Anda di halaman 1dari 29

INTEGRASI TEORI/MODEL KENYAMANAN (KOLCABA) PADA

RUANG PERAWATAN RISIKO TINGGI

OLEH:
Ns. Kadek Cahya Utami, S.Kep., M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA SEPTEMBER

2016

1 Universitas Udayana
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga karya tulis dengan judul
“Integrasi Teori/Model Kenyamanan (Kolcaba) pada Ruang Perawatan Risiko
Tinggi”, dapat diselesaikan dengan baik.

Karya tulis ini saya buat dengan tujuan untuk memberikan gambaran aplikasi
teori/model keperawatan saat mahasiswa atau perawat melaksanakan asuhan
keperawatan di Ruang Perawatan Risiko Tinggi, seperti NICU. Hal ini sangat
bermanfaat agar asuhan yang diberikan lebih efektif, efisien, dan dilandasi oleh
dasar keilmuan yang kuat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan karya tulis ini,
namun saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
ditemukan. oleh karena itu, saya mohon adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna melengkapi karya tulis ini.

Denpasar, September 2016

Penulis

Universitas Udayana
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... I
KATA PENGANTAR .................................................................................................... II
DAFTAR ISI..................................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN............................................................................................................... 3
1.2.1 ............................................................................................... Tu
juan Umum.................................................................................... 3
1.2.2 ............................................................................................... Tu
juan Khusus................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 TEORI KENYAMANAN KOLCABA ................................................................ 4
2.2 KONSEP KEPERAWATAN ANAK................................................................... 5
2.2.2 ............................................................................................... Fil
osofi Keperawatan Anak................................................................... 5
2.2.3 ............................................................................................... Pe
ran Perawat Pediatrik ............................................................................. 7
2.3 RUANG RAWAT NEONATUS RESIKO TINGGI............................................ 9
2.3.1 ............................................................................................... Ga
mbaran Umum Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi ................ 9
2.3.2 ............................................................................................... Kl
asifikasi Neonatus Resiko Tinggi ..................................................
11
2.3.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Berat Lahir ................................. 11
2.3.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Usia Kehamilan .......................... 12
2.3.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Mortilitas .................................... 12

BAB III ANALISA DAN APLIKASI TEORI KENYAMANAN KOLCABA


ANALISIS DAN APLIKASI TEORI KOLCABA DI RUANG NEONATUS RISIKO
TINGGI............................................................................................................................ 13

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 ASPEK POSITIF.................................................................................................. 19
4.2 ASPEK NEGATIF ............................................................................................... 21

BAB V PENUTUP
4.3 KESIMPULAN .................................................................................................... 22
4.4 SARAN ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan………………4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis bukti merupakan keinginan bagi


semua perawat. Untuk membuat individu dan keluarganya berespon terhadap
masalah kesehatan, praktik keperawatan berbasis teori diperlukan untuk
membuat dan menerapkan intevensi keperawatan dalam mengetahui
kebutuhan klien. Teori akan membantu untuk menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan memperjelas asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Teori menghasilkan pengetahuan keperawatan yang dapat digunakan dalam
praktik. Integrasi teori ke dalam praktik merupakan dasar profesi
keperawatan (McEwen & Will, 2007 dalam Potter & Perry, 2009 ). Sebagai
contoh teori Kolcaba yang menjelaskan tentang kenyamanan. Teori ini
mempunyai nilai dalam membantu keperawatan menciptakan kenyamanan
secara fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Berbagai teori


keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang
merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Kolcaba (1994)
mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman
subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori
kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat
diaplikasikan langsung di lapangan karena bersifat universal dan tidak
terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan
teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan klien
masing-masing (March & McCormack, 2009).

Neonatus resiko tinggi adalah neonatus yang mempunyai kemungkinan lebih


besar untuk menderita sakit atau kematian daripada neonatus yang lain.
Istilah neonatus resiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa neonatus
memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (Surami, 2003). Neonatus
resiko tinggi menurut Kemenkes mengenai Pedoman Pelayanan Maternal
Perinatal pada Rumah Sakit Umum (2008) adalah semua bayi yang lahir
dalam keadaan kritis memerlukan observasi ketat dan tindakan intensif.

Neonatus resiko tinggi memerlukan perawatan secara khusus untuk


membantu mereka beradaptasi di lingkungan ekstrauterin. Kebutuhan
kenyaman yang diperlukan klien dengan neonatus resiko tinggi adalah bisa
dilihat dari aspek fisik yaitu bagaimana menjaga homeostatis kondisi bayi,
manajemen nyeri (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006). Konsep kenyamanan
Kolcaba memiliki subjektifitas sama dengan nyeri. Telah banyak
didokumentasikan bahwa hospitalisasi pada neonatus terdapat 400 prosedur yang
menstimulus nyeri sejak dirawat di NICU (Horrison, 2010).

Menciptakan lingkungan yang nyaman selama perawatan bayi beresiko tinggi


juga turut berkontribusi dalam asuhan perkembangan bayi yang optimal.
Seperti kebisingan, pencahayaan, bau, dan lain-lain. Lingkungan merupakan
faktor eksternal yang bisa dimodifikasi untuk menimbulkan rasa nyaman
pada klien. Kesehatan merupakan fungsi optimal yang bisa dicapai oleh
klien, dimana salah satunya ditentukan dari faktor kenyamanan (Wong,
Hockenberrry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Ruangan
yang digunakan untuk merawat neonatus resiko tinggi telah didesain
sedemikian rupa untuk menciptakan kenyamanan bayi sehingga asuhan
perkembangan bayi dapat optimal.

