Anda di halaman 1dari 17

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROSES TINDAKAN KEGAWATDARURATAN


Untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Management Bencana
Dosen Pengampu:
Sally Yustinawati S, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh:
1. Dwiba Rahma Ayu Azni (2206071)
2. Haikal Akbar Maulana (2206073)

PROGRAM STUDI DIPLOMA D3 KEPERAWATAN


POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
2023/2024
A. Membuka Jalan Nafas Dengan Alat (OPA)
1. Definisi
Memasang oropharingeal tube adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
oksigen dengan membebaskan jalan nafas melalui pemasangan oropharingeal tube
melalui rongga mulut ke dalam pharing.
2. Tujuan
a) Membebaskan jalan nafas
b) Mencegah lidah jatuh atau melekat pada dinding posterior pharing
c) Memudahkan penghisapan lender
3. Indikasi
a) Nafas Spontan
b) Tidak ada reflek muntah
c) Pasien tidak sadar, tidak mampu manuver manual
4. Kontraindikasi
a) OPA tidak digunakan pada pasien yang sadar karena dapat merangsang refleks
muntah dan meningkatkan risiko aspirasi.
b) OPA juga dikontraindikasikan dengan pasien yang baru menjalani operasi
mulut, pasien dengan gigi palsu, dan pasien yang tidak memiliki gigi.
c) Pemasangan OPA dihindari pada pasien dengan gigi palsu adalah untuk
mencegah agar gigi palsu tidak terlepas dan jatuh ke saluran napas.
5. Persiapan Alat
a) Oropharingeal tube sesuai kebutuhan
b) Kassa steril 2 buah
c) Plester dan gunting
d) Nierbekken
e) Spatel lidah
f) Handschoen
6. Langkah-langkah
➢ Lingkungan
Menjaga privacy pasien.
➢ Perawat
1) Mencuci tangan
2) Menilai keadaan umum pasien
3) Mengukur tanda-tanda vital
4) Mengobservasi pola nafas
➢ Pelaksanaan
1) Perawat memakai handschoen
2) Membuka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan tongue spatel

3) Bersihkan mulut dengan kassa steril


Masukkan oropharing tube melalui rongga mulut dengan ujung
mengarah ke palatum, setelah masuk dinding belakang pharing lalu putar
oropharingeal tube 180º sampai posisi ujung mengarah ke oropharing.
Ukuran oropharingeal: disesuaikan dengan mengukur panjang
oropharingeal dari mulut ke mandibula atau sesuai ukuran:
• Kode 00 untuk bayi kecil/premature.
• Kode 0 untuk bayi.
• No. 1 untuk anak usia 1-3 tahun. 148
• No. 2 untuk anak usia 3-8 tahun.
• No. 3 untuk usia 8 tahun.
• No. 4 dan 5 untuk dewasa.
4) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa menutup
lubang oropharing tube
5) Berikan posisi yang nyaman
6) Rapikan pasien dan alat-alat
7) Buka handschoen dan cuci tangan
7. Evaluasi
a) Kaji TTV pada pasien dan airway pasien
b) Lidah tidak jatuh kebelakang
8. Dokumentasi
Dokumentasikan pada rekam medis pasien :
• Keadaan umum pasien
• Tindakan dan hasil setelah dilakukan
• Tanda-tanda vital
• Pola nafas
B. Membuka Jalan Nafas Dengan Alat (NPA)
1. Definisi
Nasopharyngeal airway (NPA), adalah selang karet lembut dengan ujung yang
melebar, yang dimasukkan ke salah satu nares (lubang hidung) pasien, hingga
mencapai faring posterior (Stein & Hollen, 2021).
Berbeda dengan OPA, NPA adalah alternatif yang paling tidak invasif untuk
melindungi jalan napas, sekaligus lebih nyaman daripada OPA.
Jika ada sekret dalam jumlah besar, NPA menyediakan jalur untuk menyedot
faring karena selang suction dapat dimasukan ke dalam selang NPA.
2. Tujuan
Tujuan utamanya adalah untuk memberikan pasien jalan napas yang aman dan
efektif, serta untuk meningkatkan ventilasi dan oksigenasi.
3. Indikasi
Pemasangan jalan napas buatan dengan NPA dapat digunakan bila:
a) Rahang/mulut pasien terkatup
b) Mulut tertutup akibat pembedahan
c) Pasien setengah sadar
d) Pasien tidak dapat dipasang OPA.
4. Kontraindikasi
Berikut beberapa kontraindikasi yang mungkin terkait dengan penggunaan NPA:
a) Fraktur Hidung atau Cidera Nasal Lainnya: Jika pasien mengalami fraktur
hidung atau cedera nasal lainnya, penggunaan NPA dapat memperburuk
kondisi tersebut atau menyebabkan cedera tambahan.
b) Obstruksi Nasal Parah: Jika pasien memiliki obstruksi nasal yang signifikan,
seperti septum deviasi atau polip nasal, penggunaan NPA mungkin tidak
memungkinkan atau efektif.
c) Pendarahan Nasal Aktif: Pasien dengan pendarahan hidung aktif atau
riwayat pendarahan hidung yang signifikan mungkin bukan kandidat yang
cocok untuk penggunaan NPA karena dapat memperparah perdarahan atau
menghambat pemasangan yang tepat.
d) Fraktur Basis Tengkorak: Jika ada kecurigaan fraktur basis tengkorak,
penggunaan NPA harus dihindari karena dapat mengakibatkan komplikasi
yang serius.
e) Gangguan Pembekuan Darah: Pasien dengan gangguan pembekuan darah
atau yang sedang mengonsumsi obat antikoagulan mungkin berisiko
mengalami komplikasi pendarahan saat NPA dimasukkan. Dalam kasus ini,
alternatif manajemen jalan napas perlu dipertimbangkan.
f) Intoleransi Pasien atau Alergi: Beberapa pasien mungkin memiliki
intoleransi atau alergi terhadap bahan yang digunakan dalam NPA, yang
dapat menyebabkan iritasi atau ketidaknyamanan. Dalam kasus tersebut,
teknik manajemen jalan napas alternatif harus dipertimbangkan.
g) Cidera Maxillofacial yang Signifikan: Pasien dengan cedera maxillofacial
yang signifikan, seperti fraktur rahang atau wajah, mungkin bukan kandidat
yang cocok untuk penggunaan NPA, karena pemasangannya dapat
memperburuk cedera atau menghambat pemasangan yang tepat.
5. Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan OPA atau NPA antara lain:
a) Sarung tangan bersih
b) Jeli
c) NPA sesuai ukuran (NPA dipilih tergantung kondisi pasien dan indikasi
pemasangan).
6. Langkah-Langkah
SOP Pemasangan NPA sesuai SPO PPNI adalah:
1) Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2) Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
3) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan (lihat persiapan alat diatas)
4) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5) Pasang sarung tangan bersih
6) Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
7) Bersihkan lubang hidung, jika perlu
8) Pilih ukuran NPA yang tepat (Panjang NPA sama dengan jarak antara
lubang hidung ke ujung daun telinga)
9) Lumasi ujung NPA dengan jeli
10) Masukkan NPA ke dalam lubang hjidung dengan bevel menghadap ke
septum secara perlahan hingga faring posterior
11) Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
12) Lepaskan sarung tangan dan masker
13) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
14) Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien
7. Evaluasi
a) Kaji TTV pada pasien dan airway pasien
b) Lidah tidak jatuh kebelakang
8. Dokumentasi
Dokumentasikan pada rekam medis pasien :
• Keadaan umum pasien
• Tindakan dan hasil setelah dilakukan
• Tanda-tanda vital
• Pola nafas
C. Membuka Jalan Nafas Tanpa Alat (Manual)
1. Definisi
Pembukaan jalan napas manual adalah teknik dasar pembukaan jalan napas atas
dengan mengangkat kepala dan mendorong rahang bawah ke depan atau disebut
angkat kepala-angkat dagu (head tiltchin lift) yang disebabkan jatuhnya lidah atau
relaksasi otot jalan napas atas. Pada kasus trauma dengan kecurigaan cedera
leher/servikal, maka dilakukan penarikan rahang tanpa mendorong kepala (jaw
thrust)
2. Tujuan
a) Chin-lift (manuver mengangkat dagu)
b) Jaw-thrust (manuver mendorong rahang)
Untuk mempertahankan pernafasan dan sirkulasi sampai kondisi yang
menyebabkan henti nafas dan henti jantung dapat diatasi.
3. Indikasi
a) Pengobatan dugaan obstruksi saluran napas atas pada pasien yang tidak
sadarkan diri atau tidak responsive
b) Bagian dari perawatan darurat awal untuk apnea atau serangan pernapasan
yang akan terjadi
c) Peningkatan patensi jalan napas selama ventilasi BVM dan terkadang selama
pernapasan spontan
d) Konfirmasi apnea
4. Kontraindiaksi
Tidak ada kontraindikasi medis untuk memberikan bantuan pernapasan; namun,
pasien mungkin mempunyai kontraindikasi hukum (perintah jangan melakukan
resusitasi atau arahan khusus di muka yang berlaku).
5. Persiapan Alat dan Bahan
1) Sarung tangan
6. Langkah-langkah
a) Lakukan penilaian jalan napas
jika jalan napas tertutup akibat jatuhnya lidah pada pasien tidak sadar
maka segera lakukan tindakan membuka jalan napas manual Pada pasien tanpa
kecurigaan cedera servikal dilakukan maneuver Head Tilt – Chin Lift,
sedangkan pada kasus trauma dengan cedera servikal hanya dilakukan perasat
Jaw Thrust dengan mencegah tidak stabilnya tulang leher
b) Pasang sarung tangan
➢ Head Tilt – Chin Lift Maneuver
- Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang
- Pada waktu bersamaan, ujung jari tangan lain mengangkat dagu

