Anda di halaman 1dari 35

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI TEORI KENYAMANAN (THEORY OF COMFORT)


DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

MAKALAH
Disusun sebagai tugas Mata Ajar Sains Keperawatan
Dosen Pengampu Dr. Nani Nurhaeni, SKp.,MN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Anki Tias Yolanda 1506778760
Devia Putri Lenggogeni 1506706982
Hasby 1506707120
Kuntarti 1506710102
Marlon Sijabat 1506778981
Muhlisoh 1506779025

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas hidayahNya maka
kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Rancangan Aplikasi Teori
Kenyamanan dalam Praktik Keperawatan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata ajar Sains Keperawatan Program Magister Keperawatan peminatan
Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini membahas mengenai Teori Kenyamanan dalam praktik
keperawatan yaitu penerapan teori kenyamanan dalam proses pemberian asuhan
keperawatan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada :
1. Dr. Nani Nurhaeni SKp., MN selaku dosen pengampu mata kuliah Sains
Keperawatan
2. Dr. Enie Novieastari, SKp., MSN selaku koordinator mata kuliah Sains
Keperawatan.
3. Teman-teman Magister Keperawatan Spesialis Keperawatan Medikal Bedah tahun
ajaran 2015/2016.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penyusun mengharapkan
saran konstruktif untuk memperbaiki makalah ini. Penyusun berharap makalah ini
dapat memberikan wawasan ilmu dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi kelompok penyusun pada khususnya.

Depok, November 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2.Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4


2.1 Biografi Katharine Kolcaba...................................................... 4
2.2 Fenomena Theory Of Comfort.................................................. 5
2.3 Konsep Utama Theory of Comfort............................................ 8
2.4 Asumsi Teori terhadap Konsep Sentral Keperwatan................. 10
2.5 Jurnal Pendukung...................................................................... 14

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 16


3.1 Kasus......................................................................................... 16
3.2 Pengkajian................................................................................. 16
3.3 Diagnosa................................................................................... 18
3.4 Perencanaan.............................................................................. 21
3.5 Implementasi............................................................................. 26
3.6 Evaluasi..................................................................................... 29

BAB IV PENUTUP...................................................................................... 30
4.1 Kesimpulan............................................................................... 30
4.2 Saran......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Falsafah, model, dan teori keperawatan yang dikembangkan oleh para
pendahulu dan pakar keperawatan merupakan kekayaan intelektual di bidang
keperawatan. Kekayaan intelektual ini seyogyanya tidak hanya memperkaya
khasanah keilmuan keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu, namun juga perlu
dibuktikan dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan sebagai suatu profesi.
Profesi keperawatan yang memiliki body of knowledge yang khas sebagai
suatu disiplin ilmu, terus mengalami perkembangan. Alligood (2014)
menyebutkan pada awalnya keperawatan sebagai ilmu lebih dikembangkan untuk
praktik dan pengajaran praktik pada mahasiswa keperawatan, namun mulai awal
abad 20 mulai terjadi pergeseran fokus pengembangan yaitu ke arah
pengembangan profesionalisme praktik keperawatan. Pada awal abad 20,
keperawatan mulai memasuki era penggunaan teori dalam praktik keperawatan.
Perawat mulai diarahkan menggunakan falsafah, model, dan teori keperawatan
untuk praktik keperawatan berbasis teori (theory-based nursing practice).
Praktik keperawatan berbasis teori terus dikembangkan dengan
berkembangnya pendidikan magister keperawatan. Seorang magister keperawatan
diarahkan untuk mampu mengaplikasikan dan menggunakan teori-teori
keperawatan dalam praktik keperawatan. Seorang magister keperawatan tidak
sekedar tahu tentang teori keperawatan yang ada, namun juga dapat menggunakan
teori tersebut dalam praktik keperawatan.
Untuk mampu menggunakan teori tersebut, seorang magister keperawatan
harus memahami teori-teori keperawatan yang ada dengan menganalisis teori
tersebut. Teori yang akan digunakan perlu dikaji dan dianalisis terkait fenomena
yang mendasari terbentuknya teori tersebut, konsep-konsep utama yang
dikemukakan dalam teori, serta pandangan teori tersebut dalam memandang

1
empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia, lingkungan,
sehat, dan keperawatan.
Analisis berbagai teori keperawatan untuk digunakan dalam praktik
keperawatan perlu didasari dengan pemahaman terhadap perbedaan jenis-jenis
teori keperawatan berdasarkan level abstraksinya dalam holarki pengetahuan
keperawatan. Fawcett (2006) dan Alligood (2014) telah menguraikan perbedaan
dari jenis-jenis teori tersebut. Perbedaan level abstraksi dari jenis-jenis teori
tersebut, akan berpengaruh terhadap uraian aplikasi teori tersebut dalam praktik
keperawatan menggunakan proses keperawatan.
Teori Kenyamanan yang dikemukan oleh Katharine Kolcaba jika
dikelompokkan dalam struktur pengetahuan keperawatan termasuk salah satu
middle-range theory. Teori ini menjelaskan tentang kenyamanan ditinjau dari
aspek fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial. Adapun jenis kenyamanan
dibedakan menjadi relief, ease, dan transcendence. Bagaimana aplikasi teori ini
dalam praktik keperawatan menggunakan proses keperawatan akan diuraikan
dalam makalah ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan menggambarkan aplikasi Teori Kenyamanan
Katharine Kolcaba dalam praktik keperawatan menggunakan proses
keperawatan.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Menggambarkan biografi Katharine Kolcaba.
2. Menggambarkan fenomena yang mendorong penyusunan teori
kenyamanan.
3. Menjelaskan konsep-konsep utama yang membentuk teori kenyamanan
dan definisinya.