Asuhan keperawatan anak berpusat pada keluarga sehingga dalam perawatan


neonatus dengan resiko tinggi juga dilibatkan peran orang tua dan keluarga
untuk mendukung kesembuhan klien (Kolcaba, 2005). Memberikan
kenyamanan dari seluruh aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sesuai tatanan
perawatan di ruang perinatologi. Oleh karena itu, teori Kolkaba sesuai untuk
diterapkan pada tatanan ruang neonatus resiko tinggi yang membutuhkan
segenap aspek baik dari dukungan keluarga maupun lingkungan rumah sakit.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengintegrasikan teori atau
model keperawatan dengan konsep dasar keperawatan anak di ruang
neonatus resiko tinggi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menguraikan teori /model keperawatan yang sesuai dalam hal ini
teori kenyamanan (Comfort Theory) yang dikemukakan oleh
Katharine Kolcaba
b. Menguraikan konsep keperawatan anak
c. Menguraikan deskripsi ruang rawat neonatus resiko tinggi
d. Menganalisa aplikasi teori keperawatan pada ruang rawat resiko
tinggi
e. Membahas aspek positif dan negatif dari aplikasi teori / model
keperawatan comfort theory
f. Menyimpulkan aplikasi teori model keperawatan comfort theory
pada ruang rawat neonatus resiko tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kenyamanan Kolcaba


Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari suatu
intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung dan menyeluruh ketika
kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan terpenuhi (Peterson &
Bredow, 2008). Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan kenyamanan,
intervensi kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan,
perilaku pencari kesehatan, dan integritas institusional. Menurut Kolcaba &
DiMarco (2005) hal tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konseptual
sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan

Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori kenyamanan
terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien yang membutuhkan
penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram atau kepuasan hati
dari klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang
dirasakan pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana
seseorang individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang
terjadi.

Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar


seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan
dengan mekanisme sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan
kemampuan tubuh dalam merespon suatu penyakit atau prosedur invasif.
Beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan
obat, merubah posisi, backrub, kompres hangat atau dingin, sentuhan
terapeutik. Kenyamanan psikospiritual dikaitkan dengan keharmonisan hati
dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi dengan memfasilitasi kebutuhan
interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan
dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien.

Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan hubungan


interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap
informasi kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai
dengan budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural
adalah menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak
klien tanpa memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, dan memfasilitasi kerja tim yang mengatasi
kemungkinan adanya konflik antara proses penyembuhan dengan budaya
klien. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan akan kenyamanan
lingkungan yang berhubungan dengan menjaga kerapian dan kebersihan
lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi saat klien beristirahat, dan
memberikan lingkungan yang aman bagi klien (Kolcaba, Tilton, & Drouin,
2006).

2.2 Konsep Keperawatan Anak


2.2.1 Filosofi Keperawatan Anak
Filososfi asuhan menurut Hockenberry & Wilson (2009) keperawatan
bayi dan anak sesuai dengan definisi keperawatan yaitu diagnosis dan

Universitas Udayana
penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau
potensial. Definisi ini mencakup empat gambaran esensial tentang
praktik keperawatan :
a. Perhatian pada rangkaian pengalaman dan respon manusia terhadap
kesehatan dan penyakit tanpa terbatas pada orientasi berfokus-
masalah
b. Integrasi data objektif dengan pengetahuan yang didapat dari
pemahaman tentang pengalaman subjektif pasien atau kelompok
c. Penerapan pengetahuan ilmiah pada proses diagnosis dan
pengobatan
d. Penetapan hubungan caring yang memfasilitasi kesehatan dan
penyembuhan

Filosofi merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat


dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus
pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan manajemen kasus.
Filosofi keperawatan anak antara lain perawat berfokus pada keluarga
(family centered care), atraumatic care dan manajemen kasus
(Hockenberry & Wilson, 2009).

a. Asuhan berpusat pada keluarga (family centered care)


Filosofi asuhan berpusat pada keluarga menunjukkan keluarga
bersifat konstan dalam hidup anak. Keluarga didukung dalam peran
pemberian perawatan yang alami dan peran pembuatan keputusan
dengan membangun kekuatan unik mereka sebagai individu dan
keluarga. Memberikan pelayanan berpusat pada keluarga berarti
perawat menggabungkan pengetahuan dan keyakinan keluarga
untuk secara konstan peduli terhadap kehidupan anak, melibatkan
keluarga dalam proses perawartana anak sehingga anak anak
menerima pelayanan yang berkualitas (Harrison, 2010). Filosofi
family centered care adalah filosofi petugas kesehatan yang bekerja
sama diantara keluarga, perawat, dan tim kesehatan yang lain
dimana kebutuhan keluarga diprioritaskan untuk mencari pelayanan
kesehatan yang baik untuk anaknya (Ball, Blinder, Cowen, 2012).

Dua konsep dasar dalam asuhan berpusat keluarga adalah


memampukan dan memberdayakan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Professional memampukan keluarga dengan menciptakan
kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk
menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga. Pemberdayaan menggambarkan interaksi profesional
dengan keluarga sehingga keluarga mempertahankan kontrol atas
kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan yang positif.
b. Asuhan atraumatik (atraumatic care)
Asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan teraputik dalam
lingkugan, oleh personal , dan melalui penggunaan intervensi yang
menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yang
diderita oleh anak-anak dan kelaurga mereka dalam sistem
pelayanan kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2009).
c. Penatalaksanaan kasus
Manajemen kasus adalah proses mengkoordinasikan pelayanan
petugas kesehatan dengan cara berfokus pada kualitas dan outcome.
Dalam praktiknya diperlukan kolaborasi dengan petugas kesehatan
yang lain yang mempromosikan pelayanan secara berkelanjutan
dengan memfasilitasi kebutuhan pasien dengan ketersediaan
sumber. Perawat case manajer membantu anak dan keluarga
memiliki outcome pelayanan yang terbaik (Ball, Blinder, & Cowen,
2012).

2.2.2 Peran Perawat Pediatrik


Menurut Hockenberry & Wilson (2009) menjelaskan peran perawat
pediatrik, yaitu :
a. Hubungan terapeutik
Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan
keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan dan
kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapetik, caring, merupakan
batasan yang memisahkan dan bersifat positif yang meningkatkan
kendali keluarga atas perawatan kesehatan anak .
b. Advokasi pada keluarga
Perawat harus bekerja sama dengan anggota keluarga,
mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan merencanakan
intervensi yang dapat mengatasi masalah. Sebagai advokat, perawat
membantu anak-anak dan keluarga mereka dalam menentukan
berbagai pilihan yang diberitahukan dan bertindak dalam
memberikan yang terbaik kepada anak. Advokasi itu meliputi
jaminan bahwa keluarga akan mengetahui semua pelayanan
kesehatan yang tersedia, diinformasikan secara tepat tentang
pengobatan dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan
didorong untuk berubah ke arah yang lebih baik,
c. Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam keperawwatan anak harus
mempraktikkan kesehatan preventif. Pendekatan terbaik untuk
pencegahan adalah pendidikan dan pedoman antisipasi. Pengenalan
terhadap bahaya atau konflik dalam setiap periode perkembangan
memungkinkan perawat untuk membimbing orang tua dalam hal
praktik pengasuhan anak yang ditujukan untuk pencegahan masalah
potensial. Di samping mencegah penyakit fisik atau cedera, peran
perawat adalah mempromosikan kesehatan mental.
d. Penyuluh kesehatan
Penyuluhan kesehatan sering merupakan satu bidang yang perlu
disiapkan dan dipraktikkan oleh perawat dengan model peran
kompeten, karena penyuluhan ini melibatkan transmisi informasi
pada tingkat pemahaman anak dan keluarga.
e. Konseling
Konseling merupakan pertukaran pendapat dan ide yang memberi
dasar untuk pemecahan masalah bersama. Konseling melibatkan
dukungan, penyuluhan, teknik untuk membantu keluarga mengatasi

Universitas Udayana
stress dengan cara eksplorasi perasaan dan pikiran. Konseling juga
memampukan keluarga untuk mendapatkan tingkat fungsi yang
lebih tinggi, harga diri lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat.
f. Kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan
mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan aktivitas
professional lain. Konsep asuhan holistik hanya dapat direalisasikan
melalui pendekatan interdisiplin.
g. Riset
Perawat harus berperan pada riset karena mereka adalah inidvidu
yang mengamati respons manusia terhadap kesehatan dan kesakitan.
Konsep praktik berdasarkan penelitian melibatkan analisis riset
yang diterapkan dalam praktik keperawatan.

2.3 Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi


2.3.1 Gambaran Umum Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi
Penanganan kasus neonatal harus dilakukan dalam ruang perawatan
khusus yang terdiri dari tiga level, berdasarkan derajat kesakitan, risiko
masalah dan kebutuhan pengawasannya (Kemenkes, 2008). Level
pertama adalah untuk bayi risiko rendah, dengan kata lain bayi normal
yang sering digunakan istilah rawat gabung ( perawatan bersama ibu)
atau Level II untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan belum perlu
intensif. Pada level ini bayi diawasi oleh perawat 24 jam, akan tetapi
perbandingan perawat dan bayi tidak perlu 1-1. Sedangkan pada level
III, pengawasan yang dilakukan benar-benar ekstra ketat. Satu orang
perawat yang bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama 24
jam penuh. Pada ketiga level peran dokter boleh dibagi, artinya 1 orang
dokter pada ketiga level, akan tetapi dengan ketrampilan dan
pengetahuan khusus mengenai masalah gawat darurat pada neonatus.

American Academy of Pediatrics / AAP (2004a) membagi level


pelayanan neonatus resiko tinggi pada suatu institusi :
a. Level I Neonatal Care (Basic)
Well – newborn nursery, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan neonatal resusitasi pada awal kelahiran bayi
2) Evaluasi dan perawatan post natal pada bayi sehat
3) Stabilisasi dan perawatan bayi pada bayi dengan gestasi 35-37
minggu dengan mempertahankan status fisiologis
4) Stabilisai bayi yang sakit dengan usia gestasi < 35 minggu

b. Level II Neonatal Care (Spesiality)


Special care nursery dibagi menjadi dua :
Level IIA, yang memiliki kapabilitas :
1) Resusitasi dan stabilisai prematur atau bayi sakit
2) Memberikan pelayanan pada bayi yang lahir dengan gestasi
>32 minggu dan berat lahir ≥ 1500 g yang memiliki imaturitas
fisioligik seperti apnea of prematurity, ketidakmmapuan
mempertahankan suhu tubuh, ketidakmampuan dalam intake
oral.
3) Pelayanan pada bayi pada masa penyembuhan setelah
perawatan intensif.
Level IIB : memiliki kapabilitas level IIA ditambah pelayanan
dengan ventilasi mekanik <24 jam atau mengunakan Continous
Positive Airway Pressure (CPAP).

c. Level III (Subspeciality) NICU, dibagi menjadi tiga kategori :


Level IIIA NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan pelayanan yang komprehensif pada bayi dengan
usia gestasi >28 minggu dan berat lahir >1000 g
2) Memberikan life support terbatas pada konvensional ventilasi
mekanik
3) Bisa dilakuan tindakan bedah minor seperti kateter vena
sentral dan repair hernia inguinal
Level IIIB NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Pelayanan komprehensif pada Extremely low birth weight
infant (≤ 1000 g dan usia gestasi ≤ 28 minggu).
2) Advanced respiratory support seperti ventilasi dengan high
frekuensi dan inhalasi nitric oxide
3) Bisa dilakukan untuk advance diagnostic imaging seperti
computed tomography, MRI, echocardiography
4) Pediatric surgical specialist dan pediatric anesthesiologist,
dan pediatric surgery

Level IIIC NICU, yang memiliki kapabalitias :


Memiliki kemampuan seperti level IIIB NICU dan ditambah
perawatan untuk exstracorporeal membrane oxygenation (ECMO)
dan kompleks surgical repair kasus genital cardiac malformasi.

2.3.2 Klasifikasi Neonatus Resiko Tinggi


Hockenberry & Wilson (2009) membagi neonatus resiko tinggi
berdasarkan berat lahir, usia kehamilan, mortalitas.
2.3.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Berat Lahir
a. Low birth weight (LBW) infant : bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
b. Very low birth weight (VLBW) infant : bayi dengan beradt
badan lahir kurang dari 1500 gram.
c. Extremely low birth weight (ELBW) infant : bayi dengan
berat badan lahir kurang dari 1000 gram.
d. Appropiate for gestasional age (AGA) infant : bayi dengan
th th
berat lahir diantara persentil 10 dan 90 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
e. Small for gestasional age (SGA) infant : bayi dengan berat
th
lahir di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
f. Intrauterin growth restriction (IUGR) : ditemukan pada
bayi yang pertumbuhan dalam kandungannya tidak
berkembang.
g. Large for gestational age (LGA) : bayi dengan berat lahir di
th
atas persentil 90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

2.3.2.2 Klasifikasi berdasarkan Usia Kehamilan


a. Premature infant : bayi yang lahir dengan usia gestasi
kurang dari 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan
lahir.
b. Full term infant : bayi yang lahir pada usia gestasi 38
minggu dan 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat
badan lahir.
c. Postmature infant : bayi yang lahir pada usia gestasi lebih
dari 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir.
2.3.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Mortalitas
a. Live birth : kelahiran bayi dengan manifetasi adanya detak
jantung, nafas baik, gerakan aktif, tanpa memperhitungkan
usia kehamilan.
b. Fetal death : kematian fetus setelah 20 minggu gestasi dan
sebelum dilahirkan, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan
setelah lahir.
c. Neonatal death : kematian yang terjadi pada 27 hari
pertama kelahiran bayi, kematian bayi lebih awal terjadi
pada minggu pertama kehidupan.
d. Perinatal mortality : menjelaskan total fetus dan kematian
bayi lebih awal per 1000 kelahiran hidup.
e. Postnatal death : kematian yang terjadi pada 28 hari sampai
1 tahun setelah kelahiran bayi.
Kriteria neonatus resiko tinggi menurut Kemenkes (2008) adalah bayi
dengan kriteria atau kelompok III, yaitu:

a. Berat badan lahir sangat rendah (<1000 gr).


b. Nilai APGAR 5/10 menit>3
c. Gangguan nafas berat: RDS berat
d. Kejang neonatus, Hypoxic Ischemic Enchelopathy (HIE), bilirubin
enchpalopathi, hipoglikemia, tetanus neonaturum.
e. Kelainan bawaan ringan dengan gawat darurat ; fistula
trakheaesophagus, atresia esophagus, gastroskisis, omalokel berat,
TGA minimal, dan meningoensefalokel dengan komplikasi minimal.
f. Bayi baru lahir dengan komplikasi yang memerlukan ventilasi
mekanik.
BAB III
ANALISIS DAN APLIKASI TEORI KENYAMANAN KOLCABA

Analisis dan Aplikasi Teori Kolcaba Di Ruang Rawat Neonatus Resiko


Tinggi
Aplikasi suatu teori ke lahan praktik dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebuah
teori keperawatan harus sesuai dengan nilai dan misi suatu institusi, teori
bersifat sederhana, dan mudah dipahami untuk dipakai sebagai panduan
praktik (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006). Teori Kolcaba termasuk dalam
middle range theory. Menurut Kolcaba, teori kenyamanan menjadi salah satu
pilihan teori keperawatan yang dapat diaplikasikan langsung di lapangan
karena bersifat universal dan tidak terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap
masyarakat. Hal ini menyebabkan teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-
luasnya sesuai kebutuhan klien masing-masing (March & McCormack, 2009).

Teori kenyamanan ini disusun sebagai teori yang berpusat pada klien dan
keluarga (family-client centered theory) yang dianggap sebagai inti dari
praktik keperawatan (ANA, 2000). Hal ini sesuai dengan filosofi keperawatan
anak yang berpusat pada keluarga, sehingga teori ini cocok digunakan pada
tatanan pelayanan keperawatan anak. Setting pelayanan ini meliputi pre dan
post area operatif, pelayanan ambulatory, pelayanan primer, pusat komunitas,
dan rumah sakit. Tipe pelayanan keperawatan anak sebagai contoh di ruang
pelayanan neonatus ini diberikan pada well baby yang akut sampai kronik.
Intervensi penerapan teori kenyamanan yang dilakukan pada bayi di ruang
neonatus resiko tinggi yaitu meminimalisir nyeri dalam prosedur invasif,
strategi yang dilakukan yaitu : memberikan posisi yang nyaman pada bayi,
memfasilitasi kebiasaan kenyaman bayi seperti thumb-sucking, pembedongan,
ayunan, mengadvokasi kehadiran keluarga (Stephen, Barkey, & Hall, 1999).
Kolcaba mengobservasi bahwa ketidaknyaman yang dirasakan oleh klien dan
keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi, tetapi melibatkan aspek
holistik yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan. Berikut
adalah contoh aplikasi teori kenyamanan dalam asuhan keperawatan pada bayi
yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi:
Pengkajian
Proses pengkajian dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien
ditinjau dari 3 fase (relief, ease, dan transcendence) serta meliputi 4 konteks
kenyamanan (fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Pengkajian
fisik sistematis menyeluruh merupakan komponen esensial dalam asuhan bayi
resiko tinggi.
a. Kebutuhan kenyamanan fisik
Ketidaknyamanan fisik pada bayi yang dirawat di ruang neonatus risiko
tinggi antara lain, nyeri akibat prosedur invasif (terkait prosedur diagnostik
dan terapi), ketidakmampuan bayi dalam mempertahankan termoregulasi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan kelemahan
otot, serta gangguan oksigenasi.
b. Kebutuhan kenyamanan psikospiritual
Pemenuhan kebutuhan psikospiritual pada bayi mungkin belum bisa
diberikan secara optimal, namun bagi keluarga, khususnya orang tua bayi,
hal ini membutuhkan intervensi khusus. Kebutuhan kenyaman dari aspek
psiko-spiritual pasien bisa dipenuhi meskipun pasien dengan tingkat
kesadaran yang menurun seperti memfasilitasi kunjungan orang tua,
sentuhan terapeutik (caring touch). Perawat perlu mengidentifikasi tahap
penerimaan orang tua terhadap kondisi bayi mereka (denial, anger,
bargaining, depression, dan acceptance). Setiap tahap memiliki
karakteristik masalah emosional dan kebutuhan tertentu yang bersifat
spesifik. Kebutuhan spiritual juga menjadi fokus dalam konteks ini,
perawat perlu mengidentifikasi adanya tanda-tanda distress spiritual yang
dialami oleh orang tua, seperti perasaan marah kepada Tuhan, menolak
untuk melaksanakan kegiatan beribadah, perasaan tidak tenang setelah
beribadah, dan membutuhkan bimbingan spiritual khusus dari pemuka
agama yang dipercaya.

c. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural


Perawat dalam memberikan prosedur tindakan apapun perlu berkonsultasi
dengan keluarga untuk mengkaji apakah terapi sesuai dengan budaya yang
berlaku di lingkungan pasien, seperti misalnya saat melakukan transfusi
darah, apakah dalam keluarga terdapat budaya yang melarang prosedur itu
dilakukan. Selain budaya, sosial ekonomi keluarga juga perlu
diidentifikasi untuk menentukan pilihan prosedur yang tepat.
d. Kebutuhan kenyamanan lingkungan
Kebutuhan kenyamanan lingkungan yang perlu diidentifikasi adalah
ketenangan ruangan/pengontrolan kebisingan, suhu, bau, pencahayaan
yang cukup, tidak menginterupsi pola tidur bayi ,serta keamanan pasien
selama dirawat di ruang neonatus risiko tinggi (Kolcaba & Wilson, 2002).
Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, karena bayi-bayi yang dirawat di
ruang tersebut terpasang banyak alat invasif dan monitor.

Intervensi
Kolcaba & Wilson (2004) membagi intervensi untuk mencapai kenyamanan
klien menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Standard comfort intervention
Standard comfort intervention adalah intervensi standar untuk
mempertahankan hemostasis dan mengontrol nyeri pada bayi. Intervensi
standar antara lain adalah manajemen nyeri nonfarmakologis dan
farmakologis, medikasi, monitoring vital sign, modifikasi lingkungan
terkait pengaturan suhu, bau, pembatasan kunjungan, dan lain-lain.
b. Coaching (dukungan emosional, pendidikan kesehatan)
Coaching mengandung pengertian melatih pasien dan keluarga untuk
mengurangi atau menghilangkan kecemasan dengan menyediakan
informasi yang akurat tentang status kesehatan klien, tetap memberi
harapan yang sesuai dengan kondisi klien, mau mendengarkan secara aktif,
serta membantu implementasi perencanaan untuk meningkatkan
kesembuhan klien.
c. Comfort food for soul (terapi musik, kunjungan orang terdekat)
Perawat melakukan intervensi-intervensi khusus yang membuat klien dan
keluarga merasa diperhatikan dan dikuatkan secara fisik, mental,
emosional, dan spiritual, sebagai contoh mengajarkan beberapa teknik
relaksasi seperti pijatan, guided imagery, terapi musik, dan lainnya.

Implementasi
Implementasi teori Kolcaba pada bayi yang dirawat di ruang neonatus risiko
tinggi dapat terlihat jelas dalam prinsip perawatan bayi di ruang tersebut,
yaitu S-T-A-B-L-E (Karlsen, 2006).
a. Sugar and safe care
- Melakukan pemantauan kadar glukosa darah untuk memberikan
energi yang cukup bagi otak, sehingga tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada jaringan otak (pusing, nyeri, kejang, dan lain-
lain). Hipoglikemia merupakan salah satu tanda dari distress pada
bayi.
- Memberikan lingkungan yang aman, memasang side rail untuk
mencegah pasien jatuh, mengatur pencahayaan agar tidak merusak
retina, dan lain-lain. Perawatan yang aman juga terkait dengan
penggunaan vena umbilikalis dan kateter arteri untuk terapi.
b. Temperature
- Memodifikasi lingkungan untuk mencegah bayi kehilangan panas
yang berlebih dari konduksi (menghangatkan alas dan selimut yang
dipakai), konveksi (tidak meletakkan box bayi di dekat jendela atau
di bawah AC), radiasi (memasang topi untuk menutupi kepala bayi),
dan evaporasi (menjaga tubuh bayi agar tetap kering).
c. Airway
- Membuka jalan nafas dengan memposisikan bayi sedikit
hiperekstensi dengan tujuan meningkatkan aliran oksigen sehingga
metabolisme yang terjadi adalah metabolisme aerob yang
menghasilkan energi dan panas, sehingga bayi merasa nyaman, dan
bukan menghasilkan asam laktat yang dapat mengiritasi serabut saraf
perifer dan menimbulkan nyeri.
- Perawat harus mampu mengidentifikasi tanda distress pernafasan
yang terjadi pada bayi (ringan, sedang, dan berat).
- Monitoring saturasi oksigen dilakukan pada dua lokasi (pre dan post
duktal) untuk mengidentifikasi adanya shunt dari kanan ke kiri pada
duktus arteriosus
d. Blood pressure
- Memantau tekanan darah klien untuk mengidentifikasi adanya
kondisi syok (hipovolemik, kardiogenik, atau septik). Tekanan darah
yang stabil menunjukkan fungsi jantung yang baik, sehingga
dipastikan perfusi dan oksigenasi ke jaringan adekuat, tanda distress
nafas dan kegagalan sirkulasi bisa diminimalisir.
e. Label work
Bayi yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi memiliki kerentanan
terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan pemantauan hasil
laboratorium CBC (Complete Blood Count), CRP, AGD (Analisa Gas
Darah).
f. Emotional support
- Memberikan penjelasan yang akurat tentang kondisi klien kepada
keluarga (inform consent)
- Menjadi pendengar yang aktif ketika keluarga mencurahkan
perasaan dan emosinya.
- Memberikan jaminan prosedur yang diberikan sesuai dengan budaya
yang dianut klien.
- Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan spiritual keluarga.
Perawat bereaksi untuk mengimplementasikan intervensi yang dapat
memperbaiki fungsi optimal neonatus resiko tinggi. Salah satu intervensi
terapeutik dalam NIC adalah environment modification dimana perawat dapat
memodifikasi lingkungan baik secara internal dan eksternal untuk
kenyamanan klien. Kenyamanan juga menjadi salah satu priority outcome
yang dinilai berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) (Moorhead,
2008) dan juga menentukan intervensi terapeutik mandiri perawat berdasarkan
NIC (Nursing Intervention Classification) (Dochterman & Bulechech, 2008).
Setiap tindakan keperawatan, teori kenyamanan ini selalu bersifat holistik
(bio, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Dengan demikian proses
kesembuhan klien akan lebih cepat sehingga dapat menurunkan biaya
perawatan dan lamanya hari perawatan, meningkatnya keamanan klien selama
dirawat, meningkatnya stabilitas ekonomi, dan banyak kepentingan publik
lainnya yang bisa terfasilitasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Aspek Positif


Teori kenyamanan Kolcaba bisa diterapkan pada program pendidikan
keperawatan, praktik keperawatan, dan penelitan. Pada program pendidikan
keperawatan, mahasiswa bisa belajar bagaimana penerapan comfort care plan
melalui pembelajaran sistem online yaitu website Kolcaba. Teori Kenyamanan
Kolcaba bisa dikenalkan pada mahasiswa melalui intervensi kenyamanan pada
NANDA, NOC, dan NIC dan 3 bentuk teori comfort yaitu relief, ease,
transcendence (Tomey & Alligood, 2010). Sebagai tambahan penerapan pada
area pendidikan Goodwin, Sener, dan Steiner (2007) menambahkan aplikasi
Kolcaba merupakan konsep yang holistik untuk dijadikan teaching guideline.
Pengajar bisa menurunkan ketidaknyamana mahasiswa. Untuk menurunkan
ketidaknyamanan fisik, pengajar mendukung mahasiswa untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan istirahat. Dari aspek psycho-sosial, guru memberikan
inspirasi dan reinforcement positif pada mahasiswa untuk menurunkan
kecemasan. Untuk menurunkan ketidaknyamanan sosio-kultural, guru
menunjukkan penghargaan kepada mahasiswa dengan berbagai perbedaan
budaya dan adat istiadat. Pada fase transcendence mahasiswa memiliki
motivasi, partisipasi, dan kepuasaan sepanjang proses pembelajaran yang
ditempuh.

Penerapan teori Kolcaba dapat digunakan secara luas diberbagai tatanan


pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh Teori Kolcaba bisa
diterapkan pada setting perianastesia (Kolcaba & Wilson, 2004), perioperatif
nursing (Wilson & Kolkaba, 2004), critical care (Kolcaba & Fisher, 1996),
emergency room (Hawley, 2000), dan setting onkologi, terapi radiasi, dan
praktik perawatan palliative (end-of-life nursing practice). Teori kenyamanan
bisa digunakan sebagai acuan kerangka dalam penelitian sehingga
memudahkan perawat untuk lebih terlibat dalam penguasaan teori yang
berdasarkan riset dan praktik.

Instrumen pengkajian pada teori Kolcaba telah disusun untuk mengukur


tingkat kenyamanan klien dan keluarga, memvalidasi sehingga dapat
membantu perawat untuk menyusun intervensi kenyamanan (Tomey &
Alligood, 2010). Kelebihan dari teori comfort ini bahwa outcome pasien bisa
diukur. Kuisoner instrument ini juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa yaitu Spanish, Portugis, Italian, Turki, dan Farsi (Kolcaba, 2010).
Teori kenyamanan Kolcaba bisa juga diterapkan dalam asuhan keperawatan
anak karena bersifat sederhana dan tidak terhalang oleh budaya. Hal ini
menyebabkan teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan
klien masing-masing (March & McCormack, 2009).

Sesuai dengan falsafah keperawatan secara umum yaitu memandang klien


secara holistik bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, teori Kolcaba cocok
diterapkan dalam setting keperawatan anak karena kenyamanan tidak hanya
berfokus pada anak sesuai konsep atraumatic care tetapi juga berpusat pada
keluarga (family centered care). Teori Kolcaba sangat relevan diterapkan di
ruang perinatologi karena neonatus resiko tinggi yang dirawat disana
membutuhkan kenyamanan dari seluruh aspek bukan hanya lingkungan fisik
dalam ruangan tetapi juga aspek emosional dan spiritual dari keluarga turut
berkontribusi dalam perawatan bayi dengan resiko tinggi. Lingkungan yang
nyaman akan membantu bayi tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan konsep developmental care.

Pilihan intervensi keperawatan dapat berdasarkan nursing intervention


classification (NIC) atau panduan intervensi keperawatan lainnya yang sudah
teruji secara evidenced based. Penilaian dari implementasi keperawatan dapat
diperoleh melalui pertanyaan langsung yang diajukan ke pasien atau
menggunakan kuesioner evaluasi, observasi. Beberapa contoh instrumen
evaluasi dari tindakan berdasarkan uji empiris oleh Kolcaba antara lain
(Peterson & Bredow, 2008) :
a. Ceklist perilaku nyaman di area pediatrik
b. General comfort questionnaire (GCQ)
c. Radiation therapy comfort questionnaire (RTCQ)
d. Visual analog scales (VAS)
e. Urinary incontinence and frequency comfort questionnaire (UIFCQ)
f. Hospice comfort questionnaire (HCQ) for family and patient

4.2 Aspek Negatif


Beberapa kelemahan dari penerapan teori comfort adalah bahwa teori ini
melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual,
lingkungan, dan sosial kultural. Akan tetapi, untuk menilai semua aspek
tersebut dibutuhkan kerjasama secara multidisplin profesi sehingga
membutuhkan komitmen tinggi dari berbagai profesi dan ketrampilan
kemampuan perawat. Hal ini menyebabkan masing-masing profesi hanya
memberikan intervensi sesuai kompetensinya sehingga pelayanan cenderung
terfragmantasi dan tidak komprehensif, dan malah sering terjadi tumpah
tindih.

Teori kenyamanan Kolcaba bisa digunakan sebagai guideline untuk


meningkatkan kenyamanan baik dari segi perawat maupun pasien dan
lingkungan praktik keperawatan (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006). Namun,
kenyataannya intervensi kenyamanan untuk kecukupan staff sulit untuk
diterapkan. Institusi pelayanan mungkin memiliki keinginan untuk
menciptakan lingkungan yang nyaman sesuai teori Comfort. Akan tetapi,
rumah sakit memiliki target perhitungan budget untuk operasional organisasi.
Sehingga kenyamanan yang diciptakan diperoleh dari modifikasi dari fasilitas
yang sudah ada.

