MAKALAH
Disusun sebagai tugas Mata Ajar Sains Keperawatan
Dosen Pengampu Dr. Nani Nurhaeni, SKp.,MN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Anki Tias Yolanda 1506778760
Devia Putri Lenggogeni 1506706982
Hasby 1506707120
Kuntarti 1506710102
Marlon Sijabat 1506778981
Muhlisoh 1506779025
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas hidayahNya maka
kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Rancangan Aplikasi Teori
Kenyamanan dalam Praktik Keperawatan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata ajar Sains Keperawatan Program Magister Keperawatan peminatan
Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini membahas mengenai Teori Kenyamanan dalam praktik
keperawatan yaitu penerapan teori kenyamanan dalam proses pemberian asuhan
keperawatan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada :
1. Dr. Nani Nurhaeni SKp., MN selaku dosen pengampu mata kuliah Sains
Keperawatan
2. Dr. Enie Novieastari, SKp., MSN selaku koordinator mata kuliah Sains
Keperawatan.
3. Teman-teman Magister Keperawatan Spesialis Keperawatan Medikal Bedah tahun
ajaran 2015/2016.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penyusun mengharapkan
saran konstruktif untuk memperbaiki makalah ini. Penyusun berharap makalah ini
dapat memberikan wawasan ilmu dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi kelompok penyusun pada khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2.Tujuan ....................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 30
4.1 Kesimpulan............................................................................... 30
4.2 Saran......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia, lingkungan,
sehat, dan keperawatan.
Analisis berbagai teori keperawatan untuk digunakan dalam praktik
keperawatan perlu didasari dengan pemahaman terhadap perbedaan jenis-jenis
teori keperawatan berdasarkan level abstraksinya dalam holarki pengetahuan
keperawatan. Fawcett (2006) dan Alligood (2014) telah menguraikan perbedaan
dari jenis-jenis teori tersebut. Perbedaan level abstraksi dari jenis-jenis teori
tersebut, akan berpengaruh terhadap uraian aplikasi teori tersebut dalam praktik
keperawatan menggunakan proses keperawatan.
Teori Kenyamanan yang dikemukan oleh Katharine Kolcaba jika
dikelompokkan dalam struktur pengetahuan keperawatan termasuk salah satu
middle-range theory. Teori ini menjelaskan tentang kenyamanan ditinjau dari
aspek fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial. Adapun jenis kenyamanan
dibedakan menjadi relief, ease, dan transcendence. Bagaimana aplikasi teori ini
dalam praktik keperawatan menggunakan proses keperawatan akan diuraikan
dalam makalah ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan menggambarkan aplikasi Teori Kenyamanan
Katharine Kolcaba dalam praktik keperawatan menggunakan proses
keperawatan.
2
4. Menjelaskan asumsi Kolcaba terhadap konsep-konsep sentral disiplin
ilmu keperawatan dan penegasan dari teori kenyamanan tersebut.
5. Menguraikan aplikasi teori kenyamanan dalam proses keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Ketertarikan beliau memasukkan intervensi untuk dan dokumentasi perubahan
dalam kenyamanan bagi praktik berbasis fakta. Beliau bertempat tinggal di
wilayah Cleveland dengan suami beliau, tempat bagi beliau menikmati kedekatan
dengan cucu beliau dan ibu beliau. Beliau mewakili perusahaan beliau, yang
dikenal dengan The Comfort Line, untuk membantu agen-agen pelayanan
kesehatan mengimplementasikan teori kenyamanan pada basis institusi. Beliau
merupakan penemu dan koordinator program perawat jemaah gereja lokal dan
anggota ANA. Kolcaba melanjutkan bekerja dengan mahasiswa dengan
memimpin penelitian tentang kenyamanan.
5
fakta yang aneh, tetapi demi penyelamatan hidup dan peningkatan kesehatan dan
kenyamanan”.
