Anda di halaman 1dari 22

*INISIASI DESA INKLUSI

RAMAH DIFABEL

* NURUL HIDAYAH
* Pendamping Desa
* Kec. Bendosari Kab. Sukoharjo
Desa Inklusi adalah desa yang melaksanakan
pembangunan yang mengakomodasi kebhinekaan
/perbedaan dalam memberi layanan dan ruang yang
aksesibel, memberi ruang partisipasi aktif sesuai
kebutuhan dan kapasitas dalam pembangunan
berdasarkan keragaman secara aman, dan
perlindungan yang sama secara berkesinambungan.
Dengan kata lain Desa inklusi adalah
mengakomodasi keragamanan masyarakat termasuk
kelompok marginal

*RINGKASAN
* LATAR BELAKANG
Setiap warga negara berhak mempunyai kehidupan yang layak dan
diperlakukan secara adil dalam kehidupan di masyarakat.
Disabilitasmemiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
dengan masyarakat non disabilitas.
Sudah seharusnya penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan
khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan dari
kerentanan terhadap berbagai tindakan diskriminasi dan terutama
perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi manusia.
Penyandang Disabilitas mempunyai hak dan kewajiban yang setara,
harkat dan martabat yang sederajat berdasar Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempunyai peran dan
kedudukan yang sama dalam kehidupan bermasyarakat.
Mewujudkan kemandirian penyandang disabilitas yang tangguh dalam
kehidupan bermasyarakat perlu dilakukan upaya pemberdayaan
penyandang disabilitas.
*INDIKATOR DESA INKLUSI
1. Data Pilah Difabel yang terintegrasi di monografi desa terintegrasi
ke dalam Sistem Informasi Desa (SID)
2. Adanya regulasi (Perdes) di tingkat desa yang melindungi hak dan
memberi akses kepada kelompok rentan termasuk difabel;
3. Adanya penganggaran bagi kelompok-kelompok rentan termasuk
warga difabel di desa;
4. Difabel terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
(misal : Musdus, Musdes & Musrenbangdes);
5. Aksesibilitas sarana prasarana desa (balai desa, PKD, balai
pertemuan dsb);
6. Pelembagaan RBM Desa dan Organisasi Difabel Desa;
7. Adanya pemahaman difabelitas dan tanggungjawab masyarakat
untuk turut melindungi hak difabel;
8. Layanan dasar ramah difabel.
*INOVASI
*Kegiatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat Desa (RBM). Kegiatan rutin di
RBM TUNAS WIJAYA Kec. Bendosari meliputi antara lain :
1. Berintegrasi dengan Puskesmas Kecamatan Bendosari dimana sepanjang tahun
2019 ini sudah menerapkan pelayanan ramah difabel (Puskesmas Inklusi) dalam
memberikan pelayanan bagi penyandang disabilitas lingkup Kec. Bendosari.
2. Kegiatan KUBE Suka Usaha Kecamatan Bendosari yang beroperasi di
bidang Simpan Pinjam
2. Pembentukan Sanggar Inklusi TUNAS WIJAYA di Kecamatan Bendosari sudah
terlaksana sejak tanggal 24 Januari 2019. berupa therapy rutin serta
konsultasi dengan dokter Spesialis Anak dan Psikiater untuk penyandang
disabilitas bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab. Sukoharjo seminggu
1x setiap hari Kamis
3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa terkait untuk penyandang
disabilitas Self Help Group (SHG) berupa sosialisasi, workshop, pendirian
Kelompok Difabel (SHG) di masing-masing desa di Kecamatan Bendosari
4. Kegiatan peningkatan kapasitas bagi pengurus SHG Desa se Kec. Bendosari
berupa pemberian pembinaan, perkembangan regulasi terbaru, akses
informasi pengajuan bantuan bagi penyandang disabilitas di Kec. Bendosari,
pemberian pelatihan ketrampilan maupun rintisan unit usaha dari anggaran
Dana Desa
* Pertemuan rutin bulanan di SHG Desa, KUBE maupun di RBM Kec.
Bendosari
ALUR PEMBENTUKAN DESA INKLUSI

Pelibatan difabel
dalam
Program
Program
Musrenbang pembangunan
pembangunan
Penganggaran Inklusi
Inklusi
Kegiatan Difabel
Peningkatan
kapasitas
kelompok SHG SK Kades bagi
Desa DESA Bahan
Monografi
Kelompok SHG
Desa
INKLUSI Difabel
Desa/SID

Analisis Penyusunan
Penyusunan
Pembentukan Permasalahan
Keompok Difabel Perdes
Perdes Inklusi
Inklusi
Difabel Desa
SHG Desa
Data Pilah
Difabel

PENDATAAN
DIFABEL
* Tantangan
1. Sedikitnya difabel desa yang aktif dimasyarakat. Masih membutuhkan keterlibatan
dalam pembangunan desa (Musrenbang, sosial kemasyarakatan dll);
2. Adanya perubahan paradigma baik terkait difabel maupun pembangunan desa bagi
penyelenggara pemerintahan Desa
3. Ada kebutuhan regulasi pelaksanaan pembangunan Desa Inklusi.
4. Perangkat Desa dan masyarakat desa membutuhkan peningkatan pengetahuan dan
pemahaman tentang difabel;
5. Pendamping desa kurang mendapat dukungan dalam implementasi UU no.6/2014;
6. Dalam perencanaan pembangunan belum mempergunakan data terpilah, karena
belum tersedia dalam SID;
7. Peran RBM kecamatan dan Desa membutuhkan peningkatan kapasitas dan rencana
kerja yang jelas;
8. Masih minimnya aksesbilitas di desa dan layananan dasar di tingkat kecamatan;
9. Pemberi layanan dasar membutuhkan pengembangan Standart Pelayanan Minimum
(SPM) yang ramah gender dan difabel.
10.Keluarga dengan anak difabel membutuhkan Layanan dasar dalam pemenuhan hak
dasar anak (Terapy, Gizi, pendidikan dll) yang terjangkau dan dekat dari tempat
tinggal
* Melibatkan pemerintah (desa, kecamatan dan
Kabupaten);
* Menyelenggarakan pertemuan Stakholder secara
berkala;
* Membangun jejaring dengan pegiatan desa (Kader
PKK, KT, dll);
* Penguatan Kapasitas Difabel Desa (Pendampingan
kelompok dan individu);
* Penguatan RBM Desa dan Kecamatan;
* Kampanye hak-hak Difabel;

*Strategy
*Proses pembentukan Self Help Group (SHG) Desa, diinisiasi oleh pendamping desa dan dapat
terealisasi berkat bantuan dari pihak Kecamatan Bendosari, Pemerintah Desa, khususnya Kasi Kesra
Desa yang mengkoordinir pendataan penyandang disabilitas, dibantu oleh kepala dusun di masing-
masing wilayah kerja update data terus dilakukan, dan di awal tahun 2019 data keseluruhan
penyandang disabilitas di Kec. Bendosari berjumlah 632 orang. Jumlah data ini mengalami
peningkatan signifikan dibanding di tahun 2018 berdasarkan informasi data yang kita dapat dari
Dinas Sosial jumlah total penyandang disabilitas di Kec Bendosari sebanyak 383 orang. Di tahun
2019, dari 13 desa binaan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal & Transmigrasi di
Kec. Bendosari untuk kelompok SHG Desa secara menyeluruh sudah dialokasikan dana dari APBDes
yang bersumber dari Dana Desa. Jumlahnya variatif tergantung dari kearifan lokal berskala desa
atau sesuai kemampuan desa masing-masing berkisar dari Rp10.000.000,- s.d Rp 145. 400.000,- .
Hal ini didasarkan dari adanya Permendesa No. 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana
Desa Tahun 2019 salah satunya adalah dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di
bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan warga miskin, pemberdayaan perempuan dan anak
serta pemberdayaan masyarakat marginal dan anggota masyarakat desa penyandang disabilitas.

*PROSES PELAKSANAAN
*HASIL PELAKSANAAN
* Tersedianya layanan ramah difabel (Puskesmas Bendosari
Inklusi), Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat Desa (RBM)
Kec. Bendosari.
* Terealisasinya dana Anggaran Pendapatan & Belanja Desa
(APBDes) bagi kelompok marginal, khususnya warga
masyarakat desa penyandang disabilitas.
*Munculnya kemandirian kelompok difabel desa melalui
kegiatan peningkatan kapasitas maupun pemberdayaan
masyarakat desa berupa Kelompok Usaha Bersama (KUBE),
pelatihan-pelatihan maupun unit usaha.
* Tersedianya regulasi yang mengatur terkait pengelolaan
pemenuhan kebutuhan pelayanan sosial dasar khususnya
tentang disabilitas (Perda No 18/2017, Perbup No 3/2020,
Perdes Disabilitas)
*REKOMENDASI
*Inklusi Sosial adalah sebuah kondisi sosial dimana
masyarakat memiliki kesadaran akan kesetaraan setiap
orang, penerimaan atas ragam dan perbedaan sebagai
bagian keragaman yang dihargai dan diakomodasi.
*Rekomendasi antara lain, pemberian stigma, akses
bangunan, akses informasi serta partisipasi, kebijakan
bagi warga penyandang disabilitas.
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai