Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian
KUBE adalah Kelompok Usaha Bersama yaitu salah satu program pemerintah yang ada pada Kementerian Sosial
RI khususnya di Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk
memberdayakan kelompok masyarakat miskin dengan pemberian modal usaha melalui program Bantuan Langsung
Pemberdayaan Sosial (BLPS) untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

B. Syarat Pembentukan dan Keanggotaan KUBE


a. Prioritas utama KUBE produktif/berkembang yang pernah dibantu dana dekonsentrasi/APBD/Masyarakat/Dunia
Usaha;
b. Setiap KUBE beranggotakan berjumlah 10 KK;
c. Anggota berusia antara 15-55 tahun dan sudah berkeluarga;
d. Memiliki kegiatan sosial dan UEP;.
e. KUBE yang sudah memiliki pembukuan atau catatan keuangan;
f. Diusulkan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan direkomendasikan oleh
Dinas/Instansi Sosial Provinsi.

C. Tujuan
KUBE bertujuan untuk mewujudkan :
1. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok
2. Peningkatan pendapatan
3. Pengembangan usaha
4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar.

D. Tahapan KUBE
1. KUBE Penumbuhan : KUBE awal yang baru dibentuk
2. KUBE Pengembangan (BLPS) : KUBE yang telah berhasil baik dalam pengelolaan Usaha Ekonomis Produktif
(UEP), adminstrasi maupun kegiatan kelompok yang telah berjalan minimal 2 tahun.
3. KUBE MANDIRI Lembaga Keuangan Mikro (LKM) : KUBE lanjutan dari Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial
(BLPS) yang dikembangkan melalui kegiatan Lembaga Keuangan Mikro.

E. Kepengurusan
Kepengurusan KUBE pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok pengurus KUBE
dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti
kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan anggotanya,
mempunyai keuletan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari
anggotanya.

Peran pendamping KUBE adalah antara lain perencanaan, pembimbing, pemberi informasi, motivasi,
penghubung, fasilitator dan evaluator.

KUBE Fakir Miskin merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan
sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, dengan mendayagunakan potensi dan sumber daya sosial
dan ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial
ekonomi dengan berbagai pihak terkait

Pendamping KUBE adalah mereka yang berasal dari lingkup masyarakat lokal yang peduli serta memiliki
kemampuan dalam memberikan bimbingan, keterampilan dan berbagai alternatif pilihan yang dapat
dilaksanakan oleh KUBE agar dapat berjalan dengan baik.

Beberapa pendamping dengan berbagai cara mampu memberikan transfer pengetahuan, pengembangan jaringan dan
pengorganisasian. Pendampingan dalam prakteknya selalu memberikan motivasi dan konsultasi yang berhubungan
dengan keluarga dan permasalahan sosial di lingkungannya.
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) adalah perbuatan atau kegiatan di bidang ekonomi yang dilaksanakan oleh Rumah
Tangga dan atau Kelompok Usaha Ekonom untuk meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja dan
ketahanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal.

Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bantuan penguatan
modal usaha untuk kegiatan usaha ekonomi produktif

Sasaran PROKESOS dalam kaitan dengan kebijakan MPMK adalah PMKS yang hidup dibawah garis kemiskinan dengan
rincian sebagai berikut :
1. Keluarga Fakir Miskin yang dibina melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir miskin
2. Kelompok Masyarakat Terasing yang dibina melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing.
3. Para Penyandang Cacat yang dibina melalui Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat
4. Lanjut Usia yang dibina melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
5. Anak Terlantar yang dibina melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar
6. Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang dibina melalui Program Peningkatan Peranan Wanita di Bidang Kesejahteraan
Sosial
7. Keluarga Muda Mandiri yang dibina melalui Program Pembinaan Keluarga Muda Mandiri
8. Remaja dan Pemuda yang dibina melalui Program Pembinaan Karang Taruna
9. Keluarga Miskin di Daerah Kumuh yang dibina melalui Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).

PROSES PEMBENTUKAN KUBE


Selain KUBE yang ditumbuhkembangkan melalui Program Bantuan Kesejahteraan Fakir Miskin, langkah / kegiatan
pokok pembentukan KUBE untuk sasaran PMKS lainnya adalah :

1. Pelatihan ketrampilan berusaha,


dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan praktis berusaha yang disesuaikan dengan minat dan ketrampilan
PMKS serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan basil usahanya. Nilai tambah
lain dari pelatihan adalah tumbuhnya rasa percaya diri dan harga diri PMKS untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya

2. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan dengan ketrampilan PMKS dan
kondisi setempat.
Bantuan ini merupakan hibah (bukan pinjaman atau kredit) akan tetapi diaharapkan bagi PMKS penerima bantuan
untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada warga masyarakat lain yang perlu dibantu

3. Pendampingan, mempunyai peran sangat penting bagi berhasil dan berkembangnya KUBE, mengingat sebagian besar
PMKS merupakan kelompok yang paling miskin dan penduduk miskin. Secara fungsional pendampingan
dilaksanakan oleh PSK yang dibantu oleh infrastruktur kesejahteraan sosial di daerah seperti Karang Taruna (KT),
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Organisasi Sosial (ORSOS) dan Panita Pemimpin Usaha Kesejahteraan Sosial
(WPUKS).

ORGANISASI DAN MANAJEMEN


1. Kepengurusan KUBE
* Pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok
* Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki
kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah
merupakan hasil pilihan dari anggotanya

2. Keanggotaan KUBE
* Anggota KUBE adalab PMKS sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap KUBE
berkisar antara 5 sampai 10 orang / KK sesuai dengan jenis PMKS
* Khusus untuk Pembinaan Masyarakat Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh pembentukan KUBE
berdasarkan unit pemukiman sosial, artinya suatu unit pemukiman sosial adalah satu KUBE

3. Administrasi KUBE
* Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus maupun pengelola KUBE perlu
memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan,
pembukuan dan lain sebagainya
* Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan /
pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya

PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI


* Pembinaan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penumbuhan dan
pengembangan KUBE, disamping meningkatkan motivasi dan kemampuan pelaksanaan dilapangan serta kapasitas
manajemen pengelola KUBE. Pembinaan dilaksanakan oleh petugas sosial wilayah mulai dan tingkat propinsi,
kabupaten / kodya, kecamatan dan desa / kelurahan secara berjenjang
* Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan KUBE dan permasalahan yang merupakan
hambatan serta upaya pemecahannya, sehingga upaya penumbuhan dan pengembangan KUBE berjalan sesuai dengan
rencana
* Kegiatan monitoring dan evaluasi beserta pelaporannya dilaksanakan melalui mekanisme secara berjenjang mulai
dan tingkat desa, kecamatan, kabupaten / kodya, propinsi dan pusat dalam koordinasi Kelompok Kerja Operasional
(POKJANAL) PROKESRA secara berjenjang seperti dalam lampiran 5 (Bagan KUBE).

KUBE Pemberdayaan Fakir-Miskin

SASARAN
Penerima bantuan stimulant pemberdayaan adalah para Keluarga Binaan Sosial (KBS) yang tergabung dalam KUBE,
namun kondisi usaha ekonomi produktifnya mengalami hambatan atau kegagalan dan memerlukan bantuan tambahan
modal usaha.

MEKANISME KEGIATAN KUBE


Unsur Pokok KUBE
KUBE terdiri atas 10 orang (KK) fakir miskin yang telah terpilih melalui seleksi sebagai Keluarga Binaan Sosial (KBS),
adanya kemauan anggota KUBE untuk bekerja secara kelompok dan adanya kesamaan minat dari anggota untuk
melaksanakan suatu jenis usaha ( UEP / UKS ) melalui kegiatan kelompok.

Proses Pembentukan Kelompok


Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dibentuk berdasarkan musyawarah bersama antar anggota ( hasil seleksi ) KBS
Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Penentuan jenis kegiatan usaha kelompok dilaksanakan oleh anggota kelompok
sesuai dengan potensi alam yang ada. Terhadap kelompok yang telah terbentuk diberikan latihan ketrampilan sesuai
dengan jenis usaha yang akan dilaksanakan. Pemberian bantuan sarana dan prasarana. Penentuan 10 KBS tersebut sebagai
anggota Kelompok Usaha Bersama ( KUBE ).

KEPENGURUSAN (KUBE)
Ketua
Dengan rincian tugas : Bertanggung jawab kepada rapat kelompok, memimpin dan bertanggung jawab atas
kelangsungan KUBE, memimpin seluruh kegiatan kelompok. membimbing dan mengawasi serta mengarahkan
Sekretaris dan Bendaharawan Kelompok, membagi tugas atau menugasi anggota untuk melaksanakan sesuatu yang
menyangkut kepentingan kelompok, mengambil keputusan sesuai dengan kebijaksanaan dan hasil musyawarah
kelompok, berhubungan / konsultasi dengan para pembina, melaksanakan transaksi dengan pihak ketiga dalam rangka
pengelolaan usaha ekonomi produktif, pemeliharaan pembelian dan penjualan ternak sesuai dengan kesepakatan
kelompok, memeriksa dan menutup buku kas serta memeriksa buku catatan administrasi lainnya dan melaporkan
perkembangan KUBE secara berkala pada anggota dan pembina.
Sekretaris
Dengan rincian tugas : membantu ketua dalam melaksanakan administrasi kelompok, mewakili ketua apabila
berhalangan, mengundang rapat kelompok atas perintah ketua, mencatat hasil keputusan rapat kelompok, mengumumkan
hal-hal yang perlu diketahui oleh anggota, menyusun laporan untuk rapat kelompok, mengisi buku-buku administrasi
kelompok dan membantu ketua dalam memimpin kegiatan kelompok.

Bendahara
Dengan rincian tugas : mencatat penerimaan dan pengeluaran uang KUBE, menyimpan segala penerimaan / keuangan
kelompok, membayar dan atau mengeluarkan uang untuk sesuatu keperluan yang telah disetujui oleh ketua, membuat
buku catatan pembantu tentang usaha ekonomi produktif kelompok, melaporkan keadaan keuangan KUBE dalam rapat
kelompok, musyawarah kelompok merupakan pengambil keputusan tertinggi, dalam hal antara lain : (Memilih dan
menetapkan pengurus KUBE, menentukan pembagian kerja anggota kelompok, menentukan kebijaksanaan, langkah serta
keputusan, bersama-sama dengan pengurus membuat rincian tugas pengurus dan anggota KUBE.

MEKANISME PENGEMBANGAN BANTUAN STIMULAN


Pengelolaan Usaha ( Contoh : Ternak Kambing )
Bantuan stimulan berupa ternak kambing yang diserahkan kepada masing-masing kelompok, merupakan hak milik
kelompok, oleh karena itu pengelolaan dan pengembangannya menjadi tanggung jawab bersama. Beberapa pilihan cara
pengelolaan bantuan dapat dilakukan ( sesuai kesepakatan kelompok ) antara lain :
 Pengelolaan Bantuan Secara Kolektif, yaitu: bantuan ternak kambing yang diterima dikelola secara
bersama-sama oleh seluruh anggota kelompok dalam satu kandang dengan mengutamakan azas
kebersamaan dengan cara mengadakan pembagian kerja secara adil dan merata. Di dalam kegiatan ini,
tidak dibenarkan anggota Keluarga Binaan Sosial ( KBS ) diperlakukan sebagai buruh.
 Pengelolaan bantuan Secara Perorangan, yaitu: karena pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga
bantuan stimulan tidak dapat dikelola secara kolektif ( misalnya tempat tinggal saling berjauhan, lahan
kosong yang terbatas untuk membuat kandang yang besar, dan lain-lain). maka bantuan stimulan dapat
dikelola secara perorangan dengan catatan bahwa kegiatan tersebut masih terkait dengan kepemilikan
kelompok, sehingga kepada yang bersangkutan (pengelola) tetap dikenakan kewajiban-kewajiban yang
harus dipenuhi sesuai dengan kesepakatan kelompok.
Pengguliran
Setiap Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang mendapatkan bantuan diwajibkan melaksanakan pengguliran kepada
warga lain yang membutuhkan disekitarnya baik secara perorangan maupun secara kelompok ( KUBE lain yang telah
atau akan dibentuk ) jumlah dan besarnya ternak yang digulirkan sesuai dengan bantuan stimulan yang diterima adapun
waktu pelaksanaan pengguliran ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara anggota kelompok dengan persatuan
Pembinaan KUBE.
Pembagian Hasil/Keuntungan
Pengelola bersama kelompok bertanggung jawab terhadap pembagian keuntungan atau kerugian yang diderita kelompok.
Setiap keuntungan/kerugian wajib dilaporkan kepada seluruh anggota. Pembagian keuntungan didasarkan pada
kesepakatan kelompok atau didasarkan pada beban kerja dan tanggung jawab anggota. Sebaiknya pembagian keuntungan
diatur sebagai berikut : Insentif bagi pengelola : 25 %, Dibagikan kepada anggota: 20 %, Pengguliran: 50 %, Untuk usaha
kesejahteraan sosial (UKS): 5 %.
Pengumpulan dana IKS (Iuran Kesetiakawanan Sosial)
Setelah melaksanakan kewajiban menggulirkan, dari ternak yang dipelihara oleh KUBE maka anggota KUBE wajib
menyisihkan sebagain keuntungan yang diperolehnya untuk tabungan kelompok atau Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS).
Besarnya nilai IKS dan kapan mulai mengumpulkannya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok dengan
mempertimbangkan kondisi dan hasil usaha serta rasa kesetiakawanan sosial seluruh anggota kelompok. Dana IKS yang
terkumpul dapat dipergunakan untuk : (Apabila sangat diperlukan sebagai penambahan modal usaha ekonomi produktif
atau untuk penganekaragaman usaha, sebagai modal kegiatan Jaminan Kesetiakawanan Sosial (Jamkesos).
TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
KUBE Penumbuhan
KUBE awal yang baru dibentuk
KUBE Pengembangan (BLPS)
KUBE yang telah berhasil baik dalam pengelolaan Usaha Ekonomis Produktif (UEP), adminstrasi maupun kegiatan
kelompok yang telah berjalan minimal 2 tahun.
KUBE MANDIRI Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
KUBE lanjutan dari Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) yang dikembangkan melalui kegiatan Lembaga
Keuangan Mikro.

seperti Kelompok Usaha Bersama atau KUBE dari Kementerian Sosial yang dulu bernama Departemen Sosial.
KUBE dimulai sejak tahun 1982,
Kementerian Sosial melakukan pembaharuan internal kementerian atau yang dikenal dengan reinventing Kemensos.
Adapung reinventing itu sendiri bahwa Kemensos akan melakukan perubahan dalam bentuk:
(1) reorientasi kebijakan pada pembangunan manusia,
(2) restrukturisasi organisasi untuk menjalankan dan mencapai tujuan kebijakan secara efektif,
(3) pengembangan aliansi strategis dengan mitra kerja yang mempunyai kapasitas sesuai bidangnya,
(4) perbaikan tata kelola pelaksanaan kebijakan,
(5) penilaian kinerja program, setiap rupiah yang dibelanjakan harus menghasilkan kesempatan kerja, keuntung bagi yang
bekerja, dan akumulasi tabungan bagi yang bekerja dan menabung.
Pembaharuan program tersebut merupakan upaya Kementerian Sosial untuk menjadikan institusinya sebagai excellent
ministry atau Kementerian unggulan (Pedum Tim Koordinasi BLPS, 2007:3). Dan
untuk menjadi Kementerian unggulan tersebut,
maka Kemensos perlu semakin terbuka untuk bekerjasama dengan semua mitra pembangunan,
baik dari kalangan dunia usaha/swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, para cendekiawan dan
praktisi untuk bersama-sama mengembangkan Kemensos sebagai ujung tombak pencapaian target
pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Kementerian Sosial menyelenggarakan program penanggulangan kemiskinan –dulu dikenal dengan:
pengentasan kemiskinan- melalui program Kelompok Usaha Bersama atau KUBE. Program
KUBE merupakan pengejawantahan Instruksi Presiden tentang Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan atau Gerdu
Taskin. Pola pemberdayaan KUBE yang diterapkan oleh Kementerian Sosial selama ini sangat seragam,
kurang menekankan pada unsur-unsur lokal setempat. Jumlah kelompok sebanyak 10 Kepala Keluarga. Bantuan yang
diberikan tidak dalam bentuk uang tetapi berupa paket usaha yang disediakan oleh pihak ketiga, seperti peralatan bengkel,
ternak sapi, peralatan-peralatan pertanian, dan lain-lain.
Pemberian bantuan ini diawali dengan pembekalan pengembangan keterampilan usaha seadanya. Jenis paket usaha yang
dikembangkan dianjurkan untuk memilih jenis usaha sesuai dengan ketersediaan sumber-sumber di daerah masing-
masing, namun pelaksanaannya lebih mengacu pada kondisi pengadministrasian yang harus dipertanggung jawabkan.

Jenis Bantuan KUBE


Setiap kelompok mendapat 1 paket bantuan usaha, untuk KUBE yang
berprestasi dapat diberikan bantuan pengembangan usaha tahap berikutnya. Bantuan yang
sudah diterima harus digulirkan pada kelompok fakir miskin lainnya yang ada di sekitarnya. Ada 10
indikator keberhasilan yang digunakan selama ini (Kemensos, 1994), yaitu:
1. Perkembangan usaha ekonomis produktif keluarga
2. Perkembangan usaha ekonomis produktif kelompok
3. Kondisi kesejahteraan social Keluarga Binaan Sosial (KBS) secara keseluruhan
4. Sumbangan Sosial Wajib (SSW) / luran Kesejahteraan Sosial (IKS) dan pengembangan gotong royong
5. Perkembangan koperasi kelompok
6. Pelaksanaan jaminan kesejahteraan sosial melalui embrio organisasi sosial
7. Perkembangan tabungan dan tabanas
8. Ikut sertanya KBS dalam program keluarga berencana, Posyandu dan wajib belajar
9. Ada tidaknya partisipasi dalam kegiatan Karang Taruna
10. Dampak proyek bantuan kesejahteraan sosial dalam masyarakat
Pendekatan KUBE
KUBE dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para kelompok miskin, yang meliputi:
 terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari,
 meningkatnya pendapatan keluarga,
 meningkatnya pendidikan, dan meningkatnya derajat kesehatan.
Selain itu,pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan dinamika kehidupan kelompok sosial, seperti:
 pengembangan hubungan yang semakin harmonis,
 pengembangan kreativitas,
 munculnya semangat kebersamaan dan kesetiakawanan sosial,
 munculnya sikap kemandirian, munculnya kemauan, dan lain-lain,
sehingga menjadi sumber daya manusia yang utuh dan mempunyai tanggung jawab sosial ekonomi terhadap diri,
keluarga dan masyarakat serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
Melalui pendekatan KUBE ini diharapkan juga:
 kelompok sasaran mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya alam, sosial, ekonomi,
sumber daya manusia dan sumber lingkungan serta sumber-sumber lainnya yang ada di
sekitarnya untuk kepentingan pengembangan potensi yang dimiliki, seperti:

 pemanfaatan lahan untuk pertanian,


 pemanfaatan air untuk pengembangan usaha ternak ikan,
 pemanfaatan tenaga yang mengganggur untuk menjadi tenaga kerja di KUBE yang dikelola, dan lain-lain.

Diharapkan dengan pola seperti ini, mereka akan mudah mengintegrasikan sumber-sumber tersebut ke
dalam kepentingan-kepentingan kelompok. Kelompok mempunyai wewenang untuk mengelola,
mengembangkan, mengevaluasi dan menikmati hasil-hasilnya. Pemerintah hanya memfasilitasi agar
KUBE dapat berhasil dengan baik. Dilihat dari komposisi ini, pendekatan KUBE merupakan pendekatan yang
relevan di dalam pemberdayaan kelompok miskin tersebut.
Kendala dan Hambatan
Kenyataannya di lapangan tidaklah selalu indah karena berbagai kendala dan hambatan dihadapi. Proses pembentukan,
pengelolaan dan pengembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, bagaimana bantuan yang diberikan,
bagaimana pendampingan yang dilakukan, dan lain-lain.
Sebagian KUBE terbentuk atas insiatif anggota, sebagian karena gagasan atau bentuk aparat desa atau pihak lain yang
berkepentingan. Dalam pengelolaannya juga demikian, ada KUBE yang memang murni dikelola oleh anggota dan
sebagian ada pihak yang terlibat karena ada kepentingan, dan masalah-msalah lainnya.
Tetapi keberhasilan dan kegagalan KUBE tidak bisa hanya dilihat dari sisi sebelah mata,
hanya menyalahkan pihak ekternal yang mungkin terlibat, yaitu karena adanya campur tangan pihak luar.
Namun masalah-masalah yang bersifat internal juga perlu dikaji dan dianalisis, seperti sifat dan unsur-unsur yang
ada dalam kelompok, seperti keanggotaan, struktur kelompok dan lain-lain.
Harapan kedepan untuk menjadikan KUBE sebagai suatu pendekatan dalam proses pemberdayaan perlu dikaji kembali,
sehingga benar-benar menjadi suatu pendekatan yang dapat menjadi satu alternatif penanganan atau model di
dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
Diamana upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian besar dari berbagai pihak yang
tidak terbatas pada aspek pemberdayaan ekonomi sosial, tetapi juga menyangkut aspek pemberdayaan politik.
KUBE merupakan pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses bagi masyarakat dalam memperoleh dan
memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab itu,
pemberdayaan masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidak mampuan masyarakat yang
disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, adanya kondisi kemiskinan yang
dialami sebagaian masyarakat, dan adanya keengganan untuk membagi wewenang dan sumber daya yang
berada pada pemerintah kepada masyarakat.
Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata telah meningkat akibat kemajuan sosial e
konomi masyarakat. Pada masa depan perlu dikembangkan lebih lanjut potensi keswadayaan masyarakat,
terutama keterlibatan masyarakat pada berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan ketahanan sosial, dan
kepedulian mayarakat luas dalam memecahkan masalah kemasyarakatan
Pendamping sebagai mendiator bagi anggota untuk mengelola bantuan stimulant. Disamping itu pendaping juga
membatu anggota KUBE untuk mengindentifikasi kebutuhan dan memeacahkan masalah yang mereka hadapi.
Keterlibatan peandamping ditengah-tengah KUBE bukan sebagai guru tetapi sebagai mitra dan bekerja bersama
anggota KUBE. Pendamping pun diharapkan mempu menggali dan mengorganisir berbagai potensi dan sumber
daya yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penanganan fakir miskin. Dengan adanya pendampingan ini
bertugas mempermudah bagi anggota KUBE untuk menjalankan usaha kelompoknya.

Pendamping KUBE sebagai mitra kerja pemerintah merupakan salah satu komponen kunci dalam penanganan
kemiskinan, maka pendamping KUBE harus memiliki kemampuan professional yang berkualitas yang memiliki
pengetahun, kemampuan, keterampilan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mennyuseskan program
KUBE. Ada beberapa tujuan pendampingan KUBE, adalah :

1. Untuk meningkatkan kemampuan anggota untuk menemukenali permasalahan, potensi para anggota dan
sumber daya sosial ekonomi yang ada di lingkungannya
2. Meningkatkan kemamuan Kelompok Usaha Berdama (KUBE) dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah kesejahteraan sosial.
3. Meningkatkan akses para anggota KUBE terhadap lapangan kerja pelayanan sosial dasar dan fasilitas
pelayanan sosial publik lainnya.
4. Membatu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga fakir miskin (sandang, pangan, papan, lapangan kerja,
pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, air bersih dan sanitasi lingkungan serta kebutuhan dasar
lainnya).
5. Meningkatkan kemampuan KUBE dalam mempertanggungjawabkan kegiatan usaha ekonomi dan usaha
kesejateaan sosial yang dilakukan secara bersama-sama.

Untuk mencapai tujuah KUBE, ada beberapa prinsip yang harus dipegang dan dijalakan oleh pengurus dan
anggota KUBE itu sendiri yakni mengutamakan inisiatif lokal, mendahulukan pendayaagunaan potensi lokal,
bekerja berdasarkan partisipasi atau gotong royong dan kebersamaan. Sementara dalam kepengurusan KUBE
harus ada pendegelasian kewenangan berorganisasi, dengan mengedepankan aktualisasi KUBE berdasarkan
tradisi dan kearifan lokal. Prinsip ini akam memperkuat keberlanjutan (sustainability) KUBE.

Proses pendampingan yang dilaksanakan oleh pendamping merupakan suatu tahapan berkelanjutan, sehingga
KUBE tetap eksis dan terus berkembang. Secara rinci, proses pemdampingan KUBE adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkan kepercayaan: serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana oleh pendamping
bersama masyarakat dalam rangka membatu KUBE menciptakan hubungan-hubungan pribadi dengan
para tokoh yang berada di dalam masyarakat seperti tokoh agama, tokokh adat, tokoh perempuan, tokoh
remaja, pengurus organisasi sosial. Dan pihak-pihak terkait, misalnya dengan cara tinggal dan hidup di
lingkungan mereka.
2. Membangun kesepakatan: serangkaian kegiatan terencana dalam rangka membantu KUBE memastikan
kesediaan mereka menerima pendamping dalam membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh
aanggota KUBE.
3. Membentuk Tim Kerja Kelompok: serangkaian kegiatan terencana dalam rangka membantu KUBE
guna memecahkan masalah pengembangan usaha melalui pembentukan tim kerja kelompok sesuai
dengan uraian tugas yang disepakati oleh mereka.
4. Identifikasi dan mobilitasi sumber: serangkaian kegiatan terencana dalam rangka membantu KUBE
untuk mengetahui kondisi permasalahan dan potensi serta sumber yang ada dilingkungannya. Mobilitasi
adalah serangkaian kegiatan yang tereancana dalam rangka membantu KUBE menghimpun, mendorong
dan mendayagunakan system sumber yang ada dilingkungannya yang dihadapi dan meraih harapan-
harapan anggota atau tujuah KUBE.
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan: serangkaian kegiatan terencana dalam rangka membantu KUBE
untuk menemukan dan mendayagunakan organisasi swadaya dan pelayanan yang ada. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dalam menjangkau pelayanan sosial oleh anggota
KUBE. Pembentukan/pengembangan Lembaga Keuangan Mikro bagi KUBE yang sudah maju,
ditujukan untuk memperkuat oranisasi pengelola keuangan simpan pinjam, meningkatkan kepedulian
masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas terhadap mekanisme perbakan akses KUBE terhadap
mekanisme perbankan, dan memajukan LKM KUBE sebagai embrio koperasi serta mengembangkan
nilai-nilai positif dan produktif dalam kehidupan KUBE untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
Misalnya menanamkan nilai kerja sama, kerja keras, hemat, dan disiplin sebagai dasar kelembagaan
KUBE.
6. Perencanaan: pengembangan proses perencanaan bersama anggota KUBE dlam menggunakan
organisasi dan pelayanan sosial yang ada bagi pengembangan KUBE yang efektif, kegiatan ini diawali
dengan identifikasi potensi sumber daya, permasalahan, dan kebutuhan, serta harapan yang dijadikan
dasar dalam menetapkan tujuan bersama. Bersama angggota KUBE menetapkan prioritas masalah dan
tujuan serta alternative langkah dalam mencapai tujuan tersebut.
7. Pelaksanaan: melalui pendampingan sosial pendamping bersma-sama anggota KUBE senantiasa
berusaha mamfasilitasi pengembangan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan usaha
kesejteraan sosial secara demokratis. Dalam hal ini asas keadilan harus ditegakanagar manfaat KUBE
dapat dirasakan oleh semua anggota. Iklim komunitas antar anggota maupun pihak-pihak terkait perlu
dikindisikan sedemikian rupa agar mendapat partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
8. Evaluasi dan pelaporan bersama anggota KUBE, pendamping sosial memfasilitasi berlangsungnya
proses pengukuran, penilaian, dan pertanggungjawaban proses dan hasil kegiatan pengembangan
KUBE. Pendamping sosial harus menyusun laporan tugasnya sebagai pertanggungjawaban atas
pelaksanaan kegiatan pendamping KUBE pada penanggung jawab program. Dalam evaluasi selain
laporan juga harus disertai saran-saran untuk perbaikan program pengembangan KUBE ke depan.
9. Pencatatan keberhsilan dan kegagalan: proses atau serangkaian kegiatan dlam upaya membantu KUBE
dan angggotanya agar mampu mencatat keberhasilan dan kegagalan sebagai bahan pembelajaran
menuju perbaikan kegiatan di masa yang akan dating.
10. Kegiatan berkelajutan: proses atau serangkaian kegiatan pendamping sosial untuk mendorong
kemampuan KUBE dan anggotanya untuk dapat selalu meraih keberhasilan mereka. Kegiatannya
antara lain berupa menyebarluaskan informs (promosi) tentang produk-produk/jasa yang dihasilkan
KUBE untuk pengembangan program KUBE lebih lanjut.

Agar proses pendampingan berjalan sesuai dengan iklim KUBE, maka para pendamping menggunakan metode
dan teknik pendampingan partisipatif, diantaranya:

1. Metode pendamping individu dan keluarga : merupakan uapaya melindungi anggota dan keluarga miskin
sebagai pusat dampingan, dengan teknik:

 Obrolan ringan: pembicaraan bersifat informal yang ditujukan untuk saling mengidentifikasi dan saling
mengungkapkan berbagai perasaan dan kebutuhan yang dirasakan mendesak untuk diselesaikan.
 Konseling: relasi pertolongan yang ditujukan untuk membantu berbagai maslah/kesulitan/hambatan
kelurga miskin atau anggotanya.

2. Metode pendampingan kelompok merupakan upaya menggunakan kelompok sebagai media dampingan,
dengan teknik :

 Teknik pencairan suasana: untuk menciptakan suasana kebersamaan, keeratan, keakrabanm dan senasib
sepenanggungan dalam kerja kelompok.
 Teknik permainan peranan dimaksudkan untuk membantu KUBE dengan memberikan kesempatan
kepada masing-masing anggota kelompok untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagai anggota
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
 Teknik saling percaya: teknik yang digunakan untuk membantu KUBE dengan memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok agar saling mempercayai dalam menjalankan tugas kelompok guna mencapai
tujuan bersama.

3. Metode pendampingan kelembagaan: merupakan upaya pendampinga kepada KUBE dengan menggunakan
organisasi swadaya masyarakat sebagai media dampingan dengan teknik :

 Teknik pemetaan organisasi swadaya ; teknik yang digunakan unuk membantu KUBE agar mampu
menginventarisasim mengidentifikasi perkumpulan, institusi lokal, organisasi formal dan informal yang
berbeda dilingkungannya yang dapat dijadikan sebagai system sumber.
 Teknik penggalian potensi organisasi; teknik yang digunakan untuk membantu KUBE agar mampu
menggali potensi ang dimiliki oleh oraganisasi dan mengidentifikasi bentuk pelayanan yang bias
disediakan oleh organisasi sosial dan dapat dijangkau oleh anggota.
 Teknik penjangkauan pelayanan; teknik yang dijalankan untuk membantun KUBE agar memiliki
keterampilan yang sesuai dengan persyaratan sehingga mampu menjangkau pelayanan yang disediakan
oleh organisasi swadaya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu KUBE dalam memecahkan masalah
yang dirasakan.

4. Pendampingan komunitas komunitas merupakan uapaya pendampingan KUBE dengan menggunakan


masyarakat sebagai media dampingan, dengan teknik :

 Teknik identifikasi dan pemahaman maslah secara partisipatif : teknik yang digunakan untuk membantu
KUBE bersama dengan masyarkat agar menggali masalah dan potensi yang ada secara patisipatoris
(dengan menggunakan metode pengenalan masyarakat secara cepat/PRA/Rapid Rural Appraisal,
Metode pemahaman maslah secara partisipatif/PAP/Problem Appraisal metode analisis dan
tindakan/AA/Action and analysis untuk membangun kesadaran KUBE akan maslah dan potensi yang
dimiliki.
 Teknis perencanaan partidipatif : teknik yang digunakan untuk membantu KUBE bersama masyarakat
alam merumuskan perencanaan kegiatanm dan pemecahan masalah secara bersama (menggunakan
metode pengenalan masalah, riset lapangan, dan analisis kekuatan, kelemahan, ancaman, serta
kesempatan) dengan pihak-pihak yang berkepentingan guna memastikan bahwa perencanaan tersebut
sesuai dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi warga.

Teknik tindakan bersama : tiknik yang gunakan untuk membantu KUBE bersama masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan pemecahan masalah dengan menggunakan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki
oleh warga dan masyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan tanggung jawab disertai pengawasan dan
pemeliharaan.

Anda mungkin juga menyukai