Anda di halaman 1dari 156

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera

COOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLE


Kisah Sukses Koperasi Simpan Pinjam Peserta Program Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral

Success Stories of Save and Loan Cooperative Participants of Capitalization Strengthening for Agribusiness / Sectoral

Buku ini merupakan output dari pekerjaan/kegiatan Penyusunan Kisah Sukses KSP/USP Koperasi Peserta Program Agribisnis/ Sektoral pada Satuan Kerja Unit Deputi Pembiayaan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia pada Tahun Anggaran 2009 This book is the output of the work / activities "Composing of Success Stories of Incorporation KSP/USP participants OF Agribusiness Cooperatives / Sector on Work Unit of Financing Unit Deputy State Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia in Fiscal Year 2009

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

SAMBUTAN

rogram Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Program Perkuatan Permodalan Koperasi Simpan Pinjam merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk memberdayakan pengusaha mikro dan kecil yang mempunyai usaha produktif. Program tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi rakyat melalui Gerakan Koperasi di tanah air yang semakin menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu. Kemajuan itu semakin membangkitkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan koperasi sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Program Perkuatan Permodalan tersebut juga merupakan bagian dari perjuangan untuk mewujudkan imej koperasi yang mampu tampil sebagai mitra masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan. Akhirnya, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk mewujudkan penerbitan Buku Kisah Sukses Koperasi Simpan Pinjam Peserta Program Perkuatan Permodalan ini. Kiranya berbagai kesuksesan yang telah dituliskan di dalam buku ini bisa menjadi inspirasi bagi segenap bangsa Indonesia.

Jakarta, Agustus 2009 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Suryadharma Ali

2 ii

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

FOREWORD

icro and small Entrepreneurs Development Program through Save Loan Cooperation Capi talization Strengthening is a series of activities conducted by the Government Program trough State Ministry of Cooperation and Small and Middle Business to empower micro and small entrepreneurs having productive business. Such program is an inseparable part of the peoples economy development through Cooperation Movement in this country that shows more and more progress from time to time. Such progress lives up the trust of the community to use cooperation as economic empowerment instrument in creating work field, revenue increase, and pulling out the people from poverty. Such capitalization strengthening is also a part of the struggle to create cooperation image that is able to appear as community partner in creating prosperity. Finally, Im expressing my highest appreciation to all sides that have worked hard to create the issuance of this Book of Success Stories of Save Loan Cooperation Participant of Capitalization Strengthening Program. Hopefully various successes that have been written in this book could be inspiration for all Indonesian people.

Jakarta, August 2009 State Minister of Small and Middle Business

Suryadharma Ali

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

3 iii

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridho-Nya Buku Kisah Sukses KSP/USP Koperasi Peserta Program Agribisnis/Sektoral ini dapat diselesaikan. Hal pertama yang ingin kami sampaikan kepada hadirin pembaca yang budiman sehubungan dengan penerbitan Buku Kisah Sukses KSP/USP Koperasi Peserta Program Agribisnis/Sektoral adalah, bahwa perkuatan permodalan bagi KSP/USP-Koperasi yang telah disalurkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM cq. Deputi Bidang Pembiayaan sejak tahun 2003 sampai dengan 2005 dan tahun 2007 yang bersumber dari dana APBN sepatutnya diketahui secara luas oleh masyarakat. Hal kedua yang ingin kami sampaikan adalah buku ini merupakan parade ekspose tentang manfaat dari program perkuatan permodalan serta menampilkan perjuangan mereka untuk menjadi sejahtera dan kiat-kiat keberhasilan yang telah dilaksanakan oleh KSP/USP-Koperasi peserta program. Penulisan buku ini menggunakan suatu pendekatan jurnalisme dimana kami mengajak partisipasi Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM selaku Pembina di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi dan masyarakat sekitar penerima manfaat untuk mengungkapkan peran KSP/USP-Koperasi dalam peningkatan perekonomian di wilayahnya. Disadari bahwa tidak jarang kegigihan dan keberhasilan dari KSP/USP-Koperasi peserta program dengan keragaman kiat yang mereka tempuh, dapat dijadikan contoh bagi KSP/USP-Koperasi lainnya. Untuk itu, saya secara pribadi maupun sebagai Deputi Menteri Bidang Pembiayaan menyambut baik penerbitan buku ini yang menggambarkan dinamika positif dari KSP/USP-Koperasi peserta program dan para anggotanya yang memanfaatkan bantuan dana dari Pemerintah. Semoga, programprogram sejenis yang sangat mengandung tujuan mulia kelak akan menjadi suatu kontribusi penting dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi Bangsa Indonesia. Akhirnya, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dedikasi dan kontribusi dalam merealisasikan catatancatatan penting ke dalam buku ini. Mudah-mudahan buku ini akan memberikan arti dan motivasi yang lebih tinggi kepada kita dikemudian hari.

Jakarta, Agustus 2009 Deputi Menteri Bidang Pembiayaan

Ir. Agus Muharram, MSP.

4 iv

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

PREFACE

ur gratitude is addressed to Allah SWT, since with His blessing and sincerity, these success stories of KSP/USP as Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation could be com pleted. The first thing that we would like to convey to or readers with regard to the issuance of Success Stories of KSP/USP of Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation is that capitalization strengthening for KSP/USP-Cooperation that has been distributed by State Ministry of Cooperation and UKM through Funding Division Deputy since 2003 up to 2005 and 2007 derived from State Revenue and Expenditure Budget should be announced to the public. The second thing that we would like to convey is that this book is the exposure parade on the benefit of capitalization strengthening program as well as presenting their struggles to become prosperous and the tricks of success that have been implemented by program participant KSP/USPCooperation. The composing of this book uses a journalism approach in which we asked the participation of Service that is in charge of Cooperation and UKM as the actor of Founder in the level of Regency/City, Province and the surrounding community as beneficiaries to express the role of KSP/ USP-Cooperation in increasing economic matters in their areas. It is realized that the persistence and success of program participating KSP/USP-Cooperation with the various tricks that they have achieved can be set as an example for any other KSP/USPCooperation. For that purpose, I personally or as Deputy Minister of Funding Field welcome the issuance of this book which describes the positive dynamic of program participating KSP/USP-Cooperation and its members who utilize fund aid from the Government. I hope similar programs that very much contain noble purposes will in the future become a significant contribution in creating fair prosperity and welfare for Indonesia as a nation. Finally, I would like to convey my highest gratitude and honor to all sides who have provided their dedication and contribution in realizing important notes into this book. I hope this book could provide higher meaning and motivation to us in the future.

