Anda di halaman 1dari 14

s Manajemen jalan napas

Disusun oleh:

Nama : Matilda deraukin

Dosen: Ns. Surya Prihatini, S.Kep,.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024


Head tilt-chin lift

1. defenisi
Head tilt-chin lift adalah Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke
belakang, pada waktu bersamaan ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu. Ibu jari
dan telunjuk harus bebas agar dapat digunakan menutup hidung, jika perlu memberikan
jalan nafas.

2. Tujuan

harus dilakukan agar jalan nafas selalu terbuka, bersamaan dengan hal ini kita juga bisa
melalukan look (liat), listen (dengarkan), & feel (rasakan).

3. Indikasi

1. ada penderita bukan dengan kecurigaan patah tulang leher,


2. ada penderita tanpa cidera kepala,
3. ada penderita tanpa cidera tulang belakang,
4. ada jalan napas penderita yang tertutup oleh lidah pasien

4. PERSIAPAN
- Persiapan Alat :

1. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

2. Pasang sarung tangan bersih

3. Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi

4. Atur posisi perawat di samping kepala pasie

- Persiapan Pasien :

1. Meletakkan 1 telapak tangan pada dahi pasien,


Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien

dengan mendorong dahi ke arah belakang

sehingga kepala menjadi sedikit tengadah (slight

Extention).

2. Menggunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk

memegang tulang dagu pasien,

3. Kemudian angkat dan dorong tulangnya

ke depan. Jika korban anak-anak, gunakan

hanya jari telunjuk dan diletakkan di bawah

dagu, jangan terlalu menengadahkan kepala.

4. Chin lift dilakukan dengan maksud

mengangkat otot pangkal lidah ke depan.

Tindakan ini sering dilakukan bersamaan

dengan tindakan head tilt

5. PROSEDUR TINDAKAN

1. Memakai hanscoon
2. Memposisikan pasien terlentang
3. Memeriksa apakah korban mengalami fraktur servikalis
dengan indikator; adanya cidera kepala, keluar darah dari telinga dan hidung, mata
lebam, dan atau cidera tulang klavikula
4. meletakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan ( jari telunjuk dan jari
tengah ) dibawah daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu)
5.Menengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien

6. EVALUASI
1. Kaji respon pasien
2. Kaji pola napas pasien, apakah ada sumbatan lagi

JAW TRUST

1. DEFENISI

Pembukaan jalan napas manual adalah teknik dasar pembukaan jalan napas atas dengan men
gangkat kepala dan mendorong rahangbawah ke depan atau disebut angkat kepala-angkat
dagu (head tilt- chin lift ) yang disebabkan jatuhnya lidah atau relaksasi otot jalannapas
atas.Pada kasus trauma dengan kecurigaan cedera leher/servikal, makadilakukan penarikan
rahang tanpa mendorong kepala ( jaw thrust)

2. TUJUAN

Sebagai acuan untuk petugas melakukan pembukaan jalan napasmanual dengan Head Tilt,


Chin Lift, Jaw Thrust.

3.INDIKASI
Posisi dua tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien dengan siku bersandar pada
permukaan tempat pasien telentang, dan pegang sudut rahang bawah dan angkat dengan
kedua tangan mendorong rahang bawah ke depan.

4.PERSIAPAN

- Alat danBahan

a. APD

b. Oropharyngeal airway

5. PROSEDUR TINDAKAN

1. Lakukan penilaian jalan napas


2. jika jalan napas tertutup akibat jatuhnya lidah pada pasientidak sadar maka segera
lakukan tindakan membuka jalannapas manual
3. Pasang APD sarung tangan
4. Pada pasien tanpa kecurigaan cedera servikal dilakukanmaneuver Head Tilt

 –  Chin Lift, sedangkan pada kasustrauma dengan cedera servikal hanya dilakukan
perasat Jaw Thrust dengan mencegah tidak stabilnya tulang leher