Dari tahun 1900 sampai 1929, kenyamanan merupakan tujuan pusat dalam
keperawatan dan medis karena melalui kenyamanan, pemulihan tercapai (McIlven
& Morse, 1995). Perawat wajib membatasi untuk merawat faktor rinci yang
mempengaruhi kenyamanan pasien. Aikens (1908) mengusulkan bahwa tidak ada
segala sesuatu tentang kenyamanan pasien yang cukup kecil sehingga dapat
diabaikan. Kenyamanan pasien adalah perhatian perawat yang pertama dan
terakhir. Perawat yang baik membuat pasien merasa nyaman, dan menentukan
syarat utama kenyamanan merupakan faktor kemampuan dan karakter perawat
(Aikens, 1908).
Harmer (1926) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan menyangkut
dengan penyediaan sebuah “atmosfer kenyamanan umum”, dan bahwa perawatan
pribadi pasien termasuk perhatian terhadap “kebahagiaan, kenyamanan,
kesenangan, fisik dan mental” ditambah terhadap “istirahat dan tidur, nutrisi,
kebersihan, dan eliminasi”. Goodnow (1935) menyediakan sebuah bab dalam
buku beliau, The Technique of Nursing, kepada kenyamanan pasien. Beliau
menulis, “Perawat selalu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk membuat
pasiennya nyaman. Kenyamanan dalam fisik dan mental, dan tanggung jawab
perawat tidak berhenti dengan perawatan fisik. Dalam buku teks tahun 1904,
1914, dan 1919, kenyamanan emosi disebut kenyamanan mental dan dicapai
paling sering dengan menyediakan kenyamanan fisik dan memodifikasi
lingkungan bagi pasien (McIlveen & Morse, 1995).
Dalam contoh berikut, kenyamanan adalah hal positif dan dicapai dengan
bantuan perawat, dan dalam beberapa kasus, mengindikasikan peningkatan dari
keadaan atau kondisi sebelumnya. Berdasarkan intuisi, kenyamanan berhubungan
dengan aktivitas pengasuhan. Berdasarkan asal katanya, Kalcaba menjelaskan
ciri-ciri penguatan kenyamanan, dan dari ergonomi, kenyamanan berhubungan
langsung dengan performa kerja. Meskipun demikian, sering kali maknanya
implisit, tersembunyi dalam konteks, dan ambigu. Konsep secara arti kata
6
berubah-ubah dapat sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan,
proses, dan hasil.
Kolcaba menggunakan ide dari tiga teoris keperawatan awal untuk
mensintesis atau mengambil tipe-tipe kenyamanan dalam analisis konsep
(Kolcaba & Kolcaba, 1991).
Relief disintesis dari kerja Orlando (1961), yang menyatakan bahwa perawat
membebaskan kebutuhan-kebutuhan yang diekspresikan oleh pasien.
Ease disintesis dari kerja Henderson (1966), yang menjabarkan 13 fungsi
dasar manusia yang dipertahankan selama perawatan.
Transcendence diperoleh dari Paterson dan Zderad (1975), yang mengusulkan
bahwa pasien naik di atas kesulitannya dengan bantuan perawat.
7
Gambar 1
Struktur Taksonomi Kenyamanan (Kolcaba, K., & Fisher, E. (1996). A holistic perspective on comfort
care as an advance directive. Critical Care Nursing Quarterly, 18 (4), 66-76)
8
b. Intervensi Kenyamanan
Intervensi kenyamanan merupakan tindakan keperawatan dan
penyerahan yang diciptakan untuk mencapai kebutuhan kenyamanan spesifik
dari penerima, yang terdiri dari intervensi fisiologis, sosial, kultural, finansial,
fisiologis, spiritual, lingkungan, dan fisik.
c. Variabel yang mempengaruhi
Variabel yang mempengaruhi adalah kekuatan yang saling berinteraksi
yang dapat mempengaruhi persepsi penerima terhadap keseluruhan
kenyamanan. Variabel tersebut terdiri atas pengalaman masa lalu, usia, sikap,
kondisi emosi, sistem pendukung, prognosis, keuangan, pendidikan, latar
belakang budaya, dan keseluruhan elemen dalam pengalaman penerima.
Masing-masing variabel tersebut berpengaruh terhadap perencanaan dan
kesuksesan intervensi pelayanan pasien.
d. Kenyamanan
Kenyamanan adalah keadaan yang dialami penerima terhadap
intervensi kenyamanan. Kenyamanan dirasakan dengan segera, pengalaman
holistik dikuatkan ketika kebutuhan seseorang ditujukan untuk tiga jenis
kenyamanan (relief (pembebasan), ease (ketentraman), dan transcendence
(kelebihan).
e. Perilaku pemenuhan kesehatan
Perilaku pemenuhan kesehatan menyusun ketagori outcome yang luas
terkait dengan pencarian kesehatan yang dimaknai penerima dalam konsultasi
dengan perawat. Kategori ini dibuat oleh Schlotfeldt (1975) dan diusulkan
menjadi internal, eksternal, atau meninggal dengan tenang.
f. Integritas Institusi
Integritas institusi yaitu perusahaan, komunitas, sekolah, rumah sakit,
darerah, negara yang memiliki kualitas. Ketika institusi menunjukkan
integritas ini maka mereka akan memiliki bukti dalam praktik terbaik dan
kebijakan terbaik.
9
g. Praktik terbaik
Perilaku terbaik yaitu penggunaan intervensi pelayanan kesehatan
berdasarkan bukti untuk menghasilkan kemungkinan outcome terbaik bagi
pasien dan keluarga (lembaga)
h. Kebijakan terbaik
Kebijakan terbaik yaitu kebijakan institusi atau daerah berkisar dari
protokol untuk prosedur dan kondisi medis untuk mengakses dan memberikan
pelayanan kesehatan.
Gambar 2
Kerangka konseptual Theory of Comfort
10
Keperawatan adalah pengkajian, bentuk intervensi yang diarahkan
pada kebutuhan kenyamanan dan penilaian ulang dari tingkat kenyamanan
setelah implementasi yang dibandingkan dengan level kenyamanan pada awal
pengkajian. Pengkajian dan pengkajian ulang dapat bersifat intuitif atau
subjektif atau mencakup keduanya, contoh: seorang perawat bertanya apakah
pasien merasa nyaman, atau bersifat objektif, seperti mengobservasi
penyembuhan luka, perubahan nilai laboratorium, atau perubahan perilaku.
Penilaian dicapai melalui pemberian skala penilaian verbal (klinis) atau
kuesioner kenyamanan (penelitian), dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Kolcaba.
b. Pasien
Penerima perawatan dapat sebagai individu, keluarga, lembaga, atau
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala aspek yang berhubungan dengan pasien,
keluarga, atau setting institusi yang dapat dimanipulasi oleh perawat, orang
terdekat, atau institusi untuk meningkatkan kenyamanan.
d. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, pemberi
pelayanan kesehatan, atau masyarakat seperti yang didefinisikan oleh pasien
atau kelompok.
11
e. Pasien adalah seseorang yang diberdayakan untuk secara aktif terlibat dalam
perilaku mencari kesehatan puas dengan perawatan kesehatan.
f. Integritas institusi adalah dasar nilai pada sistem yang berorientasi pada
penerima perawatan.
12
b. Edukasi
Goodwin, Sener & Steiner (2007) menjabarkan panduan untuk
pengapliakasian teori comfort pada program sarjana keperawatan. Teori ini
dibuktikan dapat dengan mudah dipelajari dan diaplikasikan pada fakultas dan
dibuktikan sebagai metode efektif untuk role model supportive learning
partnership dengan mahasiswa. Teori comfort merupkan konsep inti pada
prkatik keperawatan advance. Teori comfort cocok untuk mahasiswa di
berbagai setting klinik dan aplikasi dapat di fasilitasi oleh Comfort Care Plans
yang tersedia di wwbsite Kolcaba.
Baru-baru ini Goodwin, Sener & Steiner (2007) menggunakan teori
comfort sebagai pilosopi pengajaran pada program fast-track nursing
education untuk disiplin lainnya mahasiswa sarjana. Struktur taksonomi dan
kerangka kerja konseptual menjadi pedoman untuk menjadi comforting
faculty member. Teori membuktikan cara mahasiswa untuk mendapatkan
keringanan dari tugas pembelajaran dengan difasilitasi beberapa pertanyaan
untuk masalah klinik mahasiswa, pemeliharaan “kemudahan” kurikulum
dengan mempercayai faculty members, dan penerimaan transcendence dari
stressor dengan menggunakan tehnik self-comforting.
c. Penelitian
Encyclopedia of Nursing Research mengatakan penting untuk
mengukur comfort sebagai nursing-sensitive outcome. Perawat dapat
membuktikan evidence mempengaruhi pembuatan keputusan di level isntitusi,
komunitas, dan legislatif menyangkut pembelajaran yang mendemonstrasikan
keefektifan keperawatan comforting. Kolcaba menyebutkan pengukuran
comfort agar dapat digunakan pada rumah sakit-rumah sakit besar dan home
care perlu untuk memperluas teori dan mengembangkan literature evidence-
based comfort.
13
Menggunakan struktur taksonomi comfort sebagai panduan, Kolcaba
mengembangkan kuisioner General Comfort untuk mengukur comfort secara
holistic pada sampel rumah sakit dan masyarakat. Item positif dan negative
digeneralisasikan untuk setiap sel pada struktur taksonomi. Terdapat dua
puluh empat item pertanyaan postif dan dua puluh empat item pertanyaan
negative dengan range sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Peneliti dipersilahkan untuk menggunakan kuisioner comfort di setiap
area penelitian. Skala rating verbal dan format kuesioner dapat didonload
pada website Kolcaba.
14
2.5.2 Factors influencing comfort level in head and neck neoplasm patients
receiving radiotherapy
(Fang Cheng & Wei Wang, 2014, International Journal of Nursing Science Vol I)
Isi Jurnal:
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi
kenyamanan pada pasien neoplasma kepala dan leher yang menerima
radioterapi. Sebanyak 200 pasien neoplasma yang diambil dari tiga Rumah
Sakit tipe C mendapat tindakan radioterapi. Pasien diberikan kuesioner
Radiotherapy Comfort Questionnaire, skala dukungan sosial dan kuesioner
model koping. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem
dukungan sosial dan cara koping positif merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan level kenyamanan pada pasien neoplasma kepala dan
leher selama radioterapi. Perawat perlu memperhatikan selama tahapan
radioterapi atau kemoterapi pada pasien tanpa dukungan keluarga dan
dengan tingkat pendidikan yang rendah.
2.5.3 dfg
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Pengkajian
a. Pengkajian menggunakan instrumen Hospice Comfort Questionnaire (HCQ)
yang dikembangkan oleh Kolcaba.
No Item Pertanyaan Sangat Tidak Setuju Setuju
Kenyamanan Fisik
1 Saat ini tubuh saya terasa rileks 1 2 3 4 5 6
2 Napas saya sulit 1 2 3 4 5 6
3 Saya tidur mendengkur 1 2 3 4 5 6
16
4 Saya merasa mual 1 2 3 4 5 6
5 Mulut dan tenggorokan saya terasa kering 1 2 3 4 5 6
6 Saya dapat mengatasi nyeri saya 1 2 3 4 5 6
7 Saya merasa cukup mampu untuk melakukan 1 2 3 4 5 6
sesuatu untuk diri saya
Kenyamanan Psikospiritual
8 Saya merasa sulit beristirahat 1 2 3 4 5 6
9 Saya merasa damai 1 2 3 4 5 6
10 Saya takut terhadap sesuatu yang akan terjadi 1 2 3 4 5 6
11 Saya mengalami perubahan yang membuat 1 2 3 4 5 6
saya tidak nyaman
12 Saya merasa percaya diri dengan spiritualitas 1 2 3 4 5 6
saya
13 Di masa lalu saya memiliki kehidupan yang 1 2 3 4 5 6
baik
Kenyamanan Lingkungan
14 Lingkungan sekita saya menyenangkan 1 2 3 4 5 6
15 Saya suka berada disini 1 2 3 4 5 6
16 Saya merasa deprisi berada disin 1 2 3 4 5 6
17 Kursi atau tempat tidur saya membuat saya 1 2 3 4 5 6
sakit
18 Saya merasa tidak berdaya 1 2 3 4 5 6
Kenyamanan Sosiokultural
19 Ada orang yang dapat saya minati bantuan 1 2 3 4 5 6
ketika saya membutuhkan
20 Saya cemas dengan keluarga saya 1 2 3 4 5 6
21 Saya tau bahwa saya dicintai 1 2 3 4 5 6
22 Saya dapat berkomunikasi dengan seseorang 1 2 3 4 5 6
ang saya cintai
23 Hubungan personal saya baik-baik saja 1 2 3 4 5 6
24 Saya merasa sendiri 1 2 3 4 5 6
17
b. Pengkategorian menggunakan tabel kenyamanan milik Kolcaba.
Relief Ease Transcendence
Fisik Nyeri Nyeri berkurang Klien mengatakan: “saya
dengan massage dan sudah terbiasa dengan
napas dalam nyeri yang saya rasakan
dan tetap beraktivitas
mandiri”
Psikospiritual Takut mati dan Klien mengatakan: Klien mengatakan: “saya
merasa banyak “pasrah kepada Allah bertaubat dan berdoa
dosa jika telah ditakdirkan supaya masuk surga”
meninggal”
Lingkungan Ruang rawat ribut, Tempat tidur nyaman Klien mengatakan: “saya
kamar kecil jauh yakin bahwa saya sudah
tepat dirawat di sini”
Sosiokultural Kesepian Klien mengatakan: Klien mengatakan: “lebih
“saya berterima kasih baik di sini dengan
karena perawat mau adanya petugas
mengobrol dengan kesehatan”
saya”
3.3 Diagnosis
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri kronik
Definisi: Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan
adanya kerusakan (Assosiation for Study of Pain) : serangan mendadak atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi
durasi nyeri lebih dari 3 bulan
Batasan Karakteristik:
Perubahan dalam kemampuan untuk melaksanakan aktivitas
Perubahan dalam pola tidur
Anoreksia
18
Keberadaan nyeri menggunakan checklist perilaku nyeri terstandar bagi
individu yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal
(misalnya Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assessment Checklist for
Seniors with Limited Ability to Communicate)
Ekspresi nyeri pada wajah
Laporan perilaku nyeri dan perubahan aktivitas dari orang lain (misalnya
anggota keluarga, caregiver)
Laporan diri tentang intensitas menggunakan skala nyeri terstandar
(misalnya Wong-Baker FACES scale, visual analogue scale, numeric
rating scale)
Laporan diri tentang karakteristik nyeri menggunakan instrumen nyeri
terstandar (misalnya McGill Pain Questionnaire, Brief Pain Inventory)
19
Gangguan kekebalan tubuh (misalnya terkait HIV neuropati, varicella-
zoster virus)
Gangguan metabolism fungsi
Kenaikan indeks massa tubuh
Pola seksualitas yang tidak efektif
Agen cedera
Iskemik
Malnutrisi
Cedera otot
Kompresi saraf
Kondisi terkait Post-trauma (misalnya, infeksi, inflamasi)
Penggunaan komputer yang lama (> 20 jam / minggu)
Penggunaan kortisol yang berkepanjangan (peningkatan dosis)
Repeated handling of heavy loads
Isolasi sosial
Cedera tulang Spinal
Tumor infiltrasi
Whole-body vibration
b. Gangguan kenyamanan
Definisi: Persepsi kekurangan ease, relief, transcendence dalam dimensi fisik,
psikospritual, lingkungan, budaya dan atau situasi sosial.
Batasan Karakteristik:
Perubahan pola tidur
Kecemasan
Menangis
Discontent with situation
Distressing symptoms
20
Ketakutan
Merasa dingin
Merasa hangat
Merasa tidak nyaman
Merasa lapar
Ketidakmampuan untuk relaks
Iritabilitas
Gatal
Merintih
Gelisah
Berkeluh kesah
21
3. Kesejahteraan psikologis
4. Lingkungan fisik
5. Suhu ruangan
6. Dukungan sosoial dari keluarga
7. Dukungan sosial dari teman-teman
8. Hubungan sosial
9. Kehidupan spiritual
10. Konsistensi perawatan dengan keyakinan budaya
11. Konsistensi perawatan dengan kebutuhan
12. Kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan
22
17. Pengendalian bau
23
3. Harapan
4. Konsep diri
5. Gambaran diri internal
6. Pengaruh ketenanagan
7. Eksperesi optimisme
8. Penentuan tujuan
9. Arti dan tujuan hidup
10. Kepuasan spiritual
11. Hubungan dengan inner self
12. Depresi
13. Kecemasan
14. Stress
15. Ketakutan
16. Kehilangan keyakinan
17. Perasaan kehilangan spiritual
18. Pikiran bunuh diri
24
10. Penyatuan keyakinan budaya ke dalam aktivitas harian
11. Penggunaan bahasa yang diapahami
12. Kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan
13. Penggunaan strategi untuk meningkatkan komunikasi
14. Keinginan untuk meminta bantuan
b. Nyeri Kronik
- Tingkat Nyeri
Definisi: Keparahan nyeri yang diobservasi atau yang dilaporkan
Indikator:
1. Melaporkan nyeri
2. Episode nyeri yang panjang
3. Berteriak dan menangis
4. Ekspresi muka pada nyeri
5. Sifat cepat marah
6. Agitasi
7. Meringis
8. Berkeringat
9. Tegangan otot
- KontrolNyeri
Definisi:Tindakan personal untuk mengontrol nyeri
Indikator
1. Mengenali onset nyeri
2. Menjelaskan faktor penyebab
3. Menggunakan diary untuk memantau gejala sepanjang waktu
4. Menggunakan pencegahan yang terukur
5. Menggunakan tindakan non analgesic
6. Menggunakan analgesic sesuai rekomendasi
7. Melaporkan perubahan gejala nyeri kepada professional kesehatan
25
8. Melaporkan gejala yang tidak dapatdikontrol kepada professional
kesehatan
9. Menggunakan sumber yang tersedia
10. Mengenali gejala-gejala nyeri yang berhubungan
11. Melaporkan pengontrolan nyeri
26
13. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (seperti suhu ruanga, cahaya dan kebisingan)
14. Kurangi factor yang memperberat pengalaman nyeri
15. Pertimbangkan kesediaan pasien dalam berpartispasi, kemampuan
berpatisipasi, dukungan yang significant dan kontraindikasi ketika
memilih strategi mengurangi nyeri
16. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
c. Guided imagery
27
Definisi: penggunaan imajinasi untuk mendapatkan kondisi, outcome atau
tindakan atau menjauhkan perhatian dari sesuatu yang tidak menyenangkan.
Aktivitas:
1. Deteksi tingkat masalah emosional atau riwayat penyakit psikiatrik
2. Deteksi penurunan tingkatan energy, ketidakmampuan konsentrasi, atau
gejala lainnya yang dapat mengganggu kemampuan kognitif dalam proses
guided imagery.
3. Jelaskan tujuan, keuntungan, keterbatasan, dan tipe guided imagery yang
dapat dilakukan
4. Dapatkan informasi mengenai pengalamam untuk menentukan apakah
guided imagery dapat membantu pasien
5. Diskusikan kemampuan pasien menggambarkan dan mengekspresikan
gambaran mereka sesuai dengan kenyataan
6. Tentukan kemampuan untuk melakukan guided imagery tanpa perawat
(melakukan sendiri dengan tape)
7. Anjurkan pasien untuk mendapatkan posisi nyaman dan mengurangi
keterbatasa pada saat melakukan guided imagery
8. Anjurkan pasien untuk memilih jenis guided imagery
9. Sediakan lingkungan yang nyaman tanpa gangguan jika memungkinkan
10. Diskusikan bayangan pasien tentang pengalaman yang menyenangkan
seperti tidur di pantai, menonton salju yang turun, meikmati sunset
11. Jika memungkinkan, deskripsikan gambaran tersebut menggunakan
kelima indra
28
1. Deteksi adanya kontraindikasi misalnya, penurunan integritas kulit,
adanya lesi yang terbuka, kemerahan atau inflamasi, tumor
hipersensitivitas terhadap sentuhan
2. Kaji keinginan pasien untuk dilakukan masase
3. Tentukan periode durasi masase sehingga didapatkan respon yang
diinginjkan
4. Pilih area untuk dilakukan masase
5. Cuci tangan dengan air hangat
6. Siapakan lingkungan yang hangat, nyaman dan tertutup
7. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman
8. Berikan privasi pada area yang tidak dialkukan masase dengan
menggunakan selimut atau kain, dll
9. Gunakan lotion, minyak, bedak kering untuk mengurangigesekan (untuk
kepala, atau kulit kepala tidak menggunakan minyak)
10. Lakukan masase secara continue, dengan teknik meukul, meremas dan,
memberikan getaran melalui telapak tangan dan jari-jari
11. Masas pada daerah tangan dan kaki bila terdapat kontraindikasi pada area
yang lain
12. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan relaks selama masase
13. Anjurkan pasien menyampaikan ketidaknyamanan akibat masase
14. Evaluasi dan dokumentasikan respon pasien terhadap masase yang
dilakukan
3.6 Evaluasi
Kenyamanan dievaluasi melalui:
a. Instrumen HCQ
Instrumen diberikan kepada pasien setelah intervensi keperawatan dilakukan,
tujuannya untuk mengetahui keefektifan intervensi terhadap kenyamanan
pasien.
b. Tabel kenyamanan
29
Evaluasi tabel kenyamanan meliputi aspek fisik, psikospiritual, lingkungan,
dan sosiokultural, yang berhubungan dengan relief, ease, dan transcendence.
Pasien dievaluasi apakah relief nya sudah teratasi, berkurang atau bertambah
berat; apakah pasien sudah mencapai kondisi ease; dan apakah kondisi
transcendence pasien bertahan ataukah berubah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan berdasarkan Theory of comfort dilakukan pada
empat aspek meliputi aspek fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Hasil pengkajian kemudian dipetakan ke dalam tabel kenyamanan dan ditentukan
relief, ease, dan transcendence nya. Instrumen HCQ dipakai untuk pengkajian pre
dan post intervensi keperawatan.
Berbagai diagnosa keperawatan dapat ditegakkan, terutama yang berkaitan
dengan kenyamanan. Pada makalah ini, diagnosa yang ditegakkan adalah
diagnosa Nyeri dan Gangguan Kenyamanan. Sesuai dengan konsep utama teori
kenyamanan Kolcaba, bahwa intervensi kenyamanan merupakan tindakan
keperawatan yang diciptakan untuk mencapai kebutuhan kenyamanan spesifik
dari penerima, yang terdiri dari intervensi fisiologis, sosial, kultural, finansial,
fisiologis, spiritual, lingkungan, dan fisik. (Alligood, 2014), maka intervensi yang
dipilih pada makalah ini diantaranya adalah manajemen nyeri, terapi musik,
guided imagery, dan masase.
Evaluasi dilakukan seusai intervensi kenyamanan diberikan kepada
pasien. Di dalam asumsi Kolcaba dijelaskan bahwa Keperawatan adalah
pengkajian, bentuk intervensi yang diarahkan pada kebutuhan kenyamanan dan
penilaian ulang dari tingkat kenyamanan setelah implementasi yang dibandingkan
dengan level kenyamanan pada awal pengkajian (Alligood, 2014). Maka evaluasi
30
dilakukan dengan mengkaji kembali level kenyamanan pasien menggunakan
instrumen HCQ dan berdasarkan dengan tabel kenyamanan pasien.
B. Saran
Teori Kenyamanan Kolcaba memberikan kerangka kerja yang aplikatif,
jelas dan terstruktur. Teori ini juga sudah terintegrasi dengan diagnosa NANDA,
perencanaan NOC, dan intervensi NIC. Sehingga, teori ini dapat dijadikan acuan
dalam melakukan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan
diagnosa, perumusan rencana keperawatan, intervensi keperawatan, hingga
evaluasi hasil intervensi terhadap outcome yang telah dirumuskan.
Perlu adanya studi lebih lanjut mengenai penggunaan tabel kenyamanan,
terutama dalam penentuan kondisi relief, ease, dan transcendence karena masih
terdapat beberapa perbedaan konsep masing-masing kondisi tersebut berdasarkan
jurnal.
31
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, MR. (2014). Nursing theory: Utilization and application. 5th edition. St.
Louis: Elsevier Inc.
32