PERSIAPAN PASIEN :
1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Bila pasien tidak sadar ;
a. Posisi miring
b. Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar
PELAKSANAAN :
1. jelasakan pada pasien/ keluarga + inform concern
2. Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
3. Perawat memakai sarung tangan
3. Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
4. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
5. Mesin penghisap lendir dihidupkan
6. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air bersih yang tersedia
7. tekan lidah dengan spatel
8. Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
9. Bersihkan mulut pasien kasa
10. membersihakan slang dengan air dalam kom
11. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
12. Perawat cuci tangan.
1 PEMBERIAN NEBULIZER
1.1 Pengertian
Suatu tindakan keperawatan dengan memberikan tindakan penguapan agar lendir lebih encer
sehingga lendir lebih mudah dihisap
1.2 Tujuan
Memberikan tindakan penguapan agar lebih encer atau untuk pengobatan
1.3 Manfaat
1) Mengencerkan lendir
2) Mengurangi distress nafas
1.4 Indikasi
1) Penderita tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologis
2) Penderita dengan depresi pernafasan
3) Penderita sesak dengan penumpukan sekret
1.5 Persiapan
1.5.1 Persiapan alat
PZ 0,9 %
Obat bronkodilator kalau perlu
Nebulizer dengan berbagai bentuk
Sarung tangan steril
Kain penutup mata
1.5.2 Persiapan pasien
Inform consern
1.6 Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentangprosedur nebulizer
3) Memakai sarung tangan
4) Posisikan klien sesuai dengan kebutuhan
5) Melakukan penguapan selama 10-15 menit di saluran jalan nafas
6) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
2 MENGHISAP LENDIR (SUCTION)
2.1 Pengertian
Melaksanakan pembersihan saluran pernafasan lebih kedalam dengan menggunakan alat
penghisap lendir (sekresi) baik melalui hidung, mulut, maupun trakea
2.2 Tujuan
Saluran pernafasan bebas dari sumbatan semua kotoran atau lendir sehingga pasien dapat
bernafas secara normal
2.3 Indikasi
1) Klien dengan retensi sputum
2) Klien dengan respirator atau endotrakeal tube
3) Klien dengan trakeostomi
2.4 Kontra indikasi
1) Klien dengan TIK meningkat
2) Klien dengan odema paru
2.5 Persiapan
2.5.1 Persiapan alat
1) Mesin penghisap lendir
2) Selang penghisap lendir
· Neonatus 6-8 Fr
· Bayi sampai 6 bulan 6-8 Fr
· 18 bulan 8-10 Fr
· 24 bulan 10 Fr
· 2-4 tahun 10-12 Fr
· 4-7 tahun 12 Fr
· 7-10 tahun 12 Fr
· 10-12 tahun 14 Fr
· Dewasa 12-16 Fr
3) Air steril dan PZ dalam tempatnya
4) Pinset anatomi untuk memegang selang
5) Spatel atau sudip lidah yang terbungkus kasa
6) Sarung tangan
7) Pengalas
2.5.2 Persiapan pasien
1) Bila sadar dan reflek gag berfungsi, baringkan klien pada posisi semi fowler dengan kepala
miring ke satu sisi untuk penghisapan oral. Baringkan klien pada posisi fowler dengan leher
ekstensi untuk penghisapan nasal
2) Bila tidak sadar, baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pada anda untuk
penghisapan oral atau nasal
2.6 Pelaksanaan
2.6.1 Siapkan peralatan di samping tempat tidur
2.6.2 Cuci tangan
2.6.3 Berikan penjelasan pada klien dan keluarganya
2.6.4 Tempatkan handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
2.6.5 Berikan oksigen terlebih dahulu sebelum dilakukan suction
2.6.6 Tuangkan air steril atau normal salin ke dalam wadah yang steril
2.6.7 Gunakan tangan yang telah memakai sarung tangan, sambungkan kateter ke mesin penghisap
2.6.8 Basahi ujung keteter dengan larutan steril, pasang penghisap dengan ujungnya terletak dalam
larutan
2.6.9 Penghisapan :
1) Orofaringeal:
Dengan perlahan masukkan kateter ke dalam mulut klien dan arahkan ke orofaring. Jangan
lakukan penghisapan selama pemasangan
Nasofaringeal:
Dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung. Arahkan ke arah medial
sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong paksa kateter, dan jangan lakukan penghisapan
selama pemasangan.
2) Sumber port penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat anda menariknya.
Keseluruhan prosedur tidak boleh lebih dari 15 detik.
3) Bilas kateter denagn larutan steril dengan meletakkannya dalam larutan dan lakukan
penghisapan
4) Bila klien tidak mengalami distress pernafasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum
memasukkan ulang kateter
5) Bila klien mampu minta klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara penghisapan
6) Hisap secret pada mulut atau di bawah lidah setelah penghisapan orofaring atau nasofaring
7) Buang kateter dengan membungkusnya dalam tangan anda yang menggunakan sarung tangan
dan lepaskan sarung tangan untuk membungkus kateter
8) Cuci tangan
9) Catat jumlah, konsistensi, warna, dan bau secret serta respon klien terhadap prosedur
Diposting oleh Unknown di 07.09
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
ASUHAN KEPERAWATAN
Terapi Suction
TERAPI SUCTION
1. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret
pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. (Ignativicius, 1999). Suction jangan
dilakukan bila kita akan melakukan pemeriksaan analisa gas darah 15-20 menit sebelumnya dan
hindarkan bila hemodinamik tidak stabil.
2. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang menyumbat jalan
nafas, ditandai dengan :
3. Keteter Suction
Kateter suction yang akan digunakan untuk membersihkan jalan nafas biasanya mempunyai
bentuk dan ukuran yang berbeda, idealnya kateter suction yang baik adalah efektif menghisap
sekret dan resiko trauma jaringan yang minimal. Diameter kateter suction bagian luar tidak boleh
melebihi setengah dari diameter bagian dalam lumen tube, diameter kateter yang lebih besar
akan menimbulkan atelectasis sedangkan kateter yang terlalu kecil kurang efektif untuk
menghisap sekret yang kental. Yang penting diingat adalah setiap kita melakukan suction, bukan
sekretnya saja yang dihisap tapi O2 di paru juga dihisap dan alveoli juga bisa collaps.
Ukuran kateter suction biasanya dalam French Units (F)
Dihitung dengan rumus :
Qa x 3
Qs = ———— = F kateter
2
Cairan antiseptik untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah suction untuk mengurangi
kontaminasi kuman. Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi)
sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan. pasa pasien-pasien yang berat dengan
segala akibatnya, sebab proses suction dapat menimbulkan hiposemia.Pre oksigenasi dapat
diberikan memakai ambu bag dengan O2 100 % (0-10 liter) atau dengan memakai alat ventilator
mekanik dengan FiO2 100%. Setelah pre oksigensi yang cukup, masukan kateter suction ke
dalam airway sampai ujungnya mentok tanpa hisap, kemudian tarik kateter suction sedikit,
lakukan penghisapan dan pemutaran berlahan dan sambil menarik keluar untuk mencegah
kerusakan jaringan dan memudahkan penghisapan secret. Proses suction tidak boleh melebihi
10-15 detik di lumen artificial airway, total proses suction jangan melebihi 20 detik. Bila hendak
mengulangi suction harus diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu
seterusnya sampai jalan nafas bersih. Jangan lupa monitor vital sign, ECG monitor ,sebelum
melanjutkan suction, bila terjadi disritmia atau hemodinamik tidak stabil, hentikan suction
sementara waktu. Suction harus hati-hati pada kasus-kasus tertentu misalnya penderita dengan
odema paru yang berat dengan memakai ventilator dengan PEEP, tidak dianjurkan melakukan
suction untuk sementara waktu sampai oedem parunya teratasi. Bila sputum kental dan sulit
untuk dikeluarkan dapat dispooling dengan cairan NaCl 0,9% sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke
dalam lumen artificial airway sebelum di-suction, untuk bayi cukup beberapa tetes saja.
5. Komplikasi
a. Hipoxemia
Oleh karena suction melalui artificial airway dapat menghisap oksigen yang di alveoli dan
menurunkan oksigen pada darah arteri yang dapat menimbulkan takikardi, aritmia/PVC,
bradikardi.
Pencegahan :
Oksigenasi yang baik sebelum dan sesudah suction
Suction jangan melebihi 15 detik
Ukuran diameter suction yang benar
b. Trauma Jaringan
Suction dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi dan perdarahan.
