Tim Penyusun
• Alwiya Shahbanu
• Egi Ade Saputra
• Juwitha Jekson
• Taufik Iskandar
Desain Grafis
Dodo
Penerbit
EKONOMI TANDING:
SOLUSI MELAWAN BUJUK RAYU EKONOMI TAMBANG
BATU BARA
Rumah Perlawanan,
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM)
PENGANTAR : ................................................................................... v
DAFTAR ISI: ........................................................................................ ix
DAFTAR SINGKATAN: .................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR : ........................................................................ xii
BAB I ..................................................................................................... 1
Pertambangan Batu Bara Menggerus Ekonomi Warga
BAB II .................................................................................................... 15
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan
Ingatan yang Hilang:
Catatan Perjuangan Pemulihan Sungai Santan dari
Ekspansi Tambang Batu Bara
BAB III .................................................................................................. 59
Cerita dari Long Loreh:
Harapan dan Tantangan dari Ekonomi Sungai dan Hutan
Malinau
BAB IV .................................................................................................. 77
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga:
Ekonomi Tanding untuk Mempertahankan
Keberlangsungan dari Ancaman Pengerukan Batu Bara
di Desa Rindu Hati, Bengkulu Tengah
BOX I ..................................................................................................... 107
Belajar dari Bangkrutnya Desa Kota Niur, Sang Desa
Tetangga
BAB V .............................................................................................................. 109
Penutup dan Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 113
PROFIL PENULIS ............................................................................. 115
APAKAH KITA
HANYA BERDIAM DIRI
KETIKA KOPI PUNAH
KARENA
KEBUNNYA LENYAP
DAN PETANI
BERALIH
MENJADI PEKERJA
TAMBANG?
DAFTAR SINGKATAN
AMDAL :
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
AMNK : Artha Marth Naha Kramo
ATR/BPN : Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional
BDMS : Baradinamika Muda Sukses
BMQ : Bara Mega Quantum
BPD : Badan Permusyawarahan Desa
DAS : Daerah Aliran Sungai
DLH : Dinas Lingkungan Hidup
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
GW : Gigawatt
HMKM :
Himpunan Mahasiswa Kecamatan
Marangkayu
IEA :
International Energy Agency
IMM : Indominco Mandiri
IUP : Izin Usaha Pertambangan
JATAM : Jaringan Advokasi Tambang
Kaltara : Kalimantan Utara
Kaltim : Kalimantan Timur
KEPMAS : Kesatuan Pelajar Dan Mahasiswa Santan
KLHK : Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KPC : Kaltim Prima Coal
KPUC : Kayan Putra Utama Coal
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LMP : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
xiv
MA : Mitrabara Adiperdana
Menkomaritim : Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
Minerba : Mineral dan Batu Bara
MT : Metrik Ton
MW : Megawatt
OSS :
Online Single Submission
Otda : Otonomi Daerah
PKP2B : Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batu Bara
PLT : Pelaksana Tugas
PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PNPB : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PP : Peraturan Pemerintah
PU : Pekerjaan Umum
Sekda : Sekertaris Daerah
TKPT : Tim Kerja Perempuan dan Tambang
TMKN : Taman Nasional Kayan Mentarang
TMS : Tani Muda Santan
UU : Undang-Undang
WALHI : Wahana Lingkungan Hidup
WWF :
World Wildlife Fund
Daftar Gambar dan Foto
-------------------------------------
OPUNG RAINIM BORU PURBA
(WARGA DAIRI)
BAB I
P
ertambangan secara umum dan pertambangan batu bara
khususnya masih terus dikeruk dan agresif berekspansi
di seluruh tubuh kepulauan Indonesia. Salah satu jenis
pertambangan yang mendominasi di atas kepulauan Indonesia
adalah batu bara. Hingga tahun 2018, total izin pertambangan
mineral dan batu bara (minerba) mencapai 8.588 dan pada tahun
2017 sebanyak 3.161 di antaranya adalah izin pertambangan
batu bara. Pertambangan merupakan aktivitas yang rakus air,
rakus lahan serta rakus energi dan merampas ruang hidup
warga. Namun, Indonesia masih menjadikan batu bara sebagai
tumpuan perekonomian nasional, tidak menekan laju ekspansi
pertambangan batu bara. Walaupun reputasi batu bara sebagai
sumber energi telah dinyatakan sebagai energi maut yang kotor
dan mulai ditinggalkan di berbagai negara lain.
Sampai tahun 2018, sepuluh (10) perusahaan batu bara yang
memproduksi batu bara terbesar antara lain adalah Kaltim Prima
Coal atau KPC (60 juta ton), Adaro Indonesia (50 juta ton), Berau
Coal (33 juta), Kideco Jaya Agung (32 juta ton), Arutmin Indonesia
(28,8 juta ton), Bukit Asam (25,5 juta ton), Borneo Indobara (17,3
juta ton), Indominco Mandiri (13 juta ton), Antang Gunung Meratus
(7,7 juta ton), dan Indexim Coalindo (6 juta ton). Sembilan dari 10
perusahaan yang memproduksi batu bara terbesar berada di Pulau
Kalimantan, dan satu berada di Pulau Sumatra (tepatnya di Sumatra
Selatan). Selain menjadi lokus dari sembilan produsen batu bara
terbesar, Pulau Kalimantan memiliki ribuan izin pertambangan
batu bara lainnya.
BAB I
Pertambangan Batu Bara Menggerus Ekonomi Warga 2
Pemerintah Indonesia dalam mendorong naiknya produksi batu
bara juga dipengaruhi oleh pasar global dan batu bara diekspor
dalam jumlah yang besar ke berbagai negara. Negara-negara yang
menjadi pengimpor terbesar dari sumber energi yang mematikan
ini antara lain adalah India, Tiongkok, Korea Selatan dan Taiwan.
Pemerintah Indonesia juga melahirkan berbagai kebijakan, regulasi
serta program yang merawat keberlangsungan pertambangan
batu bara. Undang-Undang (UU) Mineral dan Batu Bara (Minerba)
No 4 Tahun 2009 dan begitu juga Rencana Revisi UU Minerba
belakangan adalah rencana yang bernapaskan pembongkaran
dan pengerukan yang semakin masif.
