Anda di halaman 1dari 29

Panduan

Kementerian Desa, PDT


Fasilitasi Desa dan Transmigrasi
Keluarga Alumni
Inklusif Universitas Gadjah Mada
(Kagama)
Peluncuran Pilot Desa
Inklusif Kagama di Desa
Jatisobo, Sukoharjo, 19
November 2020
• Panduan Fasilitasi Desa Inklusif ini disusun sebagai
mandat dari MoU antara Kemendesa PDT dan
Transmigrasi, Kagama dan UGM yang ditandatangani
pada 19 November 2020.
• Kagama mendapat mandat untuk menyusun revisi atas
Panduan Fasilitasi Desa Inklusif (versi SE Dirjen PPMD
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, 31 Maret
2020), menyusun modul dan bahan pembelajaran
Bimtek Desa Inklusif, Menyusun buku saku KKN Tematik
Pengantar Desa Inklusif dan Menyusun Handbook Desa Inklusif.
• Revisi modul ini terdiri dari 4 bab, dan 19 sub-bab:
penjelasan umum, langkah-langkah fasilitasi, beberapa
contoh praktik baik (adopsi dari a.l.Program Peduli)
• Pokok-pokok perubahan: menyesuaikan dengan regulasi
baru, dinamika penerimaan SDGs Desa, sistematika
panduan, dan memperbanyak langkah-langkah praktis.
• Revisi panduan disusun tim gabungan dari Kemendesa
PDTT dan KAGAMA
BAB I
Pendahuluan
• Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi menjalankan
PerPres 59/2017 dengan cara melokalkan SDGs ke
dalam pembangunan Desa (SDGs Desa): seluruh aspek
pembangunan harus dirasakan manfaatnya oleh seluruh
warga Desa tanpa terkecuali (no one left behind).
• PP 43/2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa (Pasal 127 ayat 2 huruf d):

A. Latar “penyusunan perencanaan dan penganggaran


pembangunan di Desa wajib berpihak kepada
kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan,
anak, dan kelompok marginal.”
Belakang • PerMen Desa 21/2020 (Pasal 86): upaya pencapaian
tujuan SDGs Desa melalui penguatan budaya Desa
adaptif yang diwujudkan antara lain melalui
pengembangan Desa Inklusif.
• Dengan demikian, pembentukan dan pengembangan
Desa Inklusif ini menjadi prasyarat terwujudnya tujuan
SDGs Desa utamanya terwujudnya no-one left behind.
1. Maksud :
a. Acuan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi,
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dalam
membina penyelenggaraan Desa Inklusif

b. Acuan bagi pendamping masyarakat Desa yang berasal dari


perangkat OPD kabupaten/kota, tenaga pendamping

B. Maksud, profesional, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi,


organisasi kemasyarakatan, perusahaan, mitra pembangunan
dan lainnya dalam memfasilitasi penyelenggaraan Desa Inklusif.

Tujuan dan 2. Tujuan


a. Menemukenali dan mengembangkan model Desa Inklusif yang
sesuai dengan kondisi masing-masing desa untuk pencapaian

Hasil yang
SDGs Desa; dan
b. Mereplikasikan beragam praktek baik terkait pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa yang inklusif dengan fokus
pada upaya pencapaian SDGs.

diharapkan 3. Hasil yang Diharapkan


a. Teridentifikasi dan terbentuknya model Desa Inklusif yang
sesuai dengan konteks dan kondisi desa yang difokuskan pada
upaya pencapaian SDGs Desa; dan
b. Tereplikasinya atau meluasnya beragam praktek baik terkait
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang
inklusif dengan fokus pada upaya pencapaian SDGs.
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; Pendapatan Dan Belanja Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 14. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan
Daerah;
Permusyawaratan Desa;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; Desa;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas 18. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; Tahun 2019 tentang Musyawarah Desa;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang 19. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 13
Disabilitas; Tahun 2020 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- 20. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; dan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 21. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
2014 tentang Desa;
Desa.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara •

12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
Bab II
Kebijakan Pembentukan dan
Pengembangan Desa Inklusif
• Pemerintah berkewajiban memfasilitasi
pembentukan dan pengembangan Desa Inklusif.

• Desa Inklusif adalah Desa sebagai ruang kehidupan

A. Mandat dan penghidupan bagi semua warga Desa yang


diatur dan diurus secara terbuka, ramah dan
meniadakan hambatan untuk bisa berpartisipasi
secara setara, saling menghargai serta merangkul
Desa Inklusif setiap perbedaan dalam pembangunan.

