadar
menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang)
 Memastikan NGT masuk kedalam lambung dengan cara
menginspirasi NGT dengan spuit atau memasukkan udara
10cc sambil di auskultasi di region lambung)
 Menutup ujung NGT dengan spuit atau klem atau disesuaikan
dengan tujuan pemasangan
 Melakukan fiksasi NGT depan hidung dan pipi
d. Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Merapikan pasien dan lingkungan
 Berpamitan dengan pasien
 Membereskan alat-alat
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
G. Analisis Tindakan
Nasogastric tube (NGT) merupakan selang yang dimasukkan menuju
lambung melalui hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang singkat
(Metheny,2001). Pemasangan NGT dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan ulserasi dan infeksi atau yang biasa diistilahkan sebagai
nasogastric tube syndrome. Prioritas utama dalam penggunaan NGT adalah
mempertahankan jalan napas efektif dan melepaskan ketergantungan terhadap
NGT sedini mungkin (Agha, 2011).
Pemasangan NGT dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan pada
pasien yang mengalami gangguan saluran pencernaan atas seperti stenosis
esofagus, tumor mulut, faring maupun laring. Beberapa fungsi pemasangan
NGT pada pasien diantaranya mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap
apa yang ada dalam lambung (cairan, udara, darah, racun), memasukkan
cairan (memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi), membantu memudahkan
diagnosa klinik melalui analisa substansi isi lambung, persiapan sebelum
operasi dengan general anasthesia, serta menghisap dan mengalirkan untuk
pasien yang sedang melakukan operasi pneumonectomy untuk mencegah
muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan
dari general anasthesia) (Asmadi, 2008).
H. Bahaya dilakukannya tindakan
Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses
pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara
lain:
 Distres napas pada pemasangan awal NGT
 Malposisi NGT
 Pasien merasa tidak nyaman
 Epistaksis masif
 Trauma pada mukosa
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonitis
 Hipoksemia
 Pneumothoraks
I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan
Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan di atas yaitu mengkaji kemungkinan adanya ketidakseimbangan
nutrisi dan cairan yang mengindikasikan terjadinya dehidrasi ringan.

J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan


S : Pasien mengatakan kesulitan menelan
O : - Pasien terpasang NGT
- Pasien tampak tidak nyaman
A : Nutrisi terpenuhi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dan Observasi keadaan umum

K. Evaluasi diri

Mahasiswa harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai prosedur


pemasangan NGT dengan tepat untuk menghindari kemungkinan kesalahan
penempatan selang NGT.
L. Daftar pustaka
Agha, R., Muhammed RSS. Pneumothorax After Nasogastric Tube Insertion.
Journal of the Royal Society of Medicine Short Reports 2011; 2: 28.
Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC. 2006.
Metheny, N A & Titler, M. (2001) Assessing Placement of Feeding Tubes.
American Journal of Nursing 101.

Mengetahui
Mahasiswa Paktikan, Pembimbing Klinik/CI

(Popy Astriani) (..............................)

Anda mungkin juga menyukai