Jakarta, August 2009 Deputy Ministry of Funding Field

Ir. Agus Muharram, MSP.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

5 v

DAFTAR ISI

Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.................................. ii Pengantar Deputi Menteri Bidang Pembiayaan ................................................................. iv Bab I Bab II Bab III Prolog .......................................................................................................... 1 Dana Bergulir Untuk Modal Usaha Kecil dan Mikro ....................................... 8

Senyum dari Mereka yang Terbaik Parade Kisah Sukses .................................................................................. 2 0 Propinsi Sumatera Barat Bila Keberlanjutan Koperasi Adalah Penentu Kejayaan ............................... 2 6 Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang .............................................. 3 2 Propinsi Jawa Barat Tetap Eksis Setelah Enam Dekade ............................................................. 4 0 Kiprah Trisula di Kota Angin ...................................................................... 4 4 Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita adalah Kunci Sukses ............................... 5 0 Propinsi Jawa Tengah Agribisnis di Antara Lereng Merapi .............................................................. 5 7 Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini .......................................................... 6 2 Tangan-tangan Dingin di Ujung Timur Pantura ............................................ 6 8 Propinsi Jawa Timur Sukses dengan Sistem Tanggung Renteng ................................................. 7 6 Propinsi Nusa Tenggara Barat Maju Bersama Petani Tembakau dan Rumput Laut ..................................... 8 4 Sahabat Petani di Lereng Rinjani ................................................................ 8 8 Propinsi Nusa Tenggara Timur Dari Guru untuk Masyarakat ........................................................................ 9 4 Berani Tampil Beda ...................................................................................... 9 8 Propinsi Kalimantan Tengah Berkawan ala Surya Sekawan ..................................................................... 104 Propinsi Sulawesi Utara Mitra Petani Cengkeh .................................................................................. 112 Buka Peluang Lebar-lebar, Ketat Bersyarat ................................................ 116 Propinsi Sulawesi Tenggara Maju Bersama Petani Rumput Laut ............................................................. 124 Bertindak Cermat di Masa Sulit ................................................................... 130 Propinsi Maluku Mandiri di Usia Muda ................................................................................... 138 E p i l o g...................................................................................................... 144

Bab IV

6 vi

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

INDEX

Froeword from State Minister of Cooperation and Small and Middle Scale .......................... iii Preface from Deputy Minister of Funding Field .................................................................. v Chapter I Chapter II Chapter III Prologue .................................................................................................... 6 Scroling Fund For Small and Micro Business Capuital ................................... 1 6 Smiles of the Best A Parade of Success Stories...................................................................... 2 4 West Sumatera Province If the Cooperation Sustainability is the Determinant of Glory ............. 3 0 Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang ........................................... 3 2 (We Bare Heavy Matters Together and Carry Light Matters Together) West Java Province Still Exist After Six Decades................................................... 4 3 The Progress of Trisula at The Wind City ............................................... 4 9 If there is no Lie Betrween us is the Key to Success .......................... 53 Central Java Province Agribusiness in Between the Slope of Merapi ........................................... 5 4 Togetherness Identity in the Land of Kartini .............................................. 6 0 Cold Hands at the East Tip of North Beach ............................................... 6 4 East Java Province Success with Joint Responsibility System .................................................. 7 0 West Nusa Tenggara Province Progressing Together With Tobacco and Seawees Farmers...................... 7 8 Farmers Best Friend at the Slope of Rinjani............................................... 8 2 Nusa Tenggara Timur Province Life Light at Bukit Sikka ........................................................................... 8 8 Dare to be Different .................................................................................. 9 2 Central Kalimantan Province Being Friends like Surya Sekawan ............................................................ 9 8 South Sulawesi Province Clove Farmers Partner................................................................................ 115 Providing Wide Open opportunities, Tight Requirements .......................... 120 Southeast Sulawesi Tenggara Province Moving Forward Together With Seaweed Farmers .................................... 128 Acting Thoroughtly in Difficult Times .......................................................... 134 Maluku Province Independent at a Young Age .................................................................... 130 E p i l o g u e ............................................................................................... 134

Chapter IV

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

7 vii

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera


COOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLE
Kisah Sukses Koperasi Simpan Pinjam Peserta Program Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral

Success Stories of Save and Loan Cooperative Participants of Capitalization Strengthening for Agribusiness / Sectoral

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Prolog

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera

A
2

pa yang akan terjadi pada masyarakat yang selama ini tekun dan rajin bekerja: sejak dari aspek budi daya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasarannya; beretos jujur dan bertindak sportif, jauh dari intrik-intrik kolusi, bertradisikan kebersamaan dan kekeluargaan, bila mereka diberi suntikan modal untuk memperbesar omzet usahanya? Dugaan yang paling dekat adalah omzet bisnis mereka berangsur membesar, keuntungan meningkat, pendapatan menggelembung, dan

mereka menuai sukses sebagai pengusaha. Dan, tentu saja, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan semakin membaik. Jawaban semacam itu sepenuhnya masuk di akal karena pada dasarnya mereka adalah pelaku ekonomi yang mandiri. Siapa mereka itu? Siapa lagi jika bukan para petani, petambak, atau pedagang yang modal dan ruang lingkup bisnisnya terbatas, sebagaimana nelayan, perajin, dan lain-lain. Di negeri ini, jumlah mereka

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

yang bergerak di usaha kecil dan mikro ini sangat banyak, tersebar di kawasan perdesaan (mayoritas), dan sebagian lagi di perkotaan yang bergerak dalam berbagai sektor usaha. Bagi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dinamika di atas adalah hal yang membanggakan. Memang, tidak semua dari mereka tertampung ke dalam koperasi. Mereka yang telah menjadi anggota koperasi pada umumnya memiliki kekhasan dalam etos usahanya. Nah, untuk mempertegas upaya pemberdayaan terhadap usaha kecil ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah lantas mengeluarkan kebijakan Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) untuk membiayai usaha ekonomi produktif di sektor agribisnis dan sektor usaha produktif lainnya.

Penekanan terhadap sektor agribisnis dan sektor lain itu tentu saja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Agribisnis adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Agribisnis merupakan cara pandang ekonomi masyarakat di bidang pertanian. Namun, agribisnis juga berarti semua usaha ekonomi yang berbasis sumber daya alam. Karena itu, yang menjadi sasaran program di atas bukan hanya anggota koperasi yang bergerak di bidang pertanian saja, tetapi juga mereka yang mengembangkan rumput laut, dan usaha-usaha pengolahan hasil-hasil alam lainnya. Tujuan Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui perkuatan permodalan KSP ini yaitu: Meningkatkan aktivitas dan pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui pelayanan pinjaman modal usaha yang berasal dari KSP; Meningkatkan kemampuan dan jangkauan layanan KSP khususnya di sektor

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Kemudahan pada Koperasi Simpan Pinjam dalam memberikan bantuan modal usaha sangat membantu petani dan pengusaha kecil

agribisnis; Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pengelola KSP. Program ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah melalui Proyek Pengembangan Kebijakan Peningkatan Akses Sumberdaya Produktif yang bersumber dari dana APBN dalam bentuk pemberian bantuan perkuatan permodalan kepada KSP dengan pola dana bergulir. Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis selanjutnya disebut Dana Bergulir KSP Agribinis adalah dana yang berasal dari Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis sebagai pinjaman dana bergulir untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman. Program tersebut dimulai pada 2003 dan diteruskan pada tahun 2004. Mengingat pelaksanaan program Bantuan Perkuatan Dana Bergulir di Sektor Agribisnis di tahun 2003 dan 2004 berlangsung cukup gemilang, maka pada tahun 2005 Pemerintah memperluas usaha pengembangan melalui bantuan perkuatan Dana Bergulir Sektoral guna membiayai berbagai sektor usaha produktif lainnya, melalui sumber