5. Head Tilt

 – Chin Lift Maneuver

6. Posisikan telapak tangan pada dahi sambilmendorong dahi ke belakang


7. Pada waktu bersamaan, ujung jari tangan lainmengangkat dagu
8. Jaw thrust maneuver
9. Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kirikepala korban, dengan siku bersandar
padapermukaan korban telentang
10. Pegang sudut rahang bawah kiri dan kanan
11. Angkat keduanya bersamaan hingga rahang bawahterdorong ke depan
12. Pertahankan maneuver atau pasang Oropharyngeal Airwaysuntuk menjaga jalan napas
tetap terbuka
1. EVALUASI

1. Tidak terdapat obstruksi


2. Jalan napas tidak terganggu
3. Pernapasan
PEMASANGAN OROPHARINGEAL

1. DEFINISI

. Oropharyngeal airway (Guedel Airway) adalah jalan napas oropharyngeal jugadikenal


sebagai oral airwas. OPA adalah perangkat medis yang disebut airwayadjunct yang digunakan
untuk mempertahankan salurn napas tetap paten (terbuka).Hal ini dilakukan dengan mencegah
lidah menutupi epiglotis yang bisa menutup jalan napas. Ketika seseorang menjadi tidak
sadar, otot-otot di rahang berelaksasidan memungkinkan lidah untuk menyumbat jalan napas.

Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung/pipa yang dipasang antara mulut danfaring
pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalannapas. Pembebasan
jalan napas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang idealuntuk mengembalikan jalan
napas yang terhambat oleh lidah orang yang tidak sadaratau untuk membantu ventilasi

2. TUJUAN

a. untuk menjaga kepatenan jalan nafas pasien

b. memudahkan penghisapan lendir 

3. INDIKASI

Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut:

 Pemeliharaan jalan napas pasien dalam ketidaksadaran

 Melindungi endotrakeal tube dari gigitan
 Memfasilitasi suction pada jalan napas Adapun kontraindikasi pemasangan oropharyngel tub
e adalah pasien dengankeadaan sadar ataupun semi sadar karena dapat merangsang muntah,
spasmelaring. Hati-hati apabila terdapat trauma oral

4. PERSIAPAN
1. Persiapan Alat
- Mayo / Guedel / oropharyngeal tube berbagai ukuran
- Sarung tangan
- Plester
- Bengkok
- Tongue spatel
- Kasa
- Suction
- Selang penghisap

2. Persiapan Lingkungan

- Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta kooperatif


- Siapkan sampiran atau sketsel

3. Persiapan Pasien
- Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
- Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkin dengan bagian atas empat
tidur
- Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan tindakan
- Pastikan tidak terdapat reflek faring

5. PROSEDUR TINDAKAN

1)  Cuci tangan, gunakan sarung tangan.


2)  Pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin dilakukan dengan
menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan bagian datar di bibir. Ujung dari jalan napas
harus ada di dagu pasien.
3)  Masukkan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini.
Balik jalan napas sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai untuk memasukkan
jalan napas ke mulut. Sebagaimana jalan napas mendekati dinding posterior faring dekat lidah
belakang, putar jalan napas pada posisi yang seharusnya (180 º).
Gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong ke belakang
masuk faring posterior. Masukkan jalan napas oral ke dalam posisi
yang seharusnya dengan bagian atas masuk ke bawah dan tidak perlu diputar.
4)  Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan masukkan
kembali.
5)  Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi bagian datar dari jalan
napas, pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian terbuka dari jalan napas. Harus berhati- hati
untuk menjamin pasien tidak cegukan terhadap jalan napas ketika direkatkan pada tempatnya.
Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan napas dan karena itu pasien muntah
segera setelah ia sadar kembali.

 Prosedur perawatan oropharyngeal tube :

1)      Cuci tangan , gunakan sarung tangan, lakukan perawatan oral pada sisi rongga
mulut yang tidak terhalang oleh pipa
2)      Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir pasien
3)      Pegang pipa dalam tanda tersebut dan dengan hati-hati dan cermat gerakkan pipa
kesisi lain dari mulut pasien.
4)      Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama.
5)      Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan
6)      Atur kembali posisi klien
7)      Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di tempat yang
disediakan.
8)      Evaluasi status pernafasan klien, kenyamanan klien
9)      Perawat mencuci tangan

6. EVALUASI
1)     Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat menyebabkan muntah-
muntah pada pasien yang sensitif dan karenanya harus digunakan hanya pada pasien tidak
sadar.
2)     Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga mulut
3)    Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang memerlukan pelepasan
jalan napas untuk memberikan perawatan oral
PEMASANGAN NASOPHARINGEAL

1. DEFINISI

Nasopharingeal airway adalah salah satu alat yang membantuventilasi dengan cara
membuka jalan nafas bahkan pada pasiendengan refleks batuk dan muntah yang masih
ada. NPA terbuatdari karet lunak dengan sayap kecil yang pada penempatannyananti
akan menempel pada lubang hidung

2. TUJUAN

 Untuk menjaga kepatenan jalan nafas pasien

 memudahkan penghisapan lendir

3. INDIKASI
• Untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka
• Tidak sadar 
• Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakanklonik

4. PERSIAPAN

Persiapan tempat dan alat

•  Nasipharingeal airway sesuai kebutuhan! sesuai ukuran


• sarung tangan
• gunting dan Plester 
• Bengkok 
• Kassa steril
• suction
• Lelang penghisap

Persiapan pasien

1. menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akandilakukan pada keluarga


2. menjelaskan prosedur pemasangan Nasopharingeal airway&.
3. Melakukan inform consent .
4. menyiapkan pasien dalam posisi nyaman sesuai kebutuhan (yaitu Posisikan klien
terlentang

5. PROSEDUR TINDAKAN

1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan


2. Pertama, inspeksi lubang hidung.perhatikan apakah ada penyumbatan seperti polip,
fraktur, atau perdarahan
3. Kedua, lumasi NPA dengan pelumas larut air.
4. Ketiga, lumasi dengan pelumas larut air menggunakan kasa steril.
5. Berikutnya, masukan ujung NPA ke dalam lubang hidung,arahkan ke posterior
menuju ke telinga. Hidung
6. Masukkan NPA dengan gerakan halus dan sedikit memutar sampai sayap penahan
berhenti di ujung hidung
7. Juka reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan
masukkan kembali.,
8. Terakhir, lanjutan ventilasi dengan dengan bag-,mask ventilator.
9. Berikan posisi yang nyaman
10. Rapikan pasien
11. Rapikan alat
12. Lepas handschoen
13. Perawat cuci tangan.
6. EVALUASI

 Keadaan umum pasien


 Tindakan dan hasil setelah dilakukan
 Tanda – tanda vital
 Pola nafas
 Instruksikan keluarga untukn segera lapor pada perawat jika pasien merasa
tidak nyaman atau terdapat sumbatan
Referensi

http://rsudciawi.bogorkab.go.id  › index.php › detai


https://www.scribd.com/doc/263531484/SOP-Head-Tilt-Chin-Lift

http://rsudwaled.cirebonkab.go.id  

http://rsudciawi.bogorkab.go.id/index.php/detail/90/Bantuan-Hidup-Dasar#.Y8Qt7-z7NP

file:///C:/Users/HP/Downloads/MODUL%20PELATIHAN%20PERTOLONGAN%20PERTAMA
%20PENANGANAN%20PENYAKIT%20JANTUNG%20OLEH%20KADER%20%20(7).pdf

https://endo.id/id/catalog/product/oral-or-oropharyngeal-airway

https://www.scribd.com/document/433703762/2-Oropharyngeal-Tube

https://www.scribd.com/doc/258891788/SOP-PEMASANGAN-OROFARINGEAL-doc

https://www.scribd.com/document/389146391/SOP-Membuka-Jalan-Napas-Head-Tilt-Chin-Lift-Jaw-

Thrust

https://www.scribd.com/document/329588567/sop-npa-doc

Anda mungkin juga menyukai