1 Anonim, “Menteri ESDM: PNBP Batu Bara Rp 40 Triliun, Terbesar Setelah Minyak
Sawit”, Koran Sindo, 19 Desember 2018, diakses dari https://economy.okezone.com/
read/2018/12/19/320/1993288/menteri-esdm-pnbp-batu-bara-rp40-triliun-terbesar-
setelah-minyak-sawit.
BAB I
Pertambangan Batu Bara Menggerus Ekonomi Warga 4
Di berbagai kesempatan, Jokowi menekankan pentingnya investor
untuk masuk ke Indonesia dan mempermudah masuknya investasi.
Pemotongan jalur birokrasi untuk investasi adalah salah satunya,
termasuk dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik atau PP Online Single Submission (OSS). Melalui
PP ini, izin komitmen untuk melaksanakan beberapa kegiatan
dan izin komersil perusahaan bisa dikeluarkan terlebih dahulu
tanpa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan izin
lingkungan. AMDAL tidak diposisikan sebagai kewajiban yang
harus dipenuhi oleh perusahaan sebelum beroperasi dan izin
lingkungan bisa didapatkan pasca izin operasional keluar.
Contoh dari penerapan PP OSS dapat dilihat dari pemberian
izin lingkungan PLTU Teluk Sepang di Kota Bengkulu. PLTU ini
adalah milik PT Tenaga Listrik Bengkulu dan mendapatkan izin
lingkungan dari lembaga OSS. OSS semakin mempersempit ruang
bagi warga yang menolak adanya proyek-proyek ekstraksi secara
umum. Penolakan warga, terutama nelayan yang berada di Teluk
Sepang juga menolak adanya kehadiran pembakaran batu bara
di wilayah mereka. Adanya PP OSS mempersempit ruang warga
dalam menolak proyek-proyek ekstraksi yang memang sejak
awal sudah sulit. Melalui PP OSS, waktu warga untuk menuturkan
saran, pendapat dan tanggapan (SPT) mengenai pengumuman
rencana usaha dan/atau kegiatan dan pengumuman permohonan
izin lingkungan dipangkas hanya menjadi lima hari dari sepuluh
hari. Selain itu, pemilik izin hanya diwajibkan menampilkan
pengumuman penerbitan izin lingkungan di laman OSS.2
Selain regulasi mengenai percepatan berusaha, terdapat pula
peraturan yang melanggengkan lubang-lubang pertambangan.
Pertambangan meninggalkan lubang-lubang tambang akibat
aktivitas pembongkarannya, lubang-lubang beracun tersebut
kerap ditinggalkan begitu saja (dengan kedalaman bisa mencapai
50 meter). Pemerintah justru mengakomodir perusahaan
pertambangan untuk tidak melakukan penutupan terhadap
lubang-lubang yang mereka ciptakan lewat regulasi. Regulasi yang
dimaksud adalah Peraturan Menteri ESDM (Permen) No 7 Tahun
2014 Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang kemudian diubah
menjadi Permen ESDM No 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara. Ketentuan mengenai lubang bekas tambang
2 Margaretha Quina & Angela Vania, “Perizinan Lingkungan Melalui Online Single
Submission”, Indonesia Center for Environmental Law (ICEL) #1, April 2019, hlm. 11-12.
BAB I
Pertambangan Batu Bara Menggerus Ekonomi Warga 5
tidak diatur melalui permen tersebut melainkan di peraturan
turunannya yakni Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 1827
K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik.
Dalam Kepmen terkait, tertulis pada bagian Lampiran VI bagian
D no 1 b. 4) program reklamasi tahap operasi produksi dapat
dilaksanakan dalam bentuk revegetasi dan/atau peruntukkan
lainnya yang terdiri atas area pemukiman, pariwisata, sumber air,
atau area pembudidayaan. Peraturan ini tidak mempertimbangkan
daya rusak yang disebabkan oleh pertambangan serta logam-
logam berat yang berbahaya bagi tumbuhan, ikan serta manusia
yang mengonsumsinya. Selain itu, lubang-lubang tambang
menyebabkan air tanah yang berada di sekitarnya diserap ke
dalamnya sehingga mengakibatkan kekeringan bagi area yang
berada di sekitar lubang-lubang tambang.3
Selain itu, keterlibatan pemilik-pemilik serta aktor-aktor yang
terlibat dalam pertambangan batu bara berada di lingkaran
pemerintahan atau institusi-institusi keamanan negara seperti
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia
(Polri). Momentum politik nasional yakni seperti pemilihan umum
kepala daerah (pilkada), pemilihan umum presiden (pilpres) dan
pemilihan umum legislatif (pileg). Celah yang muncul dari pemilihan
umum ini terdapat pada bagian ongkos yang dikeluarkan oleh
para kandidat yang begitu besar. Pemilu adalah kesempatan yang
dimanfaatkan untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dalam
mengendalikan kebijakan dan anggaran publik demi memperbesar
keuntungan sekelompok orang atau golongan belaka.
Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk maju
menjadi wali kota atau bupati dibutuhkan mengeluarkan uang
untuk kampanye sekitar Rp 20-30 miliar dan untuk gubernur
Rp 20-100 miliar. Sedangkan, berdasarkan Laporan Harta dan
Kekayaan Penyelenggara Negara (LKHPN) harta para kandidat
kepala daerah yang dilaporkan rata-rata sekitar Rp 6,7 miliar.4 Para
kandidat dan partai politik yang mendukung tidak memiliki uang
yang dibutuhkan tersebut. Di sinilah celah yang disebut sebagai
ijon politik pertambangan, di mana para pengusaha atau donatur
memberikan dukungan finansial kepada para kandidat. Sebagai
timbal baliknya, mereka akan diberikan keamanan investasi dan izin
5 Dustin Roasa, “Menggali Lebih Dalam: Mampukah Strategi keadilan Hijau IFC Mendorong
Berakhirnya Tambang Batu Bara Kotor di Indonesia?”, April 2019, hlm 2-4.