pembiayaan APBN. Karena itu, sejak 2005 program tersebut dikenal sebagai Bantuan Perkuatan Permodalan KSP Agribisnis / Sektoral. Pelaksananaan program tersebut menggambarkan seperti yang terlukis di bagian awal tulisan itu. Rata-rata koperasi penerima program bantuan berhasil menyalurkan kredit penguatan modal mereka kepada para anggota. Kinerja koperasi, baik pengembalian modal dari anggota maupun angsuran koperasi ke bank pelaksana secara nasional baik. Bisa dikatakan kredit macet di bawah angka 2% seperti batas maksimal yang diberlakukan. Perkuatan juga ditempuh melalui programprogram peningkatan kapasitas koperasi di dalam mengelola usahanya. Kapasitas yang dimaksud adalah bidang manajemen, sistem pelaporan dan administrasi keuangan, dan kemampuan teknis lainnya, hingga wawasan kewirausahaan. Hal ini niscaya mengingat koperasi adalah sentra usaha bagi para pengusaha kecil/ mikro. Pengalaman menyebutkan bahwa pembinaan akan berlanjut ke anggota. Koperasi yang telah tertata dengan baik dalam berbagai aspeknya secara natural akan menularkan berbagai keterampilan dan pengetahuannya kepada anggota.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Seorang anggota Kopdit Obor Mas (NTT) sedang menerima kunjungan petugas Kopdit. Keharmonisan hubungan antara Pengurus dan Anggota Koperasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan Koperasi.

Nah, banyak pelajaran berharga selama pelaksanaan program-program di atas. Rasanya terlalu sayang bila momentum-momentum seperti itu lenyap begitu saja. Antara lain untuk tujuan menjawab kesanksian itulah buku ini disusun. Jauh dari kesan formal, buku ini disusun melalui proses peliputan di koperasi-koperasi terbaik yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak semua yang terbaik berhasil diliput. Tim penyusun membagi beberapa koperasi di 10 provinsi yang mencerminkan keterwakilan wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Cara pemilihan kabupaten dan kota didasarkan kepada ragam jenis usaha yang dikembangkan. Namun demikian, meski buku ini jauh dari kesan formal, koperasi-koperasi yang kisah suksesnya ditampilkan dipilih berdasarkan kriteria baku. Setidaknya, ada lima kriteria sukses yang menjadi bahan pertimbangan, yakni: sukses penyaluran dana; sukses pemanfaatan dana; sukses pengembalian dana; sukses peningkatan usaha dana; dan sukses pengembangan usaha dana; Jika kemudian buku ini diberi judul Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera, itu semata karena ingin

memunculkan sebuah pesan bahwa koperasi adalah sebuah aset, sekaligus potensi, yang jika digerakkan dan dikembangkan secara optimal akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Tentu saja, ukuran sejahtera itu berjenjang. Rakyat, dalam konteks ini diwakili oleh para anggota koperasi penerima pinjaman bergulir, yang berhasil menaikkan taraf hidup mereka telah menuai hasil program Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Agribisnis/ Sektoral. Dengan tulus, senyum mereka terkembang. Di balik senyum mereka itu ada sebongkah kebanggaan bahwa perjuangan mereka untuk menjadi lebih sejahtera telah berada pada jalur yang benar. Di balik senyumsenyum itu pula terkandung beribu memori tentang pergulatan yang tak ringan. Pergulatan tentang mengelola sawah, kolam, tambak, bengkel, kedai makan, dan sebagainya. Di antara memori-memori itu, ada satu yang tak akan mereka lupakanbahkan akan terwariskan kepada generasi penerus mereka kelakyakni kepedulian insan-insan koperasi, yang sejak awal setia mendampingi pergulatan mereka itu. Melalui buku ini serempak mereka bersuara: Terima kasih Koperasi.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Prolog
Prosperous Community Care Cooperation
hat would happen to a community members who have worked dili gently: from cultural, post harvest, management process up to its marketing aspects; with honest ethos and sportive acts, far from collusion intrigues, has togetherness and family tradition, if they were provided with capital injection to enhance their business earnings? The closest assumption is that their business earnings would enhance, profit increase, income would enlarge and they would yield success as businessmen. And of course, in the end their prosperity will improve. This type of answer is fully logical since basically they are independent economic actors. Who are they? None other than farmers, fishermen, traders with limited capital and business space, such as fishermen, craftsmen, and many others. In this country, the number of those who are engaged in small and micro business is very large, scattered in village areas (majority), and some in urban areas which engage in various business sectors. For the Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Business, the dynamic above

is a pride. Indeed not all of them are accommodated in the cooperation. Those who have become members of cooperation generally have typical characteristics in their business ethos. Well, to expressly shows the empowerment for this small business, Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Enterprises then issued Micro and Small Development through Scrolling Fund Strengthening for Save Loan Cooperation (KSP) Program to fund productive economic business in agricultural and any other productive business sectors. The emphasizing on agricultural and other sectors is of course based on proper considerations. Agribusiness is an activity of utilizing natural resources to fulfill life needs. Agribusiness is an economic perspective in agriculture sector. However, agribusiness also means all economic business with natural resources basis. Therefore the target of program above is not only cooperation members engaged in agricultural field, but also those developing sea weed, and any other natural resources products processing business. The objective of Micro and Small Entrepreneur through KSP capital strengthening is: to increase activities and income of Micro and small Entrepreneur trough business capital service derived from KSP; to increase ability and coverage of KSP service especially in agribusiness
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

K o p e r a s i

sector; to increase KSP manager Human Resources quality. This program is a series of activities conducted by the Government through Productive Resources Access Increase Development Project originating from the State Revenue and Budget of 2004 fund in the form of the granting of capital strengthening aid to KSP in the pattern of scrolling fund. Such Save and Loan Cooperation (KSP) Scrolling Fund Strengthening Aid which is further referred to as Agribusiness KSP Scrolling Fund is fund deriving from the Government through the Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Business which is distributed to Save Loan Cooperation (KSP) in Agricultural Sector as scrolling fund loan to further be distributed to its members in the form of loan. Such program was commenced in 2003 and was continued in 2004. Considering the success of Scrolling Fund Strengthening Aid in Agricultural Sector in 2003 and 2004, then in 2005 the Government extended development business through Sectoral Scrolling Fund strengthening aid to fund various other productive business sectors, through fund source from State Revenue and Budget. Therefore since 2005 such program was known as Agribusiness/Sectoral KSP Fund Strengthening Aid. The implementation of such program was described as what is illustrated in the early part of this writing. In average cooperations receiving the aid program were successful in distributing credits to strengthen their capital to their members. Cooperation performance, both in capital return from members and cooperation installment to the bank national wide is favorable. Non performing credit can be considered as below 2% as the applied limit. Strengthening was also sought through cooperation capacity increase programs in managing its business. The capacity concerned is in the field of management, reporting system, and financial administration, and any other technical abilities, up to entrepreneurial horizon. This matter will in turn make cooperation the center of business for small/micro entrepreneurs. Experience has shown that development will continue to members. Cooperations that have been ordered well in various aspects naturally will transfer their various skills and knowledge
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