➢ Jaw Thrust Maneuver


- Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala korban, dengan
siku bersandar pada permukaan korban telentang
- Pegang sudut rahang bawah kiri dan kanan
- Angkat keduanya bersamaan hingga rahang bawah terdorong ke depan

7. Evaluasi
a) Kaji TTV pada pasien dan airway pasien
b) Kaji jalan nafas tidak adanya sumbatan
8. Dokumentasi
Dokumentasikan pada rekam medis pasien
D. Tindakan Mengeluarkan Benda Asing
1. Definisi
Obstruksi jalan napas adalah penyumbatan dibagian manapun dari jalan naoas.
Jalan napas adalah sistem tabung kompleks yang membawa udara yang di hirup
dari hidung dan mulut ke par-paru.
2. Tujuan
Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya oksigen ke paru
secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.
3. Indikasi
a) Secara mendadak pasien tidak dapat berbicara
b) Tanda-tanda umum tercekik dan leher tercengkram
c) Bunyi brisik selama inspirasi
d) Penggunaan otot assesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas
e) Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
f) Tidak terjadi respirasi spontan atau siasnosis
g) Bayi dan anak dengan distress respirasi mendadak disertai dengan batuk, stidor
atau wheezing
h) Tersedak
4. Kontraindikasi
a) Pada pasien sadar, bentuk volunteer menghasilkan aliran udara yang besar dan
dapat menghilangkan obstruksi
b) Chest trust hendaknya tidak di gunakan pada pasien yang mengalami cedera
dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sterna (simon & brenner,
1994)
c) Pada pasien yang sedang hamil tua atau yang obesitas, disarankan dilakukan
chest trust
d) Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada
organ-organ yang ada dibawahnya selama dilakukan shest trust
5. Persiapan alat dan bahan
a) Pantom bayi
b) Pantom dewasa
c) Sarung tangan
6. Langkah-Langkah
a) Pertama kali yang harus dilakukan adalah: Pemeriksaan jalan nafas dengan
metode look, listen, feel
• Look: lihat pergerakan nafas ada tau tidak
• Listen: dengarkan ada atau tidaknya suara nafas tambahan yang keluar
• Feel: rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui mulut
atau hidung
Jenis-jenis suara nafas tambahan:
• Snoring: suara seperti ngorok. Kondisi ini menandakan adanya
kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat. Jika terdengar
suara ini segera lakukan pengecekan dengan cross finger untuk
membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk
dimana ibu jari mendorong rahang atas dan jari telunjuk mendorong
rahang bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (lepaskan gigi palsu)
• Gargling: suara seperti berkumur. Kondisi ini menandakan
sumbatan terjadi karena cairan (mis.darah) maka lakukan finger
sweep (menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk
menyapu rongga mulut dari cairan) dengan kepala pasien
dimiringkan (bila tidak ada dugaan fraktur tulang leher) dan
melakukan jaw thrust
• Crowing: suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama
lakukan maneuver head tilt dan chin lift atau jaw thrust saja.
b) Cara mengatasi: cricotirotomi atau trakeostomi.
➢ Cara head tilt maneuver: letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan
tekan ke bawah sehingga penyangga leher tegang dan lidah pun terangkat
kedepan
➢ Cara chin lift maneuver: gunakan jari tengah dan telunjuk untuk
memegang tulang dagu pasien kemudian diangkat
➢ Cara jaw thrust maneuver: dorong sudut rahang kiri dan kanan kearah
depan sehingga barisan gigi bawah bareda di depan barisan gigi atas.

c) Cara lainnya
➢ Abdominal thrust (maneuver Heimlich)
Membebaskan jalan nafas dengan cara diberikan hentakan mendadak
pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).
• Cara dengan posisi berdiri atau duduk
Penolong berdiri dibelakang korban, lingkari pinggang korban
dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan
letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban (sedikit diatas
pusar dan dibawah ujung sternum). Pegang erat kepalan tangan ke
perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus
terpisah dan gerakan yang jelas.
• Cara dengan posisi tergeletak (tidak sadar)
Korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke
atas. Penolong berlutut disisi paha korban. Letakkan salah satu
tangan pada perut korban digaris tengah sedikit diats pusar dan jauh
di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan diatas
tangan pertama. Penolong menekan kearah perut dengan hentakan
yang cepat kearah atas. (berdasarkan ILCOR yang terbaru cara ini
tidak dianjurkan lagi, yang dianjurkan langsung melakukan RJP).