2
4. Menjelaskan asumsi Kolcaba terhadap konsep-konsep sentral disiplin
ilmu keperawatan dan penegasan dari teori kenyamanan tersebut.
5. Menguraikan aplikasi teori kenyamanan dalam proses keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Biografi Katharine Kolcaba


Katharine Kolcaba dilahirkan dan dididik di Cleveland, Ohio. Pada 1965,
beliau memperoleh diploma dalam keperawatan dan praktik paruh waktu selama
beberapa tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan jangka lama, dan
perawatan di rumah sebelum kembali kuliah. Pada 1987, beliau lulus RN terlebih
dahulu untuk melanjutkan ke kelas MSN di Case Western Reserve University
(CWRU) Frances Payne Bolton School of Nursing, dengan spesialisasi dalam
gerontologi. Ketika kuliah, beliau juga bekerja sebagai kepala perawat di unit
demensia. Sejak saat itu dalam konteks praktik tersebut beliau mulai berteori
tentang kriteria hasil kenyamanan pasien.
Kolcaba bergabung dengan fakultas di University of Akron College of
Nursing setelah lulus dengan gelar master beliau dalam keperawatan. Beliau
mendapat dan mempertahankan sertifikasi American Nurses Associaton (ANA)
dalam gerontologi. Beliau kembali ke CWRU untuk melanjutkan gelar doktornya
dalam keperawatan berbasis paruh waktu sambil tetap mengajar. Setelah 10 tahun
kemudian, beliau menggunakan kuliah kerja dalam program doktoral beliau untuk
mengembangkan dan menegaskan teori beliau. Kolcaba mempublikasikan sebuah
analisis konsep kenyamanan dengan filsuf suami beliau (Kolcaba & Kolcaba,
1991), membuat diagram aspek-aspek kenyamanan (Kolcaba, 1991),
mengoperasionalkan kenyamanan sebagai kriteria hasil perawatan (Kolcaba,
1992a), mengkontekstualisasikan kenyamanan dalam middle-range theory
(Kolcaba, 1994), dan menguji teori dalam sebuah studi intervensi (Kolcaba &
Fox, 1999).
Saat ini, Dr. Kolcaba adalah seorang emeritus asosiet profesor
keperawatan di University of Akron College of Nursing, tempat beliau
mengajarkan teory kepada mahasiswa MSN. Beliau juga mengajarkan teori
kepada mahasiswa DNP di Ursuline College di Mayfield Heights, Ohio.

4
Ketertarikan beliau memasukkan intervensi untuk dan dokumentasi perubahan
dalam kenyamanan bagi praktik berbasis fakta. Beliau bertempat tinggal di
wilayah Cleveland dengan suami beliau, tempat bagi beliau menikmati kedekatan
dengan cucu beliau dan ibu beliau. Beliau mewakili perusahaan beliau, yang
dikenal dengan The Comfort Line, untuk membantu agen-agen pelayanan
kesehatan mengimplementasikan teori kenyamanan pada basis institusi. Beliau
merupakan penemu dan koordinator program perawat jemaah gereja lokal dan
anggota ANA. Kolcaba melanjutkan bekerja dengan mahasiswa dengan
memimpin penelitian tentang kenyamanan.

2.2 Fenomena Theory Of Comfort


Kolcaba memulai pembuatan kerja teoritik beliau yang mendiagramkan
awal praktik keperawatan beliau dalam pendidikan doktoral beliau. Ketika
Kolcaba mempresentasikan kerangka kerja beliau untuk perawatan demensia
(Kolcaba, 1992b), ada seseorang yang bertanya, “Sudahkah Anda menyelesaikan
sebuah analisis konsep kenyamanan?” Kolcaba menjawab bahwa beliau belum
menyelesaikannya tetapi hal tersebut akan menjadi langkah beliau berikutnya.
Pertanyaan ini memulai investigasi panjang beliau terhadap konsep kenyamanan.
Langkah pertama, analisis konsep yang dijanjikan, memulai dengan
sebuah review ekstensif terhadap literatur tentang kenyamanan dari disiplin
keperawatan, medis, psikologi, psikiatri, ergonomi, dan bahasa Inggris. Dari
Oxford English Dictionary (OED) atau kamus bahasa Inggris Oxford, Kolcaba
mempelajari bahwa definisi asli kenyamanan adalah “memperkuat dengan
sangat”. Definisi ini menyediakan rasional yang sangat baik bagi perawat untuk
membuat nyaman pasien sejak pasien akan melakukan hal yang lebih baik dan
perawat akan merasa lebih memuaskan.
Catatan historis tentang kenyamanan dalam keperawatan sangat banyak.
Nightingale (1859) mendesak, “Kenyamanan jangan pernah terlewati dalam hal
observasi. Hal ini bukan demi menumpuk informasi yang bermacam-macam atau

5
fakta yang aneh, tetapi demi penyelamatan hidup dan peningkatan kesehatan dan
kenyamanan”.
Dari tahun 1900 sampai 1929, kenyamanan merupakan tujuan pusat dalam
keperawatan dan medis karena melalui kenyamanan, pemulihan tercapai (McIlven
& Morse, 1995). Perawat wajib membatasi untuk merawat faktor rinci yang
mempengaruhi kenyamanan pasien. Aikens (1908) mengusulkan bahwa tidak ada
segala sesuatu tentang kenyamanan pasien yang cukup kecil sehingga dapat
diabaikan. Kenyamanan pasien adalah perhatian perawat yang pertama dan
terakhir. Perawat yang baik membuat pasien merasa nyaman, dan menentukan
syarat utama kenyamanan merupakan faktor kemampuan dan karakter perawat
(Aikens, 1908).
Harmer (1926) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan menyangkut
dengan penyediaan sebuah “atmosfer kenyamanan umum”, dan bahwa perawatan
pribadi pasien termasuk perhatian terhadap “kebahagiaan, kenyamanan,
kesenangan, fisik dan mental” ditambah terhadap “istirahat dan tidur, nutrisi,
kebersihan, dan eliminasi”. Goodnow (1935) menyediakan sebuah bab dalam
buku beliau, The Technique of Nursing, kepada kenyamanan pasien. Beliau
menulis, “Perawat selalu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk membuat
pasiennya nyaman. Kenyamanan dalam fisik dan mental, dan tanggung jawab
perawat tidak berhenti dengan perawatan fisik. Dalam buku teks tahun 1904,
1914, dan 1919, kenyamanan emosi disebut kenyamanan mental dan dicapai
paling sering dengan menyediakan kenyamanan fisik dan memodifikasi
lingkungan bagi pasien (McIlveen & Morse, 1995).
Dalam contoh berikut, kenyamanan adalah hal positif dan dicapai dengan
bantuan perawat, dan dalam beberapa kasus, mengindikasikan peningkatan dari
keadaan atau kondisi sebelumnya. Berdasarkan intuisi, kenyamanan berhubungan
dengan aktivitas pengasuhan. Berdasarkan asal katanya, Kalcaba menjelaskan
ciri-ciri penguatan kenyamanan, dan dari ergonomi, kenyamanan berhubungan
langsung dengan performa kerja. Meskipun demikian, sering kali maknanya
implisit, tersembunyi dalam konteks, dan ambigu. Konsep secara arti kata

6
berubah-ubah dapat sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan,
proses, dan hasil.
Kolcaba menggunakan ide dari tiga teoris keperawatan awal untuk
mensintesis atau mengambil tipe-tipe kenyamanan dalam analisis konsep
(Kolcaba & Kolcaba, 1991).
 Relief disintesis dari kerja Orlando (1961), yang menyatakan bahwa perawat
membebaskan kebutuhan-kebutuhan yang diekspresikan oleh pasien.
 Ease disintesis dari kerja Henderson (1966), yang menjabarkan 13 fungsi
dasar manusia yang dipertahankan selama perawatan.
 Transcendence diperoleh dari Paterson dan Zderad (1975), yang mengusulkan
bahwa pasien naik di atas kesulitannya dengan bantuan perawat.

Empat konteks kenyamanan, dialami oleh mereka yang mendapatkan


perawatan, berasal dari review literatur keperawatan (Kolcaba, 2003). Konteks-
konteks tersebut yaitu fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Empat
konteks tersebut dijajarkan dengan tiga tipe kenyamanan, membuat sebuah
struktur (matriks) dengan mempertimbangkan kompleksitas kenyaman sebagai
hasil.
Struktur taksonomi menyediakan peta domain konten kenyamanan. Hal
ini membuat peneliti dapat mendesain instrumen di masa depan seperti kuesioner
yang dikembangkan dari taksonomi untuk instrumen end-of-life (Kolcaba, Dowd,
Steiner, & Mitzel, 2004). Kolcaba memasukkan langkah-langkah pada website
beliau untuk adaptasi General Kenyamanan Questionnaire bagi peneliti di masa
depan.

7
Gambar 1
Struktur Taksonomi Kenyamanan (Kolcaba, K., & Fisher, E. (1996). A holistic perspective on comfort
care as an advance directive. Critical Care Nursing Quarterly, 18 (4), 66-76)

2.3 Konsep Utama dan Definisi Theory of Comfort Kolcaba


Teori Kolcaba menjelaskan bahwa yang menerima kenyamananyaitu
penerima (resipien), pasien, murid, tahanan, pekerja, orang dewasa, komunitas,
dan institusi.
a. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan pelayanan kesehatan adalah kebutuhan kenyamanan yang
muncul karena situasi pelayanan kesehatan yang penuh dengan tekanan,
dimana kebutuhan kenyamanan tersebut tidak bisa didapatkan melalui sistem
pendukung tradisional penerima.
Kebutuhan kenyamanan dapat berupa kebutuhan fisik, psikospiritual,
sosiokultural, atau lingkungan. Kebutuhan tersebut dapat diketahui melalui
monitoring, laporan verbal dan non verbal, parameter patofisiologi,
pendidikan dan dukungan, konseling finansial dan intervensi.

8
b. Intervensi Kenyamanan
Intervensi kenyamanan merupakan tindakan keperawatan dan
penyerahan yang diciptakan untuk mencapai kebutuhan kenyamanan spesifik
dari penerima, yang terdiri dari intervensi fisiologis, sosial, kultural, finansial,
fisiologis, spiritual, lingkungan, dan fisik.
c. Variabel yang mempengaruhi
Variabel yang mempengaruhi adalah kekuatan yang saling berinteraksi
yang dapat mempengaruhi persepsi penerima terhadap keseluruhan
kenyamanan. Variabel tersebut terdiri atas pengalaman masa lalu, usia, sikap,
kondisi emosi, sistem pendukung, prognosis, keuangan, pendidikan, latar
belakang budaya, dan keseluruhan elemen dalam pengalaman penerima.
Masing-masing variabel tersebut berpengaruh terhadap perencanaan dan
kesuksesan intervensi pelayanan pasien.
d. Kenyamanan
Kenyamanan adalah keadaan yang dialami penerima terhadap
intervensi kenyamanan. Kenyamanan dirasakan dengan segera, pengalaman
holistik dikuatkan ketika kebutuhan seseorang ditujukan untuk tiga jenis
kenyamanan (relief (pembebasan), ease (ketentraman), dan transcendence
(kelebihan).
e. Perilaku pemenuhan kesehatan
Perilaku pemenuhan kesehatan menyusun ketagori outcome yang luas
terkait dengan pencarian kesehatan yang dimaknai penerima dalam konsultasi
dengan perawat. Kategori ini dibuat oleh Schlotfeldt (1975) dan diusulkan
menjadi internal, eksternal, atau meninggal dengan tenang.
f. Integritas Institusi
Integritas institusi yaitu perusahaan, komunitas, sekolah, rumah sakit,
darerah, negara yang memiliki kualitas. Ketika institusi menunjukkan
integritas ini maka mereka akan memiliki bukti dalam praktik terbaik dan
kebijakan terbaik.

9
g. Praktik terbaik
Perilaku terbaik yaitu penggunaan intervensi pelayanan kesehatan
berdasarkan bukti untuk menghasilkan kemungkinan outcome terbaik bagi
pasien dan keluarga (lembaga)
h. Kebijakan terbaik
Kebijakan terbaik yaitu kebijakan institusi atau daerah berkisar dari
protokol untuk prosedur dan kondisi medis untuk mengakses dan memberikan
pelayanan kesehatan.

Gambar 2
Kerangka konseptual Theory of Comfort

2.4 Asumsi Kolcaba Terhadap Konsep Sentral dalam Keperawatan (Paradigma


Keperawatan)
Kolcaba mengasumsikan teori kenyamananpada konsep-konsep sentral
disipilin ilmu keperawatan sebagi berikut:
a. Keperawatan

10
Keperawatan adalah pengkajian, bentuk intervensi yang diarahkan
pada kebutuhan kenyamanan dan penilaian ulang dari tingkat kenyamanan
setelah implementasi yang dibandingkan dengan level kenyamanan pada awal
pengkajian. Pengkajian dan pengkajian ulang dapat bersifat intuitif atau
subjektif atau mencakup keduanya, contoh: seorang perawat bertanya apakah
pasien merasa nyaman, atau bersifat objektif, seperti mengobservasi
penyembuhan luka, perubahan nilai laboratorium, atau perubahan perilaku.
Penilaian dicapai melalui pemberian skala penilaian verbal (klinis) atau
kuesioner kenyamanan (penelitian), dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Kolcaba.
b. Pasien
Penerima perawatan dapat sebagai individu, keluarga, lembaga, atau
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala aspek yang berhubungan dengan pasien,
keluarga, atau setting institusi yang dapat dimanipulasi oleh perawat, orang
terdekat, atau institusi untuk meningkatkan kenyamanan.
d. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, pemberi
pelayanan kesehatan, atau masyarakat seperti yang didefinisikan oleh pasien
atau kelompok.

Beberapa asumsi dari Kolcaba


a. Manusia mempunyai respon yang holistik terhadap stimulus yang kompleks
b. Kenyamanan adalah hasil yang diinginkan yang erta hubungannya dengan
disiplin keperawatan
c. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang semua orang berusaha
untuk memenuhinya dengan usaha yang aktif
d. Meningkatkan kekuatan kenyamanan pasien berhubungan dalam perilaku
mencari kesehatan sebagai pilihan

11
e. Pasien adalah seseorang yang diberdayakan untuk secara aktif terlibat dalam
perilaku mencari kesehatan puas dengan perawatan kesehatan.
f. Integritas institusi adalah dasar nilai pada sistem yang berorientasi pada
penerima perawatan.

Penerimaan teori oleh komunitas perawat


a. Praktik
Peneliti dari mahasiswa dan perawat biasanya memilih teori comfort
sebagai panduan kerangka kerja penelitian mereka di beberapa area seperti
perawat kebidanan, hospice care, keperawatan perioperative, keperawatan
jangka panjang, topik stres pada mahasiswa, pasien dimensia, dan
keperawatan paliatif.
Ketika perawat bertanya kepada pasien atau anggota keluarga tentang
level comfort dari 0 sampai 10 sebelum dan sesudah intervensi atau pada
interval regulasi, perawat tersebut menghasilkan evidence dokumentasi yang
signifikan untuk apakah tindakan comfort sudah terlaksana. Skala verbal
adalah skala comfort yang sensitif berubah pada setiap waktu. Daftar
keefektifan intervensi comfort pada setiap pasien/anggota keluarga dapat
mudah diterima dan dikomunikasikan.
Perawat perianastesi dapat menggabungkan teori comfort dengan
panduan praktik klinik untuk memanajemen comfort pada pasien. Hal ini,
manajemen comfort ditentukan dengan 1) mengkaji kebutuhan comfort pasien
berhubungan dengan tindakan operasi, isu dan comorbidities nyeri kronik; 2)
menciptakan kontrak yang comfort terlebih dahulu dengan pasien sebelum
tindakan operasi dengan menentukan intervensi comfort, pengukuran level
comfort yang mudah dimengerti dan efesien, dan tipe analgesia pos operasi
yang disukai; 3) memfasilitasi psosisi yang nayaman, temperature tubuh, dan
faktor lainnya ynag mempengaruhi comfort selama tindakan operasi; dan 4)
melanjutkan manajemen dan penilaian comfort stelah tindakan operasi.

12
b. Edukasi
Goodwin, Sener & Steiner (2007) menjabarkan panduan untuk
pengapliakasian teori comfort pada program sarjana keperawatan. Teori ini
dibuktikan dapat dengan mudah dipelajari dan diaplikasikan pada fakultas dan
dibuktikan sebagai metode efektif untuk role model supportive learning
partnership dengan mahasiswa. Teori comfort merupkan konsep inti pada
prkatik keperawatan advance. Teori comfort cocok untuk mahasiswa di
berbagai setting klinik dan aplikasi dapat di fasilitasi oleh Comfort Care Plans
yang tersedia di wwbsite Kolcaba.
Baru-baru ini Goodwin, Sener & Steiner (2007) menggunakan teori
comfort sebagai pilosopi pengajaran pada program fast-track nursing
education untuk disiplin lainnya mahasiswa sarjana. Struktur taksonomi dan
kerangka kerja konseptual menjadi pedoman untuk menjadi comforting
faculty member. Teori membuktikan cara mahasiswa untuk mendapatkan
keringanan dari tugas pembelajaran dengan difasilitasi beberapa pertanyaan
untuk masalah klinik mahasiswa, pemeliharaan “kemudahan” kurikulum
dengan mempercayai faculty members, dan penerimaan transcendence dari
stressor dengan menggunakan tehnik self-comforting.

c. Penelitian
Encyclopedia of Nursing Research mengatakan penting untuk
mengukur comfort sebagai nursing-sensitive outcome. Perawat dapat
membuktikan evidence mempengaruhi pembuatan keputusan di level isntitusi,
komunitas, dan legislatif menyangkut pembelajaran yang mendemonstrasikan
keefektifan keperawatan comforting. Kolcaba menyebutkan pengukuran
comfort agar dapat digunakan pada rumah sakit-rumah sakit besar dan home
care perlu untuk memperluas teori dan mengembangkan literature evidence-
based comfort.

13
Menggunakan struktur taksonomi comfort sebagai panduan, Kolcaba
mengembangkan kuisioner General Comfort untuk mengukur comfort secara
holistic pada sampel rumah sakit dan masyarakat. Item positif dan negative
digeneralisasikan untuk setiap sel pada struktur taksonomi. Terdapat dua
puluh empat item pertanyaan postif dan dua puluh empat item pertanyaan
negative dengan range sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Peneliti dipersilahkan untuk menggunakan kuisioner comfort di setiap
area penelitian. Skala rating verbal dan format kuesioner dapat didonload
pada website Kolcaba.

2.5 Jurnal Pendukung


2.5.1 Comfort and Quality of Life of Cancer Patient
(Keum-Soon Kin & So-Hi Kwon, 2007, Asian Nursing Research Vol 1 No2)
Isi Jurnal:
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kenyamanan dan kualitas
hidup pada pasien kanker untuk mengidentifikasi variabel yang
berhubungan dengan tingkat kenyamanan dan kualitas hidup, dan untuk
mengidentifikasi hubungan antara tingkat kenyamanan dan kualitas hidup.
Subyek penelitian sebanyak 98 pasien yang telah melaporkan kuesioner
Hospice Comfort Questionnaire dan kuesioner kualitas hidup. Pasien
tersebut merupakan outpatient, inpatient, pasien yang dirawat di rumah, dan
unit kemoterapi harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kenyamanan pada psikospiritual dan lingkungan lebih rendah daripada
kenyamanan fisik dan sosiokultural pada pasien kanker. Sehingga perlu
adanya dukungan psikospiritual dan peningkatan suasana lingkungan
sebagai strategi untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien kanker.

14
2.5.2 Factors influencing comfort level in head and neck neoplasm patients
receiving radiotherapy
(Fang Cheng & Wei Wang, 2014, International Journal of Nursing Science Vol I)
Isi Jurnal:
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi
kenyamanan pada pasien neoplasma kepala dan leher yang menerima
radioterapi. Sebanyak 200 pasien neoplasma yang diambil dari tiga Rumah
Sakit tipe C mendapat tindakan radioterapi. Pasien diberikan kuesioner
Radiotherapy Comfort Questionnaire, skala dukungan sosial dan kuesioner
model koping. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem
dukungan sosial dan cara koping positif merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan level kenyamanan pada pasien neoplasma kepala dan
leher selama radioterapi. Perawat perlu memperhatikan selama tahapan
radioterapi atau kemoterapi pada pasien tanpa dukungan keluarga dan
dengan tingkat pendidikan yang rendah.

2.5.3 dfg

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus


Seorang perempuan (45 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam wanita
karena mengalami Ca. Mamae stadium IV metastasis ke paru. Terdapat luka
dengan diameter 8 cm tidak berbatas tegas di area mamae dekstra. Klien telah
dirawat selama 1 bulan di RS tersebut. Terdapat tanda dan gejala berupa
perubahan pada payudara kanan klien yaitu adanya benjolan yang bertambah
banyak mulai 1 tahun yang lalu. Keluhan nyeri hilang timbul sejak 10 bulan yang
lalu disertai pembesaran benjolan. Benjolan pecah sejak 6 bulan yang lalu. Sejak
saat itu, luka mengeluarkan nanah dan bau. Selama ini, klien hanya membiarkan
saja keadaan tersebut dan menutup luka dengan kain seadanya. Suami klien telah
meninggal sejak 5 tahun yang lalu. Klien tinggal seorang diri karena anak
tunggalnya tinggal di kota lain 10 bulan yang lalu. Klien sudah mengetahui dari
dokter bahwa ia mengalami kanker payudara stadium akhir. Klien mengatakan
bahwa ia telah diperiksa dengan berbagai cara dan semua itu membuatnya lelah.
Saat ini klien mengeluh nyeri terus-menerus di seluruh bagian dada, terutama saat
batuk. Nyeri kadang meningkat, kadang berkurang. Klien hanya berbaring di
tempat tidur serta tampak kurus dan lemah.

3.2 Pengkajian
a. Pengkajian menggunakan instrumen Hospice Comfort Questionnaire (HCQ)
yang dikembangkan oleh Kolcaba.
No Item Pertanyaan Sangat Tidak Setuju Setuju
Kenyamanan Fisik
1 Saat ini tubuh saya terasa rileks 1 2 3 4 5 6
2 Napas saya sulit 1 2 3 4 5 6
3 Saya tidur mendengkur 1 2 3 4 5 6

16
4 Saya merasa mual 1 2 3 4 5 6
5 Mulut dan tenggorokan saya terasa kering 1 2 3 4 5 6
6 Saya dapat mengatasi nyeri saya 1 2 3 4 5 6
7 Saya merasa cukup mampu untuk melakukan 1 2 3 4 5 6
sesuatu untuk diri saya
Kenyamanan Psikospiritual
8 Saya merasa sulit beristirahat 1 2 3 4 5 6
9 Saya merasa damai 1 2 3 4 5 6
10 Saya takut terhadap sesuatu yang akan terjadi 1 2 3 4 5 6
11 Saya mengalami perubahan yang membuat 1 2 3 4 5 6
saya tidak nyaman
12 Saya merasa percaya diri dengan spiritualitas 1 2 3 4 5 6
saya
13 Di masa lalu saya memiliki kehidupan yang 1 2 3 4 5 6
baik
Kenyamanan Lingkungan
14 Lingkungan sekita saya menyenangkan 1 2 3 4 5 6
15 Saya suka berada disini 1 2 3 4 5 6
16 Saya merasa deprisi berada disin 1 2 3 4 5 6
17 Kursi atau tempat tidur saya membuat saya 1 2 3 4 5 6
sakit
18 Saya merasa tidak berdaya 1 2 3 4 5 6
Kenyamanan Sosiokultural
19 Ada orang yang dapat saya minati bantuan 1 2 3 4 5 6
ketika saya membutuhkan
20 Saya cemas dengan keluarga saya 1 2 3 4 5 6
21 Saya tau bahwa saya dicintai 1 2 3 4 5 6
22 Saya dapat berkomunikasi dengan seseorang 1 2 3 4 5 6
ang saya cintai
23 Hubungan personal saya baik-baik saja 1 2 3 4 5 6
24 Saya merasa sendiri 1 2 3 4 5 6

17
b. Pengkategorian menggunakan tabel kenyamanan milik Kolcaba.
Relief Ease Transcendence
Fisik Nyeri Nyeri berkurang Klien mengatakan: “saya
dengan massage dan sudah terbiasa dengan
napas dalam nyeri yang saya rasakan
dan tetap beraktivitas
mandiri”
Psikospiritual Takut mati dan Klien mengatakan: Klien mengatakan: “saya
merasa banyak “pasrah kepada Allah bertaubat dan berdoa
dosa jika telah ditakdirkan supaya masuk surga”
meninggal”
Lingkungan Ruang rawat ribut, Tempat tidur nyaman Klien mengatakan: “saya
kamar kecil jauh yakin bahwa saya sudah
tepat dirawat di sini”
Sosiokultural Kesepian Klien mengatakan: Klien mengatakan: “lebih
“saya berterima kasih baik di sini dengan
karena perawat mau adanya petugas
mengobrol dengan kesehatan”
saya”

3.3 Diagnosis
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri kronik
Definisi: Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan
adanya kerusakan (Assosiation for Study of Pain) : serangan mendadak atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi
durasi nyeri lebih dari 3 bulan
Batasan Karakteristik:
 Perubahan dalam kemampuan untuk melaksanakan aktivitas
 Perubahan dalam pola tidur
 Anoreksia

18
 Keberadaan nyeri menggunakan checklist perilaku nyeri terstandar bagi
individu yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal
(misalnya Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assessment Checklist for
Seniors with Limited Ability to Communicate)
 Ekspresi nyeri pada wajah
 Laporan perilaku nyeri dan perubahan aktivitas dari orang lain (misalnya
anggota keluarga, caregiver)
 Laporan diri tentang intensitas menggunakan skala nyeri terstandar
(misalnya Wong-Baker FACES scale, visual analogue scale, numeric
rating scale)
 Laporan diri tentang karakteristik nyeri menggunakan instrumen nyeri
terstandar (misalnya McGill Pain Questionnaire, Brief Pain Inventory)

Faktor yang berhubungan:


 Usia > 50 tahun
 Perubahan dalam pola tidur
 Kondisi kronik muskuloskeletal
 Kontusio
 Trauma
 Kerusakan sistem saraf
 Emotional distress
 Kelelahan
 Fraktur
 Ganggguan genetic
 Riwayat kekerasan (fisik, psikologis, seksual)
 Riwayat
 Riwayat penggunaan obat-obatan
 Riwayat aktivitas berat
 Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulators, dan reseptor

19
 Gangguan kekebalan tubuh (misalnya terkait HIV neuropati, varicella-
zoster virus)
 Gangguan metabolism fungsi
 Kenaikan indeks massa tubuh
 Pola seksualitas yang tidak efektif
 Agen cedera
 Iskemik
 Malnutrisi
 Cedera otot
 Kompresi saraf
 Kondisi terkait Post-trauma (misalnya, infeksi, inflamasi)
 Penggunaan komputer yang lama (> 20 jam / minggu)
 Penggunaan kortisol yang berkepanjangan (peningkatan dosis)
 Repeated handling of heavy loads
 Isolasi sosial
 Cedera tulang Spinal
 Tumor infiltrasi
 Whole-body vibration

b. Gangguan kenyamanan
Definisi: Persepsi kekurangan ease, relief, transcendence dalam dimensi fisik,
psikospritual, lingkungan, budaya dan atau situasi sosial.
Batasan Karakteristik:
 Perubahan pola tidur
 Kecemasan
 Menangis
 Discontent with situation
 Distressing symptoms

20
 Ketakutan
 Merasa dingin
 Merasa hangat
 Merasa tidak nyaman
 Merasa lapar
 Ketidakmampuan untuk relaks
 Iritabilitas
 Gatal
 Merintih
 Gelisah
 Berkeluh kesah

Faktor yang berhubungan :


 Gejala yan g terkait penyakit
 Kurang kontrol situasi
 Kurang pengendalian lingkungan
 Kurang privasi
 Program pengobatan
 Stimulasi lingkungan yang menganggu
 Sumber daya tidak adekuat

3.4 Perencanaan NOC


a. Gangguan Kenyamanan
- Status kenyamanan
Definisi: Kesuluruhan ease fisik, psikospirtual, sosiokultural dan
lingkungan serta kemanan individu.
Indikator:
1. Kesejahteraan fisik
2. Kontrol gejala

21
3. Kesejahteraan psikologis
4. Lingkungan fisik
5. Suhu ruangan
6. Dukungan sosoial dari keluarga
7. Dukungan sosial dari teman-teman
8. Hubungan sosial
9. Kehidupan spiritual
10. Konsistensi perawatan dengan keyakinan budaya
11. Konsistensi perawatan dengan kebutuhan
12. Kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan

- Status kenyamanan: Lingkungan


Definisi: Ease lingkungan, kenyamanan, dan kemanan lingkungan
Indikator
1. Penyediaan kebutuhan dan perlengkapan dalam jangkauan
2. Suhu ruangan
3. Lingkungan kondusif untuk tidur
4. Kepuasan dengan lingkungan fisik
5. Kerapian lingkungan
6. Kebersihan lingkungan
7. Lantai aman
8. Alat yang aman digunakan dengan tepat
9. Pencahayaan ruangan
10. Privasi
11. Ketersediaan ruang untuk pengunjung
12. Kenyamanan tempat tidur
13. Kenyamanan furniture
14. Adaptasi lingkungan
15. Ketenangan lingkungan
16. Pengendalian kebisingan

22
17. Pengendalian bau

- Status kenyamanan: Fisik


Definisi: Ease fisik berhubungan dengan sensasi tubuh dan mekanisme
homeostatic
Indikator:
1. Pengendalia gejala
2. Kesejahteraan fisik
3. Relaksasi otot
4. Kenyamanan posisi
5. Perawatan dan kebersihan diri
6. Intake makanan
7. Intake cairan
8. Level Energy
9. Suhu tubuh
10. Kepartenan jalan napas
11. Saturasi oksigen
12. Gatal
13. Kesulitan bernapas
14. Nyeri otot
15. Nyeri kepala

- Status kenyamanan: Psikospiritual


Definisi: Ease psikospiritual berhubungan dnegan konsep diri ,
kesejahteraan emosional, sumber inspirasi, dan arti serta tujuan hidup
individu
Indikator
1. Kesejahteraan psikologis
2. Keyakinan

23
3. Harapan
4. Konsep diri
5. Gambaran diri internal
6. Pengaruh ketenanagan
7. Eksperesi optimisme
8. Penentuan tujuan
9. Arti dan tujuan hidup
10. Kepuasan spiritual
11. Hubungan dengan inner self
12. Depresi
13. Kecemasan
14. Stress
15. Ketakutan
16. Kehilangan keyakinan
17. Perasaan kehilangan spiritual
18. Pikiran bunuh diri

- Status kenyamanan: Sosiokultural


Definisi: Ease sosial berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan
hubungan sosial dalam konteks cultural
Indikator:
1. Dukungan sosial dari keluarga
2. Dukungan sosial dari teman-teman
3. Hubungan dengan keluarga
4. Hubungan dengan teman-teman
5. Kepercayaan dalam hubunga dengan keluarga
6. Kepercayaan dalam hubunga dengan teman-teman
7. Interaksi sosial dengan orang lain
8. Konsistensi perawatan dengan kepercayaan budaya
9. Ketersediaan makanan khusus sesuai budaya

24
10. Penyatuan keyakinan budaya ke dalam aktivitas harian
11. Penggunaan bahasa yang diapahami
12. Kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan
13. Penggunaan strategi untuk meningkatkan komunikasi
14. Keinginan untuk meminta bantuan

b. Nyeri Kronik
- Tingkat Nyeri
Definisi: Keparahan nyeri yang diobservasi atau yang dilaporkan
Indikator:
1. Melaporkan nyeri
2. Episode nyeri yang panjang
3. Berteriak dan menangis
4. Ekspresi muka pada nyeri
5. Sifat cepat marah
6. Agitasi
7. Meringis
8. Berkeringat
9. Tegangan otot

- KontrolNyeri
Definisi:Tindakan personal untuk mengontrol nyeri
Indikator
1. Mengenali onset nyeri
2. Menjelaskan faktor penyebab
3. Menggunakan diary untuk memantau gejala sepanjang waktu
4. Menggunakan pencegahan yang terukur
5. Menggunakan tindakan non analgesic
6. Menggunakan analgesic sesuai rekomendasi
7. Melaporkan perubahan gejala nyeri kepada professional kesehatan

25
8. Melaporkan gejala yang tidak dapatdikontrol kepada professional
kesehatan
9. Menggunakan sumber yang tersedia
10. Mengenali gejala-gejala nyeri yang berhubungan
11. Melaporkan pengontrolan nyeri

3.5 Implementasi NIC


a. Manajemen Nyeri
Aktivitas:
1. Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau tingkat keparahan nyeri atau factor yang memperberat nyeri
2. Observasi laporan non verbal khususnya ketidakmampuan komunikasi
efektif
3. Lakukan strategi komunikasi terapeutik terhadap pengalaman nyeri dan
menyampaikan respon pasien terhadap nyeri
4. Kaji pengetahuan pasien dan kepercayaan terhadap nyeri
5. Kaji pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. Tentukan pengaruh nyeri nyeri terhadap kualitas hidup seperti (tidur,
aktivitas, mood, hubungan, performance kerja)
7. Kaji factor mengurangi dan memperburuk nyeri
8. Evaluasi pengalaman masa lalu terhadap nyeri meliputi individu, riwayat
keluarga terhadap nyeri kronik atau menyebabkan ketidakmampuan
9. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain terhadap tindakan untuk
mengurangi nyeri yang telah dilakukan sebelumnya
10. Dampingi pasien dan keluarga untuk memberikan dukungan
11. Tentukan kebutuhan frekuensi melakukan pengkajian kenyamanan pasien
dan pelaksaan perencanaan monitoring
12. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
terjadi, dan antisipasi ketidaknyamanan dari sebuah prosedur

26
13. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (seperti suhu ruanga, cahaya dan kebisingan)
14. Kurangi factor yang memperberat pengalaman nyeri
15. Pertimbangkan kesediaan pasien dalam berpartispasi, kemampuan
berpatisipasi, dukungan yang significant dan kontraindikasi ketika
memilih strategi mengurangi nyeri
16. Ajarkan prinsip manajemen nyeri

b. Terapi Musik: menggunakan musik untuk membantu mendapatkan perubahan


spesifik dalam perilaku, perasaan dan fisiologis.
Aktivitas:
1. Definisikan perubahan spesifik dari sikap dan fisiologis yang diharapkan
2. Tentukan ketertarikan individu dengan musik
3. Identifikasi music pilihan individu
4. Informasikan kepada individu bahwa terapi music mempunyai efek
terhadap individu
5. Bantu individu dalam mengasumsikan posisi kenyamanan
6. Batasi stimuli luar selama terapi music diberikan
7. Gunakan tape atau dvd dan peralatan yang ada
8. Pastikan tape dan alat dapat digunakan dengan baik
9. Sediakan headphone jika dibutuhkan
10. Pastikan volume adekuat tapi tidak terlalu jelas
11. Hidari menghidupkan music terlalu lama dan meninggalkan pasien dalam
waktu yang lama
12. Fasilitasi pastisipasi aktif individu (bermain instrument, atau bernyanyi)
jika ini diharapkan pastikan ruangan bisa dimanfaatkan dengan baik
13. Hindari stimulasi music setelah cedera kepala akut.

c. Guided imagery

27
Definisi: penggunaan imajinasi untuk mendapatkan kondisi, outcome atau
tindakan atau menjauhkan perhatian dari sesuatu yang tidak menyenangkan.
Aktivitas:
1. Deteksi tingkat masalah emosional atau riwayat penyakit psikiatrik
2. Deteksi penurunan tingkatan energy, ketidakmampuan konsentrasi, atau
gejala lainnya yang dapat mengganggu kemampuan kognitif dalam proses
guided imagery.
3. Jelaskan tujuan, keuntungan, keterbatasan, dan tipe guided imagery yang
dapat dilakukan
4. Dapatkan informasi mengenai pengalamam untuk menentukan apakah
guided imagery dapat membantu pasien
5. Diskusikan kemampuan pasien menggambarkan dan mengekspresikan
gambaran mereka sesuai dengan kenyataan
6. Tentukan kemampuan untuk melakukan guided imagery tanpa perawat
(melakukan sendiri dengan tape)
7. Anjurkan pasien untuk mendapatkan posisi nyaman dan mengurangi
keterbatasa pada saat melakukan guided imagery
8. Anjurkan pasien untuk memilih jenis guided imagery
9. Sediakan lingkungan yang nyaman tanpa gangguan jika memungkinkan
10. Diskusikan bayangan pasien tentang pengalaman yang menyenangkan
seperti tidur di pantai, menonton salju yang turun, meikmati sunset
11. Jika memungkinkan, deskripsikan gambaran tersebut menggunakan
kelima indra

d. Masase: stimulasi pada kulit dan jaringan dibawahnya dengan berbagai


tingkat tekanan untu kmengurangi nyeri, mendapatkan relaksai dan
meningkatkan sirkulasi
Aktivitas:

28
1. Deteksi adanya kontraindikasi misalnya, penurunan integritas kulit,
adanya lesi yang terbuka, kemerahan atau inflamasi, tumor
hipersensitivitas terhadap sentuhan
2. Kaji keinginan pasien untuk dilakukan masase
3. Tentukan periode durasi masase sehingga didapatkan respon yang
diinginjkan
4. Pilih area untuk dilakukan masase
5. Cuci tangan dengan air hangat
6. Siapakan lingkungan yang hangat, nyaman dan tertutup
7. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman
8. Berikan privasi pada area yang tidak dialkukan masase dengan
menggunakan selimut atau kain, dll
9. Gunakan lotion, minyak, bedak kering untuk mengurangigesekan (untuk
kepala, atau kulit kepala tidak menggunakan minyak)
10. Lakukan masase secara continue, dengan teknik meukul, meremas dan,
memberikan getaran melalui telapak tangan dan jari-jari
11. Masas pada daerah tangan dan kaki bila terdapat kontraindikasi pada area
yang lain
12. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan relaks selama masase
13. Anjurkan pasien menyampaikan ketidaknyamanan akibat masase
14. Evaluasi dan dokumentasikan respon pasien terhadap masase yang
dilakukan

3.6 Evaluasi
Kenyamanan dievaluasi melalui:
a. Instrumen HCQ
Instrumen diberikan kepada pasien setelah intervensi keperawatan dilakukan,
tujuannya untuk mengetahui keefektifan intervensi terhadap kenyamanan
pasien.
b. Tabel kenyamanan

29
Evaluasi tabel kenyamanan meliputi aspek fisik, psikospiritual, lingkungan,
dan sosiokultural, yang berhubungan dengan relief, ease, dan transcendence.
Pasien dievaluasi apakah relief nya sudah teratasi, berkurang atau bertambah
berat; apakah pasien sudah mencapai kondisi ease; dan apakah kondisi
transcendence pasien bertahan ataukah berubah.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan berdasarkan Theory of comfort dilakukan pada
empat aspek meliputi aspek fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Hasil pengkajian kemudian dipetakan ke dalam tabel kenyamanan dan ditentukan
relief, ease, dan transcendence nya. Instrumen HCQ dipakai untuk pengkajian pre
dan post intervensi keperawatan.
Berbagai diagnosa keperawatan dapat ditegakkan, terutama yang berkaitan
dengan kenyamanan. Pada makalah ini, diagnosa yang ditegakkan adalah
diagnosa Nyeri dan Gangguan Kenyamanan. Sesuai dengan konsep utama teori
kenyamanan Kolcaba, bahwa intervensi kenyamanan merupakan tindakan
keperawatan yang diciptakan untuk mencapai kebutuhan kenyamanan spesifik
dari penerima, yang terdiri dari intervensi fisiologis, sosial, kultural, finansial,
fisiologis, spiritual, lingkungan, dan fisik. (Alligood, 2014), maka intervensi yang
dipilih pada makalah ini diantaranya adalah manajemen nyeri, terapi musik,
guided imagery, dan masase.
Evaluasi dilakukan seusai intervensi kenyamanan diberikan kepada
pasien. Di dalam asumsi Kolcaba dijelaskan bahwa Keperawatan adalah
pengkajian, bentuk intervensi yang diarahkan pada kebutuhan kenyamanan dan
penilaian ulang dari tingkat kenyamanan setelah implementasi yang dibandingkan
dengan level kenyamanan pada awal pengkajian (Alligood, 2014). Maka evaluasi

30
dilakukan dengan mengkaji kembali level kenyamanan pasien menggunakan
instrumen HCQ dan berdasarkan dengan tabel kenyamanan pasien.

B. Saran
Teori Kenyamanan Kolcaba memberikan kerangka kerja yang aplikatif,
jelas dan terstruktur. Teori ini juga sudah terintegrasi dengan diagnosa NANDA,
perencanaan NOC, dan intervensi NIC. Sehingga, teori ini dapat dijadikan acuan
dalam melakukan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan
diagnosa, perumusan rencana keperawatan, intervensi keperawatan, hingga
evaluasi hasil intervensi terhadap outcome yang telah dirumuskan.
Perlu adanya studi lebih lanjut mengenai penggunaan tabel kenyamanan,
terutama dalam penentuan kondisi relief, ease, dan transcendence karena masih
terdapat beberapa perbedaan konsep masing-masing kondisi tersebut berdasarkan
jurnal.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, MR. (2014). Nursing theory: Utilization and application. 5th edition. St.
Louis: Elsevier Inc.

Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation of


nursing models & theories. 2nd ed. Philadelphia: FA Davis Co.

32

Anda mungkin juga menyukai