to their members. Well, there are many valuable lessons during the above programs. It would be such a waste if such momentums disappear just like that. It is that reason, among other things, that underlies the objective to compose this book. Far from formal image, this book is composed through covering process in the best cooperations scattered all over Indonesia. Not all of the best were covered. The composing team divided several cooperations in 10 provices that reflect the represented ness of Indonesian area in western, central and eastern parts. The method in choosing regencies and cities was based on business types developed. However, even though this book is far from formal image, cooperations which success stories are presented were chosen based on raw characteristics. At least there are five successful criteria that became the material of consideration, namely: fund distribution success; fund utilization success; fund return success; fund business increase success; and fund business development success; If further this book was titled Prosperous Community Care Cooperation, it is merely because a message that cooperation is an asset and at the same time a potential which, if it is moved and developed, optimally will end up in community welfare, is intended to be set out. Of course, the size of welfare has its own levels. People, in this context is represented by members of cooperation receiving scrolling loan, who are successful in increasing their life standard after they have harvested the output of Scrolling Fund Strengthening For Loan Save Cooperaton (KPS) in Agribusiness/Sector program. Sincerely, their smiles bloom. Behind those smiles there is a piece of pride that their struggle to become more prosperous has been in the right lane. Behind those smiles there are also thousands of memories about heavy struggle. Struggle on the management of rice field, pond, embankment, workshops, restaurants, and etc. Among these memories there is one that they cannot forget-even when they inherit it to their future generation-the care of cooperation personnel, who since the beginning have been loyal assisting their struggle. Through this book together they will say: Thank you Cooperation.

S e j a h t e r a

Bab II

Dana Bergulir Untuk Modal Usaha Kecil dan Mikro

S
8

uatu ketika pada tahun 1953, sepenggal isi pidato Bung Hatta pada perayaan Hari Koperasi yang ke-3 berbicara tentang sejauh mana manfaat koperasi bagi rakyat petani dan pengrajin. Ketika itu, secara retoris Bapak Koperasi Indonesia itu bertanya: Sudahkah berkembang peternakan di kalangan rakyat yang dibiayai dengan pinjaman koperasi? Sudahkah terlaksana di mana-mana kebun sayur dibiayai dengan pinjaman

koperasinya? Bagaimana koperasi di kalangan pertukangan dan kerajinan? Sampai di manakah hasil yang diperoleh dengan koperasi untuk mengatasi ijon dengan pinjaman kecil-kecil sesuai kebutuhan dan lain-lainnya? Meski berbentuk sebuah kalimat tanya, pesan Bung Hatta dalam penggalan pidatonya itu sangat jelas: bahwa Koperasi harus mampu membiayai para petani dalam berusaha, juga para pengusaha kecil yang bergerak di sektor riil. Berpuluh tahun kemudian, sentilan bernada
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

K o p e r a s i

introspektif itu ternyata masih relevan untuk diungkapkan: sudahkah koperasi mampu mendampingi para petani dan pengusaha kecil dan mikro? Begitu kira-kira bentuk pertanyaan itu di masa kini. Sementara itu fakta di lapangan berbicara bahwa, meski bukan segala-galanya, aspek permodalan merupakan sebuah aspek penting dalam pengembangan dan pembinaan usaha kecil dan menengah (UKM). Jika mengacu pada visi Bung Hatta pada paragraf pertama tadi maka Koperasi idealnya tampil sebagai lembaga yang mampu menjawab aspek permodalan yang dibutuhkan para petani dan pengusaha kecil dan mikro tadi. Namun, setali dua uang, kondisi sebagian besar koperasi pun setali dua uang dengan para pengusaha kecil dan mikro: sama-sama minim permodalan. Sementara itu, dalam konteks pembinaan dan pengembangan koperasi dan usaha kecil dan

menengah (KUKM) tersebut, kemampuan KUKM untuk mengakses sumber permodalan, baik baik dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank masih rendah. KUKM dianggap belum bankable. Atas dasar fakta itu, Pemerintah dalam hal Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah merasa perlu membangun sebuah jembatan yang bisa menghubungkan antara KUKM dan sumber permodalan, yang dalam konteks ini diawali dengan dana stimulan dari APBN. Berangkat dari visi itulah lahir Program Dana Bergulir pada Kementerian Negara Koperasi dan UKM termasuk Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak dalam pembiayaan Agribisnis/Sektoral. Program ini memiliki tujuan yang sangat strategis, yakni meningkatkan aktivitas dan

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Aktivitas usaha di pabrik penggilingan padi milik anggota KSP Lestari Mandiri, Kabupaten Malang, Jawa Timur

pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui pelayanan simpan pinjam; meningkatkan akses anggota dan calon anggota untuk memperoleh pelayanan pinjaman dari KSP; meningkatkan kemampuan dan jangkauan layanan KSP yang bergerak dalam pembiayan agribisnis/sektoral; meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola KSP; dan membangun KSP sebagai lembaga keuangan yang handal agar dapat sejajar dengan lembaga keuangan lainnya. Melalui mekanisme ini transfer dana dari Pemerintah Pusat pada akhirnya bisa menjadi motor penggerak aktivitas ekonomi di daerah, terutama di daerah perdesaan. Perputaran dana pinjaman bergulir itulah kemudian yang menjadi bahan bakar pertumbuhan ekonomi di daerah. Program ini mulai dilaksanakan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 2003. Dalam kurun waktu itu, terjadi beberapa dinamika kebijakan. Selama dua tahun, yakni tahun 2003 dan tahun 2004, pro-

gram Perkuatan Dana Bergulir ini fokus pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak dalam pembiayaan agribisnis. Pada tahun 2003, program ini bernama Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Perkuatan Modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis. Kemudian pada tahun 2004, program ini bernama Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis. Satu tahun kemudian, yakni pada tahun 2005, program ini dikembangkan tak hanya untuk pengembangan usaha mikro dan kecil di sektor agribisnis tapi juga pengembangan usaha mikro dan kecil di sektor riil lainnya dengan nama Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sektoral. Setelah sempat vakum satu tahun selama 2006, pada tahun 2007 program ini

10

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

dilanjutkan dengan nama Program Peningkatan Permodalan Dana Bergulir Sektoral Bagi Koperasi, Usaha Mikro, dan Kecil. Selama rentang waktu 2003 sampai 2005 dan 2007 Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp. 321.700.000.000,- bagi 448 koperasi yang tersebar di 32 provinsi. Dari alokasi dana sebesar itu, tercatat realisasi pencairan sebesar Rp. 299.150.715.000. Kemudian, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan Kementerian KUKM per Maret 2009 dana pinjaman bergulir tersebut telah berkembang menjadi Rp. 840.972.990.980 dengan jumlah pemanfaat sebanyak 183.968 anggota koperasi. Itu artinya telah terjadi dinamika positif hingga sebesar 281%. Catatan hasil monitoring itu memberi sinyal indikasi bahwa koperasi penerima program berhasil didalam mengelola dan menggulirkan bantuan yang diberikan. Jumlah dana yang tersalur dan hasil pengembangannya itu pun menjadi salah satu indikasi bahwa program ini

telah berjalan dengan baik. Demi kebersinambungan program dana bergulir ini, koperasi peserta program wajib mengembalikan angsuran pokok dan bunga kepada Bank Pelaksana. Hingga 31 Maret 2009 kinerja pengembalian angsuran pokok dan bunga tersebut tercermin pada tabel di bawah ini. Angka-angka pada tabel tersebut menunjukkan bahwa meskipun para koperasi peserta program sukses mengembangkan dana bergulir tersebut hingga 281 % tapi tingkat atau kinerja pengembalian angsuran pokok dan bunga masih belum sesuai target (lihat tabel). Dari yang seharusnya Rp. 104.797.609.500 baru 44,92 % atau Rp.47.076.688.594 yang telah ditunaikan. Menurut penelusuran, angka pengembalian angsuran pokok dan bunga yang rendah itu disebabkan karena Bank Pelaksana dipandang masih kurang aktif dalam melakukan pembinaan dan monitoring kepada koperasi peserta program. Di samping itu, kewajiban Kelompok Kerja Keuangan Kabupaten/ Kota juga dipandang belum optimal. Hasil monitoring dan evaluasi juga menunjukkan bahwa di tingkat nasional, Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi dengan tingkat realisasi pencairan terbesar, yakni yaitu 434,32%. Di propinsi ini, jumlah dana pinjaman bergulir terlah berkembang dari Rp. 39,8 miliar menjadi Rp. 167,81 miliar. Propinsi lain yang juga memiliki kinerja bagus, yakni Propinsi Jawa Tengah dengan perkembangan sebesar 255,99% atau berkembang dari Rp. 35 miliar menjadi Rp. 89.59 miliar. *** Teknis Pelaksanaan Tidak semua Koperasi bisa menerima program perkuatan permodalan bagi koperasi, usaha mikro dan kecil tersebut. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi Koperasi-koperasi Simpan Pinjam calon penerima dana perkuatan. Syarat-Syarat Umum: a. Telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebanyak 3 (tiga) Tahun Buku terakhir; b. Hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun terakhir berturut-turut sehat; c. Memiliki kantor sendiri yang telah ditempati minimal 2 (dua) tahun; d. Dalam melayani anggota-anggota di sentra agribisnis, bersedia membuat unit

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

11

pelayanan yang berada di lokasi sentra agribisnis; e. Kelompok masyarakat sebagai anggota KSP sudah pernah memperoleh dukungan modal dan pembinaan dari instansi teknis, yang dikelola dengan pola simpan pinjam dan sudah diadministrasikan secara tertib; f. Diutamakan bagi KSP yang para anggotanya mempunyai hubungan kerjasama kemitraan dengan perusahaan penghela. g. Ada pihak yang menjadi Jaminan Perorangan (personal guarantee) atas Dana Perkuatan yang diterima peserta program perkuatan modal KSP. Pada tahun 2004 syarat-syarat umum tersebut diperbarui. Beberapa pembaruan tersebut di antaranya: a. Merupakan koperasi primer kota/ kabupaten yang telah berbadan hukum minimal 4 (empat) tahun dan melaksanakan RAT 3 (tiga) Tahun Buku terakhir dan memiliki predikat sehat berdasarkan hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun berturut-turut; b. KSP telah memperoleh jaminan perorangan (Personal Guarantee) dari Bupati/ Wali Kota setempat untuk mengelola Dana Bergulir KSP Agribisnis. Syarat-Syarat Khusus : a. Merupakan lembaga koperasi primer Kabupaten/Kota yang sudah berbadan hukum minimal 4 tahun; b. Di samping anggota secara keseluruhan,

KSP juga memiliki anggota minimal 100 orang yang bergerak dibidang usaha produktif yang sejenis antara lain: petani, peternak dan nelayan (bukan pedagang); c. Jumlah Pinjaman yang diberikan minimal Rp. 1 milyar; d. Tunggakan pinajaman macet maksimal 2%; e. Memiliki Komputer sendiri dan sanggup membeli komputer minimal Pentium 3; f. Hasil audit 2 tahun terakhir, Wajar Tanpa Syarat (WTS); g. Mempunyai Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang telah berjalan secara efektif; h. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan kepada manajer dan didukung karyawan-karyawan yang professional, serta tidak terjadi perangkapan pekerjaan untuk fungsi-fungsi yang bertentangan; i. Jumlah modal sendiri yang terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi dan Sisa Hasil Usaha tahun berjalan minimal sebesar 33% dari total aset. Sedangkan persyaratan bagi Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi calon penerima dana perkuatan adalah sebagai berikut: a. USP Koperasi sudah menjadi unit otonom minimal 3 tahun; b. Telah melakukan pemisahan dalam akuntansi usaha dari akuntansi Koperasinya. c. Bersedia mengubah badan hukumnya menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Anggota koperasi yang berhak menerima

Tabel 1. Kewajiban Koperasi Ke Bank


Kewajiban Kepada Bank No 1 2. 3. 4. Jumlah Tahun Program 2003 2004 2005 2007 Bunga Rp. 2.653.798.676 Rp. 25.888.986.731 Rp. 18.483.903.187 Rp. 50.000.000 Rp. 47.076.688.594 Sudah Dibayar Pokok Rp. 2.145.214.083 Rp.23.431.731.955 Rp.10.956.055.146 Rp. 5.000.000 Rp.36.538.001.184 Bunga Rp. 5.000.000.000 Rp. 57.249.580.000 Rp. 41.918.029.500 Rp. 630.000.000 Rp.104.798.609.500 Sebelumnya Pokok Rp. 6.000.000.000 Rp. 68.699.496.000 Rp. 25.150.817.700 Rp. 378.000.000 Rp.100.228.313.700

Sumber Data: Koperasi Peserta Program, Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM, dan Bank Pelaksana (diolah)

12

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

pinjaman dana bergulir untuk membiayai usahausaha ekonomi produktif dari alokasi dana program ini juga diatur dengan seleksi ketat. Aturan ini dibuat sebagai pagar bagi KSP-KSP peserta program dalam menyalurkan pinjaman dana bergulir tersebut. Sepanjang aturan ini ditaati, resiko pinjaman macet semakin kecil. Pengusaha Mikro dan Kecil calon penerima pinjaman dari KSP wajib memenuhi syarat sebagai berikut : a. Terdaftar sebagai anggota KSP/calon anggota KSP; b. Memiliki aktivitas usaha produktif di bidang agribisnis/sektoral yang menciptakan nilai tambah sehingga berkemampuan untuk mengembalikan/ melunasi pinjaman; c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada KSP; d. Mengajukan permohonan pinjaman kepada KSP sesuai kelayakan usaha; e. Mendapat persetujuan dari pengurus KSP atas hasil analisa kelayakan dari manajer pengelola simpan pinjam. Pada tahun 2005, seiring dengan dinamika yang terjadi pada pelaksanaan program tahun 2003 dan 2004, Kementerian Negara Koperasi dan UKM kemudian kembali melakukan penyempurnaan teknis pelaksanaan penyaluran pinjaman dana bergulir tersebut. Penyempurnaan ini dilakukan untuk mengakomodir pengembangan program. Jika pada tahun 2003 dan tahun 2004 fokus program lebih pada KSP yang membiayai usaha mikro dan kecil di sektor agribisnis, pada tahun 2005 sasaran KSP peserta program diperluas tak lagi terbatas pada KSP yang membiayai usaha mikro dan kecil di sektor agribisnis tapi juga KSP yang membiayai usaha mikro dan kecil di berbagao sektor riil lainnya. Beberapa perubahan itu di antaranya pada Syarat-syarat umum KSP calon penerima dana bergulir sektoral itu di antaranya: a. KSP calon penerima diprioritaskan yang belum pernah memperoleh Dana Bergulir KSP Agribisnis; b. KSP memiliki anggota minimal 100 (seratus) orang Pengusaha Mikro dan Kecil yang bergerak disektor usaha produktif yang sejenis antara lain: pertanian, kehutanan dan perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan dan galian, industri pengolahan dan kerajinan, perdagangan dan aneka jasa lainnya;

c. Telah berbadan hukum minimal 4 (empat) tahun dan melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) 3 (tiga) Tahun Buku terakhir dan memiliki predikat sehat berdasarkan hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun berturut-turut serta klasifikasi minimal B; d. Hasil audit 2 (dua) tahun terakhir berpredikat Wajar Tanpa Syarat (WTS); e. Memiliki jumlah kekayaan bersih minimal sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal Rp.150.000.000,- (Seratus lima puluh juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah); f. Memiliki kekayaan bersih minimal sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp.500.000.000,(lima ratus juta rupiah). g. Memberikan pelayanan pinjaman kepada anggota minimal 70 % (tujuh puluh per seratus) dari total pinjaman yang diberikan; h. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal Rp.750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp.1.000.0 00.000,(satu milyar rupiah). i. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal Rp. 375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah). Sedangkan beberapa perubahan pada Syarat-syarat Khusus bagi KSP calon penerima dana bergulir sektoral itu di antaranya: a. Bersedia atau telah melayani anggotaanggotanya di berbagai sektor usaha produktif dan membuka unit pelayanan yang berada di lokasi sentra; b. Diprioritaskan bagi KSP yang anggotaanggotanya mempunyai hubungan kerjasama kemitraan dengan perusahaan penghela; c. KSP telah memperoleh jaminan perorangan (Personal Guarantee) dari Bupati/ Wali Kota setempat untuk mengelola Dana Bergulir Sektoral; d. Total tunggakan pinjaman macet maksimal 2 % (dua persen);

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

13

Suasana di kantor manajemen KSP Cipta Mandiri, Pulau Buru. Idealnya, pengelolaan Usaha KSP didelegasikan kepada manajer yang didukung oleh karyawan yang profesional

e. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan kepada manajer yang didukung oleh karyawan yang profesional dan tidak terjadi perangkapan pekerjaan, dengan Jumlah karyawan dan manajer minimal 5 orang; f. Modal sendiri minimal sebesar 33 % (tiga puluh tiga per seratus) dari total aset; g. Telah memiliki prosedur pemberian pinjaman ke anggota. Selain Syarat Umum dan Syarat Khusus tersebut di atas yang berlaku bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP), sejak tahun 2005 USPKoperasi calon penerima Dana Bergulir Sektoral wajib memenuhi syarat tambahan, yakni: a. manajemen USP-Koperasi telah dikelola secara otonom minimal 3 tahun, dan siap menjadi KSP; b. telah melakukan pembukuan terpisah atas pengelolaan usaha simpan pinjam dari akuntansi koperasinya, dibuktikan dengan neraca lajur 3 (tiga) tahun terakhir; c. Koperasi induk bersedia melakukan pembagian, dengan cara memisahkan unit Simpan Pinjam dari koperasi untuk menjadi Koperasi Simpan Pinjam tersendiri atau mengubah nama dan bidang usaha koperasi menjadi hanya Usaha Simpan Pinjam (KSP); d. seluruh aset USP-Koperasi menjadi aset KSP yang baru dibentuk.

Kemudian, selain syarat-syarat yang telah ditetapkan pada petunjuk teknis tahun 2003 dan 2004, pada tahun 2005 Pengusaha Mikro dan Kecil calon penerima pinjaman dari KSP juga wajib memenuhi syarat sebagai berikut: a. Terdaftar sebagai anggota KSP aktif minimal 1 (satu) tahun dan dibuktikan dengan jumlah simpanan wajib di koperasi; b. Mempunyai aktivitas di sektor usaha produktif dan masih dapat dikembangkan serta menciptakan nilai tambah, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembalikan/ melunasi pinjaman; c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada KSP; d. Bersedia menyimpan 5 % dari pokok pinjaman di KSP dalam bentuk Simpanan Wajib Khusus milik anggota sebagai bagian dari pemupukan modal sendiri KSP dan untuk keperluan stabilitas permodalan KSP. *** Pada tahun 2007, terjadi beberapa perubahan persyaratan yang harus dipenuhi Koperasi Peserta Program. Beberapa persyaratan yang mengalami perubahan itu, di antaranya: a. Koperasi telah berbadan hukum minimal 1 (satu) tahun dan melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan memiliki predikat cukup sehat berdasarkan hasil penilaian kesehatan yang dilakukan pejabat yang berwenang;

14

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Sebagian besar KSP tadinya merupakan Unit Simpan Pinjam (KSP) dari sebuah koperasi induk. Gambar menunjukkan suasana pelayanan di sebuah KSP.

b. Belum pernah memperoleh Dana Bergulir dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM. c. Koperasi memiliki kekayaan bersih minimal Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) termasuk simpanan pokok dan wajib minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), memiliki saldo piutang minimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki jumlah anggota paling sedikit 100 orang, untuk Koperasi calon penerima dana bergulir sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); d. Koperasi memiliki kekayaan bersih minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) termasuk simpanan pokok dan wajib minimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), memiliki saldo piutang minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan memiliki jumlah anggota paling sedikit 60 orang, untuk Koperasi calon penerima dana bergulir sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan beberapa perubahan pada persyaratan khusus, yakni : a. Koperasi telah memperoleh jaminan perorangan (Personal guarantee) dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota, dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada lampiran 14 peraturan ini; b. Total tunggakan pinjaman macet maksimal 5% (lima persen) yang dibuktikan dengan
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

laporan tahunan berjalan; c. manajemen unit usaha koperasi yang akan mengelola dana bergulir, telah dikelola secara otonom minimal 1 (satu) tahun; d. unit usaha koperasi yang akan mengelola dana bergulir telah menyelenggarakan pembukuan secara terpisah atas pengelolaan usaha koperasinya, yang dibuktikan dengan laporan keuangan pada tahun terakhir. Selain aturan-aturan main tadi, Kementerian Koperasi dan UKM juga telah mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan khusus terutama bagi koperasi-koperasi yang berlokasi di daerah tertinggal atau di daerah yang terkena bencana alam atau koperasi yang dinilai mempunyai peran strategis pada daerah tertentu. Salah satu contoh, KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru, yang profilnya ditampilkan dalam buku kisah sukses ini. Meski baru berdiri pada tahun 2004, KSP Cipta Mandiri bisa menjadi peserta program ini pada tahun 2005 berdasarkan Pasal 7 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 12/2005. Pada pasal itu disebutkan bahwa Menteri dapat menetapkan KSP/USP-Koperasi Penerima Dana Bergulir Sektoral secara khusus yang dinilai mempunyai peran strategis antara lain untuk keperluan pembinaan KSP/USPKoperasi di daerah yang sedang berkembang, daerah perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini, Pulau Buru dipandang memiliki kedudukan strategis sebagai lumbung beras di Propinsi Maluku.