➢ Back blow (untuk bayi)


Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak
efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung korban di titik silang garis antara belikat dengan tulang
punggung/vertebrae)
➢ Chest thrust (untuk bayi, anak gemuk, dan wanita hamil)
Bila penderita sadar lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari (bayi) atau kepalan tangan (ibu hamil) dibawah garis imajinasi
antara kedua putting susu pasien). Bila sadar, tidurkan terlentang dan
lakukan chest thrust tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

➢ Cross Finger

• Posisikan kepala pasien miring kurang lebih 45 derajat ke arah kita.


• Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dengan arah
berlawanan letakkan pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut
pasien.
• Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka rahang pasien
• Usap keluar bila terdapat sisa muntah, darah, gigi, atau benda asing
lainnya yang menyumbat jalan nafas dengan cara melakukan usapan
memutar searah jarum jam kearah luar
• Hati-hati jangan sampai mendorong benda asing (sisa makanan, gigi
palsu) masuk lebih jauh ke jalan nafas.

7. Evaluasi
a) Kaji TTV pada pasien dan airway pasien
b) Kaji apakah masih ada sumbatan atau tidak
c) Dokumentasi
Dokumentasikan pada rekam medis pasien
E. Pemasangan Neck Collar
1. Definisi
Memasangn alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang
servikal).
2. Tujuan
a) Mencegah pergerakan tulang serviks yang patah
b) Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cord
c) Mengurangi rasa sakit
3. Indikasi
a) Pasien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran
b) Adanya jejas daerah klavikula ke arah cranial
c) Biomekanika trauma yang mendukung
d) Patah tulang leher
4. Kontraindikasi
a) Adanya pembedahan pada jalan nafas (misalnya krikotiroidotomie dan
trakeostomie) membutuhkan modifikasi teknik imobilisasi servikal.
b) Dislokasi servikal yang ditandai dengan angulasi atau abnormalitas anatomi
dapat mempengaruhi efektivitas pemasangan cervical collar buatan pabrik.
Pada kasus seperti ini, bisa dilakukan imobilisasi servikal yang dimodifikasi
seperti horse collar atau mempertahankan posisikan secara manualtanpa
melakukan traksi.
c) Edema servikal yang hebat (misalnya akibat dari trauma atau perdarahan
trakea). Pada kondisi ini, apabila dipasang cervical collar akan menghalangi
pertukaran udara, mengurangi perfusi serebral atau meningkatkan tekanan
intrakranial.
d) Adanya benda asing yang menempel pada daerah leher seperti pisau, pecahan
5. Persiapan Alat dan Bahan
a) Neck collar sesuai ukuran
b) Handscoen
6. Langkah-langkah
a) Petugas mencuci tangan
b) Petugas menggunakan handscoon
c) Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari
mandibula ke arah temporal, begit juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain
dengan cara yang sama
d) Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher
dengan sedikit melewati leher

e) Lekukkak bagian neck collar yang berlekuk tepat pada dagu

f) Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain


7. Evaluasi
a) Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien
b) Pastikan pemasangan neck collar tidak terlalu kuat atau tidak terlalu logger
8. Dokumentasi
Dokumentasikan pada rekam medis pasien
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan, S. K. M., Negara, C. K., Bangsa, L. S. C., & Tunggal, D. BUKU BAHAN
AJAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
https://sopkesehatan.blogspot.com/2015/08/sop-pengambilan-benda-asing.html
Diakses pada 25 Oktober 2023
https://sopkeperawatan.blogspot.com/2014/07/sop-protap-pemasangan-neck-
collar.html Diakses pada 25 Oktober 2023
Hayatun Nufus, 2016. https://www.academia.edu/33899385/Airway Diakses pada 25
Oktober 2023
PPNI (2021). Pedoman Standar Operasional Prosedur Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
PPNI.
https://perawat.org/sop-pemasangan-opa-npa/#sop-pemasangan-npa Diakses pada 30
Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai