Anda di halaman 1dari 10

SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memenuhui Salah Satu Tugas Mata Kuliah ENS


Dosen Pengampu : Ady Waluya, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :
Kudus Abdul Aziz
C1AB21011

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2023
SOP Pemasangan Neck Collar

a.       Pengertian
Adalah memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal)
b.      Tujuan
1.      Mencegah pergerakan tulang serviks yang patah
2.      Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cord
3.      Mengurangi rasa sakit
c.       Indikasi
1.      Pasien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran
2.      Adanya jejas daerah klavikula ke arah cranial
3.      Biomekanika trauma yang mendukung
4.      Patah tulang leher
d.      Persiapan
-          Alat
1.      Neck collar sesuai ukuran
2.      Handscoen
-          Pasien
1.      Informed consent
2.      Berikan penjelasan tentagn tindakan yang akan dilakukan
3.      Posisi pasien terlentang dengan posisi leher segaris / anatomi
-          Petugas
2 orang
e.       Pelaksanaan
1.     Petugas menggunakan masker, handscoen
2.     Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari
mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain dan
cara yang sama
3.     Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan
sedikit melewati leher
4.      Letakkan bagian Neck collar yang berlekuk tepat pada dagu
5.      Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain
f.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respons pasien
2.      Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar
SOP Pemasangan Oropharyngeal

a. Penertian

Oropharyngeal airway (OPA) adalah selang keras berongga dengan lubang persegi panjang
di tengahnya (Stein & Hollen, 2021). Saat dimasukkan ke dalam mulut pasien, OPA
memungkinkan udara mengalir dari mulut dan glottis, serta mencegah lidah menghalangi jalan
napas bagian atas. Lidah dapat menghalangi jalan napas bagian atas bila lidah terjatuh ke
belakang. Kondisi ini dapat diketahui dengan munculnya suara snoring (ngorok).

b. Indikasi pemasangan OPA

OPA biasanya digunakan hanya kepada pasien tidak sadar yang tidak dapat melindungi
jalan napasnya sendiri. Selain itu, OPA digunakan pula sebagai blok gigitan, dan digunakan
bersama dengan selang ETT atau OGT untuk mencegah pasien menggigit selang.

c. Kontraindikasi pemasangan OPA

OPA tidak digunakan pada pasien yang sadar karena dapat merangsang refleks muntah dan
meningkatkan risiko aspirasi. OPA juga dikontraindikasikan dengan pasien yang baru
menjalani operasi mulut, pasien dengan gigi palsu, dan pasien yang tidak memiliki gigi.
Pemasangan OPA dihindari pada pasien dengan gigi palsu adalah untuk mencegah agar gigi
palsu tidak terlepas dan jatuh ke saluran napas. OPA juga jarang digunakan pada anak-anak,
karena saluran napas anak-anak sangat sempit, dan OPA dapat memblokir jalan napas (Walsh
& Woten, 2018).

d. Persiapan alat

Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan OPA atau NPA antara lain:

1. Sarung tangan bersih


2. Jeli
3. OPA atau NPA sesuai ukuran (OPA/NPA dipilih tergantung kondisi pasien dan
indikasi pemasangan).

e. Pemasangan OPA sesuai SPO PPNI adalah:

1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir,
dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan (lihat persiapan alat diatas)
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
7. Bersihkan rongga mulut, jika perlu
8. Pilih ukuran OPA yang tepat (Panjang OPA sama dengan jarak antara ujung mulut ke ujung
daun telinga)
9. Buka mulut pasien dengan Teknik cross finger (ibu jari dan telunjuk)
10. Metode 1: masukan OPA terbalik (sisi lengkung menghadap ke atas) sampai menyentuh
palatum mole, lalu putar 180 derajat.
11. Metode 2: tekan lidah dengan spatel lidah dan masukan OPA ke daerah faring posterior
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan dan masker
14. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien
SOP Pemasangan ETT

a.       Pengertian
Memasukkan pipa trakhea ke dalam trakhea melalui hidung/mulut
b.      Tujuan
1.      Membebaskan jalan nafas
2.      Sebagai tindakan awal untuk pemasangan ventilator
3.      Mempertahankan pernafasan secara adekuat pada kegagalan pernafasan
4.      Mengurangi dead space pada patah beberapa tulang iga yang menimbulkan “flail chest” /
respirasi paradoxal
c.       Indikasi
1.      Gagal nafas
2.      Retensi sputum
3.      Pemasangan ventilator
4.      Pasien koma
5.      Perdarahan masif di rongga mulut
d.      Persiapan
1)      Alat
a)      Laringoscope lurus dan bengkok berbagai ukuran dalam keadaan siap pakai
b)      Xylocain semprit dan xylocain jelly dalam tempatnya
c)      FTT endotracheal tube/OT dengan berbagai ukuran
d)     Magi forscep
e)      Semprit dan obat premedikasi
f)       Gudel dengan berbagai ukuran
g)      Arteri klem
h)      Cuff inflator (semprit 20 cc)
i)        Stetoscope
j)        Penghisap lendir lengkap dalam keadaan siap pakai
k)      Air viva dan masker oksigen
l)        Sarung tangan steril
m)    Plester dan gunting
n)      Bengkok
o)      Monitor EKG
p)      Alat pembuka mulut
q)      Ventilator lengkap
2)      Pasien
a)      Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
sehingga kooperatif.
b)      Posisi pasien diatur terlentang dengan kepala hyperekstensi
e.       Pelaksanaan
1.    Memasang monitor EKG
2.    Memberikan obat relaxan dan sedative, sesuai dengan program
3.    Menghisap sekresi sebelum dan selama tindakan intubasi berlangsung
4.    Dokter melakukan intubasi
5.    Mengisi balon pipa endotrakheal tube, sesudah dokter melakukan intubasi.
6.    Melakukan pernafasan buatan menggunakan air viva (bagging) sebelum dan sesudah
intubasi pada saat dokter melakukan pemeriksaan auskultasi
7.     Memfiksasi ETT diantara bibir atas dan lubang hidung
8.     Memfiksasi ETT di pipi kiri/kanan
f.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.     Letakkan punggung tangan di atas mulut untuk menilai balon berisi udara dengan cukup
2.     Kempiskan balon secara berkala, minimal tiap 4 jam selama 10 detik untuk
mempertahankan sirkulasi trachea.
3.     Ganti ETT, setiap satu minggu/sesuai kondisi pasien
4.     Ubah letak ETT setiap penggantian fiksasi
SOP Pemasangan Needle Thoracosintesis

