OLEH:
Ns. Kadek Cahya Utami, S.Kep., M.Kep.
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
1 Universitas Udayana
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga karya tulis dengan judul
“Integrasi Teori/Model Kenyamanan (Kolcaba) pada Ruang Perawatan Risiko
Tinggi”, dapat diselesaikan dengan baik.
Karya tulis ini saya buat dengan tujuan untuk memberikan gambaran aplikasi
teori/model keperawatan saat mahasiswa atau perawat melaksanakan asuhan
keperawatan di Ruang Perawatan Risiko Tinggi, seperti NICU. Hal ini sangat
bermanfaat agar asuhan yang diberikan lebih efektif, efisien, dan dilandasi oleh
dasar keilmuan yang kuat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan karya tulis ini,
namun saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
ditemukan. oleh karena itu, saya mohon adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna melengkapi karya tulis ini.
Penulis
Universitas Udayana
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... I
KATA PENGANTAR .................................................................................................... II
DAFTAR ISI..................................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN............................................................................................................... 3
1.2.1 ............................................................................................... Tu
juan Umum.................................................................................... 3
1.2.2 ............................................................................................... Tu
juan Khusus................................................................................... 3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 ASPEK POSITIF.................................................................................................. 19
4.2 ASPEK NEGATIF ............................................................................................... 21
BAB V PENUTUP
4.3 KESIMPULAN .................................................................................................... 22
4.4 SARAN ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori
kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat
diaplikasikan langsung di lapangan karena bersifat universal dan tidak
terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan
teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan klien
masing-masing (March & McCormack, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengintegrasikan teori atau
model keperawatan dengan konsep dasar keperawatan anak di ruang
neonatus resiko tinggi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menguraikan teori /model keperawatan yang sesuai dalam hal ini
teori kenyamanan (Comfort Theory) yang dikemukakan oleh
Katharine Kolcaba
b. Menguraikan konsep keperawatan anak
c. Menguraikan deskripsi ruang rawat neonatus resiko tinggi
d. Menganalisa aplikasi teori keperawatan pada ruang rawat resiko
tinggi
e. Membahas aspek positif dan negatif dari aplikasi teori / model
keperawatan comfort theory
f. Menyimpulkan aplikasi teori model keperawatan comfort theory
pada ruang rawat neonatus resiko tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori kenyamanan
terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien yang membutuhkan
penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram atau kepuasan hati
dari klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang
dirasakan pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana
seseorang individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang
terjadi.
Universitas Udayana
penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau
potensial. Definisi ini mencakup empat gambaran esensial tentang
praktik keperawatan :
a. Perhatian pada rangkaian pengalaman dan respon manusia terhadap
kesehatan dan penyakit tanpa terbatas pada orientasi berfokus-
masalah
b. Integrasi data objektif dengan pengetahuan yang didapat dari
pemahaman tentang pengalaman subjektif pasien atau kelompok
c. Penerapan pengetahuan ilmiah pada proses diagnosis dan
pengobatan
d. Penetapan hubungan caring yang memfasilitasi kesehatan dan
penyembuhan
Universitas Udayana
stress dengan cara eksplorasi perasaan dan pikiran. Konseling juga
memampukan keluarga untuk mendapatkan tingkat fungsi yang
lebih tinggi, harga diri lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat.
f. Kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan
mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan aktivitas
professional lain. Konsep asuhan holistik hanya dapat direalisasikan
melalui pendekatan interdisiplin.
g. Riset
Perawat harus berperan pada riset karena mereka adalah inidvidu
yang mengamati respons manusia terhadap kesehatan dan kesakitan.
Konsep praktik berdasarkan penelitian melibatkan analisis riset
yang diterapkan dalam praktik keperawatan.
Teori kenyamanan ini disusun sebagai teori yang berpusat pada klien dan
keluarga (family-client centered theory) yang dianggap sebagai inti dari
praktik keperawatan (ANA, 2000). Hal ini sesuai dengan filosofi keperawatan
anak yang berpusat pada keluarga, sehingga teori ini cocok digunakan pada
tatanan pelayanan keperawatan anak. Setting pelayanan ini meliputi pre dan
post area operatif, pelayanan ambulatory, pelayanan primer, pusat komunitas,
dan rumah sakit. Tipe pelayanan keperawatan anak sebagai contoh di ruang
pelayanan neonatus ini diberikan pada well baby yang akut sampai kronik.
