PENGELOLAAN
ASET DESA
Sutaryono
Dyah Widuri
Akhmad Murtajib
Australian Community Development and Civil Society
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
BUKU PINTAR
PENGELOLAAN
ASET DESA
Sutaryono
Dyah Widuri
Akhmad Murtajib
Australian Community Development and Civil Society
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
Buku Pintar
PENGELOLAAN ASET DESA
Penulis : Sutaryono
Dyah Widuri
Akhmad Murtajib
Kontributor : Marcelinus Supardi, ANIMASI, TTS
I Kadek Bawa, Sekdes Wa Ode Angkalo, Buton Utara.
Penyunting : Sutoro Eko Yunanto
Reviewer : R. Endi Jaweng
Budhi Hermanto
Penata Letak : Candra Coret
Desain Cover : Dedi, Candra & Erni
llustrasi : Bintang & Darban
K
emampuan desa untuk mengelola pembangunan le
bih mandiri yang didukung oleh semua unsur dan
sumber daya desa sangat penting bagi perbaikan
kesejahteraan masyarakat, terlebih bagi masyarakat miskin
di desa. Desa yang dapat menjalankan pengelolaan pemba
ngunan secara mandiri bukan hanya mampu menggerak-
kan seluruh aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa
juga akan mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga,
kebutuhan penghidupan, memperjuangkan hak warga dan
menata kehidupan secara berkelanjutan.
Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian desa
ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa, khu-
susnya bagi para Kepala Desa, Perangkat Desa, Kader Desa
termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau pengguna
keuangan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan
Paul Boon
Direktur Program ACCESS Tahap II
D
esa yang kuat adalah desa yang memiliki pemerin-
tahan yang kuat sekaligus masyarakat yang kuat.
Oleh karena itu desa memiliki makna penting yaitu,
pertama, sebagai institusi yang memiliki organisasi dan ta
ta pemerintahan yang mengelola kebijakan, perencanaan,
keuangan, dan melakukan pelayanan dasar bagi warga ma
syarakat; kedua, sebagai subyek yang mampu memandi
rikan diri dengan mengembangkan aset-aset lokal sebagai
sumber penghidupan bersama.
Banyak desa telah mampu mengelola aset lokal mere-
ka secara mandiri untuk menggerakkan nadi kehidupan
ekonomi warganya seperti desa kerajinan, desa pertanian,
dan desa wisata; atau menyediakan pelayanan publik yang
sangat mendasar seperti desa mengelola air bersih. Ada
banyak cerita di nusantara tentang bagaimana warga desa
dan pemerintahan desa mampu mengelola aset desa de
A. Bagaimana Mengadministrasikan
Aset Desa?............................................... 38
B. Siapa yang Bisa mengelola Aset Desa?.... 41
C. Apa Jenis-Jenis Pemanfaatan Aset Desa?. 47
2 DESA=Demokratis Emansipasi Sejahtera Adil. Position Paper untuk RUU Desa. Yogyakarta:
FPPD. 2013, hal. 77-78.
c. Aset Sosial
Aset sosial pada umumnya dikaitkan dengan kolektiv-
isme dan kebersamaan yang memungkinkan berpe
ngaruh secara politik, sehingga sering disebut juga
sebagai aset sosial dan politik. Contoh aset sosial
adalah organisasi yang ada di desa seperti kelompok
keagamaan yaitu NU, Muhammadiyah, Pemuda Kato-
lik, dan lain-lain. Selain itu kelompok-kelompok kul-
tural seperti kelompok paduan suara dan kelompok
tari-tarian juga merupakan aset sosial.
Organisasi atau kelompok di luar desa, misalnya LSM,
bisa disebut aset sosial selagi berkait dengan komuni
tas. Misalnya, LSM Lembu Peteng bekerja dalam isu
penanganan kekerasan terhadap rumah tangga di de
sa Sumberadi kabupaten Sleman. LSM Lembu Peteng
itu adalah aset sosial.
Warga desa dan pemerintah desa bisa memanfaat-
kan aset sosial ini dengan cara misalnya membentuk
jejaring dengan mereka. Buah dari jejaring sosial itu
akan berdampak kepada, misalnya masyarakat desa
menjadi semakin tahu tentang cara mengelola hutan
rakyat yang ada di desa setelah mengikuti serangkaian
kegiatan LSM.
Kotak 1.
4. Sumber: Eko, Sutoro, et.al., 2013, Mutiara Perubahan. Inovasi dan Emansipasi Desa dari
Indonesia Timur. Yogyakarta: IRE-ACCESS; Mariana, Dina dan Sutoro Eko, 2012, Meman
faatkan Modal Sosial menjadi Modal Ekonomi. Pelajaran Berharga dari Kabupaten Lombok
Tengah, NTB. Stocktake Pembelajaran Program ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan
Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. IRE-ACCESS. Hal. 187-189.
5 Eko, Sutoro et.al., 2013, Mutiara Perubahan. Inovasi dan Emansipasi Desa dari Indonesia
Timur. Yogyakarta: IRE-ACCESS, Hal. 197-198.
f. Aset Kelembagaan
Aset kelembagaan berbentuk badan-badan pemerin-
tah atau lembaga-lembaga lain yang memiliki hubung
an dengan masyarakat, misalnya Komite Sekolah, la
yanan kesehatan, lembaga penyedia air minum atau
listrik, Posyandu, layanan pertanian dan peternakan.
Contoh-contoh ini biasanya memang disebut aset so
sial karena berkait dengan komunitas dan bisa dise
but aset kelembagaan bila disponsori atau didanai
oleh pemerintah. BUM Desa yang siponsori oleh desa
merupakan contoh aset kelembagaan. Salah satu ki-
sah sukses tentang BUM Desa adalah BUM Desa desa
Labbo di Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada ko-
tak 3.
g. Aset Spiritual/Budaya
Aset ini mengenai nilai-nilai yang penting dan meng-
gairahkan hidup seperti nilai keimanan, kerelaan untuk
berbagi dan saling mendoakan. Nilai yang lain adalah
nilai budaya seperti menghormati orang tua dan men-
jalankan tradisi-tradisi lokal dalam menjalin kerukunan
dan kebersamaan.
Semua aset tersebut mempunyai peran yang sama
dalam mendorong pencapaian cita-cita menuju kehi
dupan dan kesejahteraan masyarakat dan desa yang
lebih baik. Aset desa dalam berbagai bentuknya tidak
6 Sumber: Roviana, Sri dan Borni Kurniawan, 2012, Pengelolaan Aset Desa untuk Kese
jahteraan dan Pendidikan Sosial menuju Desa Demokratis. Stocktake Pembelajaran
Program ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan di In
donesia. IRE-ACCESS.
9 Sirait, Martua, et.al. Kajian Kebijakan Hak-Hak Masyarakat Adat di Indonesia; Suatu
Refleksi Pengaturan Kebijakan dalam era Otonomi Daerah. Seri Kebijakan I. ICRAF-LATIN-
P3AE_UI, Maret 2001.
10 Sitorus, Soaduon, et.al., Potret Punan Kalimantan Timur. Sensus Punan 2002-2003.
Jakarta: CIFOR, 2004.
11 Kurniawan, Borni, 2013. Gerakan Perempuan Membangun Ekonomi Hijau dari Indonesia
Timur. Thematic Paper. IRE-ACCESS.
12 Sumber: Dyah Widuri dan Patje Saubaki, 2012, Partisipasi Warga dalam Pengentasan
Kemiskinan. Pelajaran Berharga dari Kabupaten Kupang, NTT. Stocktake Pembelajaran
Program ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan di
Indonesia. IRE-ACCESS.
13 Sumber: Dina Mariana & Sutoro Eko, 2012, Emansipasi Lokal di Desa Transisional.
Pelajaran Berharga dari Kabupaten Lombok Barat, NTB. Stocktake Pembelajaran Program
ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia.
IRE-ACCESS.
14 Sumber: Dyah Widuri dan Patje Saubaki, 2012, Partisipasi Warga dalam Pengentasan
Kemiskinan. Pelajaran Berharga dari Kabupaten Kupang, NTT. Stocktake Pembelajaran
Program ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan di
Indonesia. IRE-ACCESS.
15 DESA=Demokratis Emansipasi Sejahtera Adil. Position Paper untuk RUU Desa. Yogyakarta:
FPPD. 2013, hal. 24-25.
16 Sumber:http://barang-milik-negara.blogspot.com/2011/04/asas-umum-pengelolaan-
barang-milik.html#.UbMuqJz67cM. Diunduh 8 Juni 2013. http://www.djkn.depkeu.
go.id/pages/layanan-bmn.html. Diunduh 8 Juni 2013.
17 Lihat Wahyudi, Imam R., Pasar Desa untuk Kemakmuran Desa, 16 Oktober 2012, diunduh
8 Juni 2013 di http://pmd-jogja.com/berita-144-pasar-desa-untuk-kemakmuran-desa.
html
Pengusulan Permohonan
a. Internal
Pembinaan dan pengawasan internal ini dilakukan se-
cara berkala sesuai kebutuhan dan urgensitas aset desa
yang dikelola dan dimanfaatkan, bisa mingguan, bulanan,
tiga bulanan, enam bulanan, tahunan atau pada saat ber
akhirnya jangka waktu pengelolaan dan pemanfaatan aset
desa. Desa dapat menyelenggarakan musyawarah desa
untuk mengatur siapa yang seharusnya duduk sebagai
pengurus dan badan pengawas termasuk pembagian tu-
gas pengurus dan tugas badan pengawas. Badan penga-
b. Eksternal
Pembinaan dan pengawasan eksternal ini dapat dila
kukan secara berkala (tahunan atau lima tahunan) atau
saat berakhirnya jangka waktu pengelolaan maupun secara
temporer/tiba-tiba. Pembinaan dan pengawasan ini dilaku-
kan oleh lembaga supra desa. Peraturan Bupati Kabupaten
Gunung Kidul No. 23/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Kekayaan Desa, menyebutkan dalam pasal 37 tentang
Pembinaan dan Pengawasan, adalah sebagai berikut:
1) Bupati melakukan pembinaan, fasilitasi, dan penga-
wasan pengelolaan kekayaan desa.
Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani
izin/hak.
19 Akiefnawati, Ratna, et.al., Bersama Menjaga Hutan. Upaya mengurangi emisi dari
deforestasi dan degradasi di desa Lubuk Beringin.Bogor: CIFOR. 2010.
20 Desa Eela Haji Mengembangkan Wisata Pantai Kabupaten Buton Utara, Sulawesi
Tenggara, dalam buku Mendorong Undang-Undang Desa yang Mengapresiasi Desa.
Bunga Rampai Inovasi Kemandirian Desa dari Indonesia Timur dan Indonesia Tengah
untuk Input RUU Desa. ACCESS-TIFA-FPPD-IRE. 2012.
21 Materi Presentasi Direktur BUM Desa Ganting desa Labbo dalam Forum Lintas Pelaku
Strategi Pengembangan UEM. Peran UEM dalam Meningkatkan Kesejahteraan melalui
BUM Desa. Yogyakarta: 1-4 Juli 2013.
BAB XII
Pasal 24
22 Eko, Sutoro, et.al., 2013, Mutiara Perubahan. Inovasi dan Emansipasi Desa dari Indonesia
Timur. Yogyakarta: IRE-ACCESS. Hal.49-50.
23 Sumber: Abdur Rozaki, 2012, Dari Desa Krisis Pangan Menuju Desa Mandiri Pangan.
Pelajaran Berharga dari Kabupaten Sumba Timur, NTT. Stocktake Pembelajaran Program
ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia.
IRE-ACCESS.
Pasal 1
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat
yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha yang diberi-
kan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu pada hutan produk-
si yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.
24 Mustofa, MS., dkk. Model Pemanfaatan Lahan Di Bawah Tegakan (PLDT) Untuk Budidaya
Palawija Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Di Kabupaten Pati, diunduh dari etalase.
unnes.ac.id., tanggal 7 Juni 2013.
25 Handayani, Titin & Titiresmi, Pemanfaatan Lahan Tidur Di Bawah Tegakan Hutan Rakyat
Dengan Tanaman Nilam, Jurnal Teknologi Lingkungan 8 (2): 113-118. Jakarta. 2007.
P
engelolaan semua aset desa perlu secara terus me-
nerus diupayakan perbaikan dan peningkatan melalui
penataan kelembagaan, penertiban administrasi dan
penyusunan pedoman pengelolaan aset-aset desa, yang
dilakukan secara simultan. Hal ini penting dilakukan agar
pengelolaan aset-aset desa sebagai bagian dari penguatan
kapasitas desa dan pemberdayaan masyarakat dapat dilaku
kan secara prosedural, sistemik dan terintegrasi dengan te-
tap terjaminnya keamanan dan keberlanjutan aset-aset desa
sebagai sumber utama pendapatan desa, kesejahteraan
masyarakat dan nilai-nilai kearifan desa.
Buku Praktis Pengelolaan Aset Desa ini, merupakan
salah satu upaya mengedepankan betapa pentingnya pe
ngelolaan aset-aset desa dilakukan dengan prinsip-prin-
sip: fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas, kepastian nilai. Prinsip-prinsip dasar ini perlu
dikembangkan dengan mendasarkan pada kondisi, po-
Visi
Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan desa yang terper-
caya untuk mewujudkan masyarakat desa yang otonom dan demokratis
Misi
Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak untuk pembaharuan
desa
Nilai-nilai Dasar
Menghormati keputusan bersama
Solidaritas
Tanggung-gugat
Menghargai perbedaan
Strategi
Konsolidasi gerakan pembaharuan desa
9 786021 464328