Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN JIWA

SKIZOFRENIA TAK TERINCI DENGAN SUSPEK

DISABILITAS INTELEKTUAL RINGAN

!
!
!
!
!
!
!
!
!
Penulis:
Cathrine Saputra
00000005819
!
Pembimbing:
dr. Ashwin Kandouw, Sp. KJ
!
!
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SANATORIUM DHARMAWANGSA
PERIODE 12 FEBUARI – 16 MARET 2018
JAKARTA
No. Rekam Medis : 113. xx. xx

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 20 Desember 2013

Riwayat Perawatan :I

!
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 24 tahun (31 Agustus 1993)
Bangsa/Suku : Indonesia
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA 1
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Angsana Utama 1 blok G 7 no. 29
!
II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 19 – 24


Februari 2018 di aula & bangsal pria perawatan kelas 3 RS Dharmawangsa.
Alloanamnesis didapat dari perawat bangsal pada tanggal 24 Febuari 2018.

!
A. KELUHAN UTAMA

Memukul teman dan mencekik gurunya di sekolah

!
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Berdasarkan cacatan rekam medis, Tn. K dibawa ibunya ke RS DW karena


memukul teman dan mencekik gurunya di sekolah. Selain itu, pasien juga
sering marah, tidak bisa diam, lari kesana kemari, dan suka teriak-teriak,
terutama di malam hari. Pernyataan ini sempat didukung oleh pernyataan
pasien, dimana pasien pernah mengatakan bahwa ia di bawa ke RS DW
karena ngamuk. Akan tetapi, ketika ditanya alasannya mengamuk, pasien 

tidak memberikan jawaban. Setelah itu, pasien selalu menyangkal pernyataan
tersebut dan mengatakan bahwa ia di bawa ke RS DW karena demam.
Pasien mengetahui bahwa RS DW adalah sebuah rumah sakit dan rumah
sakit adalah tempat untuk orang yang sakit. Ketika ditanyakan apakah pasien
mash sakit, pasien mengatakan bahwa ia tidak sakit lagi. Namun, ketika
ditanya alasan mengapa pasien masih disini, pasien tidak memberikan
jawaban. Sebelum dibawa ke RS DW, pasien telah terlebih dahulu dibawa ke
RS Siloam. Pasien kembali mengatakan bahwa ia dirawat oleh seorang
dokter anak karena demam.

Pasien memiliki hobi nyanyi, main gitar, dan main piano. Ia mengatakan
bahwa ia pernah kursus piano dan sekarang sedang kuliah jurusan musik
semester 3 di UPH. Cita-citanya adalah menjadi seorang musisi. Pasien
mengaku sangat mengidolakan Phil Collins dan Ada Band. Ia dapat
menyebut semua personil Ada Band, dan menyanyikan semua lagu, baik Ada
Band maupun Phil Collins dengan lirik yang benar. Pasien mengaku pernah
melakukan chatting dengan Phil Collins melalui facebook. Ia menanyakan
kapan Phil Collins akan melakukan tur lagi. Kemudian Phil Collins
menjawab bahwa ia tidak bisa melakukan tur lagi karena sakit. Di lain hari,
pasien pernah kedapatan sedang senyum sendiri dan sulit untuk di panggil.
Ketika di tanya apakah pasien sedang ngobrol, pasien mengatakan bahwa ia
sedang berbicara dengan Phil Collins. Phil Collins menanyakan kabar pasien
dan mengatakan bahwa pasien sudah besikap baik selama ini. Pasien melihat
Phil Collins sebagai seorang laki-laki tua yang bungkuk dan bertongkat.
Selain itu, pasien juga mengaku pernah manggung bareng Ada Band di Plaza
Senayan & Pondok Indah Mall. Kemudian, ia juga mengatakan bahwa Doni
(personil Ada Band) pernah mengunjunginya ke RS DW dan meminta pasien
untuk cepat sembuh. Ketika ditanyakan ke perawat, perawat menyangkal
pernyataan pasien mengenai kedatangan Doni ke RS DW.

Pasien mengaku bahwa ia memiliki pacar bernama Angel Pieters. Ia


berpacaran dengan Angel Pieters sejak SMP. Setelah ditelusuri, ternyata
Angel Pieters adalah seorang penyanyi. Pasien mengatakan bahwa Angel
Pieters pernah mengunjunginya di DW dan pasien pernah bertemu 


2
dengannya di gereja pada saat cuti natal 2017. Kemudian, sejak kecil pasien
memiliki 3 orang teman, Tn. Ald, Tn. Alv, dan Tn.Ni. Pasien mengatakan
bahwa Tn. Ni pernah juga dirawat di RS DW karena ngamuk. Tetapi, di
kemudian hari, ia mengatakan bahwa Tn. Ni dirawat karena penyakit
epilepsi. Di RS DW sendiri, pasien mengatakan bahwa ia dekat dengan Tn. J.
Pasien juga merupakan anak kesayangan dari Tn. S, dimana Tn. S sering
memeluk pasien. Pasien menyangkal bahwa ia memiliki musuh. Ia
mengatakan bahwa semua orang di sekelilingnya baik dan tidak memiliki niat
buruk padanya.

Di RS DW, pasien sering kali terlihat berkeliling tanpa tujuan yang jelas dan
tersenyum sendiri. Ketika ditanya mengenai apa yang membuatnya
tersenyum, ia mengatakan beberapa hal lucu seperti “itu tukul, burung hantu
airlines”, “SBY loncat dari pesawat pakai parasut”, “Phil Collins jualan tahun
sumedang”, “Tukul terjatuh dari sepeda di acara live yang dipenuhi orang-
orang”, “ada orang bilang kalau dia nyanyiin lagu Phil Collins, padahal
lagunya bukan lagu Phil Collins”. Pasien menyangkal bahwa ia mendengar
hal tersebut dari orang lain, ia hanya teringat dan membayangkan hal tersebut
terjadi. Akan tetapi, ketika pasien sedang berputar-putar di halaman bangsal
RS DW berkali-kali dan tanpa tujuan yang jelas, pasien pernah secara tidak
sengaja menyebutkan seorang temannya yang bernama Tn. G. Pasien
mengatakan bahwa Tn. G adalah seorang temannya yang suka bercanda
dengannya. Tetapi ketika ditanya lebih lanjut mengenai siapa itu Tn. G,
pasien mengatakan “jangan tau , maaf.” Keesokkan harinya, pasien
mengatakan bahwa Tn. G adalah teman SDnya. Keesokkan harinya lagi,
pasien mengatakan bahwa Tn. G adalah teman kuliahnya. Kemudian, ketika
ditanya apa yang di becandakan Tn. G, ia kembali mengatakan “jangan tau,
maaf.” Ketika ditanyakan alasan mengapa tidak boleh tau, ia mengatakan
bahwa ia takut. Tetapi, setelah itu pasien terus menyangkal bahwa ia takut
dan tidak berespon ketika ditanya mengenai Tn. G.

!
!

3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Berdasarkan rekam medis, diketahui bahwa pasien pernah memiliki


riwayat gangguan aktivitas dan perhatian (ADHD) ketika masa kanak-kanak.
Akan tetapi, tidak diketahui riwayat pengobatan dan perkembangan
penyakitnya karena keterbatasan informasi.

2. Riwayat Gangguan Medis

Tidak ada riwayat gangguan medis

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)

Pasien menyangkal pernah merokok, minum alkohol, atau


menggunakan obat-obatan terlarang.

!
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal & Perinatal

Tidak diketahui

2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Berdasarkan rekam medis, pasien mengalami ADHD pada usia ini


dan sudah berobat ke rumah sakit di Jakarta Barat. Riwayat pengobatan tidak
diketahui.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien bersekolah di TK-SMP Patmos (Sekolah Luar Biasa) karena


ADHD dan retardasi mental. Pada masa ini, pasien juga sempat mengikuti
kursus piano oleh keinginan sendiri.

4. Riwayat Masa Kanan Akhir (Pubertas) dan Remaja

Pasien mengidolakan Phil Collins dan Ada Band. Berdasarkan rekam


medis, tindakan agresif pasien dimulai pada masa ini, dimana pasien
memukul temannya dan mencekik gurunya. Pasien sendiri menyangkal
adanya kejadian tersebut.


4
5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Dari data rekam medis, diketahui pasien bersekolah hingga


SMA 1 di SMA Patmos. Ia kemudian berhenti sekolah karena dibawa
ke RS DW akibat tindakan agresifnya.

b. Riwayat Pekerjaan

Tidak ada

c. Riwayat Kehidupan Beragama

Pasien beragama Kristen. Ia selalu ke gereja bersama mamaya


setiap minggu sebelum masuk ke RS DW.

d. Riwayat Kehidupan Sosial dan Aktivitas

Selama di RS DW, pasien lebih sendiri terlihat sendiri,


berjalan keliling bangsal DW, dan tersenyum sendiri. Akan tetapi,
hubungan pasien dengan pasien lainnya baik, dimana pasien tidak
pernah terlihat bertengkar dengan sesama pasien. Apabila diajak
berbicara, pasien dapat menjawab pertanyaan dan berkomunikasi
dengan normal.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien hanya pernah memukul temannya dan mencekik


gurunya. Tidak ada riwayat pelanggaran hukum lain.

!
E. RIWAYAT KELUARGA

Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ia memiliki seorang


adik laki-laki, Tn. Gi yang usianya berjarak 4 tahun dengan pasien. Ayah
pasien bernama Tn. V dan ibu pasien bernama Ny. F. Melalui alloanamnesis,
diketahui bahwa orangtua pasien telah bercerai. Tidak diketahui waktu pasti
perceraian tersebut. Kemudian, pada tahun 2015, ayah pasien (49 tahun)
meninggal dunia karena serangan jantung. Tidak ada riwayat penyakit yang
serupa dengan pasien pada keluarga, termasuk adik pasien.


5
!
Tn. V, 49 th Ny. F, 51 th

!
! Tn. K, 24 th Tn. Gi, 20 th

Keterangan:
Sakit Jantung Bercerai
Laki-Laki

Perempuan Meninggal
!
!
F. SITUASI KEHIDUPAN EKONOMI SEKARANG

Dari autoanamnesis, diketahui bahwa pasien tinggal di sebuah rumah


berlantai dua di daerah Kosambi, Jakarta Barat. Keluarga pasien memiliki sebuah
mobil Honda CRV dan sebuah motor Yamaha Jupiter MX. Ayah pasien berkerja di
sebuah bank swasta. Akan tetapi, setelah ayahnya meninggal, ibu pasien yang
bekerja sebagai pegawai di bank BUMN memegang peranan sebagai tulang
punggung keluarga.

Dari alloanamnesis dengan perawat, diketahui bahwa pasien belum


membayar biaya rumah sakit sejak awal pasien dirawat. Oleh karena itu, rumah sakit
tidak lagi memberikan obat untuk pasien. Dokter hanya memberi resep untuk dibeli
ibu pasien diluar. Sehingga, apabila ibu pasien tidak membawakan obat, pasien tidak
dapat mengkonsumsi obat.

III. STATUS MENTAL

Pemeriksaan dan anamnesis dilakukan tanggal 19 februari 2018 – 24 februari 2018.

6
A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki, 24 tahun, tampak lebih mudah dari usia.


Postur tubuh pasien sedikit membungkuk, dengan badan yang gemuk. Pasien
berpenampilan rapi menggunakan kaos dan celana pendek yang bersih dan
tidak berbau. Rambut pasien tipis dan tersisir rapi.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

a. Sebelum Wawancara

Pasien tampak berjalan berkeliling lapangan bangsal dan aula


RS DW tanpa tujuan yang jelas. Ia seringkali terlihat tertawa dan
tersenyum sendiri.

b. Saat Wawancara

Selama wawancara, pasien tampak sering melakukan gerakan-


gerakan streotipik seperti mengetukkan kepalan tangan ke dahi
kemudian ke mulut (seperti memegang microphone), megancungkan
jari jempol dan telunjuk (seperti pistol) ke arah atas, menjentikkan
jari, dan terkadang menggaruk alat kelaminnya.

c. Setelah Wawancara

Setelah selesai wawancara, pasien kembali berjalan


mengelilingi bangsal dan aula seperti saat sebelum wawancara.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa. Ia tidak pernah


menolak ajakan untuk wawancara dan selalu menjawab pertanyaan yang
diajukan kepada pasien.

!

7
B. PEMBICARAAN

1. Kuantitas

Kuantitas pembicaraan pasien sedikit atau minimal. Pasien hanya


menjawab pertanyaan seadanya dengan 1-2 kata (iya, nggak, ga tau, suka),
atau sesekali dengan kalimat pendek (bila berhubungan dengan hal yang
disukai).Ti

2. Kualitas

Kualitas pembicaraan pasien tidak spontan, monoton, dengan ide


cerita yang sedikit. Pasien tidak bisa mengembangkan ide, hanya menjawab
sesuai dengan pertanyaan, dan tidak pernah bertanya balik kepada pemeriksa.

!
C. MOOD & AFEK

1. Mood

Meskipun pasien sering terlihat tersenyum atau tertawa sendiri, mood


pasien masih tergolong dalam mood yang eutimik. Hal ini dikarenakan
kesenangan yang dirasakan pasien tidak meledak-ledak seperti dalam kondisi
hipomania atau mania.

2. Afek

Afek pasien terbatas. Hal ini dapat dilihat dari raut wajah pasien yang
tidak sedih ketika menceritakan kematian ayahnya. Selain itu, melalui
alloanamnesis diketahui bahwa pasien juga tidak menunjukkan raut wajah
sedih atau menangis ketika melayat ayahnya di rumah duka. Selama
wawancara, pasien tidak menunjukkan respons emosi apapun. Pasien hanya
tersenyum atau tertawa ketika membicarakan hal lucu yang ia ceritakan.

3. Keserasian

Tidak serasi

!

8
D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi : Ada

- Visual

a. Melihat Phill Collins di RS DW sebagai pria tua yang bungkuk dan


menggunakan tongkat.

b. Melihat Doni mengunjunginya di RS DW

c. Melihat Angel Pieters mengunjunginya di RS DW

- Auditorik

a. Mendengar Phill Collins mengatakan “how are you? you're doing


good”

b. Mendengar Doni mengatakan “cepat sembuh ya”

c. Suspek: Lelucon yang dikatakan Tn. G

- “itu tukul, burung hantu airlines”

- “Phil Collins jualan tahun sumedang”

HP- “SBY loncat dari pesawat pakai parasut”

- “Tukul terjatuh dari sepeda di acara live yang dipenuhi


orang-orang”

- “ada orang bilang kalau dia nyanyiin lagu Phil Collins,


padahal lagunya bukan lagu Phil Collins”

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

!
E. PROSES PIKIR

1. Arus Pikir

a. Produktivitas


9
Miskin ide, pasien tidak bisa bercerita secara spontan. Ketika
pasien diminta untuk bercerita, pasien tidak tau harus bercerita apa.
Kemudian, ketika pasien diminta untuk memberikan pertanyaan
apapun kepada pemeriksa, pasien tidak bisa mengajukannya.

b. Kontinuitas

Kontinuitas baik, tidak ada asosiasi longgar, inkoherensi, word


salad, maupun flight of ideas.

c. Hendaya Berbahasa

Tidak ada.

2. Isi Pikir

a. Preokupasi

Tidak ada

b. Waham

a. Waham Kebesaran (Grandiosity)

- Pasien pernah melakukan chatting dengan Phil Collins


melalui facebook. Kemudian, Phil Collins juga pernah
mengunjunginya ke DW dan berbicara kepadanya.

- Pasien pernah manggung bareng Ada Band di Plaza


Senayan dan Pondok Indah Mall. Ia juga percaya Doni datang
ke DW dan berbicara kepadanya.

- Pasien yakin bahwa ia telah berpacaran dengan Angel


Pieters sejak SMP dan Angel Pieters pernah datang
mengunjunginya ke DW.

- Pasien sedang berkuliah di UPH jurusan musik semester 3.

b. Suspek: Waham Persekutorik

- Pasien merasa takut untuk menceritakan mengenai Tn. G.

!

10
F. SENSORIUM & KOGNISI

1. KESADARAN

a. Kesadaran Neurologik: Compos Mentis

b. Kesadaran Psikologis: Terganggu

2. INTELEGENSIA

Taraf Inteligensia pasien tidak sesuai dengan pendidikkan terakhirnya,


yaitu SMP 3 (tidak tamat SMA 1). Pasien tidak bisa melakukan perkalian
maupun pembagian. Ia hanya dapat melakukan pertambahan dan
perkurangan sederhana (dalam 1-10).

3. ORIENTASI

Secara keseluruhan, orientasi pasien terhadap tempat, waktu, dan


orang masih cukup baik, dimana pasien mengetahui bahwa ia sedang berada
di Sanatorium DW yang berlokasi di Jakarta, mengetahui hari (Jumat), bulan
(Febuari), dan tahun (2018), dan dapat mengenali serta menyebut nama
pemeriksan dan beberapa dokter muda yang dikenalnya dengan benar. Pasien
hanya tidak bisa menyebutkan tanggal.

4. MEMORI

a. Jangka Panjang: Baik, pasien dapat mengingat identitas


pribadinya, nama dan pekerjaan dari anggota keluarganya, serta nama
dan kegiatan yang sering dilakukan bersama teman-temannya dulu.
Selain itu, pasien juga dapat menghafal lirik lagu dari penyanyi yang
disukainya.

b. Jangka Pendek: Baik, pasien dapat mengingat kegiatan yang


dilakukannya dan apa yang dimakannya kemarin.

c. Sesaat: Baik, pasien dapat memberitau hal yang pasien lakukan


sebelum wawancara berlangsung.

d. Segera: Baik, pasien dapat mengingat 3 nama benda yang


pemeriksa sebutkan untuk disebutkan kembali beberapa saat
kemudian.


11
5. KONSENTRASI & PERHATIAN

Konsentrasi pasien sering teralihkan, dimana ketika pasien ditanya


saat berdiri, pasien hanya akan menjawab satu pertanyaan kemudian berjalan-
jalan lagi. Akan tetapi, apabila wawancara dilakukan dalam keadaan duduk,
pasien dapat duduk diam dalam waktu yang cukup lama. Meskipun begitu, di
sela-sela pertanyaan, pasien mudah sekali teralihkan konsentrasinya, baik
oleh orang-orang yang lewat atau oleh sesuatu yang membuatnya tertawa
atau tersenyum sendiri.

6. KEMAMPUAN MEMBACA & MENULIS

Pasien mampu membaca dan menulis dengan baik, baik dalam bahasa
indonesia maupun bahasa inggris.

7. KEMAMPUAN VISUOSPASIAL

Pasien dapat meniru gambar pentagon yang bersinggungan di kedua


sisinya. Kemudian, pasien juga mengetahui letak pintu dan gagangnya
dengan baik.

8. PIKIRAN ABSTRAK

Pasien dapat menyebutkan persamaan bola dan jeruk, yaitu sama-


sama bulat. Akan tetapi, pasien tidak mengetahui arti dari pribahasa: “udang
di balik batu” -> tidak tau; “lempar batu sembunyi tangan” -> jangan, masa
lempar terus sembunyi; dan “tong kosong nyaring bunyinya”-> tidak ada
omongannya.

9. KEMAMPUAN MENOLONG DIRI SENDIRI

Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan,


mengenakan pakaian dengan sendiri.

!

12
G. PENGENDALIAN IMPULS

Meskipun pasien sering tampak tersenyum atau tertawa sendiri, pengendalian


impuls pasien masih tergolong baik, dimana pasien tidak marah apabila ditanyakan
mengenai hal-hal yang bersifat privasi, tidak melakukan hal–hal berbahaya, dan
tidak marah ketika makanannya diambil oleh orang lain.

!
H. JUDGEMENT & TILIKAN

Tilikan pasien terganggu derajat 1, dimana pasien mengatakan bahwa ia tidak


sakit, meskipun ia mengetahui bahwa ia sedang berada di rumah sakit yang
merupakan tempat untuk orang yang sakit.

!
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Meskipun pasien sering memberikan jawaban yang berbeda, secara


keseluruhan pernyataan pasien masih dapat dipercaya.

!
IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : E4M5V6 (Compos Mentis)
Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Temperatur : 36,2ºC
• Nadi : 84 x/menit
• Pernafasan : 19 x/menit
Status Gizi dan Antopometri

Berat Badan (BB) : 89 kg


Tinggi Badan (TB) : 169 cm
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 31.2 (obesitas I)

13
Sistem Kardiovaskular : Dalam batas normal

Sistem Respiratorius : Dalam batas normal

Sistem Gastrointestinal : Dalam batas normal

Sistem Muskuloskeletal : Dalam batas normal

Sistem Urogenital : Dalam batas normal

Sistem Dermatologi : Dalam batas normal

B. SISTEM NEUROLOGIK

Saraf Kranialis (I-XII) : Dalam batas normal

Tanda Rangsang Meningeal : Tidak ditemukan

Tanda Peningkatan TIK : Tidak ditemukan

Mata : Pupil isokor 3mm/3mm

Motorik:

5 5
5 5

!
Sensibilitas : Baik

Sistem Saraf Autonom : Dalam batas normal

Refleks Fisiologis : Dalam batas normal

Refleks Patologis : Tidak dilakukan

Gangguan khusus lainnya : Tidak ditemukan

!
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan biaya


keluarga. Namun pada pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) didapat
nilai 24 dari 30, menunjukan adanya gangguan kognitif ringan.


14
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

• Halusinasi Auditorik

a. Mendengar Phill Collins mengatakan “how are you? you're doing


good”

b. Mendengar Doni mengatakan “cepat sembuh ya”

c. Suspek: Lelucon / hal-hal humor (infantile) yang dikatakan Tn. G

- “itu tukul, burung hantu airlines”

- “SBY loncat dari pesawat pakai parasut”

- “Tukul terjatuh dari sepeda di acara live yang dipenuhi


orang-orang”

- “ada orang bilang kalau dia nyanyiin lagu Phil Collins,


padahal lagunya bukan lagu Phil Collins”

• Halusinasi Visual

- Melihat Phill Collins di RS DW sebagai pria tua yang bungkuk dan


menggunakan tongkat.

- Melihat Doni mengunjunginya di RS DW

- Melihat Angel Pieters mengunjunginya di RS DW

• Waham Kebesaran (Grandiosity)

- Pernah chatting dengan Phil Collins melalui facebook. Kemudian,


Phil Collins juga pernah mengunjunginya ke DW dan berbicara
kepadanya.

- Pasien pernah manggung bareng Ada Band di Plaza Senayan dan


Pondok Indah Mall. Ia juga percaya Doni datang ke DW dan
berbicara kepadanya.

- Pasien yakin bahwa ia telah berpacaran dengan Angel Pieters sejak


SMP dan Angel Pieters pernah datang mengunjunginya ke DW.

- Pasien sedang berkuliah di UPH jurusan musik semester 3.

!
15
• Suspek: Waham Persekutorik

- Pasien merasa takut untuk menceritakan mengenai Tn. G.

• Tampak Lebih muda dari usia

• Miskin Ide

• Afek Terbatas

• Intelegensia tidak sesuai dengan tingkat pendidikan

• Mannerisme

Pasien secara tidak sadar terus mengetukkan kepalan tangan ke dahi


kemudian ke mulut (seperti memegang microphone), megancungkan jari jempol
dan telunjuk (seperti pistol) ke arah atas, menjentikkan jari, dan menggaruk alat
kelaminnya.

• Hiperaktivitas

Selain saat wawancara, pasien tampak selalu berjalan-jalan tanpa tujuan, dan
jarang sekali terlihat duduk diam. Saat wawancara, konsentrasi pasien sangat
mudah dialihkan oleh hal lain.

!
VII. FORMULASI DIAGNOTIK

• Aksis I

Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini digolongkan ke dalam


Skizofrenia Paranoid.

Diagnosis kerja Skizofrenia Tak Terinci ditegakkan berdasarkan temuan


klinis berupa halusinasi dan waham yang menetap selama >6 bulan. Berdasarkan
DSM-V, pasien memenuhi kriteria Skizofrenia, dimana terdapat 2 gejala berupa
halusinasi dan waham dimana masing-masing gejala sudah berlangsung lebih
dari 6 bulan dan setiap hari. Dari PPDGJ III, pasien memenuhi kriteria
skizofrenia tak terinci karena tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia
paranoid, herbefrenik, atau katanonik, dan tidak memenuhi kriteria skizofrenia
residual maupun depresi pasca skizofrenia.

!
16
• Aksis II

Suspek disabilitas intelektual ringan

• Aksis III

Tidak ada diagnosis

• Aksis IV

Kasus ini memiliki beberapa masalah psikososial dan lingkungan,


diantaranya adalah (1) ketidakmampuan menyesuaikan diri dalam hal pendidikan
dan ketidakharmonisan antar teman dan guru (Z55.9), dimana pasien memukul
temannya dan mencekik gurunya. Hal inilah yang membuat pasien dibawa ke RS
DW; (2) pendapatan keluarga yang rendah (Z59.6), dimana biaya rumah sakit pasien
sudah tidak dibayar sejak awal pasien dirawat di RS DW. Hal ini mungkin
disebabkan karena ibu pasien merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga
semenjak ayahnya meninggal; (3) tidak dilakukannya suatu prosedur atau terapi
karena alasan lainnya (Z53.8), dimana pasien sudah tidak mendapatkan obat lagi dari
RS DW, sehingga apabila ibu pasien tidak membawakan obat, pasien tidak akan bisa
mengkonsumsi obat.

• Aksis V

Berdasarkan Global Assessment of Functioning (GAF), pasien saat ini


memiliki nilai GAF 70, dimana pasien masih memiliki gejala yang ringan dan
menetap, dimana waham dan halusinasi masih ada, tetapi hanya terdapat disabilitas
ringan dalam fungsi, dimana pasien masih bisa melakukan fingsi sehari-hari seperi
makan, mandi, dan berpakaian sendiri. Selain itu, hubungan interpersonal pasien
dengan orang lain juga baik, dimana pasien dapat menyapa dengan memanggil nama
orang yang ia kenali. Sehingga, secara umum pasien masih dalam kondisi yang baik.
Sedangkan, GAF Highest Level Past Year (HLPY) pasien adalah 80, dimana
gangguan pasien hanya sekedar gangguan akademis (bersekolah di sekolah
kebutuhan khusus).

17
!
VIII. FORMULASI MULTIAKSIAL

• Aksis I : Skizofrenia Tak Terinci (F20.3)

• Aksis II : Suspek disabilitas intelektual ringan (F70)

• Aksis III: Tidak ada diagnosis.

• Aksis IV : Z55.4, Z59.6 dan Z53.8

• Aksis V : GAF Current skala 70 dan GAF Highest Level Past Year skala 80

!
IX. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Pasien dalam kondisi obesitas I.

2. Psikologik

Pasien didiagnosis dengan gangguan skizofrenia tak terinci. Saat ini, pasien
masih mengalami halusinasi visual maupun auditorik, dan masih memiliki waham.
Meski, telah dilakukan pengobatan selama 5 tahun, waham dan halusinasi tetap ada.
Selain itu, pasien diduga memili disabilitas intelektual ringan.

3. Sosial / Keluarga / Budaya

Pasien mungkin akan mengalami gangguan fungsi sosial karena pasien tidak
bisa berinteraksi secara aktif, ia hanya dapat menjawab pertanyaan tertutup saja, dan
tidak bisa memberikan pertanyaan balasan. Dalam hal keluarga, satu-satunya
masalah pasien adalah adanya keterbatasan biaya. Sehingga, pasien mungkin tidak
mengkonsumsi obat secara rutin kelak.

18
X. PROGNOSIS

A. Faktor - Faktor yang Mendukung ke Arah Prognosis Baik

• Tidak ada penyakit organik

• Pasien dapat mengurus diri dengan mandiri

• Pasien sudah tidak pernah “ngamuk”

• Orientasi dan memori baik

• Tidak ada hendaya dalam berbahasa, membaca maupun menulis

• Pasien rutin mengkonsumsi obat apabila disediakans

B. Faktor - Faktor yang Mendukung ke Arah Prognosis Buruk

• Diduga memiliki disabilitas intelektual ringan

• Tilikan pasien masih sangat rendah (Tilikan 1)

• Adanya keterbatasan biaya

• Penyakit sudah diderita pasien dalam waktu yang cukup lama (5 tahun) dan tidak
kunjung sembuh

!
KESIMPULAN PROGNOSIS

• Ad vitam : Dubia ad bonam

• Ad functionam : Dubia ad bonam

• Ad sanationam : Dubia ad malam

!
XI. TERAPI

A. PSIKOFARMASIa

• Terapi yang dianjurkan:

- Chlorpromazine 100mg 3x1


- Trihexyphenidyl 2mg 3x1


19
• Terapi yang diberikan di RS DW:
- Haloperidol 5mg 3 x 1/hari
- Risperidone 2mg 2 x 1/ hari
- Trihexyphenidyl HCL (Heximer) 2mg 3 x 1/hari
- Fluphenazine Decanoate (sikzonoate) IM 25ml tiap 2 minggu

B. PSIKOTERAPI

Terapi Perilaku

A. Social Learning Program

Mengajari cara berperilaku yang sesuai masyarakat dengan sistem reward.


Apabila pasien melakukan tugas yang diperintahkan dengan benar, pasien berhak
mendapatkan hadiah yang dapat berupa makanan atau apapun yang disukai.

B. Social Skill Training

Mengajari keahlian dan keterampilan bersosialisasi seperti percakapan dan


beradaptasi dengan masyarakat. Kedua terapi ini mempersiapkan pasien untuk
kembali ke sistem masyarakat tanpa menimbulkan masalah dan dapat
menjalankan peran masing-masing pasien.

!
XII. DISKUSI

Berdasarkan kriteria diagnosis skizofrenia pada DSM-V, pasien dapat


dikategorikan sebagai skizofrenia karena memiliki 2 dari 5 gejala, yaitu waham
(kebesaran dan persekutorik) dan halusinasi (auditorik dan visual) yang bertahan
selama lebih dari 6 bulan. Kemudian, berdasarkan PPDGJ III, pasien dapat
digolongkan sebagai skizofrenia tak terinci karena gejala yang ada pada pasien tidak
cukup untuk mendiagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau katatonia, serta
tidak memenuhi kriteria skizofrenia residual maupun depresi pasca skizofrenia.
Diagnosis ini ditegakkan dengan diagnosis banding skizofrenia paranoid dan
skizofrenia herbefrenik.

20
Pertama-tama, meskipun pasien memiliki gejala halusinasi dan waham yang
menonjol seperti pada skizofrenia paranoid, tetapi halusinasi dan waham yang
dirasakan pasien tidak khas, dimana halusinasi auditorik yang didengar pasien tidak
ada yang bersifat commenting, commanding, maupun insulting. Sebaliknya, hal-hal
yang didengar pasien cenderung bersifat positif dan bersifat humor (infantile). Selain
itu, pasien juga tidak merasa memiliki musuh dan menyangkal adanya orang yang
berniat jahat kepadanya. Satu-satunya yang sedikit khas paranoid adalah suspek
adanya waham persekutorik dimana pasien enggan membicarakan Tn. G (orang yang
diduga membisikkan lelucon kepada pasien) karena merasa takut.

Kedua, pasien memiliki mannerisme, kecenderungan untuk menyendiri,


perilaku yang menunjukkan hampa tujuan (berjalan mengelilingi aula dan bangsal),
afek terbatas, dan sering senyum sendiri yang bisa mengarahkan ke arah diagnosis
skizofrenia herbefrenik. Akan tetapi, diagnosis ini masih belum bisa ditegakkan
karena pasien tidak memiliki gejala khas dari skizofrenia herbefrenik yaitu waham
bizzare, halusinasi bizzare, perilaku yang aneh, dan adanya asosiasi longgar atau
inkoherensia. Selain itu, pasien juga masih bisa mengurus dirinya sendiri (makan,
mandi, minum) yang menunjukkan bahwa masih banyak aktivitas pasien yang
dilakukan dengan tujuan.

Ketiga, tentu diagnosis skizofrenia katatonia, skizofrenia residual, dan


depresi pasca skizofrenia tidak bisa dijadikan diagnosis karena pasien tidak memiliki
gejala katatoni, gejala negatif, dan gejala depresi.

Selain skizofrenia, pasien juga disuspek memiliki disabilitas intelektual


ringan karena pasien tampak lebih muda dari usianya dan tingkat intelegensianya
tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya, dimana pasien tidak bisa melakukan
perkalian maupun pembagian, dan hanya bisa melakukan pertambahan dan
pengurangan sederhana (dibawah 10). Berdasarkan DSM V, disabilitas intelektual
ringan dapat dilihat dari adanya masalah dalam 3 aspek utama, yaitu aspek
konseptual, aspek sosial, dan aspek praktis. Dalam aspek konseptual, pasien tidak
dapat melakukan perhitungan aritmatika sederhana dan memiliki gangguan dalam
pemikiran abstrak. Dalam aspek sosial, pasien tidak dapat melakukan interaksi sosial
yang sesuai dengan usianya, dimana pasien hanya bisa menjawab seadanya dan
kesulitan dalam menceritakan sesuatu. Sedangkan, aspek praktisnya kurang dapat 

21
dinilai. Selain itu, tidak diketahui nilai IQ pada pasien ini, sehingga diagnosis masih
belum bisa ditegakkan.

Terapi pada pasien ini ditujukan untuk meringankan gejala positif pada
skizofrenianya, oleh karena itu diberikan anti psikosis tipikal berupa chlorpromazine
dengan dosis 100 mg 3 kali sehari. Mengingat adanya keterbatasan biaya pada
keluarga pasien, maka chlorpromazine merupakan obat yang tepat karena harganya
paling murah dibandingkan dengan obat anti psikosis lainnya. Untuk meringankan
efek samping ekstrapiramidal dari antipsikosis tipikal dapat diberikan triheksifenidil
dengan dosis 2 mg 3 kali sehari. Anti psikosis atipikal tidak dipilih pada pasien ini
karena pasien ini tidak memiliki gejala negatif yang menonjol.

Kriteria diagnosis Skizophrenia menurut DSM-V

A. Dua (atau lebih) gejala dibawah, setiap gejala harus 1 bulan periode (atau
kurang jika diobati dengan baik). Setidaknya harus terdapat satu gejala (1),
(2), atau (3)

1. Waham

2. Halusinasi

3. Gangguan berbicara (asosiasi longgar atau inkoherensia)

4. Gangguan Perilaku

5. Gejala negatif

B. Ditandai dari kegagalan pencapaian perbaikan dari gangguan fungsi-fungsi


utama dari onset terjadinya gangguan. Gangguan fungsi utama seperti
pekerjaan, akademis (anak-anak), relasi interpersonal, atau kemandirian
(mengurus diri sendiri).

C. Tanda yang berkelanjutan dan bertahan setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan


ini, harus disertai setidaknya gejala pada kriteria A bertahan 1 bulan dan dapat
mengikutsertakan periode dari residual. Pada Gejala Residual manifestasinya
hanya gejala negatif.


22
D. Gangguan Skizoafektif dan gangguan depresi atau bipolar dengan psikotik
harus disingkirkan.

E. Gangguan tidak disebabkan oleh karena efek pengobatan atau drug abuse,
atau kondisi medis lainnya.

F. Jika terdapat riwayat gangguan spectrum autism (Autism Spectrum Disorder)


atau gangguan komunikasi, diagnosis tambahan Skizofrenia dibuat hanya jika
gejala Waham dan Halusinasi menonjol.

Kriteria Diagnosis Skizofrenia Tak Terinci menurut PPDGJ III

• Memebuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

• Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau


katatonik.

• Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual dan depresi pasca skizofrenia

!
!

23
XIII. LAMPIRAN

Gambar 1. Pentagon yang Bersinggungan di 2 Sisi

Gambar 2. Kemampuan Menulis dalam Bahasa Inggris


24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, B., Ruiz, P. and Sadock, V. (2015). Kaplan et Sadock's synopsis of psychiatry. 1st ed.
Philadelphia [u.a.]: Wolters Kluwer.

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) 5th ed. Washington: 2014. American
Psychiatric Publishing.

3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III di Indonesia. (1993). 3rd ed. Jakarta:
Department Kesehatan RI.

4. Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta; 2007.

25

Anda mungkin juga menyukai