• Desa Inklusif membuka peluang bagi setiap warga


Desa, terutama kelompok marjinal dan rentan
untuk mendapatkan kesempatan berperan/terlibat
aktif sesuai dengan kemampuannya masing-masing
dalam penyelenggaraan Desa.
• Masyarakat marjinal dan rentan adalah kelompok
yang mengalami kondisi yang tidak proporsional
yang diakibatkan oleh: keterbatasan akses pada
layanan dasar, kesempatan ekonomi yang
disebabkan oleh kemiskinan, keterpencilan, atau
keterbatasan mobilitas, keterputusan layanan
dan akses akibat kondisi darurat (emergency)
A. Mandat untuk menjangkau semua orang, serta tersisih
karena usia, kemampuan fisik, dan identitas

Desa Inklusif sosialnya.


• Contoh masyarakat marjinal dan rentan (namun
tidak terbatas pada): warga miskin, penyandang
disabilitas, perempuan, anak, lansia, masyarakat
adat, kelompok minoritas, warga tanpa identitas
hukum, warga dengan masalah domisili, warga
dengan stigma, korban kekerasan rumah tangga,
korban bencana serta kelompok marginal dan
rentan lainnya
• Jalan Kebudayaan: penguatan nilai-nilai inklusi sosial
B. Strategi sebagai pedoman perilaku, saling menghargai dan
bertoleransi di tengah perbedaan.
Pembentukan • Jalan Demokrasi: upaya perluasan ruang-ruang
partisipasi warga Desa khususnya kelompok marginal
dan dan rentan
• Jalan Pembangunan: perluasan ruang-ruang
Pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pembangunan Desa yang terbuka bagi partisipasi warga
Desa Inklusif Desa khususnya kelompok marginal dan kelompok
rentan.
• Kader Desa: kepedulian, keberpihakan,
dukungan, keterlibatan langsung (motor
C. Kader Desa penggerak) penyelenggaraan.

• Kader Desa ditumbuhkan dan dikembangkan.


sebagai • Kader Desa tumbuh dan berkembang dari warga
Penggerak Desa, kader organik.

• Kaderisasi Desa: (1) mampu memahami


Desa Inklusif ketidakberdayaan kelompok marginal dan
kelompok rentan, (2) mampu menjadi motor
penggerak perubahan sosial.
• Ragam aktivitas Desa Inklusif: berjenjang dari
wil keluarga, komunitas (sub-desa), sampai
dengan wilayah Desa. Sumberdaya desa dipakai
D. Kerja sama untuk mengoreksi, memberdayakan/
memampukan kelompok marjinal dan rentan.

Desa • Diperkuat dengan mekanisme kerjasama antar


Desa.
• Kerja sama untuk memberdayakan kelompok
marginal dan kelompok rentan.
• Replikasi model penyelenggaraan Desa Inklusif
untuk menyebarluaskan beragam praktik baik.
E. Desa • Tanggung jawab fasilitasi berjenjang:
Pemkab/kota untuk replikasi lintas-kecamatan,
Percontohan Pemprov untuk replikasi lintas-kabupaten/kota
yang.

dan Replikasi • Pemerintah memfasilitasi pemerintah daerah


mengembangkan Desa Percontohan, mengelola
tukar-menukar informasi, pengalaman dan
Model pengetahuan untuk media belajar bersama
secara nasional.
• Pembelajaran tentang Desa Inklusif harus
difasilitasi oleh pendamping organik,
yakni kader Desa yang secara sukarela
bekerja sebagai penggerak pembangunan
Desa dan pemberdayaan masyarakat
Desa yang dikelola secara inklusif,
F. Pendampingan transparan, partisipatif dan akuntabel.
Organik • Keunggulan: mereka terlibat aktif secara
langsung dalam setiap tahapan
pembangunan yang ada di Desa mereka
masing-masing dan mengenal dekat
masyarakat yang didampingi, khususnya
kelompok rentan dan marjinal.
BAB III
Langkah-Langkah Fasilitasi Desa
Inklusif
• Kaderisasi Desa: menumbuhkan kader Desa
sebagai penggerak kerja pengorganisasian
Desa dan masyarakat Desa khususnya
kelompok marginal dan rentan.
• Fasilitasi penguatan kapasitas dengan materi
A. Fasilitasi mencakup 5 kapasitas dasar kader Desa
yaitu:

Kaderisasi 1. kepemimpinan dan


pengorganisasian,

Desa 2. kemampuan mempengaruhi


kebijakan,
3. penguatan prakarsa lokal, dan
4. pengembangan jaringan kerja.
• Perspektif inklusi sosial
• Pengembangan Kapasitas Literasi Kebudayaan Desa:
penerapan nilai-nilai inklusi sosial dalam pemajuan
kebudayaan Desa melalui Tindakan pembacaan,
perbincangan maupun penulisan. Sekolah lapang dan
B. Fasilitasi perpustakaan Desa.
• Temu Kenali Kebudayaan Desa: menggali, memajukan dan
melestarikan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal
Jalan • Musyawarah Kebudayaan Desa: menghidupkan rembuk
warga untuk mengembangkan, melindungi dan
memanfaatkan kebudayaan desa. Tumbuh musyawarah
Kebudayaan Kebudayaan Desa.
• Penguatan Lumbung budaya Desa: mengumpulkan,
mengembangkan dan mempromosikan adat dan budaya Desa
kemajuan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.
• Penguatan Keswadayaaan dan Gotong Royong:
memperkuat kesulakrelaan warga, kerterlibatan aktif dalam
pengelolaan urusan Desa. Mewujud dalam bentuk swadaya
dan gotong royong.

C. Fasilitasi • Pengorganisasian Kelompok Marginal dan Rentan:


identifikasi dan mendata warga marginal dan rentan;
mengorganisir, meningkatkan kesadaran kritis, mendorong
partisipasi dan melakukan kaderisasi.

Jalan • Penguatan Rembuk Warga: mendorong warga secara


sukarela bersedia terlibat membincangkan urusan-urusan
bersama di Desa

Demokrasi • Penguatan BPD sebagai Kanal Aspirasi: memastikan adanya


keterwakilan kelompok marginal dan rentan dalam
keanggotaan BPD, memastikan ada sekertariat dan anggaran
yang cukup agar BPD dapat bekerja mengelola aspirasi
kelompok rentan dan marjnal, dan memastikan peningkatan
kinerja BPD.
• Penguatan Musyawarah Desa: memfasilitasi persiapan dan
pelaksanaan musyawarah Desa, pendampingan bagi kelompok
rentan dan marjinal, memastikan lingkungan yang mendukung
bagi kelompok rentan dan marjinal.
• Kepemimpinan Desa Inklusif: memfasilitasi pelatihan
kepemimpinan, kaderisasi calon pemimpin, dan memastikan
proses pemilihan Kepala Desa secara inklusif dan demokratis.

Lanjutan • Penegakkan Kewenangan Desa Inklusif: untuk memastikan


urusan kelompok marjinal dan rentan masuk dalam daftar
kewenangan desa; deklarasi atau maklumat pelayanan Desa
Inklusif.
• Penyusunan dan Penetapan Produk Hukum Desa Inklusif:
memastikan penyusunan produk hukum di Desa bersifat terbuka,
partisipatif, dan akuntabel.
• Penyelenggaraan Desa Inklusif yang Transparan dan Akuntabel
• Pendataan dan Pemutakhiran Data Desa Inklusif.
• Pencermatan Data Desa Inklusif: pencermatan indikator
pembangunan strategis dalam data Desa.

D. Fasilitasi • Penyusunan Usulan Kegiatan Pembangunan Desa Inklusif:


memfasilitasi kelompok marginal dan rentan
menyelenggarakan rembuk warga untuk penyusunan usulan
kegiatan pembangunan
Jalan • Penyusunan RPJM Desa Inklusif: memastikan kelompok
marginal dan rentan dilibatkan dalam penyusunan RPJM
Pembangunan Desa dimulai dari Musdes, penetapan Tim Penyusun
RPJMDes, Perumusan arah kebijakan pembangunan Desa,
hingga Musdes pembahasan dan penetapan RPJMDes.
• Penyusunan RKP Desa Inklusif: RKP Desa yang inklusif
disusun dengan melibatkan kelompok marginal dan rentan.
RKP Desa yang inklusif memuat program dan kegiatan
pembangunan Desa yang diprioritaskan bagi kelompok
marginal dan rentan.
• Penyusunan APB Desa Inklusif: memastikan kelompok
marjinal dan rentan terlibat dalam Pencermatan Daftar
kegiatan RKP, RAPBDesa, dan prioritas pembiayaan.

Lanjutan • Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Desa Inklusif:


aparatur Desa mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan
pembangunan Desa dengan melibatkan seluruh warga;
• Pengawasan Kegiatan Pembangunan Desa Inklusif:
keterbukaan data dan informasi pembangunan Desa yang
mudah dijangkau, kelompok marginal dan rentan terlibat
aktif memantau dan mengawasi pembangunan Desa,
fasilitasi warga Desa khususnya kelompok marginal dan
rentan untuk menyampaikan aspirasi.
• Mengkaji Data Desa untuk mengetahui
secara pasti data dan informasi tentang
kelompok marginal dan rentan.
E. Fasilitasi • Identifikasi kebutuhan kelompok marginal dan
rentan

Kerjasama • Menghitung sumberdaya yang tersedia.


• Kerjasama antar-Desa dibangun melalui
pengembangan forum dialog antar-Desa
Desa sebagai inisiatif Desa.
• Kader Desa dan pendamping masyarakat
Desa memfasilitasi dialog antar Desa.
• Fasilitasi Percontohan Model Desa Inklusif
F. Fasilitasi sebagai tolok ukur keberhasilan bagi Desa-
Desa lainnya yang akan mengadopsi dan
Percontohan mengadaptasikan pengalaman penerapan
inklusi sosial: menyiapkan lokasi dan
menyelenggarakan sekolah lapang Desa
dan Replikasi Inklusif.
• Fasilitasi Replikasi Model Desa Inklusif:
Model Desa Kegiatan replikasi Desa Inklusif dilakukan
melalui sekolah lapang maupun melalui
Inklusif pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan media digital audio visual.
• Pendamping organic: pendamping yang
tumbuh dan berkembang di Desa, memahami
situasi dan kebutuhan warga Desa.
• Pendamping organik lahir dari proses
pendidikan, interaksi, maupun berbagai
G. Fasilitasi pengembangan kapasitas pengetahuan dan
ketrampilan melalui proses pembelajaran
Pendampingan langsung dari beragam pratik pembangunan
Desa itu sendiri.
Organik • Langkah-Langkah: mengidentifikasi calon
penggerak yang memiliki bakat dan potensi,
mengidentifikasi kebutuhan Desa dan potensi
yang dimiliki calon pendamping organik,
memfasilitasi dialog, diskusi dan pelatihan-
pelatihan dan penguatan kapasitas lainnya.
Bab IV
Pelaporan, Pemantauan dan
Evaluasi
• Pelaporan penyelenggaraan Desa Inklusif
diolah dari data dan informasi yang ada di
dalam SID. Laporan penyelenggaraan Desa
Inklusif dimuat dalam dashboard SID.
• Pelaporan Desa inklusif memuat
permasalahan inklusi sosial di Desa, warga
marjinal dan rentan, daftar kewenangan
Desa, berita acara MusDes, daftar usulan
Pelaporan kegiatan pembangunan, dokumen RPJM
Desa, RKP Desa, APB Desa, kegiatan-kegiatan
pembangunan, gambaran kemajuan
pelaksanaan kegiatan, target dan realisasi
biaya, hasil dna manfaat pembangunan,
pelayanan untuk kel rentan dan marjinal,
daftar kader Desa, Kerjasama antar Desa,
kendala dan permasalahan, gambaran umum
partisipasi.
• Pemantauan Desa Inklusif dilaksanakan
dengan dua cara yaitu berbasis
masyarakat (partisipatif) dan/atau secara
berjenjang (teknokratis) oleh Kementerian
Desa, PDT, dan Transmigrasi bersama
dengan pihak ketiga dan/atau
stakeholder yang berkaitan.
Pemantauan • Pemantauan partisipatif dilakukan oleh
masyarakat secara mandiri dan
kemudian disampaikan kepada BPD.
Sedangkan pemantauan teknokratis
menggunakan sistem peringatan dini
(early warning system) secara digital
dalam Sistem Informasi Desa (SID).
• Evaluasi penyelenggaraan Desa Inklusif
dilaksanakan oleh Kementerian Desa,
PDTT bersama dengan pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian serta
stakeholders terkait.
Evaluasi • Hasil evaluasi penyelenggaraan Desa
Inklusif menjadi umpan balik untuk
peningkatan kualitas pendampingan,
input merumuskan kebijakan dan
regulasi, serta pengembangan program.
• Evaluasi penyelenggaraan Fasilitasi Desa
Inklusif paling lambat 1 (satu) tahun
sekali.

Anda mungkin juga menyukai