Pencegahan :
Pakai karakter suction dengan jenis dan ukuran yang benar
Teknik suction yang baik dan benar
d. Hipotensi
Hipotensi yang terjadi sewaktu suction biasanya oleh karena : vagal
stimulasi, batuk dan hipoxemia. Vagal stimulasi menyebabkan bradicardi, batuk menyebabkan
penurunan venous return, sedangkan hipoxemia menyebabkan aritmia dan pheperial vasodilatasi.
Walaupun tekanan darah sistemik menurun, namun tekanan intra cranial tetap naik pada waktu
silakukan suction.
Pencegahan :
Cek darah sebelum dan sesudah suction
Moditor yang ketat vital sign dan ECG.
e. Airways Contriction
Airway Contriction terjadi olah karena adanya rangsangan mekanik langsung dari suction
terhadap mukosa saluran nafas sehingga terjadi broncho contriction dengan tanda adanya
wheezing. Bila terjadi broncho contriction berikan broncho dilator, pada naso tracheal suction
dapat terjadi spame laring.
REFERENSI
Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun kedaruratan
medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC.
Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach. (7th edition).
Lippincott : Philadelphia.
Thelan, et.al. (1994). Critical care nursing ; Diagnosis and management. (2nd edition).St.
louis : Mosby Company.
TERAPI OKSIGEN (O2)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................... 1
Plan of Action....................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
Definisi.................................................................................................. 8
Gejala.................................................................................................... 9
Penanganan........................................................................................... 9
Pencegahan........................................................................................... 12
BAB III HASIL KEGIATAN........................................................................ 14
BAB IV KESIMPULAN
Manfaat................................................................................................. 15
Saran..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 16
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tersedak merupakan keadaan gawat napas yang masih sering
dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Menurut data, angka kematian yang
disebabkan oleh obstruksi jalan napas khususnya tersedak masih tinggi di
kalangan bayi (Dwiadhi, 2013 dalam Utami, 2014). Riset yang dilakukan
oleh Dr.Gary Smith di Nationwide Children’s Hospital menjelaskan bahwa
dalam satu dekade terdapat 34 anak dibawah 1 tahun di Amerika dibawa ke
IGD karena tersedak makanan dan ASI (RahmaLillahi, 2013 dalam Utami,
2014).
Penyebab bayi tersedak adalah posisi menyusui yang salah dan terlalu
banyak susu yang masuk ke dalam mulut bayi yang tidak seimbang dengan
kemampuan bayi menyedotnya, sehingga membuat bayi kesulitan bernapas,
dan menghalangi keluar masuknya udara, sehingga pada saat inspirasi, laring
terbukadan minuman atau benda asing masuk kedalam laring, kemudian
benda asing itu terjepit di sfingter laring (Shelov, 2005 dalam Utami, 2014).
Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan
dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anakanak
juga sering memasukkan benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya
(Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Bahaya dari tersedak bila tidak tahu tanda-tanda dari tersedak dan tidak
dengan segera dilakukan penanganan dini dapat menyebabkan kesulitan
bernapas, kebiruan dan hilang kesadaran. Oleh karena itu, mengetahui tandatanda
tersedak seperti batuk tanpa suara, kebiruan, ketidakmampuan untuk
berbicara atau bernapas (Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015). Selain
itu, bila ditemukan tanda-tanda penyumbatan ringan dan korban dapat batuk,
jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari korban.
Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan tingkat kelangsungan
hidup dapat mencapai 95%. Penanganan dini untuk tersedak terbagi menjadi
2
3 macam, yaitu meliputi back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust
(hentakan pada perut) disebut juga dengan maneuver Heimich dan chest
thrust (hentakan pada dada). Berdasarkan penelitian dari Utami tahun 2014
didapatkan 19 responden (45,24%) didapatkan ibu yang memiliki bayi kurang
efektif tentang teknik menyusui dan menyendawakan bayinya ketika tersedak.
Penangan tersedak pada bayi biasanya karena ASI sehingga sedikit berbeda
penangananya yaitu dengan cara memperhatikan cara menyusui yang baik
dan benar sesaat sebelum menyusui. Tersedak memang sepintas terlihat
sepele, namun jika di lakukan dengan penanganan yang salah akan
menyebakan fatal. Sebagai tenaga kesehatan harus benar-benar dapat
menjelaskan di dalam melakukan edukasi tentang penanganan tersedak, lebih
baik mencegah dari pada menangani (Diane M, 2009 dalam Utami, 2014).