a.       Pengertian
Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura
b.      Tujuan
-          Mengurangi rasa sesak nafas
-          Mengeluarkan udara dari rongga pleura
-          Mengurangi rasa sakit
c.       Indikasi
Pasien dengan tension pneumatorax
d.      Persiapan
Alat :
-          Alat pelindung diri (masker, handscoen)
-          Jarum IV line No. 14
-          Betadine
-          Kassa
-          Handscoen
-          Plester
Pasien :
-          Inform consent
-          Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
-          Pasien tidur terlentang / sesuai kebutuhan
Petugas :
-          2 orang
e.       Pelaksanaan
1.      Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
2.      Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servicall
3.      Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan, yaitu pada daerah dada
yang mengalami tension pneumatorax
4.      Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di daerah mid clavicula pada
sela iga ke tiga
5.      Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke arah atas.
6.      Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan
kateternya ditinggal.
7.      Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah diberikan
lubang pada ujungnya.
8.      Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara sarung tangan
dengan IV cath
9.      Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasien
f.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Jumlah nafas dan kualitas pernafasan
2.      Keluhan pasien
3.      Segera lanjutkan dengan pemasangan WSD
SOP Pemasangan Kassa 3 Sisi Yang Kedap Udara

A. Pengertian
Memasang kasa 3 sisi adalah suatu tindakan kegawatdaruratan yang dilakukan
pada pasien yang mengalami keadaan Pneumothorax terbuka ( Sucking chest
wound ) dimana dilakukan
 penutupan luka dengan kasa steril yang diplester hanya pada 3 sisinya saja.
B. Indikasi
Defek atau luka yang besar pada dinding dada yang terbuka menyebabkan
pneumotoraks terbuka. Tekanan di dalam rongga pleura akan segera menjadi sama
dengan tekanan atmosfir. Jika defek pada dinding dada mendekati 2/3 dari diameter
trakea maka udara akan cenderung mengalir melalui defek karena mempunyai
tahanan yang kurang atau lebih kecil dibandingkan dengan trakea. Akibatnya
ventilasi terganggu sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia. Langkah awal
adalah menutup luka dengan kasa steril yang diplester hanya pada 3 sisinya saja (
kasa harus dilapisi zalf/sofratulle pada sisi dalamnya supaya kedap udara).
C. Tujuan
Dengan penutupan luka menggunakan kasa 3 sisi ini diharapkan akan terjadi
efek  flutter Type Valve dimana saat inspirasi kasa penutup akan menutup luka,
mencegah kebocoran udara dari dalam. Saat ekspirasi kasa penutup terbuka untuk
menyingkirkan udara keluar. Setelah itu maka sesegera mungkin dipasang selang
dada yang harus berjauhan dari luka primer. Menutup seluruh sisi luka akan
menyebabkan terkumpulnya udara di dalam rongga pleura yang akan
menyebabkan tension pneumothorax kecuali jika selang dada sudah terpasang.
Kasa penutup sementara yang dapat dipergunakan adalah  Plastic Wrap atau
Petrolotum Gauze, sehingga penderita dapat dilakukan evaluasi dengan cepat dan
dilanjutkan dengan penjahitan luka.
D. Perlengkapan
1. Sarung tangan
2. Kasa steril
3. zalf/sofratulle
4. Plastic Wrap / Petrolotum Gauze / kasa oklusif 
5. Gunting
6. Plester 
E. Persiapan Pasien
1. Cek kesadaran pasien
2. Perhatikan luka pada daerah thorakas
3. Gelembung-gelembung udara dapat terlihat bergerak melewati darah di dalam luka.
4. Bunyi desis yang khas dapat terdengar ketika udara melintasi defek dinding dada.
5. Komunikasikan kepada pasien untuk pemasangan kasa 3 sisi.
F. Tahapan Prosedur
1. Penatalaksanaan kasus pneumotoraks terbuka dilakukan dengan terlebih dulu
menjaga patensi
 Airway, Breathing, dan Circulation
2. Buka pakaian penderita
3. Bersihkan luka yang akan dipasang kasa 3 sisi
4. Tutuplah lubang tersebut.
5. Menutup luka terbuka pada toraks dapat dengan memasang kasa kedap udara di
atas lukanya atau dengan menggunakan Plastic Wrap / Petrolotum Gauze / kasa
oklusif 
6. Jika tidak ada kasa kedap udara, pakailah kasa biasa tetapi dengan ditambahkan
salep pada kasa tersebut.
7. Kemudian pasanglah plester pada 3 sisi dari kasa.
8. Plester pada sisi bawah.
9. Plester pada sisi kiri.
10. Dan plester pada sisi kanannya.
11. Sedangakan Sisi atas dibiarkan terbuka.
12. Jika tidak ada kasa, dapat memakai plastik (misalnya, plastik botol infus).

Anda mungkin juga menyukai