6 Fariha Sulmaihati, “JATAM Desak Pemerintah Tutup Lahan Tambang Eks Tanito Harum”,
Katadata, 24 Juli 2019 diakses dari https://katadata.co.id/berita/2019/07/24/jatam-
desak-pemerintah-tutup-lahan-tambang-eks-tanito-harum
7 JATAM, Siapa Penguasa Tanah Kaltim?, 14 Maret 2019, diakses dari https://www.jatam.
org/2019/03/08/siapa-penguasa-tanah-kaltim/
BAB I
Pertambangan Batu Bara Menggerus Ekonomi Warga 9
IMM memiliki kapasitas 2x7 mw dan aktif dalam menghasilkan
debu serta asap ke wilayah pemukiman. Hal ini karena mereka
tidak memiliki tempat pembuangan abu terbang (fly ash) dan abu
berat (bottom ash) PLTU yang layak. Warga pun melaporkan IMM
hingga terbukti bersalah lalu didenda Rp 2.000.000.000 pada 4
Desember 2017.
Ditempat lain, Kideco Jaya Agung yang beroperasi di Paser, Kaltim
dengan luas konsesi 50.921 hektar. Sejak tahun 1982, perusahaan
yang pemegang saham mayoritasnya (91%) Indika Energi, telah
menggusur lahan warga serta wilayah keramat bagi masyarakat
adat Dayak Paser seluas 27 hektar. Pada tahun 2009, Kideco kembali
merampas lahan warga seluas 598 hektar, lalu warga menolaknya
dengan melaksanakan upacara adat balian Paser. Akan tetapi,
pemimpin upacara Balian bernama Norhayati dituduh melakukan
upaya merintangi perusahaan. Sehingga, ia dikriminalisasi dengan
Pasal 162 UU Minerba No. 4 Tahun 2009.
Begitu juga dengan PT Arutmin di bawah Bumi Resources Grup
yang berada di Kecamatan Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Kota
Baru, Kalimantan Selatan juga demikian. Arutmin telah merampas
lahan warga di situs Satui seluas 30 hektar, lahan tersebut diakui
milik Arutmin walaupun sebenarnya milik warga. Beberapa sungai
yang menjadi sumber air warga telah kering dan berwarna hitam
seperti Sungai Salajuan dan tercemar seperti Sungai Balangan.
Selain berbagai ilustrasi bagaimana pertambangan batu bara
merusak ruang hidup warga, terdapat pula hasil laporan JATAM
bersama Waterkeeper Alliance mengenai rusaknya ketahanan
pangan akibat pertambangan batu bara. Di wilayah pertambangan
batu bara, pertanian dan perkebunan sebagai sumber pangan
pun terancam. 15 sampel air dari 17 titik lubang tambang batu
bara menunjukkan bahwa kandungan dalam air mengandung
logam-logam berat seperti alumunium, mangan, besi, serta pH
yang melebihi ambang batas yang dianggap aman. Dari laporan
tersebut juga ditemukan bahwa dengan menggunakan air bekas
tambang batu bara mengakibatkan gagal panen, panen tambak
ikan yang berkurang hingga krisis air tanah dan sungai terutama
jika kemarau karena lubang tambang menyebabkan air tanah
mengalami penurunan kualitas dan volume.8
Warga di lingkar pertambangan pun melakukan perlawanan dan
pemulihan terhadap pertambangan batu bara. Perlawanan adalah
11 Profil Desa Santan Tengah, Rencana Pembagunan Jangka Menengah Desa Tahun 2016-
2022
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 18
utara dan sebelah kiri sungai menghadap ke selatan. 12
Sejak awal kepindahan warga ke wilayah Santan, Sungai Santan
memainkan peran penting bagi ruang hidup warganya. Sungai
adalah media transportasi yang menghubungkan antardesa.
Sekitar tahun 1980-1990 jalan darat Desa Santan belum sepenuhnya
terhubung, warga mengarungi Sungai Santan untuk menjual hasil
pertanian, seperti padi, kelapa, kopi, coklat, pisang dan sebagainya
diangkut menggunakan kapal ke Kota Samarinda dan Bontang.
Sungai Santan begitu vitalnya bagi kehidupan warga Santan
sehingga membentuk identitas kolektif di tiga desa, dengan
ditandai aliran sungai yang mempersatukan mereka. Sungai
Santan bukan sekadar identitas ataupun sumber kemakmuran, tapi
air Sungai Santan merupakan air kehidupan. Sungai merupakan
sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari serta merupakan
penghasil ikan dan udang yang melimpah bagi para nelayan.
Perekonomian warga Santan ditopang oleh sektor pertanian dan
perikanan, salah satunya adalah perkebunan kelapa. Pohon kelapa
mudah ditemukan di halaman rumah atau di belakang rumah
warga. Berdasarkan data Pemerintah Desa Santan, setidaknya
terdapat 3.000 butir kelapa didistribusikan ke seluruh wilayah
Kalimantan Timur (Kaltim) setiap harinya. Desa Santan merupakan
sentra penghasil kelapa di Provinsi Kaltim. Luas perkebunan kelapa
di Kabupaten Kukar mencapai 11.344 hektar atau yang terluas di
antara kabupaten atau kota lainnya.
12 Profil Desa Santan Tengah, Rencana Pembagunan Jangka Menegah Desa Tahun 2016-
2022
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 19
Layanan alam telah menjadi sebuah anugerah yang selama ini
memberikan kelangsungan hidup. Dibuktikan dengan sejarah
peradaban sungai telah membentuk struktur sosial dan berbagai
kearifan lokal di Desa Santan. Sungai Santan merupakan urat nadi
kehidupan baik dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Sungai
Santan merupakan sumber air utama; air didapatkan oleh warga
secara gratis untuk mencuci, memasak bahkan untuk diminum.
Ikan sangat melimpah, sumber pangan tak pernah kurang, sungai
menjadi tempat bermain, serta tempat terjadinya interaksi sosial
di sepanjang bantaran sungai.
Kini, kejayaan Sungai Santan tinggal cerita dan kenangan,
semuanya telah sirna dengan dalih untuk kepentingan investasi
guna meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan warga
setempat. Pemerintah Orde Baru mengobral konsesi hutan lindung
yang berada di hulu Sungai Santan untuk pertambangan batu bara
asal Thailand bernama PT Indominco Mandiri (IMM). Sejak 1997, PT
IMM mendapatkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batu Bara (PKP2B) dengan luas konsesi 25.121 hektar.
Foto 3: Perahu Ketinting yang Digunakan oleh Warga ke Hulu Sungai Santan
untuk Berkebun, Berburu dan Mencari Kayu
Foto 4: Arbaim (66 tahun) sedang Memancing Di Pinggir Sungai Santan, Tepatnya
di Hulu Sungai Santan yang Sudah Tidak Ada Aktivitas Pertambangan Batu Bara
13 Wawancara dengan Arbaim (warga Desa Santan Ulu) pada 21 Juli 2019
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 23
2 sekitar tahun 1952. Pembukaan lahan dengan konsep handil
didapatkan dari perantauan beliau dari Pontianak.
Dia banyak belajar sistem irigasi pertanian di derah tersebut
dan karena struktur tanah di Desa Santan hampir sama dengan
derah perantauan H. Husain yaitu berupa rawa gambut. Metode
handil adalah jalan yang kiri dan kanannya diapit sungai kecil yang
memanjang. Lahan perkebunan di Santan memiliki selokan, parit
buatan atau semacam sungai kecil yang memanjang. Selokan atau
parit tersebut diistilahkan oleh warga setempat dengan sebutan
bendrang kongsi artinya parit yang di buat secara bersama,
biasanya parit tersebut juga dibuat diperbatasan tanah dengan
istilah pakatappingeng artinya letaknya berada diperbatasan
tanah. Pada awalnya, rata-rata ukuran tanah garap warga Santan
yakni lebar 50 depa dikali 200. Selanjutnya untuk memaksimalkan
fungsi parit tersebut juga telah dibuat bendrangloppo artinya
parit yang berukuran lebih besar. Parit tersebut dibuat sepanjang
arah perkampungan hingga beberapa kilo meter yang dibuat oleh
warga secara gotong royong. Inilah salah satu bukti kekuatan
sekaligus kekompakan para warga Santan dulu.
Alat tradisional sodo tajak ang mirip sekop berukuran lebar 15
cm dan panjang 60 cm digunakkan untuk membuka parit. Pada
waktu itu belum ada alat berat seperti ekskavator. Oleh karena
itu, kata handil yang dimaknai adanya sebuah sistem yang dibuat
berupa parit yang memanjang berfungsi untuk mengalirkan air
menuju Sungai Santan atau sungai utama, sehingga lahan dapat
dikeringkan agar dapat dijadikan lahan pertanian. Selanjutnya,
masing-masing warga Santan mulai mengarap lahan yang sudah
dibagikan oleh ketua kelompok, terlebih dahulu warga menanam
padi untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka karena kondisi
tanah juga masih berair, baru sekitar tahun 1960an lahan warga
perlahan mengering sehingga mulai ditanami berbagai jenis
tanaman. 14
Dengan metode pembukaan handil inilah yang membentuk tata
ruang lokal warga santan, mereka waktu itu sudah paham betul
bahwa rawa gambut memerlukan pengairan agar tanah tetap
basah atau tidak kekeringan. Pola bertani mereka misal pada
petak pertama pada kebun menggunakan pola tumpang sari
ditanami kelapa dan kopi. Petak kedua jagung, talas, pisang dan
petak ketiga menyisakan lahan rawa untuk menanam padi, hal ini
juga difungsi sebagai pengairan pada kebun. Pada setiap batas
Foto 5: Area Stockpile PT. Indominco Mandiri yang Berada Desa Santan Tengah
dan Ilir
Foto 6: Aktivitas dari Pertambangan Batu Bara Menyebabkan Air Sungai Santan
Menjadi Keruh
Foto 7: Ramadhan (55 tahun), Warga Asli Kampung Kutai Desa Santan Ulu yang
Berprofesi sebagai Nelayan Sungai
Foto 8: Air Sungai Santan yang Tiba-tiba Menjadi Biru, Air Sungai Terasa Asam
Jika Digunakan untuk Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK)
Foto 9: Pada 2015, Air Sungai Santan yang Berubah Warna Menjadi Kuning Pekat
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 29
Foto 10: Kondisi Banjir yang Melanda Desa Santan Ulu, Santan Tengah
dan Santan Ilir
Foto 11: Sabiruddin (35 tahun), Warga Santan, Sedang Mengendong Anaknya di
Tengah Kepungan Banjir yang Melanda Kampungnya
Foto 12: Rudi Dwi Winarko, Warga Santan, di Atas Perahu Ketintingnya
Sedang Menunjukkan Air Sungai Santan yang Keruh Akibat Buangan
Limbah Perusahaan tambang Batu Bara
Foto 13: Air Konsumsi Warga yang Tercemar Akibat Pembuangan Limbah
Perusahaan Tambang Batu Bara
Foto 14: Tanaman Hias di Teras Rumah Thamrin, Warga Santan, yang Terpapar
Debu Baru Bara
Foto 15: Daun Pohon Gamal yang Berada di Halaman Rumah Thamrin yang
Berubah Menjadi Hitam Karena Debu Batu Bara
Foto 16: Adi Rahman (Anggota Tani Muda Santan) Sedang Mengeringkan Hasil
Panen Tanaman Jagung
Foto 17: Aksi Demontrasi untuk Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia
yang Dilakukan Kesatuan Pelajar dan Mahasiswa Santan, Aksi Ini Sempat Menutup
Jalur Angkut PT IMM
21 Wawancara dengan Asbar mantan ketua Himpunan Mahasiswa Dan Pelajar Desa Santan
pada 25 juni 2019
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 36
Foto 18: Aksi Protes yang Dilayangkan Langsung oleh Mahasiwa dan Anak
Sekolah Desa Santan atas Kerusakan Lingkungan yang Melanda Kampungnya
akibat Aktivitas Tambang PT IMM
22 Wawancara dengan Suherman, Ketua Karang Taruna Desa Santan Tengah, pada 15 Juni
2019.