Kenyamanan dan ketidaknyamanan lebih banyak diperoleh dari data subjektif


(autoanamnesis), yang mengutamakan kemampuan komunikasi, sedangkan
pada bayi sulit memperoleh data tersebut karena keterbatasan dalam
mengungkapkan ekspresi ketidaknyamanan secara verbal, sehingga data lebih
banyak didapatkan dari orang lain (aloanamnesis), yaitu perawat yang
bertugas di ruangan. Data dari keluarga juga hanya sedikit yang dibutuhkan,
karena di ruang neonatus risiko tinggi terdapat aturan pembatasan kunjungan
dan orang tua atau keluarga tidak berada 24 jam di sisi klien.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kenyamanan adalah tujuan sentral dari keperawatan karena melalui rasa
nyaman tahap recovery klien akan tercapai. Teori Kolcaba menjelaskan
tentang seorang individu dapat merasakan kondisi nyaman dan tidak nyaman,
yang dipengaruhi oleh aspek yang bersifat holistik, meliputi fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Ketidaknyamanan yang
dirasakan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, Oleh karena itu,
perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu memahami dan
mengaplikasikan model konseptual teori kenyamanan untuk meningkatkan
status kesehatan klien. Dalam konteks perawatan neonatus dengan resiko
tinggi diperlukan stabilitas dan kenyamanan dari seluruh aspek guna
menunjang asuhan perkembangan bayi secara optimal.

5.2 Saran
a. Dalam praktik keperawatan hendaknya level kenyaman klien terus
dievaluasi sehingga kesembuhan klien lebih cepat tercapai.
b. Bagi perawat anak hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan anak
menggunakan evidence based practice terbaru yang menunjang pelayanan
atraumatic care dan family center care.
c. Dalam clinical neonates setting, perawat hendaknya lebih peka terhadap
situasi dan kondisi klien sehingga mampu menerapkan teori mana yang
cocok yang menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan holistik.
DAFTAR REFERENSI
American Academy of Pediatric (AAP) Committee on Fetus and Newborn.
(2004a). Policy statement : Organizational principle to guide and define
the child health care system and/or improve the health of all children.
Pediatrics, 114(5), 1341-1347.
American Nurses Association (ANA). (2000). Scope and standars for pediatric
nursing. Washington DC: Author.
Ball, J., Blinder, R., & Cowen, K. (2012). Principles of pediatric nursing: Caring
th
for children (5 ed.). New Jersey: Pearson Education Inc.
Dochterman, J.M & Bulecheck G.M, (2008). Nursing Interventions Classification
(NIC) Fifth Edition. St. Louis: Mosby Elsevier

Goodwin, M., Sener, L., & Steiner, S. (2007). A novel theory for nursing
education: Holistic comfort. Journal of Holistic Nursing, 25(4), 278-
285.doi:10.1177/0898010107306199
th
Hockenberry & Wilson. (2009). Wong’s nursing care of infants and children (8
ed.). St. Louis: Mosby, Inc.
Horrison, T.M. (2010). Family centered pediatric nursing care: State of the
science. Journal of Pediatric Nursing, 25(5), 335-
343.doi:10.1016/j.pedn.2009.01.006
th
Karlsen, K.A. (2006). The stable program (5 ed.). Retrieved from
http://www.stableprogram.org/docs/stable_learner_manual_preview.pdf.
Kemenkes RI. (2008). Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah
Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas B. Retrieved from: www.
Hukor.depkes.go.id /up_prod_kepmenkes/KMK.no.604.pdf. 2008.
Kolcaba, K. (2010). Kolcaba comfort instrument. Retrieved from
http://www.thecomfortline.com/webinstruments.html.

Kolcaba, K., & DiMarco, M., A. (2005). Comfort theory and its application to
pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3), 187-194. Retrieved from
http://www.medscape.com/viewarticle/507387.
Kolcaba, K., Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of
Advance Nursing, 19, 1178-1184. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdf/1994.

Kolcaba, K.Y., & Fisher, E.M. (1996). A holistic perspective on comfort care as
an advance directive. Critical Care Nursing, 18, 66-76.

Kolcaba & Wilson, L. (2004). Practical application of comfort theory in the


perianesthesia setting. Journal of PeriAnasthesia Nursing, 19 (3), 164-173.
Retrieved from: http://thecomfortline.com/files/pdfs/2004.

Kolcaba, K. (2005). Comfort Theory and Its Application to Pediatric Nursing.


Retrieved from: http://medscape.com/viewarticle/507387_2

Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying
framework to enhance the practice environment. The Journal of Nursing
Administration, 36(11), 538-544. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.

March, A. & McCormack, D. (2009). Nursing theory-directed healthcare


modifying kolcaba’s comfort theory as an institution-wide approach.
Holistic Nursing Practice.

Peterson, S.J. & Bredow, T.S. (2008). Middle range theories : Application to
nd
nursing research. (2 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Potter & Perry, (2009). Fundamentals of nursing, (7th ed.). Missouri : Mosby
Elsevier, Inc.

Stephens, B., Barkey, M., & Hall, H. (1999). Techniques to comfort children
during stressful procedures. Advances in Mind-Body medicine, 15, 49-50.
Surami, A.(2003). Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta: EGC.
th
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work (7 ed).
St. Louis: Mosby Elsevier.

VandenBos, G.R (Ed.). (2007). APA dictionary of psychology. Washington, DC:


American Psychological Association.

Wilson, L., & Kolcaba, K. (2004). Practical application of comfort theory in the
perianasthesia setting. Journal of Perianastesia Nursing, 19(3), 164-173.

Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., Schwartz,


th
P. (2009). Wong’ essentials of pediatric nursing (7 ed.). St. Louis:
Mosby, Inc.

Anda mungkin juga menyukai