Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Wardhal Fitrah

NIM : 14420191074
STANDAR OPERASIONAL HARI/TGL : Senin, 23 Maret 2020
PROSEDUR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DAN DISASTER

SOP SUCTION MELALUI OPA, NPA, TT


DEFINISI Suction ( penghisapan lender ) merpakan tindakan penghisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan tejadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan napas, pada
klien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri
TUJUAN 1. Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
2. Untuk membebaskan jalan napas dari secret/ lender yang menumpuk
3. Untuk mendapatkan sampel/secret untuk tujuan diagnose
PRINSIP Teknik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki
INDIKASI 1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan secret
dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan napas, dengan di tandai
terdengar suara pada jalan napas, hasil auskultasi yaitu :
a. ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien.
b. Nadi dan laju pernapasan meningkat,
c. Ditemukannya mucus pada alat bantu napas
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret
oral
KOMPLIKASI 1. Hipoksia
2. Trauma jaringan
3. Meningkatkan resiko infeksi
4. Stimulasi vagal dan bronkospasme
KRITERIA 1. Kelengkapan alat penghisapan lender dengan ukuran selang yang tepat
2. Menggunakan satu selang penghisap lender steril untuk satu klien
3. Menggunakan selang penghisap lender yang lembut
4. Penghisapan dilakukan dengan gerakkan memutar dan intermiten
5. Observasi tanda-tanda vital
PERSIAPAN 1. Regulator vakum set
ALAT 2. Kateter penghisap steril sesuai ukuran
3. Air steril
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut atau handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel jika perlu
PERSIAPAN 1. Penjelasan tindakan yang akan dilakukan
PASIEN 2. Atur posisi klien Klien sadar :
a. posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi ( oral sisi ) dan
b. posisi fowler dengan leher ekstensi ( nasal suction ) Klien tidak sadar :
baringkan klien dngan posisi lateral menghadap pelaksana tindakan
( oral/nasal suction )
PERSIAPAN 1. Penjelasan pada keluarga
LINGKUNGAN 2. Pasang skerem/tabir
3. Pencahayaan yang baik
PROSEDUR A. Suction Orofaringel Airway (OPA)
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan
sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan
setelah klien batuk :
1. Siapkan pelaratan disamping tempat tidur klien
2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien ( perhatikan keadaan umum klien )
4. Pasang handuk pada bantal atau dibawah dagu klien
5. Pilih tekanan dan tipe unit vacuum yang tepat
6. Tuangkan air steril dalam wadah steril
7. Sambungkan cateter penghisap steril ke regulator vacuum
8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke saty sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring
dengan perlahan
11. Sumbat “ port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter
saat menariknyam tidak boleh lebih dari 15 detik
12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress
pernapasan, istirahatkan 20-3- detik, sebelum memasukkan ulang kateter
13. Bila diperlukkan penghisapan ulang, ulang langkag 9-11
14. Bila klien mampu minta untuk napas dalam dan batuk efektif diantara
penghispan
15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal
16. Buang kateter penghisap bersamaan dengan pelepasan hanscoon
17. Mencuci tangan dan rapikan alat kembali

B. Suction Nasopharingeal Airway (NPA)


1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2. Pertama, inspeksi lubng hidung. Perhatikan apakah ada penyumbatan
seperti polip, fraktur, atau perdarahan.
3. Kedua, pilih NPA dengan pelumas larut air.
4. Ketiga, lumasi dengan pelumas larut air menggunakan kasa steril.
5. Berikutnya, masukkan ujung NPA ke dalam lubang hidung, arahkan ke
posterior menuju ke telinga.
6. Masukkan NPA dengan gerakan halus dan sedikit memutar sampai sayap
penahan berhenti diujung hidung.
7. Jika reflek cegukkan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera
dan masukkan kembali.
8. Terakhir, lanjutkan ventilasi dengan bag mask ventilator.
9. Berikan posisi yang nyaman.
10. Rapikan pasien.
11. Rapikan alat.
12. Lepas handschoen.
13. Perawat cuci tangan

C. Suction Tracheostomy Tube


1. Nyalakan peralatan penghisapan dan atur regulator vacuum pada tekanan
negative yang sesuai
2. Jika diindikasi tingkatkan oksigen tambahan samapi 100% atau sesuai
program dokter
3. Gunakan peralatan penghisap dengan membuka bungkusan dengan tetap
menjaga kesterilan penghisap tersebut
4. Buka pelumnas, lalu tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka
tersebut tanpa menyentuh bungkusannya
5. Kenakan masker dan pelindung mata
6. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan bersih pada tangan tidak
dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan
7. Angkat kateter penghisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh
permukaan yang tidak steril.Angkat selang penghubung dengan tangan tidak
dominan, kemudian masukkan kateter ke dalam selang
8. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan menghisap sejumlah
normal saline dari Waskom
9. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengan pelumnas larut air
10. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tidak dominan.
Tanpa melakukan penghisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insesisikan
kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan
gerakkan sedikit miring kea rah bawah atau melalui mulut saat klien
menghirup napas
11. Lakukan penghisapan secara intermiten sampai 10 detik dengan meletakkan
dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil
memutarnya kedalam dan keluar diantara ibu jari dan jari telunjuk dominan
12. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normalsaline sampai bersih
13. Mencuci tangan dan rapikan alat kembali
EVALUASI 1. Keadaan pasien.
2. Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
3. Tanda-tanda vital.
4. Pola nafas.
5. Instruksikan keluarga untuk segera lapor pada perawat jika pasien merasa tidak
nyaman atau terdapat sumbatan.
Dokumentasi 1. Ukuran dari jalan nafas yang digunakan.
2. Waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien.
3. Kecepatan dan sifat dari pernafasan.
NAMA : Wardhal Fitrah
NIM : 14420191074
STANDAR OPERASIONAL
HARI/TGL : Sabtu, 21 Maret 2020
PROSEDUR
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DAN DISASTER
SOP TERAPI NEBULIZER
DEFINISI Nebulizer adalah suatu cara pemberian obat melalui inhalasi / pernafasan.
Nebulizer mengubah partikel menjadi uap yang dihirup sehingga langsung
menuju paru-paru.
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan
menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara
yang dipadatkan atau gelombang ultrasonic.
TUJUAN 1. Untuk mengencerkan dahak yang kental yang sulit dikeluarkan ketika
batuk.
2. Untuk mengurangi bronkospasme.
3. Untuk mengurangi sesak pada penderita asma.
INDIKASI Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran
pernapasan
PERSIAPAN 1. Set Mesin Nebulizer(compressor nebulizer/ultrasonic nebulizer).
ALAT 2. Obat Inhalasi sesuai terapi pengobatan.
3. Sputum pot tertutup berisi air dan larutan disinfektan.
4. Na Cl 0.9%
5. Spuit 5 cc / 10 cc
6. Tissue
7. Nierbekken
8. Buku dan alat Tulis
PERSIAPAN 1. Memberikan salam
PASIEN 2. Menyebut/menanyakan nama pasien
3. Mengenalkan diri dan instansi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan
tindakan
6. Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien.
PROSEDUR 1. Cek terapi pengobatan untuk memastikan nama pasien, nama obat, dosis
dan waktu pemberian.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih.
3. Mengatur pasien dalam posisi duduk untuk memaksimalkan
ventilasi/sesuai kondisi pasien.
4. Memastikan alat nebulizer berfungsi dengan baik, sambungkan selang
dan masker nebulizer.
5. Menyiapkan obat dengan pengenceran NaCl 0,9% 10-15 cc untuk
ultrasonic nebulizer dan 2-4 cc untuk compressor nebulizer, masukan
dalam tabung obat pada mesin nebulizer
6. Memasang masker nebulizer menutup hidung dan mulut pasien.
7. Mengatur timer 10 menit dan mengatur aliran aerosol sesuai indikasi.
8. Nyalakan mesin nebulizer.
9. Bimbing pasien untuk menghirup aerosol dengan bernafas dalam dan
mengeluarkan napas secara perlahan.
10. Kaji respon pasien selama nebulizer (batuk, rasa panas, tidak tahan
dengan aerosol). Bila pasien batuk, buang sputumnya ke dalam sputum
pot, bersihkan mulut dan hidung dengan tissue. Bila pasien tidak tahan,
hentikan sementara, berikan waktu untuk istirahat, kemudian bisa
dilanjutkan kembali.
11. Jika timer/obat sudah habis di alirkan, matikan mesin nebulizer.
12. Bimbing pasien dalam melakukan batuk efektif, kalau perlu lakukan
fisioterapi dada/clapping.
13. Rapikan pasien dan peralatan, cuci tangan dan dokumentasikan dalam
catatan keperawatan
EVALUASI Dokumentasikan dalam catatan keperawatan
NAMA : Wardhal Fitrah
NIM : 14420191074
STANDAR OPERASIONAL
HARI/TGL : Sabtu, 21 Maret 2020
PROSEDUR
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DAN DISASTER
SOP PEMASANGAN ENDOTRACHEAL TUBE (ETT)
DEFINISI Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau intubasi adalah memasukkan
pipa jalan nafas buatan ke dalam trachea melalui mulut. Tindakan
intubasi baru dapat dilakukan bila : cara lain untuk membebaskan jalan
nafas (airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam jangka
panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi baru
TUJUAN a. Membebaskan jalan nafas
b. Untuk pemberian pernafasan mekanik (dengan ventilator).
INDIKASI 1. Kebutuhan akan ventilasi mekanik
2. Kebutuhan akan hiegine pulmoner
3. Kumungkinan aspirasi
4. Kemungkinan obstruksi jalan napas bagian atas
5. Pemberian anastesi
PERSIAPAN 1. Endotrakeal (ET) tube dalam berbagai ukuran.
ALAT 2. Stylet (sejenis kawat yangdimasukkan kedalam kateter atau kanula
dan menjaga kanula tersebut agar tetap kaku/tegak)
3. Laringoskop, bengkok dan berujung lurus.
4. Forsep macgill ( hanya untuk intubasi nasotrakeal )
5. Jelli
6. Spuit 10 cc
7. Jalan napas orofaringeal
8. Resusitasi bag dengan adafter dan masker yang dihubungkan dengan
tabung oksigen dan flowmeter.
9. Peralatan penghisap lender
10. Kanul penghisap dengan sarung tangan.
11. Ujung penghisap tonsil Yankauer.
12. Plester 1 cm.
13. Ventilator atau set oksigen.
14. Restrain.
15. Mesin monitor jantung/ EKG.
16. Stetoscope
17. Ambubag / Bag valf mask /Bagging
18. Alat resusitasi jantung paru
PERSIAPAN 1. Memberikan salam
PASIEN 2. Menyebut/menanyakan nama pasien
3. Mengenalkan diri dan instansi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan
tindakan
6. Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien.
PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan steril.
3. Periksa balon pipa/ cuff ETT
4. Pasang macintosh blade yang sesuai
5. Anjurkan klien berdoa, karena intubasi/ induksi akan dimulai
6. Beri oksigen 100% dengan masker/ ambu bag 4 liter/ menit.
7. Masukkan obat-obat sedasi dan relaksan
8. Lakukan bagging sesuai irama pernafasan.
9. Buka mulut dengan teknik cross finger dengan tangan kanan.
10. Masukkan laringoskop dengan tangan kiri sampai terlihat epiglotis,
dorong blade sampai pangkal epiglotis.
11. Berikan anestesi daerah laring dengan xylocain spray 10%.
12. Masukkan ETT yang sebelumnya sudah diberi jelly dengan tangan kanan.
13. Sambungkan dengan bag/ sirkuit anestesi, berikan oksigen dengan
nafas kontrol 8-10 kali/ menit dengan tidal volume 8-10 ml/kgBB.
14. Kunci cuff ETT dengan udara ± 4-8 cc, sampai kebocoran tidak
terdengar.
15. Cek suara nafas/ auskultasi pada seluruh lapangan paru kiri kanan.
16. Pasang OPA/NPA sesuai ukuran.
17. Lakukan fiksasi ETT dengan plester.
18. Lakukan pengisapan lendir bila terdapat banyak lendir.
19. Bereskan dan rapikan kembali peralatan.
20. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan
EVALUASI a. Keadaan pasien.
b. Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai