Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ledyah Citrah

Kelas : 3A sarjana terapan keperawatan dan ners


Nim : P05120321023

PEMASANGAN ETT

Tidak Dilakukan
NO BUTIR EVALUASI dilakukan dengan
benar
0 1
A INPUT
1. Pipa orofaring atau nasofaring
2. Suction set
3. Oksigen set
4. Resusisatr manual( bag valve mask/BMV)
5. Endtrakeal tub ETT dan stilet
6. Pelumas
7. Forsep margil
8. Laringoskop set siap pakai
9. Obat-obatan sedativ dan spuit 20ml
10. Sarung tangan steril
11. Plaster dan gunting
12. Bengkuk yang dilapisi plastik
13. Stetoskop
14. Spuit 10cc
B PROSES
1 Persiapan pasien :
Atur posisi pasien sesuai indikasi (supinasi tanpa
bantal)
2 Persiapan lingkungan
Berikan lingkungan nyaman dan jaga privacy
( scerem/sampiran)
3 Persiapan alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
4 Persiapan petugas
Perawat cuci tangan ( gunakan handscon sesuai
indikasi/keadaan pasien)
Pelaksanaan tindakan
5 Memberikan oksigen (hiperventilasi) dan
memastikan jalan napas terbuka
6 Siapkan ETT periksa balon dan berikan jelly
7 Siapkan laringoskop cek baterai
8 Memegang laringoskop dengan tangan kiri
masukan ujung blade kesisi kanan mulut pasien,
lalu geser lidah pasien kekiri
9 Tekan tulang rawan krikoid (mecegah aspirasi)
10 Lihat adanya pita suara terbuka masukan ETT
diantara dua pita suara terbuka
11 Keluarkan stilet dari ETT dan laringoskp secara
hati-hati
12 Kembangkan baln 12 cc
13 Pasang orfaringeal tub
14 Pastikan psisi ETT masuk dengan benar
(auskultasi suara pernapasan sambil perawat
melakukan begging )
15 Lepaskan sarung tanga
16 Bereskan alat-alat
17 Cuci tangan
C OUTPUT
Alat terpasang dengan benar
TINDAKAN PEMASANGAN OPA
(oropharyngeal airway)

1 PENGERTIAN Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah


cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan
nafas yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak
sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty, 2005)
2 TUJUAN 1. Untuk Menjaga kepatenan jalan nafas pasien
2. Memudahkan penghisapan lendir
3 INDIKASI 1. Untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka
2. Tidak sadar
3. Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakan
klonik
4 PERALATAN 1. Mayo/Guidel/oropharyngeal tube sesuai kebutuhan
2. Sarung tangan
3. Bengkok
5 PROSEDUR TAHAP ORIENTASI
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan pada keluarga
2. Menjelaskan prosedur pemasangan oropharingeal tube
3. Melakukan inform consent
4. Menyiapkan pasien dalam posisi nyaman sesuai
kebutuhan, yaitu Posisikan klien terlentang
TAHAP KERJA
1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2. Membuka mulut pasien, tahan dengan menggunakan
tongue spatel
3. Bersihkan mulut dengan kassa steril menggunakan ujung
penyedot faring yang kaku (Yaunker), bila memungkinkan
4. pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. yaitu
dengan menempatkan OPA di samping wajah, dengan
ujung OPA pada sudut mulut, ujung yang lain pada sudut
rahang bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan
tepat, maka OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glotis
5. Masukkan oropharing tube dengan mengikuti salah satu
cara dibawah ini.
a) Balik oropharing tube sehingga bagian atasnya
menghadap kemuka atau ke palatum. setelah masuk
dinding posterior pharing lalu putar oropharingeal tube
180° sampai posisi ujung mengarah ke oropharing.
b) Gunakan penekan lidah, gerakkan lidah keluar untuk
menghindari terdorong ke belakangmasuk faring
posterior. Masukkan oropharing tube oral ke dalam
posisi yang seharusnya dengan bagian atas masuk
kebawah dan tidak perlu diputar.
6. jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas
dengan segera dan masukkan kembali.
7. Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester
tanpa menutup lubang oropharing tube.
8. Berikan posisi yang nyaman.
9. Rapikan pasien
10. Rapikan alat
11. Lepas handschoen
12. Perawat cuci tangan