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 39
membicarakan kemaslahatan umat luas dari ancaman daya rusak
pertambangan batu bara. Begitupun menurut Romiansyah (28),
mantan ketua Himpunan Mahasiswa Kecamatan Marangkayu
(HMKM), berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengagalkan
penambangan di Sungai Santan. Mulai dari pendekatan agama,
sosial dan ekonomi. Pada kasus penambangan di Sungai Santan,
kondisi warga sempat memanas karena ada yang pro dan kontra,
untuk meredam suasana panas tersebut dengan cara pendekatan
kultur keagamaan. Sehingga, masjid dipilih sebagai tempat
musyawarah untuk penolakan panambangan di Sungai Santan. 23
Foto 21: Musyawarah Kampung di Masjid Jami’ Assy-Syafaa, Desa Santan Tengah
Pada 2015
Foto 22: Warga Santan Bersama JATAM Kaltim Berkumpul untuk Nonton Bareng
Film Daya Rusak Pertambangan Batu Bara Lalu Dilanjutkan dengan Sesi Diskusi
Foto 23: Bentuk Perlawanan Warga Santan yang Menolak Penambangan Sungai
Santan
Foto 24: Anak Sekolah Dasar (SD) Turut Memperjuangkan Ruang Hidup di Desa
Mereka yang Sedang Terancam Tambang Batu Bara PT IMM
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 41
Foto 25: Ibu-ibu Pengajian Desa Santan Tengah Ikut Melakukan Penolakan
Penambangan di Sungai Santan
Foto 26: Petani di Desa Santan Ulu Menolak Sungai Santan Ditambang
Foto 28: Warga Santan Mengadakan Doa Bersama dan Syukuran di Mesjid Jami’
Assy-syafaa atas Kemenangan untuk Mengagalkan Penambangan di Sungai
Santan
Foto 29: Pembukaan Acara Festival Sungai Santan oleh Ketua Panitia, Romiasnyah,
yang Mengusung Tema Penyatuan Kepingan Ingatan yang Hilang
25 Wawancara dengan Romiansyah, ketua panitia Festival Sungai Santan yang pertama, 9
Agustus 2019.
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 46
Berbagai kegiatan yang dilakukan di festival ini adalah simbol yang
mengusung makna sungai, tanah, hutan dan manusia sebagai
kesatuan ekosistem. Upaya untuk mengingat dan mengajarkan
warga bahwa bertani, melaut, mencari ikan di sungai senantiasa
dilakukan oleh leluhur warga Santan. Para leluhur dalam mencari
penghidupan senantiasa mempertimbangkan kelestarian dan
keberlanjutan lingkungan hidup. Beberapa rangkaian yang
dilakukan dalam festival adalah ziarah ke makam tokoh pendiri
kampung, susur Sungai Santan, dan pertunjukkan tradisi lokal.
Walaupun festival hanya diadakan beberapa hari, tapi aktivitas-
aktivitas warga secara komunal masih dilanjutkan.
Foto 31: Setelah Melakukan Ziarah kubur di Makam Pembuka Kampung yang
Dilanjutkan dengan Kegiatan Susur Sungai Santan dari Muara hingga ke Hulu
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 47
Foto 32: Warga Santan Menyusuri Sungai Santan dengan Menggunakan Kapal
Nelayan
Foto 33: Penampilan Pemain Musik Hadroh di Festival Sungai Santan dari Warga
Desa Santan Ulu
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 48
Foto 34: Tarian Paduppa yang Berasal Sulawesi Selatan juga Ditampilkan Pada
Saat Pembukaan Acara Festival
Foto 35: Engrang, Salah Satu Permainan Tradisonal yang Mulai Terlupakan oleh
Anak-anak Desa Santan, Kembali Dimainkan Saat Festival
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 49
Foto 36: Sumpit, Senjata Tradisional Suku Asli Kalimantan Timur, Digunakan
untuk Berburu Binatang di Hutan. Sumpit Dimainkan Suku Kutai dari Desa Santan
Ulu pada Festival
Foto 37: Lomba Pembuatan Tempat Bertelur Ayam Kampung yang Bahannya
dari Daun Kelapa
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 50
Foto 38: Pertunjukan Musik Tradisonal Suku Bugis Mapadeko; musik ini Dimainkan
6 (enam) Orang dengan Cara Memukul Lesung Kayu. Dulu, Musik ini Dimainkan
Jika Musim Pasca Panen Padi Tiba dan juga Sebagai Alat Pengusir Hama Tikus
Foto 39: Penampilan Tarian Jepen Kutai yang Merupakan Tarian Khas Kaltim
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 51
Foto 40: Warga Desa Santan Memadati Acara Festival Sungai Santan untuk
Melihat Pagelaran Budaya yang Ditampilkan
Foto 41: Terlihat Kelompok Tani Muda Santan sedang Melakukan Pengupasan
Kulit Kelapa yang Disebut dengan Bahasa lokal adalah Mabajji
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 53
Foto 42: Pemerasan Daging Buah Kelapa yang Sudah Diparut untuk Diambil
Santannya. Setelah Itu Air Santan Kelapa Difermentasi Selama 12 jam
Foto 43: Proses Memasak Air Santan Kelapa yang Sudah Difermentasi, Biasanya
Butuh 6 Jam untuk Menjadi Minyak Kelapa
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 54
Foto 44: Minyak Kelapa Tani Muda Santan yang Sudah Dikemas dan Siap
Dipasarkan
Foto 45: Pelatihan Pembuatan Dodol dan Kripik Talas Kelompok Perempuan
Santan
Selain mengolah keripik dan minyak kelapa, Tani Muda Santan dan
ibu PKK Desa Santan belajar bersama untuk mengolah minyak
kelapa menjadi sabun mandi. Sabun mandi ini adalah sabun
herbal yang berbahan dasar dari bahan alami yang ada di sekitar
Desa Santan. Saat praktik untuk belajar membuat sabun kelapa,
ibu-ibu yang hadir sangat antusias dalam mengikuti pelatihan
tersebut. Kegiatan pelatihan ini bekerja sama dengan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LMP) Desa Santan Tengah, Kedai
JATAM dan Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT). Langkah
ini adalah untuk mempertahankan produk lokal minyak kelapa
yang diproduksi langsung oleh warga.