1. Hasil Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian di dukuh Kanoman kecamatan
Gamping didapatkan tipe pedesaan adalah semi usaha karena mayoritas
warga di dukuh Kanoman memiliki usaha warung dan kos-kosan,
sedangkan lingkungan tempat tinggal adalah rumah tunggal. Bangunan di
dukuh Kanoman merupakan bangunan baru dan bangunan lama tetapi
terpelihara bagus. Sarana dan prasarana di dukuh Kanoman, meliputi
masjid, mushola, PAUD dan TK. Selain itu, terdapat posyandu balita dan
lansia yang diadakan 2 bulan sekali setiap tanggal 14. Mayoritas warga
sudah memiliki kendaraan bermotor, yaitu sepeda motor. Tempat belanja
warga dukuh Kanoman adalah pasar Gamping atau pasar Tlogorejo.
Terdapat 185 kepala keluarga dan merupakan warga asli atau
warga pendatang yang sudah menjadi warga asli dukuh Kanoman.
Terdapat 60 balita, 70 lansia dan 70 remaja dengan tingkat pendidikan
terendah, yaitu SD sebanyak 2 orang dan putus sekolah sebanyak 2 orang.
Mayoritas pekerjaan warga di dukuh Kanoman adalah petani dengan
tingkat penghasilan < 1 juta.
Menurut penjelasan kepala dukuh, angka kelahiran di dukuh
Kanoman lebih tinggi daripada angka kematian. Terdapat masalah
3
kesehatan berupa demam berdarah sebanyak 2 orang pada tahun 2016,
diabetes mellitus sebanyak 10 orang dan stroke sebanyak 1 orang.
Terdapat pula kejadian tersedak pada bayi usia 3 bulan dan menyebabkan
bayimeninggal. Penyuluhan dari puskesmas Gamping II diadakan setiap
2 bulan sekali dan penyuluhan tersebut lebih berkaitan pada penyakit
yang sudah terjadi di dukuh Kanoman, tetapi penyuluhan mengenai
tersedak belum ada. Akibatnya pengetahuan tentang tersedak pada warga
masih kurang. Menurut keterangan salah satu ibu yang memiliki balita,
cara yang dilakukan bila balita tersedak hanya menepuk bagian
punggung saja, tetapi tidak tahu secara pasti cara penanganan tersedak
pada balita yang benar dan tepat. Terdapat pula ibu yang mengatakan
cara menangani tersedak adalah dengan diberi air minum agar sumbatan
bisa masuk ke dalam perut (sistem pencernaan). Dalam hal ini, terdapat
Kesalahan persepsi tentang letak sumbatan. Saat tersedak, benda asing
menyumbat di bagian saluran pernapasan, bukan saluran pencernaan.
4
2. Analisa Data Komunitas
Kategori Data Pernyataan Kesimpulan
Demografi:
a. Usia
- Warga berusia balita
sebanyak 60 orang
- Warga berusia remaja
70 orang
- Warga berusia lansia
70 orang
Warga Dukuh Kanoman
memiliki usia yang
bervariasi
Kesenjangan data: dibutuhkan data terkait usia bayi
dan balita setiap tahun
b. Tingkat
pendidikan
Terdapat 2 warga di
dukuh Kanoman yang
putus sekolah dan 2
warga yang lulusan SD
Rendahnya tingkat
pendidikan
Kesenjangan data: dibutuhkan data yang spesifik
mengenai warga yang tidak bersekolah, putus sekolah
hingga pendidikan yang tinggi
c. Status
pekerjaan
Mayoritas warga di
dukuh Kanoman adalah
petani.