TAHAP TERMINASI
1. Keadaan umum pasien
2. Tindakan dan hasil setelah dilakukan
3. Tanda tanda vital
4. Pola nafas
5. Harus dilakukan oralhygene
6. Instruksikkan keluarga untuk segera lapor pada perawat
jika pasien merasa tidak nyaman atau terdapat sumbatan
TINDAKAN PEMASANGAN NPA
(nasopharingeal airway)
Pengertian Nasopharingeal airway adalah salah satu alat yang
membantu ventilasi dengan cara membuka jalan nafas
bahkan pada pasien dengan refleks batuk dan muntah
yang masih ada. NPA terbuat dari karet lunak dengan
sayap kecil yang pada penempatannya nanti akan
menempel pada lubang hidung.
Indikasi 1. Untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka
2. Tidak sadar
3. Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakan
klonik

Tujuan 1. Untuk Menjaga kepatenan jalan nafas pasien


2. Memudahkan penghisapan lendir

Persiapan tempat dan alat 1. Nasipharingeal airway sesuai kebutuhan/ sesuai ukuran
2. Sarung tangan
3. gunting dan Plester
4. Bengkok
5. Kassa steril
6. Suction
7. Selang penghisap

Persiapan pasien 1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan


dilakukan pada keluarga
2. Menjelaskan prosedur pemasangan Nasopharingeal airway
3. Melakukan inform consent
4. Menyiapkan pasien dalam posisi nyaman sesuai
kebutuhan, yaitu Posisikan klien terlentang

Persiapan lingkungan 1. Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta
kooperatif
2. pasang sampiran atau sketsel

Pelaksanaan 1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan.


2. Pertama, inspeksi lubang hidung. Perhatikan apakah ada
penyumbatan seperti polip, fraktur, atau perdarahan.
3. Kedua, pilih NPA dengan pelumas larut air.
4. Ketiga, lumasi dengan pelumas larut air menggunakan kasa
steril.
5. Berikutnya, masukkan ujung NPA ke dalam lubang hidung,
arahkan ke posterior menuju ke telinga.
6. Masukkan NPA dengan gerakan halus dan sedikit memutar
sampai sayap penahan berhenti di ujung hidung.
7. Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas
dengan segera dan masukkan kembali.
8. Terakhir, lanjutkan ventilasi dengan dengan bag-mask
ventilator.
9. Berikan posisi yang nyaman.
10. Rapikan pasien
11. Rapikan alat
12. Lepas handschoen
13. Perawat cuci tangan

Sikap 1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah


2. Menjamin privacy pasien
3. Bekerja dengan teliti

Evaluasi 1. Keadaan umum pasien


2. Tindakan dan hasil setelah dilakukan
3. Tanda-tanda vital
4. Pola nafas
5. Instruksikan keluarga untuk segera lapor pada perawat jika
pasien merasa tidak nyaman atau terdapat sumbatan

Dokumentasi 1. Ukuran dari jalan napas yang digunakan


2. Waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
3. Kecepatan dan sifat dari pemapasan.
TINDAKAN PEMASANGAN LMA
(laryngeal mask airway)
Pengertian Adalah suatu tindakan untuk mengatasi kegawatdaruratan jalan nafas.
Alat ini sudah terbukti efektif dalam menjaga jalan nafas dan menjamin
ventilasi apabila terjadi kesulitan atau kegagalan intubasi. Alat ini juga
dapat digunakan untuk memasukkan pipa endotracheal ke dalam trakea.
Adalah suatu tindakan untuk mengatasi kegawatdaruratan jalan nafas.
Alat ini sudah terbukti efektif dalam menjaga jalan nafas dan menjamin
ventilasi apabila terjadi kesulitan atau kegagalan intubasi. Alat ini juga
dapat digunakan untuk memasukkan pipa endotracheal ke dalam trakea.
Tujuan 1. Untuk menghasilkan jalan nafas yang lancer tanpa menggunakan
sungkup muka.
2. Untuk mengindari penggunaan ET / melakukan intubasi endotracheal
selama ventilasi spontan. Pada kasus kasus kesulitan intubasi.
3. Untuk memasukkan ET ke dalam trachea melalui alat intubating LMA.
Kebijakan SK Kepala UPT Rumah Sakit Pratama Kota Yogyakarta
No:05/SK/RSP/2016 tentang Kebijakan Penyusunan Standart Prosedur
Operasional (SPO)
Prosedur 1. Dokter Anestesi melakukan sedasi dahulu kepada pasien yang akan di
pasang LMA.
2. Dokter Anestesi mengempeskan cuff dengan maksimal dan benar
sebelum dipasang. Pengempesan harus bebas dari lipatan dan sisi
cuff seajar dengan sisi linkar cuff.
3. Dokter anastesi mengoleskan jelly pada sisi belakang LMA sebelum di
pasang hal ini untuk mejaga agar ujung cuff tidak menekuk pada saat
kontak dengan palatum. Pemberian jelly pada sisi depan akan ddapat
mengakibatkan sumbatan atau aspirasi, karena itu tidak dianjukan.
4. Dokter anestesi dan penata anestesi sebelum pemasangan,
memposisikan pasien dalam keadaan "air sniffing" dengan cara
menekan kepala dari belakang dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan. Buka mulut dengan cara menekan mandibular ke
bawah atau dengan jari ketiga tangan yang dominan.
5. Dokter anestesi memegang LMA dengan ibi jari dan telunjuk pada
perbatasann antara pipa dan cuff.
6. Dokter anestesi memasukkan ujung LMA pada sisi dalam gigi atas
menyusur palatum dan dengan bantuan jari telunjuk LMA dimasukkan
lebih dalam dengan menyusuri palatum.
7. Dokter anestesi memasukkan LMA sedalam dalamnya sampai rongga
hipofaring. Tahanan akan terasa bila sudah sampai hipofaring
8. Dokter anestesi memegang LMA dangan tangan yang tidak dominan
untuk mempertahankan posisi, dan jari telunjuk kita keluarkan dari
mulut pasien. Bila sudah berpengalaman hanya dengan jari telunjuk,
LMA dapat langsung menempati posisinya.
9. Perawat anestesi dengan spuit isi udara mengembangkan cuff sesuai
posisinya.
10. Dokter anestesi menghubungkann LMA dengan alat pernafasan
dan dilakukan pernafasan bantu. Bila ventilasi tidak adequate, LMA
dilepas dan dilakukan pemasangan kembali.
11. Perawat anestesi memasang bite-block untuk melindungi pipa
LMA dari gigitan setelah itu lakukan fiksasi.
TINDAKAN PEMASANGAN
NEEDLE DECOMPRESSION
Pengertian Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura
Tujuan Mengurangi rasa sesak nafas
Mengeluarkan udara dari rongga pleura
Mengurangi rasa sakit
Indikasi Pasien dengan tension pneumothorax
Kebijakan Dilakukan oleh seluruh mahasiswa keperawatan yang akan melakukan
perasat terkait.
Prosedur PERSIAPAN
Alat-alat:
1. Alat pelindung diri (masker, handscoen)
2. Jarum IV-line No. 14
3. Betadine
4. Kassa
5. Handscoen
6. Plester
Pasien:
1. Memberikan salam, perkenalkan nama perawat dan sapa nama
klien.
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur tindakan
dekompresi dada
3. Pasien tidur terlentang/sesuai kebutuhan
Lingkungan:
4. Tutup pintu, jendela dan pasang sketsel
Petugas
Dilakukan oleh 2 (dua) orang
PELAKSANAAN
1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
2. Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servical
3. Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan,
yaitu pada daerah dada yang mengalami tension pneumatorax
4. Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di
daerah mid clavicula pada sela iga ke tiga
5. Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-
45 derajat ke arah atas.
6. Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara.
Mandrain dicabut dan kateternya ditinggal.
7. Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung
tangan telah diberikan lubang pada ujungnya.
8. Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan
antara sarung tangan dengan IV cath
9. Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon
pasien
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Jumlah nafas dan kualitas pernafasan
2. Keluhan pasien Segera lanjutkan dengan pemasangan wsd

Anda mungkin juga menyukai