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 56
Foto 47: Pelatihan Pembuatan Sabun Mandi dari Bahan Utama Minyak Kelapa
yang Dihadiri oleh Kelompok Perempuan Desa Santan
Foto 48: Hasil Pembuatan Sabun Mandi dari Minyak Kelapa yang Dibuat oleh
Kelompok Perempuan Desa Santan
Foto 49: Perkebunan Kelapa Warga di Dusun Handil 3 (tiga) Desa Santan Tengah
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 57
Foto 51: Ketika Musim Hujan, Warga Biasanya Membawa Hasil Panen kelapa
Mereka dengan Menggunakan Sampan Kecil Menuju Jalan Raya Tempat Pengepul
untuk Menjemput Hasil Panen
BAB II
Menyembuhkan Sungai dan Menyatukan Kepingan Ingatan yang Hilang 58
Foto 52: H. Ramang, Warga Santan, sedang Mengeringkan Kelapa untuk Dijadikan
Kopra. Kopra Diolah dari Kelapa Ukuran Kecil oleh Warga Dusun Handil Tiga,
Desa Santan Tengah
59
BAB III
27 Eddy Mangopo Angi, Kresna D. Sentosa, et al., Kebijakan Kabupaten dari Perspektif
Daerah dan Masyarakat, Studi Kasus Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, (Balikpapan:
Topenbos International Indonesia Programme, 2009), hlm.9.
BAB III
Cerita Dari Long Loreh 60
Kabupaten Malinau ditetapkan menjadi kabupaten konservasi
pada 5 Juli 2005 dengan berbagai pertimbangan. Pertama,
karakteristik wilayah Malinau didominasi oleh kawasan dataran
tinggi dan merupakan hulu-hulu sungai besar di Kaltim dan
Kaltara. Kedua, Kabupaten Malinau didominasi dengan kawasan
hutan primer dari berbagai strata dan tipe hutan. Ketiga, hutan
di Malinau adalah hutan primer yang masih tersisa di Kalimantan.
Keempat, keterikatan masyarakat dengan hutan masih sangat
tinggi. Terakhir, adat istiadat dan budaya masyarakat lokal yang
erat kaitannya dengan hutan.28 Walaupun sudah ditetapkan sebagai
kabupaten konservasi, nyatanya Kabupaten Malinau memiliki 32
IUP batu bara. Empat di antaranya berada di hulu Sungai Malinau.
Foto 54: Ladang dan Kebun yang Bersebelahan dengan Jalan Angkut Batu Bara
Selain kayu ulin, ada pula tanaman bernama daun sang. Daun
sang dapat ditemukan di hutan rimba dan memerlukan waktu satu
harian untuk mendapatkannya karena jaraknya yang berpencar
antara satu dengan lainnya. Daun sang digunakan untuk berbagai
macam kerajinan tangan dan diolah menjadi topi untuk melindungi
dari panasnya matahari saat di ladang, sawah ataupun kebun. Cara
mengambil daun sang adalah dengan menunggu daunnya tumbuh
lebar dan agak tua. Hasil olahan dari daun sang menjadi sa’ung
biasa dijual oleh warga Loreh.
Kiba terbuat dari rotan yang diambil dari kawasan hutan Loreh
dengan proses pembuatan yang memakan waktu selama sebulan.
Kiba digunakan untuk menggendong peralatan-peralatan yang
besar seperti kayu, sinso, serta alat untuk memotong batang
pohon. Kiba juga digunakan untuk membawa hasil buruan dari
hutan seperti babi hutan yang dimasukkan ke dalam kiba dengan
posisi kepala babi menghadap ke atas untuk mempermudah saat
dibawa pulang. Kiba hampir sama fungsinya seperti ingen, tapi
kiba terbuka sedangkan ingen seluruhnya tertutup. Sehingga,
ingen biasa dipakai untuk membawa barang yang berukuran
kecil, sedangkan kiba tidak demikian karena memiliki ruas dengan
lubang yang agak besar.
Selain ingen, kiba, dan kelo taing, warga loreh juga mengolah hasil
hutan non kayu, yang berasal dari bambu, menjadi bubuh. Proses
pembuatan bubuh sekitar satu minggu dan bentuknya beragam
yang dapat dibuat sesuai dengan keinginan. Bubuh digunakan
untuk menangkap ikan dengan meletakannya pada salah satu
aliran air dengan posisi kepala bubuh mengikuti aliran air mengalir
sehingga ikan mudah masuk melalui lubang di bagian bawah.
BAB IV
BERKAH KOPI DAN PEMBELAJARAN DARI
DESA TETANGGA
EKONOMI TANDING UNTUK MEMPERTAHANKAN
KEBERLANGSUNGAN DARI ANCAMAN PENGERUKAN
BATU BARA DI DESA RINDU HATI, BENGKULU TENGAH
Desa Rindu Hati telah ada kurang lebih sejak abad ke-15 Masehi.
Nama desa diambil dari perasaan kerinduan keluarga besar
Anak Dalam – seorang Raja Sungai Serut yang merupakan anak
dari Raja Ratu Agung- dan para sahabat terhadap adiknya yang
bernama Putri Gading Cempaka.34 Dalam Bahasa Rejang, perasaan
kerinduan mereka disebut dengan indeu atie yang dibaca duatei.
Indeu atie dalam Bahasa Indonesia adalah Rindu Hati. Tuturan ini
dibuktikan dengan penduduk Rindu Hati sebagian berasal dari
Sungai Limau bergelar Raja dan Siti. Namun, ada versi lain yang
mengatakan bahwa nama Desa Rindu Hati diambil dari salah satu
nama kampung yang berada di Sumatera Barat dekat dengan
Kerajaan Pagaruyung di daerah Batu Sangkat, bernama Saruaso,
yang dalam Bahasa Rejang disamakan dengan duatiea yang
artinya adalah satu rasa dan satu hati. Hampir 60 persen warga
Desa Rindu Hati memiliki darah Sumatra Barat dan bergelar Sultan
dan Encik.35
34 Putri Gading Cempaka adalah anak dari Raja Kerajaan Sungai Serut yang bernama
Ratu Agung yang juga merupakan ayah dari Raja Anak Dalam. Dia adalah anak terakhir
dari tujuh bersaudara, ketujuhnya adalah Kalamba Api atau Raden Cili, Manuk Mincur,
Lemang Batu, Tajuk Rompong, Rindang Papan, Anak Dalam dan Putri Gading Cempaka.
35 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES) Tahun 2016-
2021, hlm 13.
BAB IV
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga 78
Foto 66: Ibu Siti Jamilah, Warga Asli Desa Rindu Hati, Kelahiran 1949
Foto 72: Kepala Desa Rindu Hati Bapak Sutan Muklis S.H
Foto 74: Akses Jalan dari Desa Taba Teret Menuju Desa Rindu Hati
BAB IV
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga 84
Foto 75: Kolam Renang Desa Rindu Hati yang Terletak di Dusun 1
Foto 76: Ibu Nunung (kiri) dan Ibu Rahmi (kanan) sedang Berbincang-bincang
di Teras Rumah
Foto 77: Warga Desa Rindu Hati Bergotong Royong Memperbaiki Saluran PAM
Foto 79: Sebelah Kanan Aliran Sungai yang Telah Terkena Aktivitas Tambang dan
Sebelah Kiri Aliran Sungai yang Belum Terkena Aktivitas Tambang
Foto 83: Pertemuan Air jernih dan Air Bekas Tambang yang Dijumpai di Areal
Pertambangan
Foto 84: Aktivitas Mengumpulkan Batu Bara oleh Warga yang Ditemui di
Perjalanan Menuju PT BMQ
Foto 88: Ibu Nunung (Paling Kiri) Bersama Ibu- ibu Desa Rindu Hati
Foto 93: Sisa Panen Kopi di Kebun Warga Desa Rindu Hati
Foto 94: Jembatan Gantung sebagai Akses Jalan Warga Desa Menuju Kebun
Kopi
Jenis kopi yang ditanami oleh warga desa adalah kopi robusta.
Pada 2019, panen kopi warga mengalami penurunan dari hasil
panen tahun sebelumnya. Penurunan panen ini disebabkan oleh
keadaan cuaca yang anomali. Satu hektar kopi pada tahun ini
(2019) hanya menghasilkan 600 kg, sedangkan tahun sebelumnya
dapat menghasilkan hingga 1 ton. Panen kopi mulai dilakukan
warga dari Februari hingga Juni, pemetikan dilakukan ketika buah
kopi dirasa telah masak walaupun masih berwarna hijau, lalu semua
akan dicampur dengan kopi yang telah berwarna merah.49
Foto 95: Ibu Neli (Kanan) sedang Menatap Ayam yang Memakan Padinya
Foto 96: Ibu Nur Leka (Kiri) sedang Mendengarkan Cerita Ibu Tinut (Kanan)
Foto 97: Warga Desa sedang Membawa Hasil Kopi Bersama Keluarganya
Panen
Padi
Bapak
dan Ibu
menjadi
buruh
merontok
padi
Panen Panen Kopi Panen Panen
Kopi Kopi Kopi
Panen
Buah
Ujung
Kopi
Bapak Bapak
buruh buruh
nyabit nyabit
Bapak Bapak dan Bapak Bapak
dan Ibu Ibu menjadi dan Ibu dan Ibu
menjadi buruh menjadi menjadi
buruh angkut kopi buruh buruh
angkut angkut angkut
kopi kopi kopi
Ibu Ibu
upahan upahan
menebar menebar
benih benih
Bapak dan
ibu buruh
harian di
kebun kopi
sawah
BAB IV
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga 102
Juli Agustus September Oktober November Desember
Menanam
Padi
Panen Panen
Padi Padi
Bapak Bapak
dan Ibu dan Ibu
menjadi menjadi
buruh buruh
merontok merontok
padi padi
Bapak Bapak
buruh buruh
nyabit nyabit
Ibu upahan
menebar
benih
Bapak dan Bapak Bapak
ibu buruh dan ibu dan ibu
harian buruh buruh
di kebun harian harian
kopi di kebun di kebun
sawah kopi kopi
sawah sawah
Foto 100: Para Ojek Menuju Kebun yang Menyewa Jasa Mereka
Setiap hasil panen petani padi dan kopi akan dijual ke pengepul
yang berada di desa, meskipun harga jual mereka ke pengepul
desa dan pengepul luar desa berbeda. Pengepul desa membeli
gabah dan biji kopi petani seharga Rp 3.000 per kg dan Rp
16.000, sedangkan pengepul luar desa menghargai gabah dan
BAB IV
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga 103
biji kopi petani sebesar Rp 4.500/kg dan Rp 18.000-Rp 20.000/
kg. Meskipun terdapat perbedaan harga, masyarakat tidak pernah
langsung menjual hasil panennya ke pengepul luar desa karena
mereka menghargai pengepul di dalam desa. Ibu Tinut dan Ibu
Nur Leka berkata bahwa mereka tidak pernah mempersoalkan
perbedaan harga jual ke pengepul desa dan luar desa. Menurut
mereka, warga desa menghargai usaha pengepul desa sehingga
mereka selalu hidup berdampingan dengan aman. 52
Warga Desa Rindu Hati tetap setia terhadap pertanian dan tidak
berpikir untuk mengorbankan kelestarian lingkungan Rindu
Hati untuk pertambangan. Dengan kekayaan alam yang mereka
miliki, mereka dapat mengembangkan potensi wisata yang dapat
meningkatkan pembangunan prasarana desa dan menjadi ladang
pendapatan sampingan mereka. Desa Rindu Hati memiliki potensi
wisata seperti air terjun, danau, kolam berenang, dan kolam perahu
bebek. Air kolam berenang dan kolam bebek berasal dari aliran
sungai yang mengalir di desa.
Foto 102: Kolam Perahu Bebek yang Sedang Direnovasi yang Dimanfaatkan
Anak-anak Desa untuk Berenang
Foto 103: Aliran Air Sungai yang Dimanfaatkan oleh Warga untuk PAM
Tak sebatas itu, terjaganya kualitas air sungai membuat kepala desa
membangun kolam ikan di halaman masjid yang airnya bersumber
dari aliran sungai yang tidak tercemar. Oleh karena itu, bibit ikan
berkembang biak dengan baik. Ikan yang dikembangbiakkan
adalah ikan mas dan ikan nila. Hasil panen ikan dari kolam ini
digunakan sebagai sumber dana kegiatan dan pembangunan
masjid.54
53 Wawancara dengan Ibu Neli
54 Wawancar dengan Ibu Yus dan Ibu Nur Hayati
BAB IV
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga 105
Kualitas tanah dan air yang terjaga memberikan nilai ekonomi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang dijanjikan
dari ekonomi tambang. Warga tidak perlu membeli beras, sayur-
BAB IV
Berkah Kopi dan Pembelajaran dari Desa Tetangga 106
sayuran, dan air karena memanfaatkan hasil panen serta air sungai
yang masih bersih. Selain itu, mereka pun tidak menjadi sibuk untuk
mencari sumber air bersih dan menghemat uang pengobatan yang
perlu dikeluarkan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh tercemarnya air sungai. “Kami telah menikmati kebaikan yang
diberikan oleh alam maka sudah tugas kami menjaga kelestariannya
sehingga kami dapat selalu menikmati kebaikannya hingga anak
cucu kami nanti,” ungkap Ibu Tinut.
BUKU
Angi, Eddy Mangopo, Sentosa, Kresna D. et al. Kebijakan Kabupaten
dari Perspektif Daerah dan Masyarakat, Studi Kasus Kabupaten
Malinau, Kalimantan Timur. Balikpapan: Topenbos International
Indonesia Programme. 2009.
LAPORAN
• Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES)
Rindu Hati Tahun 2016-2021
• Roasa, Dustin. “Menggali Lebih Dalam: Mampukah Strategi keadilan
Hijau IFC Mendorong Berakhirnya Tambang Batu Bara Kotor di
Indonesia?”. JATAM dan April 2019.
• Profil Desa Santan Tengah, Rencana Pembagunan Jangka Menengah
Desa Tahun 2016-2022
• Quina, Margaretha & Vania, Angela. “Perizinan Lingkungan Melalui
Online Single Submission”. Indonesia Center for Environmental Law
(ICEL) #1. April 2019.
• Waterkeeper Alliance & Jaringan Advokasi Tambang. “Hungry Coal:
Pertambangan Batubara dan Dampaknya Terhadap Ketahanan
Pangan Indonesia”. 2016.
SUMBER INTERNET
• Anonim. “Menteri ESDM: PNBP Batu Bara Rp 40 Triliun,
Terbesar Setelah Minyak Sawit”. Koran Sindo. 19 Desember
2018. Diakses dari https://economy.okezone.com/
read/2018/12/19/320/1993288/menteri-esdm-pnbp-batu-
bara-rp40-triliun-terbesar-setelah-minyak-sawit
• Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. Beranda,
Geografi. Nama dan Panjang Sungai Menurut Kabupaten/
Kota, 2014 diakses dari https://Kaltim.bps.go.id/
114
statictable/2015/03/06/8/nama-dan-panjang-sungai-
menurut-kabupaten-kota-2014.html
• Fariha Sulmaihati. “JATAM Desak Pemerintah Tutup Lahan
Tambang Eks Tanito Harum”. Katadata. 24 Juli 2019. Diakses
dari https://katadata.co.id/berita/2019/07/24/jatam-desak-
pemerintah-tutup-lahan-tambang-eks-tanito-harum
• JATAM. Siapa Penguasa Tanah Kaltim?. 14 Maret 2019. Diakses
dari https://www.jatam.org/2019/03/08/siapa-penguasa-
tanah-kaltim/
• JATAM. PT Indominco Mandiri Tak Cukup Hanya Didenda 2
Miliar. 3 September 2018. Diakses dari https://www.jatam.
org/2018/03/2018/08/pt-indominco-mandiri-tak-cukup-
hanya-didenda-2-miliar/
WAWANCARA
• Wawancara dengan Adi Rahman Ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Desa Santan
• Wawancara dengan Arbaim
• Wawancara dengan Asbar Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa
dan Pelajar Desa Santan
• Wawancara dengan Dewi Hartuti
• Wawancara dengan Muh Tamrin
• Wawancara dengan Nelly
• Wawancara dengan Nur Efendi
• Wawancara dengan Nur Leka
• Wawancara dengan Oba
• Wawancara dengan Rahmi
• Wawancara dengan Ramadhan
• Wawancara dengan Siti Jamillah
• Wawancara dengan Suherman
• Wawancara dengan Romiansyah
• Wawancara dengan Warti
115
PROFIL PENULIS
ALWIYA SHAHBANU
Alwiya Shahbanu lahir di Jakarta pada 21 Januari 1992. Dia
menyelesaikan pendidikan sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik di salah satu universitas di Jawa Barat pada 2016 lalu.
Selanjutnya, dia bergabung dengan Jaringan Advokasi Tambang
(JATAM) Nasional di divisi riset dan database pada 2017
JUWITHA JEKSON
TAUFIK ISKANDAR
Taufik lahir di Desa Santan pada 28 Desember 1990. Dia
menyelesaikan sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama
di Desa Santan, lalu melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMKN) 2 Bontang. Pada 2009, dia memasuki studi S1di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman. Lima
tahun kemudian, setelah menyelesaikan studinya, Taufik memilih
untuk kembali ke kampung halamannya, Desa Santan, untuk
bertani. Saat ini dia menjadi ketua komunitas Tani Muda Santan
sebagai wadah perjuangan dan perllawanan warga Desa Santan
untuk mempertahankan sumber pangan dan air di Desa Santan.
116
KALAU KITA
TIDAK MENANAM,
UNTUK APA
MELAWAN?