Anda di halaman 1dari 15

STATUS UJIAN

ILMU KESEHATAN JIWA

Penguji :
dr. Henny Riana, SpKJ
dr. Hening Madonna, Sp.KJ
dr. Esther Sinswu., Sp.KJ
dr. Witri Narhadi., Sp.KJ
dr. Karjana, Sp.KJ

Disusun oleh :
Amiradyta Mahartiza – 2010.071.0076

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

0
PERIODE 4 MEI – 6 JUNI 2015

1
LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Usia : 30 tahun
Alamat : Batang, Jawa Tengah
Suku Bangsa : Jawa Tengah
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Tenaga Kerja Wanita
Pendidikan akhir : SD
Status pernikahan : Menikah
Tanggal masuk RS : 11 April 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Data pasien diperoleh secara autoanamnesis pada tanggal 29 dan 30 Mei 2015.
A. Keluhan Utama:
Pasien datang dalam keadaan mengamuk dan gelisah.
B. Keluhan Tambahan:
-
C. Riwayat Gangguan Sekarang:
Pasien datang ke RS. Polri diantar oleh BNP2TKI pada tanggal 11 April 2015
dalam keadaan berteriak-teriak dan menangis. Berdasarkan informasi yang didapat,
pasien bekerja di Oman sebagai TKW.
Pasien bekerja sebagai TKW sejak tahun 2010. Pasien awalnya bekerja di Dubai
sampai tahun 2013. Pasien bekerja sebagai pengasuh dua orang anak. Pada tahun 2013
pasien pindah bekerja ke Oman, dengan alasan atas kemauan pasien itu sendiri. Pasien
bekerja mengurus pekerjaan rumah tangga yang ditinggali oleh keluarga yang terdiri
dari 8 orang. Meskipun begitu pasien tetap lebih senang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga dibandingkan dengan menjadi pengasuh anak. Pasien mengaku majikan
di Dubai dan Oman sangat baik sekali terhadap dirinya, pasien menyangkal pernah
dimarahi atau dipukul. Pasien mengaku rindu dengan majikannya di Oman.
Pasien mengaku sangat rindu dengan keluarganya di Batang, Jawa Tengah sehingga
pasien memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Selama di perjalanan pulang, pasien
mendengar ada bisikan yang mengatakan bahwa terdapat Nyi Roro Kidul di dalam
pesawat tersebut dan menyamar sebagai pramugari. Pasien merasa takut dan gelisah
sehingga pasien berteriak-teriak selama di pesawat. Pasien mengatakan bahwa pasien

2
salah untuk berbuat seperti itu karena sebenarnya pramugari tersebut baik, namun
karena bisikan tersebut pasien menjadi takut terhadap pramugari tersebut. Pasien
menyangkal pernah mendengar bisikan-bisikan seperti ini sebelumnya.
Selama di bangsal Dahlia pasien masih mendengar suara-suara bisikan. Suara
bisikan ini terdiri dari dua orang, pasien mengatakan bahwa dua orang ini baik karena
selalu menasehati pasien untuk berbuat baik seperti shalat, zakat, dan berbuat baik
kepada teman-teman di sekitarnya serta mengajarkannya untuk bergurau. Suara tersebut
juga menyuruh pasien untuk rajin bersih-besih seperti menyuci piring dan menyapu.
Pasien sering merasa bersalah apabila tidak menjalankan nasehat dari suara-suara
tersebut. Suara ini terus menerus ada selama 24 jam, dan membisiki pasien secara
bergantian. Pasien juga mendengar bisikan yang mengatakan bahwa kuntilanak telah
mencuri sendal kesayangannya. Selain itu pasien mendengar Nike Ardilla bernyanyi-
nyanyi di bangsal.
Pada saat awal pasien di rawat di bangsal Dahlia pasien sering tidak menjawab dan
hanya diam saja jika diajukan pertanyaan. Pasien menunduk terus dan hanya sesekali
berani menatap mata langsung jika diajak bicara. Saat ini pasien sudah lebih ceria, bisa
diajak bicara dan bergurau, serta memiliki nafsu makan yang baik. Namun jika
ditanyakan tentang hal-hal yang menyangkut bisikan atau pekerjaannya dahulu pasien
sering berdiam diri dengan tatapan mata kosong dan menjawab pertanyaan pemeriksa
beberapa detik setelahnya. Pasien mengaku merasa sangat rindu dengan bapak dan ibu
di kampung dan bertanya kapan pasien bisa pulang. Saat ditanyakan hal ini pasien
sempat menangis tiba-tiba karena ia sangat rindu dengan bapak dan ibu, serta meminta
maaf kepada pemeriksa karena selama ini ia telah berbohong.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Medis Umum
 Kelainan bawaan : Tidak ada
 Infeksi : Tidak ada
 Trauma : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
2. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak didapatkan riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA).
Pasien mengaku tidak pernah menggunakan zat narkotika atau psikoaktif.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien mengaku ibu
pasien melahirkan secara normal dan tidak ada kendala.

3
2. Masa Kanak-kanak dan Remaja
a. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien mengaku memiliki beberapa teman saat kecil..
b. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien akur dengan kakaknya, namun sejak kecil pasien sering
membantu orangtua bertani di kampung. Pasien mengaku sering dipukuli
oleh orangtuanya, namun pasien merasa hal ini wajar karena pasien
menjadi anak yang nakal, dan pasien tetap sayang kepada kedua
orangtuanya. Ibu dan bapak pasien bercerai saat pasien berusia 7 tahun,
dan sejak saat itu pasien tinggal bersama ibu pasien.
c. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
Pasien sering bermain dengan teman-temannya, namun pasien mengaku
ia adalah pribadi yang pemalu. Pasien berhenti sekolah saat di bangku
SMP karena lebih ingin bekerja.
3. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien melanjutkan sekolah sampai di bangku SMP, namun pasien
berhenti sekolah saat SMP dan memutuskan untuk bekerja.
b. Riwayat Pekerjaan
Sebelum menjadi TKW, pasien pernah bekerja di beberapa tempat, yakni
menjadi pembantu rumah tangga, pengasuh anak, dan pelayan. Diantara
semua pekerjaan tersebut pasien senang menjadi pelayan karena
menuliskan pesanan dan mengantar makanan, tidak perlu memasak.
Pasien bekerja menjadi TKW pada tahun 2010-2013 sebagai pengasuh
anak di Dubai, dan 2013-2015 sebagai pembantu rumah tangga di Oman.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebelum menjadi TKW, namun pasien tidak ingat tahun
berapa. Pasien mengaku belum memiliki anak dari pernikahannya.
Pasien mengaku hubungan pasien dengan suaminya baik.
d. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, rajin menjalankan shalat 5 waktu namun sejak di
bangsal pasien mengaku jarang menjalankan shalat karena tidak
memiliki peralatannya.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku tidak pernah melakukan pelanggaran hukum apapun.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga yang kurang mampu.
4. Riwayat Keluarga

4
Pasien adalah anak ke-2 dari dua bersaudara. Hubungan pasien dengan
kakaknya cukup akur, dan pasien sering bermain dengan keponakannya. Ibu
dan bapak pasien sudah bercerai sejak pasien berusia 7 tahun, dan sejak saat
itu pasien tinggal bersama ibu pasien. Meskipun begitu pasien merasa dekat
dengan keduanya dan tetap menyayangi keduanya.
Pasien sudah menikah sejak sebelum menjadi TKW, namun pasien tidak
dapat mengingat di tahun berapa. Pasien mengaku hubungannya dengan
suami cukup baik, dan sampai saat ini pasien telah memiliki 2 anak berusia
12 dan 10 tahun. Pasien merasa sangat rindu dengan keluarganya karena
sejak menjadi TKW pasien belum pernah pulang ke Indonesia.

GENOGRAM

Keterangan :
Laki-laki

Perempuan

Pasien

5. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Menurut pasien, pasien adalah orang yang pemalu. Pasien mengaku senang
dengan pekerjaannya sebagai TKW dan ingin membahagiakan orangtua.
6. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien.
Saat ini pasien hanya ingin pulang dan bertemu keluarganya dan belum ingin
bekerja kembali.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
 Penampilan

5
Seorang wanita berumur 30 tahun, penampilan fisik sesuai dengan
usianya, bentuk tubuh kurus, mengenakan jilbab, kulit kuning langsat,
berpakaian cukup rapi. Perawatan dan kebersihan diri cukup baik.
 Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pada saat wawancara pasien cukup kooperatif, bersikap tenang, dan tidak
agresif. Pasien beberapa kali tidak merespon pemeriksa dan terdapat
tatapan kosong selama diwawancara. Pasien sempat menangis saat
diwawancara tentang keluarganya.
 Sikap terhadap Pemeriksa
Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan dapat
menjawab pertanyaan.
B. Pembicaraan
Pasien berbicara cukup lancar dan dapat menjawab pertanyaan pemeriksa.
Volume bicara cukup, intonasi baik, artikulasi cukup jelas. Pasien sempat
menangis saat ditanya tentang keluarga karena pasien rindu dengan
keluarganya.
C. Suasana Perasaan
Mood: Eutim
Afek: serasi
Empati: dapat diraba rasakan oleh pemeriksa
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
 Auditorik: Ada, saat pasien mendengar bisikan-bisikan yang kerap
menyuruhnya dan mendengar Nike Ardilla bernyanyi.
 Visual: disangkal
 Gustatorik: disangkal
 Olfaktorik: disangkal
 Taktil: disangkal
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi: tidak ada
4. Derealisasi: tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
 Produktivitas: tidak terganggu
 Kontinuitas: cukup baik
 Hendaya bahasa: tidak ada
2. Isi Pikiran
 Preokupasi pikiran: tidak ada
 Waham: Ada
o Waham kendali
Pasien merasa ada suara yang kerap menyuruhnya untuk
melakukan beberapa aktivitas.

6
 Obsesif/kompulsif: tidak ada
 Fobia: tidak ada
 Ide bunuh diri: tidak ada
 Cukup ide
F. Fungsi Intelektual dan Kognitif
 Taraf pendidikan: sesuai dengan pendidikan terakhir pasien
 Kesadaran: compos mentis
 Orientasi
o Waktu: Baik, pasien tahu bahwa ini bulan Mei tahun 2015
o Tempat: Baik, pasien tahu bahwa dirinya ada di RS. Polri Jakarta.
o Orang: Baik, pasien dapat mengenali pewawancara, dokter-
dokter, serta pasien lain yang ada di bangsal.
 Daya ingat
o Jangka panjang: baik, pasien dapat mengingat riwayat sekolah
dan pekerjaannya dengan baik.
o Jangka sedang: baik, pasien dapat mengingat saat ia tiba-tiba
marah dan dibawa ke RS. Polri oleh adik pasien.
o Jangka pendek: baik, pasien dapat mengingat menu makanan
yang ia makan tadi pagi dan siapa nama pemeriksa.
o Segera: baik, pasien mampu mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa.
 Konsentrasi dan perhatian
Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik. Pasien juga dapat memusatkan
perhatiannya pada proses wawancara. Saat pasien melakukan
aktivitas seperti menggambar pasien dapat fokus dan menggambar
dengan baik. Namun selama proses wawancara pasien beberapa kali
diam secara tiba-tiba dan terdapat tatapan kosong. Pemeriksa harus
memanggil pasien atau mengulang pertanyaan untuk
mengembalikan perhatian pasien.
 Kemampuan membaca dan menulis
Baik, pasien dapat membaca dan menulis.
 Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-
benda yang ada di sekelilingnya.
 Pikiran abstrak
Tidak terganggu. Pasien dapat menjelaskan perbedaan beberapa jenis
nasi Arab.
 Kemampuan menolong diri sendiri

7
Baik, pasien dapat mengurus dirinya sendiri. Pasien dapat makan
dan mandi sendiri.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien saat wawancara dinilai baik.
H. Daya Nilai
 Daya nilai sosial: tidak terganggu
 Uji daya nilai: tidak terganggu
 Penilaian realita: terganggu (terdapat halusinasi)
I. Tilikan
Tilikan pasien derajat 1, pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan, keterangan yang diberikan oleh pasien cukup dapat
dipercaya karena pasien dapat menjawab pertanyaan secara konsisten.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
 Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, tidak
mudah dicabut
 Wajah : Sklera anikterik, konjungtiva ananemis.
Hidung dalam batas normal
Telinga terdapat sekret -/-
 Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal;
Batas atas : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan : Linea sternalis dekstra
Batas kiri : Linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi : BJ I dan BJ II normal (murmur -, gallop -)
 Sistem Pernafasaan
 Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
 Palpasi : Stem fremitus dekstra sama dengan sinistra
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Pernapasan vesikular pada kedua lapangaparu, ronki -/-,
wheezing -/-
 Sistem Muskuloskeletal
Normotonus, normotrofi, pergerakan bebas ke segala arah sesuai dengan
sumbu sendi.
 Sistem Gastrointestinal
 Inspeksi : Cembung, venektasi (-)

8
 Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
 Perkusi : Bunyi timpani di keempat kuadran.
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Sistem Urogenital : Kesan normal
 Sistem Dermatolog : Tidak ditemukan efloresensi
Kelainan khusus : Tidak ditemukan
B. STATUS NEUROLOGIS
 Mata : Gerakan bola mata: dapat bergerak kesegala arah.
 Bentuk pupil : isokor, bulat
 Reaksi terhadap cahaya : + / +
 Sistim motorik :
 Tonus : Normotonus
 Koordinasi : baik
 Turgor : baik
 Refleks fisiologis : + / +
 Refleks patologis : - / -
 Sistem sensorik : baik / baik
 Sistim vegetatif : baik
 Nervus cranial ( I s/d XII ) : baik
 Gejala rangsangan selaput otak : tidak ditemukan
 Gejala peningkatan tekanan intracranial : tidak ditemukan.
C. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang wanita berusia 30 tahun diantar oleh BNP2TKI ke RS. Polri pada tanggal
11 April 2015 dalam keadaan berteriak-teriak dan menangis.
Pasien merupakan seorang TKW yang telah bekerja selama 5 tahun di Dubai dan
Oman. Pasien bekerja sebagai pengasuh anak di Dubai, lalu pengurus rumah tangga di
Oman. Pasien mengaku majikan-majikannya sangat baik dan pasien tidak pernah
mengalami tindak kekerasan.
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik, yakni saat pasien dibisiki di
pesawat bahwa salah satu pramugari adalah Nyi Roro Kidul, lalu selama di bangsal
pasien dibisiki oleh dua orang secara bergantian yang menyuruhnya untuk menyapu,
mencuci piring, berbuat hati dan bergurau dengan teman-temannya, serta menasehatinya
untuk melaksanakan shalat dan puasa. Pasien juga mendengar ada Nike Ardilla
bernyanyi.
Perilaku pasien saat diwawancara dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan
ekspresi wajah sesuai namun pada beberapa pertanyaan pasien tiba-tiba diam dengan
tatapan mata kosong, dan harus dipanggil kembali untuk mendapatkan perhatiannya.

9
Pasien sempat menangis saat ditanya tentang keluarganya dan mengaku sangat rindu
dan ingin segera kembali ke kampung.
Pada pemeriksaan mental didapatkan pasien berpenampilan rapi, tenang,
kooperatif, volume cukup, artikulasi jelas. Mood eutim dengan afek serasi. Terdapat
gangguan persepsi halusinasi auditorik dan visual, serta ilusi. Arus pikir koheren, isi
pikir berisi waham kendali dan cukup ide.
Tilikan pasien derajat 1, dan secara keseluruhan pembicaraa pasien disimpulkan
dapat dipercaya.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien ditemukan adanya psikopatologi yang menyebabkan distress dan
disabilitas sehingga pasien itu dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa sesuai
dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
 Diagnostik Aksis I
Berdasarkan hierarki diagnosis gangguan jiwa pada PPDGJ III, dari hasil
pemeriksaan status generalis dan status neurologis ditemukan keadadaan pasien yang
compos mentis, tidak terdapat kelainan fisik, sehingga diagnosis Gangguan Mental
Organik (F0) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis, tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif,
sehingga dapat disingkirkan diagnosis Gangguan Mental dan Perilaku akibat pengguaan
Zat (F1).
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, terdapat adanya halusinasi auditorik
dan visual selama pasien dirawat di bangsal Dahlia. Selain itu terdapat waham kendali
yang masih menonjol, yakni suara-suara yang menyuruhnya untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu. Pasien telah dirawat selama 1 bulan 3 minggu sampai pemeriksa
memeriksa, dan setelah diterapi gejala membaik tetapi halusinasi masih tetap muncul
yakni suara-suara tersebut yang membuat diagnosis mengarah ke Skizofrenia Paranoid
(F20.0).
Diagnostik Aksis II
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Tidak didapatkan data yang bermakna untuk menentukan retardasi mental atau
gangguan kepribadian.
 Diagnostik Aksis III
Tidak didapatkan gangguan pada aksis III.
 Diagnostik Aksis IV

10
Pada pasien ditemukan hal yang memicu keadaan pasien adalah masalah keluarga.
Terdapat pemukulan dari orangtua ke pasien dan perceraian orangtua sejak kecil,
ditambah dengan intensitas rasa rindu yang belum bertemu selama 5 tahun.
 Diagnostik Aksis V
GAF scale 60-51 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


 Aksis I : F20.03 Skizofrenia Paranoid
 Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
 Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
 Aksis IV : Masalah keluarga
 Aksis V : GAF scale 60-51

VIII. TERAPI
 Farmakologi:
o Antipsikotik atipikal: Risperidone 1x10 mg
 Psikoterapi:
o Suportif

IX. PROGNOSIS
 Ad Vitam : Ad bonam
 Ad Fungsionam : Dubia
 Ad Sanationam : Dubia ad malam

X. PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien termasuk diagnosis F20.0 yakni Skizofrenia Paranoid karena
memenuhi kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ-III.
Pedoman diagnostik Skizofrenia dari PPDGJ-III adalah:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau
– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan

11
– Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnyamengetahuinya.
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas, merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
– Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .
– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara atau
– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

12
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien Ny. D, terdapat beberapa gejala yang memenuhi kriteria skizofrenia.
Pertama, halusinasi auditorik yang disertai dengan waham kendali, terbukti dari suara-
suara yang kerap membisiki pasien dan bersifat memerintah pasien untuk melakukan
kegiatan tertentu, dan pasien merasa bersalah apabila tidak menjalankan perintah
tersebut. Hal ini dirasakan pasien dari sebelum masuk rumah sakit sampai pemeriksa
wawancara, yang memiliki jangka waktu ± 1 bulan lewat 20 hari setelah diberikannya
terapi. Kedua, didapatkan adanya arus pikiran yang terputus (break) saat proses
wawancara berlangsung selama beberapa kali. Kumpulan gejala tersebut ditambah onset
yang tepat dapat mengarahkan diagnosis Ny. D sebagai skizofrenia paranoid. Pada Ny.
D sudah menampakkan perbaikan pada beberapa aspek yakni gejala negatif hampir
tidak terlihat lagi. Pasien sudah mau untuk bersosialisasi dengan teman-teman lain di
bangsal dan ikut membantu membersihkan bangsal.
Kriteria diagnostik untuk skizofrenia paranoid sesuai dengan PPGJ III adalah:
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain – lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar – kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Adanya stressor psikososial dan lingkungan pada pasien adalah masalah
keluarganya. Pasien merasa bahwa ia sangat rindu dengan bapak dan ibunya, ingin
segera pulang kampung dan bertemu dengan kedua orangtua. Pasien belum pernah
kembali ke kampung sejak bekerja sebagai TKW. Selain itu pada riwayat masa kecil
pasien terdapat perceraian orangtua serta sedikit kekerasan fisik, meskipun pasien
berkata ia tidak keberatan dengan hal-hal tersebut dan hubungannya dengan kedua
orangtua cukup baik. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
aksis IV adalah masalah keluarga.

13
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa perawatan di rumah sakit, medikasi, dan
terapi psikosisal. Terapi utama dalam skizoafektif adalah psikofarmaka, terapi
psikososial dapat diberikan sebagai suportif kepada keluarga dan untuk
mengembangkan kognitif serta kemampuan bersosialiasi bagi pasien jika dibutuhkan.
Pasien diberikan risperidone 1x10 mg untuk mengatasi gejala positif (halusinasi,
waham) dan juga gejala negatif pasien yang telah mengalami perbaikan yakni sifat
menyendiri, anhedonia, dan tidak mau berbicara.

14

Anda mungkin juga menyukai