Anda di halaman 1dari 16

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Alamat Suku Pekerjaan Status Pernikahan Agama Pendidikan Tanggal Masuk RS : Tn. RIS : 36 tahun : Laki-laki : Malang, 23 April 1976 : Asrama Yon Bekang I Kostrad Cibinong : Jawa : Anggota TNI : Menikah : Islam : SMA : 16 Januari 2013

II.

RIWAYAT PSIKIATRI Autoanamnesis Alloanamnesis : tanggal 1- 3 Februari 2013 : tanggal 20 Januari 2013

A. Keluhan Utama Dari hasil alloanamnesis, pasien datang dengan keluhan sulit tidur, bicara dan perilaku kacau.

B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang dengan diantar oleh istrinya dengan keluhan sulit tidur, bicara dan perilaku kacau, suka berhalusinasi, dan adanya penurunan daya ingat. Istri pasien mengatakan saat pasien di rumah, pasien melihat dinding dan pasien mengatakan ada air mengalir dan melihat bayangan. Pasien mengaku bahwa saat di bangsal Paviliun Amino, pasien melihat kuda berwarna putih dan mendengar bunyi kuda tersebut berjalan. Pasien pernah membungkuk seperti mengambil sesuatu ketika ditanya mengambil apa, pasien menjawab mengambil tutup botol, padahal tutup botol masih melekat pada botol yang pasien pegang.
1

Pasien mengaku pernah melihat bayangan wanita berambut panjang dan pakaian berwarna putih. Pasien juga mengaku pernah digoda setan sehingga dia pulang saat melakukan tes secaba yang pertama kali. Pasien mengaku pernah mendengar bisikan kalau dia tidak bisa lulus tes secaba ketika tes secaba pertama kalinya. Menurut pasien, pasien mendapat bantuan dari seseorang untuk tes secaba yang kedua kalinya oleh pak Jatmiko dengan cara pasien disuruh untuk mengaji setiap malam agar tidak dapat gangguan. Selain itu, pasien mengaku bahwa telinganya tiba-tiba terasa panas seperti ada yang mengganggu. Namun, pasien tidak tahu siapa yang mengganggunya. Sekitar bulan November 2012, pasien dikonsultasikan ke poli jiwa karena pasien mengalami keluhan sulit tidur, cemas, dan mudah marah. Pada tanggal 16 Januari 2013, pasien datang ke poli jiwa untuk kontrol, ternyata pasien sudah kurang lebih 1 bulan tidak minum obat. Menurut istri pasien, dia menghentikan suaminya minum obat dikarenakan pasien mengeluh sakit kepala dan sering terjatuh.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat Gangguan Psikiatri Sekitar bulan November 2012, ketika pasien rawat jalan ke bagian saraf, pasien dikonsultasikan ke poli jiwa karena ada keluhan sulit tidur, cemas, dan mudah marah. Keluhan tersebut muncul setelah pasien mengikuti tes secaba tetapi hasilnya gagal. Pada bulan Desember tahun 2012, pasien kontrol ke poli jiwa dan pada saat itu pasien mengalami kejang seluruh tubuh selama 30 detik sampai mengeluarkan busa lalu didiagnosis epilepsi sekunder. 2. Riwayat Gangguan Medik Pada bulan Desember tahun 2011, pasien pernah mengalami kecelakaan motor dan sejak saat itu pasien mengalami penurunan daya ingat. Pada bulan November tahun 2012, pasien mengalami kejang pada seluruh tubuhnya. Sebelum pasien kejang ternyata pasien merasa kesal dengan temannya dan dibawa ke rumah sakit untuk melakukan perawatan rawat jalan di bagian saraf.

Pada bulan Desember 2012, pasien dirawat di bagian saraf RSPAD Gatot Soebroto, karena pasien kejang dan pasien didiagnosis epilepsi sekunder et causa cyste cerebri. Pada saat pasien dirawat di perawatan umum RSPAD dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala dan didapatkan hasil kesan atrofi cerebri. 3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif Tidak adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif. Namun, pasien pernah mengkonsumsi alkohol dan merokok.

III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI A. Riwayat Prenatal Dan Perinatal Selama kehamilan ibu pasien tidak terdapat gangguan. Pasien dilahirkan spontan oleh bidan secara normal dan ibu pasien tidak mengalami kesulitan saat melahirkan.

B. Masa Kanak-Kanak (0-3 Tahun) Selama masa tumbuh kembang, pasien tumbuh dan berkembang seperti anakanak seusianya. Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan saudara kandungnya.

C. Masa Pertengahan (3-11 Tahun) Pasien termasuk orang yang suka bermain dengan teman-temannya dan suka menolong sehingga pasien punya banyak teman saat kecil. Pasien bersekolah di SD Adi Mulyo I Malang.

D. Masa Pubertas Dan Remaja Setelah lulus SD, pasien melanjutkan sekolah di SMP PGRI dan SMA Maarif di Malang. Saat bersekolah pasien punya banyak teman. Pasien mengaku suka mengikuti organisasi di sekolah seperti OSIS, pramuka dan lain-lain. Pada saat kelas 3 SMP pasien sudah mulai merokok.

E. Masa Dewasa 1. Riwayat Pendidikan Pasien bersekolah dari sekolah dasar sampai SMA di Malang. Prestasi pasien biasa saja saat sekolah dan pasien dapat menyelesaikan sekolahnya tepat waktu. 2. Riwayat Pekerjaan Setelah pasien lulus sekolah SMA, pasien mendaftarkan diri untuk menjadi tentara karena merupakan cita-citanya dan keinginan kedua orangtuanya. Setelah diterima menjadi tentara, pasien sudah pernah dikirim ke berbagai provinsi di Indonesia. Pasien sempat mengikuti tes secaba namun pasien gagal karena menurut pengakuan pasien tiba-tiba pulang ketika melakukan tes. Sampai sekarang pasien mengikuti tes secaba dan sedang menunggu pengumuman hasil tes secaba. Pasien berharap tes secaba kali ini dapat lulus. 3. Riwayat Pernikahan Pasien menikah saat usianya 26 tahun dan istrinya berusia 20 tahun. Pasien menikah pada tahun 2002 dan saat ini sudah dikaruniai 2 orang anak. Sebelum menikah pasien dan istrinya menjalin hubungan pacaran. 4. Agama Pasien merupakan seorang pemeluk agama islam yang taat, rajin melakukan ibadah sholat maupun mengikuti pengajian. 5. Riwayat Psikoseksual Pasien memiliki orientasi seksual yang yakni heteroseksual. Pasien mengaku pertama kali pacaran saat SMP. 6. Aktivitas Sosial Menurut istri pasien, pasien termasuk pribadi yang suka bergaul. Pasien sering menyempatkan dirinya untuk mengobrol dengan teman di sekitar rumahnya. Namun, semenjak pasien sakit, pasien sering mudah tersinggung dengan perkataan temannya. Pasien mengaku suka bergaul dan memiliki banyak teman. 7. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Dua orang adiknya berjenis kelamin laki-laki. Ayah pasien dahulu bekerja sebagai

kepala sekolah sedangkan ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien mengaku bahwa dia paling disayang oleh kakeknya.

Genogram

8. Situasi Kehidupan Sekarang Saat ini pasien tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di rumah dinas yakni di Asrama Yon Bekang I Kostrad Cibinong. Untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari gaji pasien, karena istri pasien tidak bekerja. 9. Persepsi Pasien Tentang Diri Dan Lingkungannya Pasien tidak mengetahui kalau dirinya berada di RSPAD untuk dirawat karena sakit. Pasien mengaku tidak tahu alasannya kenapa dibawa kesini. Pasien mengaku bahwa dirinya suka bergaul dan memiliki banyak teman. 10. Persepsi Keluarga Tentang Diri Pasien Menurut istri pasien, pasien termasuk pribadi yang suka bergaul baik di rumah maupun di lingkungan baru. Istri pasien berpendapat pasien membutuhkan pengobatan dari bagian kedokteran jiwa karena pasien mengalami sulit tidur, bicara dan perilaku kacau. 11. Mimpi, Fantasi, Dan Nilai-Nilai Kehidupan Pasien mengaku selama dirawat di Paviliun Amino, pasien tidak pernah bermimpi aneh. Pasien sangat berharap untuk lulus tes secaba.

IV.

STATUS MENTAL Diperiksa tanggal 3 Februari 2013 A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Pasien berjenis kelamin laki-laki, usia 36 tahun dengan penampilan sesuai dengan usianya. Berkulit sawo matang, rambut pendek berwarna hitam, perawatan diri kurang. Pada saat wawancara pasien mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang namun digulung hingga lutut. Pasien tidak menggunakan alas kaki. 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor Selama wawancara pasien duduk di lantai dengan sesekali berbaring sambil memegang bagian kepalanya. Pasien berusaha menjawab pertanyaan dari pemeriksa. Kontak mata pasien kurang terjaga, terkadang pasien menunduk. 3. Sikap terhadap pemeriksa Pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa, tetapi terkadang pasien tiba-tiba berbaring dan mengatakan bahwa kepalanya sakit jika dipakai untuk berpikir.

B. Mood Dan Afek 1. Mood 2. Afek : hipothym : terbatas

3. Keserasian : serasi antara mood dan afek

C. Pembicaraan Pembicaraan pasien dalam menjawab pertanyaan dengan volume suara sedang, intonasi cukup, artikulasi kurang jelas. Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa dengan baik, isi pembicaraan dapat dimengerti tetapi terkadang ada yang tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan.

D. Gangguan Persepsi Halusinasi visual Halusinasi auditorik

E. Pikiran 1. Arus Pikiran Asosiasi longgar 2. Isi Pikiran Kemiskinan isi pikir 3. Bentuk Pikiran Tidak logis

F. Sensorium Dan Kognitif 1. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan Kesadaran berkabut. Kesiagaan baik.

2. Orientasi Waktu malam. Tempat : Kurang. Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya berada di : Baik. Pasien dapat membedakan waktu pagi, siang dan

Paviliun Amino RSPAD. Orang : Kurang, karena pasien tidak mengenali dokter pemeriksa.

3. Daya Ingat Daya ingat jarak jauh Baik. Pasien dapat mengingat tempat dimana pasien bersekolah. Nama SD, SMP, SMA. Daya ingat masa lalu yang belum lama Kurang. Pasien tidak mengingat orang yang mengantarnya ke rumah sakit. Daya ingat yang baru saja Kurang. Pasien tidak dapat mengingat menu makan yang baru saja dimakannya. Penyimpanan dan daya ingat segera Kurang. Pasien tidak dapat mengenali dokter pemeriksa.

4. Konsentrasi Dan Perhatian Kurang. Pasien tidak dapat melakukan pengurangan 100 dikurangi 7 dengan sempurna.

5. Kemampuan Membaca Dan Menulis Pasien tidak dapat menulis tetapi pasien dapat membaca dengan cukup baik.

6. Kemampuan Visuospasial Kurang. Pasien tidak dapat menggambarkan jam dan tidak dapat memperlihatkan arah jarum panjang dan jarum pendek seperti yang diminta dokter pemeriksa.

7. Pikiran Abstrak Kurang. Pasien tidak dapat mengerti arti peribahasa Besar pasak daripada tiang dan istilah buah tangan.

8. Intelegensia Dan Kemampuan Informasi Kurang. Pasien tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya seperti siapa presiden RI pertama kali dan saat ini.

G. Kemampuan Mengendalikan Impuls Selama wawancara pasien dapat mengendalikan diri dengan berperilaku cukup baik dan cukup sopan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

H. Daya Nilai Dan Tilikan 1. Daya Dan Nilai Sosial Baik. Pasien bersikap cukup sopan terhadap dokter, perawat, dan pasien lainnya. 2. Penilaian Realita RTA terganggu. 3. Tilikan Derajat 1. Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

I. Taraf Dapat Dipercaya (Realiabilitas) Secara umum, pasien kurang dapat dipercaya.

V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT A. Status Interna 1. Keadaan Umum 2. Kesadaran 3. Status Gizi 4. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi Nafas Suhu 5. Mata 6. THT : 80 kali/menit : 20 kali/menit : 360 C : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik. : Perdarahan (-), palpasi pada daerah sinus pada bagian sinus nyeri (-), deviasi septum (-) 7. Mulut Dan Gigi 8. Jantung : Dalam batas normal : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop 9. Paru : Vesikuler kiri dan kanan, tidak ada wheezing, tidak ada ronki 10. Abdomen : Datar, supel, tidak ada nyeri tekan, hati dan limpa tidak teraba, bising usus normal 11. Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema : Baik : Compos mentis : Baik

B. Status Neurologis 1. GCS 2. Tanda Rangsang Meningeal 3. Tanda-Tanda Efek Ekstramidal : 14 : Negatif : Ada. Terkadang timbul tremor pada

ekstremitas dan tangannya seperti mengepal. 4. Motorik : 5 5 5 5

5. Sensorik

: Dalam batas normal.

C. Pemeriksaan Laboratorium JENIS PEMERIKSAAN Kimia Klinik Glukosa Darah (Sewaktu) Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl) 119 144 4.1 109 < 140 mg/dL mmol/L mmol/L mmol/L HASIL
17-01-2013 09:26:22 Saat Ini

NILAI RUJUKAN

JENIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI Hematologi Lengkap Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit Hitung Jenis Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit

HASIL
05-12-2012 09:45:14 Saat Ini

NILAI RUJUKAN

11.0 37 5.3 5430 305000

12.1 38 5.5 3750* 314000

13-18 g/dL 40-52 % 4.3-6.0 juta/L 4800-10800 /L 150000-400000 /L

0 3 3 57 29 8 69 21 30 68* 22* 32

0-1 % 1-3 % 2-6 % 50-70 % 20-40 % 2-8 % 80-96 fL 27-32 pg 32-36 g/dL

MCV MCH MCHC

10

RDW KIMIA KLINIK SGOT (AST) SGPT (ALT) Ureum Kreatinin Asam Urat Glukosa Darah (Sewaktu) 31 26 26 1.2 6.3

14.90

18 22 29 1,2 6.2 98

< 35 U/L < 40 U/L 20-50 mg/dL 0.5-1.5 mg/dL 3.5-7.4 mg/dL < 140 mg/dL

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pemeriksaan dilakukan pada Tn. RIS, usia 36 tahun, pemeluk agama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir SMA. Masuk Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 16 Januari 2013 diantar oleh istrinya dengan keluhan pasien sulit tidur, bicara dan perilaku kacau. Pada bulan November 2012, pasien mengalami kejang seluruh tubuhnya. Ternyata sebelum kejang, pasien merasa kesal dengan temannya dan dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan rawat jalan di bagian saraf dan kemudian dikonsultasikan ke poli jiwa karena sulit tidur, cemas dan mudah marah. Pada bulan Desember 2012, pasien kontrol ke poli jiwa dan pasien kejang selama 30 detik sampai mengeluarkan busa dan didiagnosis epilepsi sekunder. Menurut istri pasien, pasien sudah kurang lebih 1 bulan tidak minum obat dan istri pasien yang menghentikan obat suaminya karena pasien mengeluh sakit kepala dan sering terjatuh. Pasien mengaku pernah melihat sosok bayangan wanita berambut panjang dan berpakaian warna putih. Pasien juga mengatakan pernah diganggu suara-suara sehingga dia tidak lulus tes secaba. Pada pemeriksaan status mental, didapatkan hasil cukup baik, penampilan umum pasien sesuai dengan usianya, perawatan diri kurang, selama wawancara pasien cukup tenang. Meskipun kontak mata kurang terjaga dan terkadang pasien menunduk dan berbaring. Selama pemeriksaan pasien terlihat cukup kooperatif.

11

Ditemukan mood pasien saat wawancara hipothym, afek terbatas, dan serasi antara mood dan afek. Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa, pasien berbicara dengan volume suara sedang, intonasi cukup, dan artikulasi kurang jelas. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan terkadang ada yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Gangguan persepsi pada pasien ini adalah halusinasi visual, halusinasi auditorik. Proses pikir pasien merupakan asosiasi longgar, bentuk pikiran tidak logis, dan isi pikiran adanya kemiskinan isi pikir. Kesadaran pasien berkabut dan kesiagaan baik. Orientasi waktu baik, orientasi tempat dan waktu kurang. Untuk daya ingat jarak jauh pasien baik, tetapi daya ingat masa lalu yang belum lama, daya ingat baru saja, dan penyimpanan daya ingat segera masih kurang. Pasien dapat membaca cukup baik tetapi pasien tidak dapat menulis. Pasien kurang dalam kemampuan visuospasial. Untuk intelegensia pasien masih kurang tetapi untuk mengendalikan impuls pasien baik dengan berperilaku baik dan cukup sopan. RTA pasien terganggu dengan tilikan derajat 1. Secara umum, pasien kurang dapat dipercaya.

VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK Aksis I :

Dari hasil anamnesis serta pemeriksaan status mental pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku dan alam pikir yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa. Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien mengaku pernah mengalami kecelakaan motor. Setelah peristiwa tersebut, pasien mengalami penurunan daya ingat. Pada pasien juga dapat dibuktikan adanya faktor organobiologik dari hasil CT-Scan ditemukan adanya atrofi cerebri dan terdapat riwayat jejang yang berulang. Sehingga pada pasien ini dapat didiagnosis sebagai gangguan mental organik. Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi visual. Selain itu, ditemukan adanya penurunan kinerja sosial. Berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis aksis I adalah

12

Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan Dan Disfungsi Otak Dan Penyakit Fisik (F06).

Aksis II

Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian ataupun retardasi mental.

Aksis III

Adanya riwayat epilepsi sekunder.

Aksis IV

Masalah dengan Primary Support Group (keluarga) dan masalah pekerjaan.

Aksis V

Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assessment Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF saat ini adalah 40-31, beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

VIII.

EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik Aksis II Aksis III Aksis IV : Z03.2 Tidak ada diagnosis Aksis II : Riwayat epilepsi sekunder : Masalah dengan Primary Support Group (keluarga) dan masalah pekerjaan. Aksis V : GAF saat ini adalah 40-31.

IX.

DAFTAR MASALAH A. Organobiologik Adanya riwayat epilepsi sekunder dan ditemukan atrofi cerebri pada pemeriksaan CT-Scan.

13

B. Psikoedukatif a. Berpikir menonjol). b. Perilaku : adanya penurunan fungsi dalam kelanjutan pendidikan, : penilaian realitas terganggu (adanya halusinasi yang

pekerjaan sehari-hari seperti perawatan diri dan ADL (Activity Daily Living). c. RTA : terganggu : derajat 1.

d. Tilikan (Insight)

C. Lingkungan Dan Sosioekonomi Masalah dengan Primary Support Group (keluarga), istri pasien tidak mengetahui dan mengerti mengenai kepatuhan pasien dalam minum obat. Masalah pekerjaan, pasien menginginkan agar lulus tes secaba.

X.

PROGNOSIS Ad Vitam Ad Sanationam Ad Fungsionam : ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam

XI.

RENCANA TERAPI A. Psikofarmaka Risperidone 2 x 2 mg THP 2 x 2 mg Fenitoin 3 x 100 mg

B. Psikoterapi Memberikan penjelasan pada pasien yang bersifat komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat menjaga kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang

dideritanya didasari oleh faktor psikologis dan dapat mencari bantuan psikiatri pada saat pasien membutuhkannya.

14

Mengembalikan pasien pada fungsi optimal dalam kehidupan, minimal pasien bisa menjalani aktivitas sehari hari dan merawat kebersihan diri dengan baik.

C. Sosioterapi Memberikan edukasi dan informasi yang benar kepada keluarga pasien mengenai kondisi penyakit pasien sehingga diharapkan keluarga dapat menerima kondisi pasien dan mendukung proses penyembuhan pasien. Keluarga juga diharapkan mampu mengawasi dan memperhatikan kepatuhan pasien untuk meminum obat secara rutin. Meminta keluarga untuk lebih memperhatikan kondisi pasien dengan cara tetap menjaga komunikasi dan berinteraksi dengan pasien.

XII.

Diskusi Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realitas sehingga dapat menyebabkan distress dan dissability dalam fungsi pekerjaan dan fungsi sosial. Pada pasien ini didiagnosis Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (F06), yang memenuhi kriteria umum berdasarkan PPDGJ III yaitu : Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan sala satu sindrom mental yang tercantum Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasar dengan timbulnya sindrom mental Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkan penyebab yang mendasarinya Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus) Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan yang bertujuan untuk menghilangkan hendaya yang dialami oleh pasien yakni psikofarmaka, psikoterapi, dan sosioterapi. Risperidone merupakan obat antipsikosis atipikal, derivat dari benzioksazol. Aktivitas antipsikosisnya melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamin. Indikasi resperidone adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala positif maupun

15

negatif. Secara umum, resperidone dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping ekstrapiramidal lebih rendah dibandingkan dengan antipsikosi tipikal. Triheksifenidil (THP) merupakan obat antikolinergik dalam pengobatan parkinson. Mekanisme kerjanya mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basal. Pemberian Triheksifenidil untuk mengobati adanya gejala

ekstrapiramidal (distonia akut , sindrom parkinson, akathisia). Obat ini dipakai pada pasien ini karena terdapat adanya tanda ekstrapiramidal akibat penggunaan obat antipsikosik sebelumnya, maka diberikan selama 3 bulan. Jika setelah 1 atau 2 minggu tidak muncul gejala ekstrapiramidal, dosisnya diturunkan secara tappering off. Fenitoin merupakan obat antiepilepsi golongan hidantoin. Mekanisme obat ini adalah menginhibisi kanal Na pada membran sel akson sehingga mengurangi masuknya natrium ke dalam neuron yang terangsang dan mengurangi amplitudo dan kenaikan maksimal dari aksi potensial sehingga mengurangi bangkitan kejang. Selain psikofarmaka, dibutuhkan juga psikoterapi dan sosioterapi yang bertujuan agar membantu meningkatkan kemampuan sosial, rasa percaya diri, pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari dan merawat kebersihan dirinya. Psikoterapi yang diberikan berupa edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan dalam minum obat. Dilakukan sosioterapi untuk dapat mengembalikan fungsi setelah pasien mengalami hendaya.

16

Anda mungkin juga menyukai