S e j a h t e r a

15

Chapter II

Scrolling Fund For Small and Micro Business Capital

ne day in 1953, a piece of Bung Hattas speech content in the cel ebration of the 3rd Cooperation Day which discussed how far cooperation can benefit for farmers and craftsmen. At the time, rhetorically such Indonesian Cooperation Founding Father asked: has animal farming developed in the community which is funded by cooperation loan? Has vegetable plants been funded by their cooperation loan? How are cooperations among the handicraft and craftsmen? How far is the output obtained with cooperation to overcome early crops pur-

chase with small loan in accordance with needs and others? Even though it is in the form of questions, Bung Hatta message in its speech part is very clear: that Cooperation must be able to fund farmers in running their business, also for small entrepreneurs who are engaged in real sectors. Many years later, such introspective in nature critic is still relevant to be expressed: have cooperations been able to assist farmers and micro and small entrepreneurs? That is approximately the form of such statement in the present. In the mean time the facts on the field speak out

16

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

that even though it is not everything, capitalization aspect is the important aspect in the development and founding of small and middle scale business (UKM). If referring to the mission of Bung Hatta in the first paragraph earlier, then ideally Cooperation appears as an institution that is able to answer capitalization aspect needed by such farmers and small and micro entrepreneurs. However, same as usual, the conditions of cooperation are as bad as small and micro entrepreneurs: they lack capitalization. Meanwhile in the context of founding and development of coopera-

tion and such small and middle scale entrepreneurs (KUKM), the ability of KUKM to access capitalization source, both from bank financial institutions and non bank is still low. KUKM is still considered as non bankable. Based upon that fact, the Government in this matter State Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Entrepreneurs feels the necessity to build a bridge that can connect KUKM and capitalization source, which in this context is initialized with stimulant fund from State Revenue and Expenditure (APBN). From that vision, Scrolling Fund Program on State Min-

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

17

The economic activites at Yudi Pujiantos rice mill, whose life standard was lifted after synergizing with KSP Lestari Mandiri, Malang, East Java

istry of Cooperation and UKM was born and was incorporated in Small and Micro Entrepreneurs Development Program through Scrolling Fund Program for Save Loan Cooperation (KSP) engaging in Agribusiness/Sector funding. This program has a very strategic purpose, i.e. increasing activities and revenue of Micro and Small Entrepreneurs through save loan services; Your browser may not support display of this image. increasing the ability and coverage of KSP services engaging in agribusiness/sector funding; increasing human resources KSP managers quality; and developing KSP as a financial institution that is reliable in order to be in the same level as any other financial institutions. Through this mechanism, fund transfer from Central Government at the end of the day could be the moving engine of region economic activities, mainly in villages. Such scrolling fund circle then becomes the fuel of regions economic growth.

This program has been implemented by State Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Enterprises since 2003. Within such period, there have been several policy dynamics. Within two years, i.e. 2003 and 2004 this Scrolling Fund Strengthening was focused on Save Loan Cooperation (KSP) engaging in agribusiness funding. In 2003, this program was named Micro and Small Entrepreneurs Development Program through Save Loan Cooperation (KSP) Capital Strengthening in Agribusiness Sector. Then in 2004 this program was called Micro and Small Entrepreneurs Development program Through Scrolling Fund Strengthening Aid For Save Loan Cooperation (KSP) in Agribusiness Sector. A year later, i.e. in 2005 and in 2007 this program was developed not only to develop micro and small business in agribusiness sector but also for the development of any other real sectors with the name Micro and Small Entrepreneurs Development Program Through Scroll-

18

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

ing Fund Strengthening Aid For Sector Save Loan Cooperations (KSP). After being non active for a year in 2006, in 2007 this program was continued with the name Sector Scrolling Fund Capitalization Increase Program For Cooperation, Micro and Small Business. Within the period of 2003 up to 2005 and 2007 the Government allocated fund in the amount of Rp. 321,700,000,000,- for 448 cooperation scattered in 32 provinces. From such amount of fund allocation, it is noted that the disbursement realization was in the amount of Rp. 299,150,715,000. Then, based on the monitoring output conducted by Ministry of KUKM, in March 2009 such scrolling loan fund had increased to become Rp. 840,972,990,980 and was utilized by 183,968 cooperation members. It means there has been positive dynamic of up to 281 %. Such monitoring record indicates that program receiving cooperation is successful in managing and scrolling the aid provided. The amount of fund distributed and the output of its development become indicators that this program has been running well. For the sake of the sustainability of this scrolling fund program, participating cooperations are obligated to return principal installment with its interest to Implementing Banks. Data shows that even though participating cooperations are successful in developing such scrolling fund up to 281% however the level or performance of principal installment return has not been the same as the target. From the actual Rp. 104,797,609,500 only 44.92 % or the amount of Rp.47,076,688,594 has been paid up. According to investigation, such low principal installment and interest return was due to the fact that Implementing Bank has been not active enough in conducting development and monitoring against program participating cooperations. In addition, Regency/City Working Group obligations are considered as non optimum. Implementation Technique Not all cooperations could receive capitalization strengthening program for such cooperations, micro and small business. There are requirements that must be met by Save Loan Co-

operation as nominees for strengthening fund receivers. Cooperation members who are entitled to receive scrolling fund to fund productive economic business from this program fund allocation are also regulated with tight selection. This regulation is set up as fence for program participating KSPs in distributing such scrolling fund loan. So long as this regulation is complied with, non performing loan risk will become smaller. In 2005, along with the dynamic that took place in the program implementation of 203 and 2004, State Ministry of Cooperation and UKM then re-perfected the implementation technique in distributing such scrolling fund implementation. This perfection was conducted to accommodate program development. In 2003 and 2004 the program was more focused to KSP that funded micro and small business in agribusiness sector, in 2005 and 2007 the target of program participating KSP was extended and not only limited to KSP funding micro and small business in agribusiness sector but also KSPs that fund micro and small business in any other real sectors. Ministry of Cooperation and UKM also has anticipated specific possibilities mainly for cooperations located in disadvantaged area or areas that have been exposed by natural disasters or cooperations that are considered as having strategic roles on some areas. One example is KSP Cipta Mandiri in Pulau Buru, which profile has been presented in this successful stories book. Although it was not established until 2004, KSP Cipta Mandiri was able to become a member of this program in 2005 based on Article 7 of Minister of Cooperation and UKM Regulation UKM No. 12/2005. In that article it is stated that A minister may stipulate KSP/USP-Sector Scrolling Fund Receiving Cooperation in special manner which is considered as having strategic role among others for the need of the founding of KSP/USP-Cooperation is areas that are developing, border/remote areas. In this context, Pulau Buru is considered as having the strategic position as rice barn in Maluku Province.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

19

Bab III

Parade Kisah Sukses

ebuah kalimat bijak tentang koperasi, yang pernah diungkapkan Bung Hatta menarik untuk dicermati. Bapak Koperasi Indonesia, yang juga Proklamator negara ini pernah berkata bahwa bukan semboyan yang muluk-muluk yang dibutuhkan untuk mencapai masyarakat kooperasi yang ingin kita ciptakan, melainkan amal, yang berupa pendidikan atas diri sendiri dan perbuatan. Di atas jalan menuju masyarakat koperatif, belum ada yang sempurna, sebab itu dasar kita bekerja ialah: mencapai perbaikan senantiasa!