Status pekerjaan warga
dukuh Kanoman adalah
cukup
Kesenjangan data: dibutuhkan data jumlah status
pekerjaan selain petani
5
3. Rumusan Diagnosa
Masalah Etiologi Tanda dan Gejala
Kurangnya pengetahuan
ibu-ibu tentang
tersedak pada balita di
dukuh Kanoman
Rendahnya
pengetahuan
ibu-ibu
tentang
tersedak
- Belum pernah ada penyuluhan
tentang tersedak
- Terdapat kejadian tersedak
pada bayi usia 3 bulan dan
menyebabkan bayi meninggal
- Warga memberi air minum
pada warga yang tersedak
- Terdapat kesalahan persepsi
tentang letak sumbatan
4. Diagnosa Keperawatan
Kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang tersedak pada balita di dukuh
Kanoman b/d rendahnya pengetahuan ibu-ibu tentang tersedak d/d belum
pernah ada penyuluhan dari puskesmas tentang tersedak, terdapat
kejadian tersedak pada bayi usia 3 bulan dan menyebabkan bayi
meninggal, warga memberi air minum pada warga yang tersedak, dan
terdapat Kesalahan persepsi tentang letak sumbatan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Choking (tersedak) adalah tersumbatnya saluran napas akibat benda
asing secara total atau sebagian, sehingga menyebabkan korban sulit bernapas
dan kekurangan oksigen, bahkan dapat segera menimbulkan kematian
(Bagian Diklat RSCM, 2015). Tersedak merupakan pembunuh tercepat, lebih
cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation. Pada orang dewasa,
tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak dikunyah sempurna, serta
makan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak, penyebab tersedak
adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan terlalu
banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan
benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya (Junha, 2014 dalam Tim Bantuan
Medis BEM IKM FKUI, 2015). Penyebab bayi tersedak diantaranya adalah
posisi menyusui yang salah dan terlalu banyak susu yang masuk kedalam
mulut bayi yang tidak seimbang dengan kemampuan bayi menyedotnya,
sehingga membuat bayi kesulitan bernapas, dan menghalangi keluar
masuknya udara, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan minuman
atau benda asing masuk kedalam laring, kemudian benda asing itu terjepit di
sfingter laring (Shelov, 2005 dalam Utami 2014).
Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya,
karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general
atau menyeluruh sehingga hanya dalam hitungan menit klien akan kehilangan
reflek nafas, denyut jantung dan kematian secara permanen dari batang otak,
dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut. Ketika tersedak, anak
mungkin sudah tidak bisa mengeluarkan suara dengan jelas untuk
mengatakan sakitnya, anak merasa tercekik dan berusaha untuk batuk dan
kemudian akan membuat usaha napas tersengal-sengal. Sianosis akan terjadi,
kepala dan leher terlihat kongesti/membengkak, disertai penurunan kesadaran
(Shelov, 2004 dalam Sumarningsih, D., 2015).
9
B. GEJALA
Pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan
penanganan. Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau
berat. Penyelamat harus segera melakukan penanganan jika korban tersedak
menunjukkan tanda-tanda penyumbatan yang berat, yaitu tanda-tanda
pertukaran udara yang buruk dan kesulitan bernapas, antara lain batuk tanpa
suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara atau bernapas (Berg, et
al., 2010 dalam Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015). Korban dapat
sambil memegang atau mencengkeram lehernya. Hal itu merupakan tanda
umum dari tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?” Jika korban
mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat
menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang ringan. Jika
korban mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya tanpa berbicara, ini
dapat menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang berat
(ECC Guidelines, 2000 dalam Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan
sikap menyebabkan bayikarena mereka belum bisa melakukan tanda umum
tersedak. Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk
yang lemah, dan suara tangisan lemah. (Berg, et al., 2010 dalam Tim Bantuan
Medis BEM IKM FKUI, 2015).
C. PENANGANAN
1. Penanganan tersedak pada anak-anak dan orang dewasa
Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani
tersedak, antara lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust
(hentakan pada perut) disebut juga dengan manuver Heimlich, dan chest
thrust (hentakan pada dada) (Berg, et al., 2010 dalam TBM, 2015).
a. Tepukan di punggung (back blow)
Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan
memberikan lima kali tepukan di punggung korban. Berikut cara
melakukan tepukan di punggung (back blow):
10
1) Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping.
2) Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban
dengan salah satu tangan.
3) Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara
tulang belikat menggunakan tangan bagian bawah.
b. Manuver hentakan pada perut (abdominal thrust)/manuver Heimlich
Manuver hentakan pada perut hanya boleh dilakukan untuk
anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa. Manuver hentakan pada
perut dapat membuat korban batuk yang diharapkan cukup kuat
untuk menghilangkan sumbatan pada saluran napas. Manuver
hentakan pada perut membuat tekanan (penekanan) pada paru-paru
dan memaksa udara keluar. Udara yang dipaksa keluar juga akan
memaksa keluar benda yang membuat korban tersedak.
Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut:
1) Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang
korban dan letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2) Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain
menggenggam kepalan tangan tersebut. Lingkarka tubuh korban
dengan kedua lengan kita.
3) Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat
di bawah tulang dada atau di ulu hati.
4) Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk
membantu korban membatukkan benda yang menyumbat
saluran napasnya. Manuver ini terus diulang hingga korban
dapat kembali bernapas atau hingga korban kehilangan
kesadaran.
5) Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara
perlahan sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP.
Setiap saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat harus
memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut korban dan
mengambilnya apabila menemukannya.
11
c. Manuver hentakan pada dada (chest thrust)
Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami
kegemukan, manuver hentakan pada perut mungkin tidak efektif.
Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver hentakan
pada dada.
1) Letakkan tangan di bawah ketiak korban
2) Lingkari dada korban dengan lengan kita
3) Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang
dada korban (sama seperti tempat melakukan penekanan dada
pada RJP)
4) Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan
hentakan ke dalam dan ke atas.
2. Penanganan tersedak pada bayi:
Perlu diketahui bahwa manuver hentakan pada perut tidak
direkomendasikan untuk bayi dengan usia di bawah 1 tahun karena dapat
menyebabkan cedera pada organ dalamnya sehingga untuk mengatasi
tersedak dilakukan manuver tepukan di punggung dan hentakan pada
dada (Pusponegoro, et al., 2012).
Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan
dada pada bayi:
a. Posisikan bayi menelungkup dan lakukan tepukan di punggung
dengan menggunakan pangkal telapak tangan sebanyak lima kali.
b. Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak tangan kita yang bebas
menopang bagian belakang kepala bayi sehingga bayi berada
diantara kedua tangan kita (tangan satu menopang bagian belakang
kepala bayi, dan satunya menopang mulut dan wajah bayi).
c. Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi menengadah
dengan telapak tangan yang berada di atas paha menopang belakang
kepala bayi dan tangan lainnya bebas.
12
d. Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak lima kali dengan
menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan yang bebas di tempat
yang sama dilakukan penekanan dada saat RJP pada bayi.
e. Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP
f. Jika penyelamat tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan,
segera aktivasi SPGDT, jangan ditunda. Penyelamat mungkin dapat
berhasil menghentikan korban tersedak sebelum bantuan datang
namun akan lebih baik jika korban ditangani oleh tenaga medis. Jika
masih terdapat benda asing pada saluran napas, tenaga medis yang
datang dapat melakukan penanganan segera dan membawa korban
ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
D. PENCEGAHAN
Menurut Sabrina (2008) dalam Sumarningsih, D., (2015), setengah
dari orang-orang dewasa tidak tahu apa yang harus dilakukan agar anak tidak
tesedak. Selain itu, survey yang dilakukan The Home Safety Council
menemukan banyak masyarakat Amerika Serikat yang tidak peduli dan tidak
tahu penyebab tersedak bisa terjadi, dikarenakan pendidikan yang ibu miliki,
pengetahuan yang kurang tentang perawatan anak serta informasi yang
kurang dan didukung umur ibu. Penanganan berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki dapat juga menyelamatkan nyawa seseorang dengan masalahmasalah
medis akut. Informasi dan edukasi dibutuhkan, karenanya, tidak
hanya keamanan dan pencegahan kecelakaan, tapi juga penanganan yang
cepat dan tepat.
Salah satu upaya agar informasi dapat dipahami dan dapat memberikan
dampak perubahan perilaku masyarakat khususnya keluarga adalah dengan
menggunakan edukasi sebagai salah satu metode tersampainya informasi. Hal
ini dikarenakan edukasi merupakan salah satu cara pendekatan pada keluarga
yang baik dan efektif dalam rangka memberikan atau menyampaikan pesan
atau informasi kesehatan dengan tujuan untuk mengubah perilaku dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga. Sehingga masyarakat
13
tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan yaitu tentang pencegahan
dan pelaksananaan tersedak pada anak sehingga adakan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam melakukannya (Sumarningsih,
D., 2015).
