Anda di halaman 1dari 1

STUDI KASUS HUKUM DAN ETIK KEPERAWATAN

Seorang pasien dilapas cipinang yang kita sebut sebagai WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan),
dilaporkan oleh TAMPING (Tahanan Pendamping) ke poliklinik lapas dan mengabarkan bahwa terjadi
perkelahian antar WBP di blok belakang, kemudian WBP tersebut dibawa ke poliklinik dengan kondisi
saat ini kesadaran apatis, dan terdapat luka memar dan benjol besar dibagian kepala akibat
hantaman senjata tumpul, WBP tersebut memiliki Riwayat B20 dengan On ARV dan TB On OAT,
kemudian pasien dirujuk ke IGD RS Pengayoman Cipinang dan dilakukan berbagai pemeriksaan yaitu
pemeriksaan EKG, Rontgen dan pemeriksaan Laboratorium. Kondisi pasien semakin menurun dengan
kesadaran koma, klien sulit merespon dengan panggilan dan rangsangan sentuh, DPJP
mengintrusikan untuk dirujuk ke RS lain untuk dilakukan MRI sebagai penunjang penegak diagnosa,
namun pasien tidak bisa segera dirujuk dikarenakan WBP tersebut tidak memiliki KTP dan BPJS.
Kemudian petugas menghubungi keluarga WBP tersebut dan menjelaskan kondisi terkini dan harus
segera dirujuk ke RS lain. Sementara itu, respon keluarga kurang koooperatif dikarenakan keluarga
berada di Kalimantan dan tidak ada satu anggota keluarga yang tinggal dijakarta, karena kekurangan
ekonomi sehingga keluarga tidak memiliki akomodasi yang mendukung dan keluarga menyerahkan
sepenuhnya keputusan apapun yang dilakukan nakes dilapas cipinang, kemudian petugas lapas
cipinang menandatangani persetujuan untuk dirawat di RS Pengayoman dengan fasilitas yang kurang
memandai. Kemudian WBP tersebut di rawat inap biasa di RS pengayoman Cipinang, 30 menit
kemudian WBP tersebut meninggal.

Anda mungkin juga menyukai