Intervensi penerapan teori kenyamanan yang dilakukan pada bayi di ruang
neonatus resiko tinggi yaitu meminimalisir nyeri dalam prosedur invasif,
strategi yang dilakukan yaitu : memberikan posisi yang nyaman pada bayi,
memfasilitasi kebiasaan kenyaman bayi seperti thumb-sucking, pembedongan,
ayunan, mengadvokasi kehadiran keluarga (Stephen, Barkey, & Hall, 1999).
Kolcaba mengobservasi bahwa ketidaknyaman yang dirasakan oleh klien dan
keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi, tetapi melibatkan aspek
holistik yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan. Berikut
adalah contoh aplikasi teori kenyamanan dalam asuhan keperawatan pada bayi
yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi:
Pengkajian
Proses pengkajian dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien
ditinjau dari 3 fase (relief, ease, dan transcendence) serta meliputi 4 konteks
kenyamanan (fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Pengkajian
fisik sistematis menyeluruh merupakan komponen esensial dalam asuhan bayi
resiko tinggi.
a. Kebutuhan kenyamanan fisik
Ketidaknyamanan fisik pada bayi yang dirawat di ruang neonatus risiko
tinggi antara lain, nyeri akibat prosedur invasif (terkait prosedur diagnostik
dan terapi), ketidakmampuan bayi dalam mempertahankan termoregulasi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan kelemahan
otot, serta gangguan oksigenasi.
b. Kebutuhan kenyamanan psikospiritual
Pemenuhan kebutuhan psikospiritual pada bayi mungkin belum bisa
diberikan secara optimal, namun bagi keluarga, khususnya orang tua bayi,
hal ini membutuhkan intervensi khusus. Kebutuhan kenyaman dari aspek
psiko-spiritual pasien bisa dipenuhi meskipun pasien dengan tingkat
kesadaran yang menurun seperti memfasilitasi kunjungan orang tua,
sentuhan terapeutik (caring touch). Perawat perlu mengidentifikasi tahap
penerimaan orang tua terhadap kondisi bayi mereka (denial, anger,
bargaining, depression, dan acceptance). Setiap tahap memiliki
karakteristik masalah emosional dan kebutuhan tertentu yang bersifat
spesifik. Kebutuhan spiritual juga menjadi fokus dalam konteks ini,
perawat perlu mengidentifikasi adanya tanda-tanda distress spiritual yang
dialami oleh orang tua, seperti perasaan marah kepada Tuhan, menolak
untuk melaksanakan kegiatan beribadah, perasaan tidak tenang setelah
beribadah, dan membutuhkan bimbingan spiritual khusus dari pemuka
agama yang dipercaya.
Intervensi
Kolcaba & Wilson (2004) membagi intervensi untuk mencapai kenyamanan
klien menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Standard comfort intervention
Standard comfort intervention adalah intervensi standar untuk
mempertahankan hemostasis dan mengontrol nyeri pada bayi. Intervensi
standar antara lain adalah manajemen nyeri nonfarmakologis dan
farmakologis, medikasi, monitoring vital sign, modifikasi lingkungan
terkait pengaturan suhu, bau, pembatasan kunjungan, dan lain-lain.
b. Coaching (dukungan emosional, pendidikan kesehatan)
Coaching mengandung pengertian melatih pasien dan keluarga untuk
mengurangi atau menghilangkan kecemasan dengan menyediakan
informasi yang akurat tentang status kesehatan klien, tetap memberi
harapan yang sesuai dengan kondisi klien, mau mendengarkan secara aktif,
serta membantu implementasi perencanaan untuk meningkatkan
kesembuhan klien.
c. Comfort food for soul (terapi musik, kunjungan orang terdekat)
Perawat melakukan intervensi-intervensi khusus yang membuat klien dan
keluarga merasa diperhatikan dan dikuatkan secara fisik, mental,
emosional, dan spiritual, sebagai contoh mengajarkan beberapa teknik
relaksasi seperti pijatan, guided imagery, terapi musik, dan lainnya.
Implementasi
Implementasi teori Kolcaba pada bayi yang dirawat di ruang neonatus risiko
tinggi dapat terlihat jelas dalam prinsip perawatan bayi di ruang tersebut,
yaitu S-T-A-B-L-E (Karlsen, 2006).
a. Sugar and safe care
- Melakukan pemantauan kadar glukosa darah untuk memberikan
energi yang cukup bagi otak, sehingga tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada jaringan otak (pusing, nyeri, kejang, dan lain-
lain). Hipoglikemia merupakan salah satu tanda dari distress pada
bayi.
- Memberikan lingkungan yang aman, memasang side rail untuk
mencegah pasien jatuh, mengatur pencahayaan agar tidak merusak
retina, dan lain-lain. Perawatan yang aman juga terkait dengan
penggunaan vena umbilikalis dan kateter arteri untuk terapi.
b. Temperature
- Memodifikasi lingkungan untuk mencegah bayi kehilangan panas
yang berlebih dari konduksi (menghangatkan alas dan selimut yang
dipakai), konveksi (tidak meletakkan box bayi di dekat jendela atau
di bawah AC), radiasi (memasang topi untuk menutupi kepala bayi),
dan evaporasi (menjaga tubuh bayi agar tetap kering).
c. Airway
- Membuka jalan nafas dengan memposisikan bayi sedikit
hiperekstensi dengan tujuan meningkatkan aliran oksigen sehingga
metabolisme yang terjadi adalah metabolisme aerob yang
menghasilkan energi dan panas, sehingga bayi merasa nyaman, dan
bukan menghasilkan asam laktat yang dapat mengiritasi serabut saraf
perifer dan menimbulkan nyeri.
- Perawat harus mampu mengidentifikasi tanda distress pernafasan
yang terjadi pada bayi (ringan, sedang, dan berat).
- Monitoring saturasi oksigen dilakukan pada dua lokasi (pre dan post
duktal) untuk mengidentifikasi adanya shunt dari kanan ke kiri pada
duktus arteriosus
d. Blood pressure
- Memantau tekanan darah klien untuk mengidentifikasi adanya
kondisi syok (hipovolemik, kardiogenik, atau septik). Tekanan darah
yang stabil menunjukkan fungsi jantung yang baik, sehingga
dipastikan perfusi dan oksigenasi ke jaringan adekuat, tanda distress
nafas dan kegagalan sirkulasi bisa diminimalisir.
e. Label work
Bayi yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi memiliki kerentanan
terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan pemantauan hasil
laboratorium CBC (Complete Blood Count), CRP, AGD (Analisa Gas
Darah).
f. Emotional support
- Memberikan penjelasan yang akurat tentang kondisi klien kepada
keluarga (inform consent)
- Menjadi pendengar yang aktif ketika keluarga mencurahkan
perasaan dan emosinya.
- Memberikan jaminan prosedur yang diberikan sesuai dengan budaya
yang dianut klien.
- Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan spiritual keluarga.
Perawat bereaksi untuk mengimplementasikan intervensi yang dapat
memperbaiki fungsi optimal neonatus resiko tinggi. Salah satu intervensi
terapeutik dalam NIC adalah environment modification dimana perawat dapat
memodifikasi lingkungan baik secara internal dan eksternal untuk
kenyamanan klien. Kenyamanan juga menjadi salah satu priority outcome
yang dinilai berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) (Moorhead,
2008) dan juga menentukan intervensi terapeutik mandiri perawat berdasarkan
NIC (Nursing Intervention Classification) (Dochterman & Bulechech, 2008).
Setiap tindakan keperawatan, teori kenyamanan ini selalu bersifat holistik
(bio, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Dengan demikian proses
kesembuhan klien akan lebih cepat sehingga dapat menurunkan biaya
perawatan dan lamanya hari perawatan, meningkatnya keamanan klien selama
dirawat, meningkatnya stabilitas ekonomi, dan banyak kepentingan publik
lainnya yang bisa terfasilitasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kenyamanan adalah tujuan sentral dari keperawatan karena melalui rasa
nyaman tahap recovery klien akan tercapai. Teori Kolcaba menjelaskan
tentang seorang individu dapat merasakan kondisi nyaman dan tidak nyaman,
yang dipengaruhi oleh aspek yang bersifat holistik, meliputi fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Ketidaknyamanan yang
dirasakan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, Oleh karena itu,
perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu memahami dan
mengaplikasikan model konseptual teori kenyamanan untuk meningkatkan
status kesehatan klien. Dalam konteks perawatan neonatus dengan resiko
tinggi diperlukan stabilitas dan kenyamanan dari seluruh aspek guna
menunjang asuhan perkembangan bayi secara optimal.
5.2 Saran
a. Dalam praktik keperawatan hendaknya level kenyaman klien terus
dievaluasi sehingga kesembuhan klien lebih cepat tercapai.
b. Bagi perawat anak hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan anak
menggunakan evidence based practice terbaru yang menunjang pelayanan
atraumatic care dan family center care.
c. Dalam clinical neonates setting, perawat hendaknya lebih peka terhadap
situasi dan kondisi klien sehingga mampu menerapkan teori mana yang
cocok yang menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan holistik.
DAFTAR REFERENSI
American Academy of Pediatric (AAP) Committee on Fetus and Newborn.
(2004a). Policy statement : Organizational principle to guide and define
the child health care system and/or improve the health of all children.
Pediatrics, 114(5), 1341-1347.
American Nurses Association (ANA). (2000). Scope and standars for pediatric
nursing. Washington DC: Author.
Ball, J., Blinder, R., & Cowen, K. (2012). Principles of pediatric nursing: Caring
th
for children (5 ed.). New Jersey: Pearson Education Inc.
Dochterman, J.M & Bulecheck G.M, (2008). Nursing Interventions Classification
(NIC) Fifth Edition. St. Louis: Mosby Elsevier
Goodwin, M., Sener, L., & Steiner, S. (2007). A novel theory for nursing
education: Holistic comfort. Journal of Holistic Nursing, 25(4), 278-
285.doi:10.1177/0898010107306199
th
Hockenberry & Wilson. (2009). Wong’s nursing care of infants and children (8
ed.). St. Louis: Mosby, Inc.
Horrison, T.M. (2010). Family centered pediatric nursing care: State of the
science. Journal of Pediatric Nursing, 25(5), 335-
343.doi:10.1016/j.pedn.2009.01.006
th
Karlsen, K.A. (2006). The stable program (5 ed.). Retrieved from
http://www.stableprogram.org/docs/stable_learner_manual_preview.pdf.
Kemenkes RI. (2008). Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah
Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas B. Retrieved from: www.
Hukor.depkes.go.id /up_prod_kepmenkes/KMK.no.604.pdf. 2008.
Kolcaba, K. (2010). Kolcaba comfort instrument. Retrieved from
http://www.thecomfortline.com/webinstruments.html.
Kolcaba, K., & DiMarco, M., A. (2005). Comfort theory and its application to
pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3), 187-194. Retrieved from
http://www.medscape.com/viewarticle/507387.
Kolcaba, K., Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of
Advance Nursing, 19, 1178-1184. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdf/1994.
Kolcaba, K.Y., & Fisher, E.M. (1996). A holistic perspective on comfort care as
an advance directive. Critical Care Nursing, 18, 66-76.
Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying
framework to enhance the practice environment. The Journal of Nursing
Administration, 36(11), 538-544. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.
Peterson, S.J. & Bredow, T.S. (2008). Middle range theories : Application to
nd
nursing research. (2 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter & Perry, (2009). Fundamentals of nursing, (7th ed.). Missouri : Mosby
Elsevier, Inc.
Stephens, B., Barkey, M., & Hall, H. (1999). Techniques to comfort children
during stressful procedures. Advances in Mind-Body medicine, 15, 49-50.
Surami, A.(2003). Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta: EGC.
th
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work (7 ed).
St. Louis: Mosby Elsevier.
Wilson, L., & Kolcaba, K. (2004). Practical application of comfort theory in the
perianasthesia setting. Journal of Perianastesia Nursing, 19(3), 164-173.