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah bayi tersedak,
diantaranya dengan memperhatikan cara menyusui yang baik dan benar sesaat
sebelum menyusui. Tersedak memang sepintas terlihat sepele, namun jika di
lakukan dengan penanganan yang salah akan menyebabkan fatal. Sebagai
tenaga kesehatan harus benar-benar dapat menjelaskan di dalam melakukan
edukasi tentang penanganan tersedak, lebih baik mencegah dari pada
menangani (Diane M, 2009 dalam Utami). Menyendawakan bayi adalah salah
satu upaya mengeluarkan gas yang ikut masuk ke dalam perutnya saat ia
menyusu. Biasanya, bayi baru lahir belum tahu cara menyusu yang benar atau
masih bingung cara menyusu dari botol, sehingga, saat mengenyot puting
susu ibunya atau dot, terdengar suara atau mengecap. Saat hal itu, udara dari
luar ikut masuk ke dalam mulutnya. Jika tidak disendawakan, maka bayi akan
gumoh (muntah), atau bahkan dapat tersedak air susunya sendiri (Erin, 2013
dalam Utami).
14
BAB III
HASIL KEGIATAN
No
Hari, Tgl,
Jam
Implementasi
Paraf
pelaksana
Evaluasi
1 Selasa, 14
Juni 2016
pukul
11.00 WIB
1. Menjelaskan tentang
definisi penyebab,
gejala, penangan
dan pencegahan
tersedak, khususnya
pada balita
2. Mendemonstrasikan
cara penanganan
tersedak, khususnya
pada balita
3. Berdiskusi (tanya
jawab) mengenai
tersedak, cara
penanganan dan
pencegahannya
S: Ibu-ibu di posyandu
Dukuh Kanoman mengatakan
mengerti tentang definisi,
penyebab, gejala, penangan
dan pencegahan tersedak
O:
- Ibu-ibu di posyandu
Dukuh Kanoman terlihat
antusias mengikuti
penyuluhan
- Ibu-ibu di posyandu
Dukuh Kanoman mampu
menjawab pertanyaan
yang diberikan pemateri
- Ibu-ibu di posyandu
Dukuh Kanoman
memberikan feedback
positif terhadap
penyuluhan
A: kurang pengetahuan
teratasi sebagian
P: dilakukan tanya jawab
setelah penyuluhan selesai
15
BAB IV
KESIMPULAN
A. Manfaat
1. Menambah informasi kepada warga Dukuh Kanoman, khususnya ibu-ibu
yang memiliki balita tentang tersedak.
2. Menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan ibu-ibu di
posyandu Dukuh Kanoman mengenai cara penanganan dan pencegahan
tersedak pada bayi maupun orang dewasa.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan komunitas di Dukuh Kanoman.
B. Saran
1. Bagi masyarakat tetap pelajari dan latih cara penangan tersedak serta
melakukan pencegahan tersedak.
2. Bagi Puskesmas dapat melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
mengenai kasus-kasus yang terlihat sepela, tapi besar dampaknya, seperti
tersedak.
3. Bagi mahasiswa dan institusi pendidikan keperawatan dapat lebih
memantapkan penggunaan proses keperawatan dalam pemecahan
masalah keperawatan komunitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Diklat RSCM. (2015). Tersedak. Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup
Dasar 2015.
Pusponegoro, A.D., et al. (2012). Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac
Life Support. Edisi kelima. Jakarta : Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118.
Sumarningsih, D. (2015). Pengaruh Edukasi Keluarga Tentang Pencegahan Dan
Penanganan Tersedak Pada Anak Terhadap Pengetahuan Dan
Keterampilan Keluarga Dukuh Ngebel Rt 09 Tamantirto Kasihan Bantul.
Diakses dari: http://opac.say.ac.id/201/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf,
pada tanggal 9 Juni 2016.
Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI. (2015). Modul bantuan hidup dasar dan
penanganan tersedak. Jakarta: Universitas Indonesia.
Utami, D.S. (2014). Teknik mencegah bayi tersedak pada ibu menyusui di
puskesmas pembantu Desa Demung Kecamatan Besuki Situbondo. Laporan
Penelitian. Situbondo.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
Pokok Pembahasan : Penanganan Choking (Tersedak) pada Balita
Instansi : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiya Yogyakarta
Tugas : Komuda
Waktu : 40 Menit
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Juni 2016
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Serba Guna Dukuh Kanoman
Target/Sasaran : Ibu-ibu yang mengantar balita ke Posyandudi Dukuh
Kanoman Bayuraden Gamping
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 40 menit tentang
penanganan choking (tersedak) pada balita diharapkan ibu-ibu posyandu
Dusun kanoman Rt 04 menetahui cara penanganan dan pencegahannya
B. Tujuan intruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 40 menit diharapkan
ibu-ibu yang mempunyai balita dapat :
1. Mengetahui pengertian tersedak
2. Mengetahui tanda-tanda balita tersedak
3. Mengetahui penyebab balita tersedak
4. Mengetahui cara penanganannya balita tersedak
5. Mengetahui dampak tersedak balita tersedak
C. Materi Pembahasan
1. Definisi Choking
Choking (tersedak) adalah tersumbatnya saluran napas akibat
benda asing secara total atau sebagian, sehingga menyebabkan korban
sulit bernapas dan kekurangan oksigen, bahkan dapat segera
menimbulkan kematian (Bagian Diklat RSCM, 2015).
2. Tanda-tanda Balita Tersedak
a. Balita kesulitan bernafas
b. Batuk yang lemah
c. Suara tangis yang lemah
3. Penyebab Balita Tersedak
a. Posisi menyusui yang salah
b. Terlalu banyak susu yang masuk ke dalam mulut bayi
c. Benda asing yang pada yang masuk kedalam mulut bayi
4. Penanganan Balita Tersedak
a. Penanganan tersedak pada bayi:
b. Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan dada
pada bayi:
1) Cara yang pertama
a) Posisikan bayi menelungkup dan lakukan tepukan di
punggung dengan menggunakan pangkal telapak tangan
sebanyak lima kali.
b) Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak tangan kita
yang bebas menopang bagian belakang kepala bayi
sehingga bayi berada diantara kedua tangan kita (tangan
satu menopang bagian belakang kepala bayi, dan satunya
menopang mulut dan wajah bayi).
2) Cara yang kedua
a) Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi
menengadah dengan telapak tangan yang berada di atas
paha menopang belakang kepala bayi dan tangan lainnya
bebas.
b) Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak lima kali
dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan yang
bebas di tempat yang sama dilakukan penekanan dada
5. Dampak Apabila Tersedak Tidak
Segera Diatasi
a. Bibir atau kulit membiru
b. Tidak mau menelan
c. Tidak bisa menangis atau bersuara
d. Sulit bernafas
e. Hilang kesadaran
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi
E. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Pengajaran Waktu Kegiatan ibu-ibu posyandu
1 Mengucapkan salam, mempersilahkan
berdoa, dan memperkenalkan diri
3 Menjawab salam, berdoa,
dan memperhatikan
2 Apersepsi tentang Choking (tersedak)
pada balita
5 Menanggapi dan menjawab
pertanyaan
3 Menjelaskan tujuan kegiatan secara
verbal
2 Memperhatikan penjelasan
pengajar
4 Berdiskusi dengan peserta dan
menjelaskan tentang choking
(tersedak) pada balita
15 Menanggapi dan memperhatikan
penjelasan
pengajar
5 Mendorong dan memberi kesempatan
untuk bertanya, redemonstrasi,
10 Redemonstrasi, bertanya,
menanggapi dan atau
menjawab pertanyaan menjawab pertanyaan
6 Evaluasi secara lisan 3 Menjawab pertanyaan
7 Menutup pertemuan dan mengucapkan
salam
2 Memperhatikan dan
menjawab salam
Total waktu 40 menit
F. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
G. Sember Bahan
1. Bagian Diklat RSCM. (2015). Tersedak. Pelatihan Internal RSCM
Bantuan Hidup Dasar 2015.
2. Pusponegoro, A.D., et al. (2012). Basic Trauma Life Support & Basic
Cardiac Life Support. Edisi kelima. Jakarta : Yayasan Ambulans Gawat
Darurat 118.
3. Sumarningsih, D. (2015). Pengaruh Edukasi Keluarga Tentang
Pencegahan Dan Penanganan Tersedak Pada Anak Terhadap
Pengetahuan Dan Keterampilan Keluarga Dusun Ngebel Rt 09
Tamantirto Kasihan Bantul. Diakses dari:
http://opac.say.ac.id/201/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf, pada tanggal
9 Juni 2016.
4. Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI. (2015). Modul bantuan hidup dasar
dan penanganan tersedak. Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Utami, D.S. (2014). Teknik mencegah bayi tersedak pada ibu menyusui di
puskesmas pembantu Dukuh Demung Kecamatan Besuki Situbondo.
Laporan Penelitian. Situbondo.
H. Evaluasi
1. Prosedur : Lisan
2. Jenis : Promotif