Melalui kalimatnya itu, Bung Hatta bicara bahwa segunung konsep untuk membangun masyarakat perkoperasian tak akan cukup jika tak bermuara pada kerja nyata, yang dibalut dengan semangat untuk senantiasa mewujudkan perbaikan. Parade kisah sukses KSP peserta program perkuatan permodalan usaha agribisnis/ sektoral ini merupakan bagian dari geliat untuk senantiasa mewujudkan kemajuan bagi dunia perkoperasian di Indonesia. Kisah-kisah sukses yang termuat di dalam bab ini bukan ditulis untuk sekadar
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

20

K o p e r a s i

mengukur tingkat keberhasiloan pelaksanaan Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak dalam pembiayaan Agribisnis/ Sektoral. Lebih dari itu, kisah-kisah sukses yang ditulis diniatkan untuk bisa menjadi referensi, sekaligus sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi masyarakat koperasi di Indonesia, serta para pelaku usaha mikro dan kecil yang selama ini menjadi mitra koperasi. Tentu saja, dalam memilih KSP dari sepuluh propinsi, yang profil dinamikanya ditulis dalam buku ini, berbagai pertimbangan dilakukan. Berbagai data tentang kinerja keuangan KSP,

kinerja penyaluran dana bergulir, kinerja pemanfaatan dana, kinerja pengembalian dana dari anggota koperasi penerima pinjaman, kinerja peningkatan usaha anggota koperasi penerima pinjaman, hingga kinerja pengembangan usaha dana koperasi menjadi pertimbangan penting untuk memilih KSP-KSP mana saja yang layak diprofilkan. Tidak hanya itu, selain data-data statistik tersebut, pertimbangan-pertimbangan kualitatif juga menentukan, seperti upaya inisiasi, inovasi, terobosan, dan orisinalitas program yang dilakukan oleh KSP peserta program. Akhirnya, selamat mengambil manfaat.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

21

Chapter III

A Parade Of Success Stories

wise sentence about cooperation, which was expressed by Bung Hatta is interesting to be analyzed. This Indonesian Cooperation Father, who is also the state proclaimer had also said that it is not the pompous motto that is needed to create cooperation community that we would like to have, but it is the deed, in the form of self education and good deed. On the road that leads to cooperative community, nothing is perfect, therefore the basis of our work is: to always seek for improvement! Through such sentence, Bung Hatta

said that a pile of concepts to develop cooperation community will not be enough if they do not end up on real work, wrapped with the spirit to always create improvements. Parade of KSP success stories on this agribusiness/sector capitalization strengthening program participates is a part of the spirit to always create progress for the world of cooperation in Indonesia. Success stories contained in the chapters of this book are not merely written to measure the success level of Micro and Small Entrepreneurs Development Program through Scrolling Fund Strengthening Aid For Save Loan

22

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Cooperation (KSP) engaging in Agribusiness/ Sector funding. More than that, success stories written are intended to become references, and at the same time as the source of inspiration and motivation for cooperation community in Indonesia, as well as micro and small business actors who have been partners for cooperation. Of course, in selecting KSP from ten provinces, which profile dynamics are written in this book, various considerations are taken into account. Various data on KSP financial performance, scrolling fund distribution performance, fund utilization, fund return performance by loan

receiver cooperation members, loan receiver cooperation members business increase, up to cooperation fund business increase perfomance become important considerations to select which KSPs are worth to be profiled. Not only that, in addition to such statistical data, qualitative considerations also sercve as determining factors, such as initiative, inovation, break through, and program originality efforts conducted by program participating KSP. At the end of the day, take advantage out of them.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

23

24

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

SUMATERA BARAT West Sumatera


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

25

Kantor KSP Lumbuang Pusako, senantiasa menjadi tempat menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang berharga (pusako). Aset berharga itu adalah anggota yang terampil dan piawai mengelola koperasi.

KSP LUMBUANG PUSAKO


Kota Bukittingi, Provinsi Sumatera Barat

Bila Keberlanjutan Koperasi Adalah Penentu Kejayaan


ila pengurus koperasi piawai dan melahirkan kinerja koperasi menjadi semakin baik, itu hal biasa. Namun, bila sebuah koperasi juga menginginkan para anggotanya pandai mengelola koperasi, maka hal itu menjadi luar biasa. Tapi, itulah prinsip yang diyakini pengurus KSP Lumbuang Pusako Kota Bukitinggi, Sumatera Barat. Bagi pengurus KSP Lumbuang Pusako, menjalankan koperasi perlu keahlian dan pengalaman. Tanpa itu, keberhasilan anganangan belaka. Bukan hanya pengurus, para anggota pun dituntut untuk memahami bahkan berkemampuan mengelola koperasi. Sebab,

B
26

melalui pengenalan yang memadai kepada anggota, koperasi menjadi lebih dinamis, bisa saling mengawasi, dan seterusnya. Kami selalu berusaha menjadi pengurus yang bisa menjadi panutan bagi anggota sekaligus bisa mengayomi, kata Anismar Asri, Ketua KSP Lumbuang Pusako. Untuk itu, KSP bekerja sama dengan Dinas Koperasi dengan cara mengadakan pelatihanpelatihan, baik untuk pengurus dan koperasi. Bagi pengurus, follow up pelatihan jelas, yakni langsung menerapkan ilmunya dalam praktik pengelolaan koperasi. Tapi bagaimana dengan anggota? Mereka akan dimagangkan di
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

K o p e r a s i

Salah satu usaha kecil menengah yang memanfaatkan modal usaha dari KSP Lumbung Pusako

koperasi. Selama ini, setiap bulan dipilih lima orang anggota untuk mengikuti kegiatan magang tersebut. Pihak KSP sendiri berharap, kegiatan magang ini menjadi ajang pendidikan dan pelatihan bagi anggota untuk mengetahui bagaimana proses mengurus koperasi. Kelak, jika ada regenerasi pengurus, anggota relatif siap menerima estafeta kepengurusan. Pola regenerasi semacam ini jelas menguntungkan sebab banyak anggota yang sudah mengerti bagaimana mengurus koperasi. Seperti namanya, Lumbuang Pusako, koperasi ini senantiasa menjadi tempat menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang berharga (pusako). Aset berharga itu adalah anggota yang terampil dan piawai mengelola koperasi. Melalui prosedur ini, keberlanjutan misi koperasi pun terjamin. Dan, keyakinan itu, bukanlah hisapan jempol belaka. KSP Lumbuang Pusako menjadi salah satu koperasi unggulan di Kota Bukittinggi. Bahkan, koperasi yang beralamat di Jl. Tarok

Bungo No. 9A Kec. Guguak Panjang, Bukittinggi, ini setidaknya telah mengantongi sebelas penghargaan, mulai tingkat kabupaten/ kota, provinsi, hingga tingkat nasional. Jumlah asetnya telah mencapai Rp 5 miliar. *** Dua dasawarsa lalu, koperasi ini dikenal dengan nama KOPINKRA, sebuah koperasi industri kerajinan sulaman dan konveksi. Ide pembentukannya dicetuskan sejumlah pengusaha dan perajin border, sulaman dan konveksi yang ada di Kota Bukittinggi. Tujuannya, membentuk sebuah organisasi yang mampu menampung hasil karya para perajin. Koperasi berakta notaris No. 1702/XVII/ 1988 ini kemudian mengubah bentuknya menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP), melalui Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 188.45 385 2006, dan berganti nama menjadi KSP Lumbuang Pusako. Di usianya yang baru dua tahun, koperasi

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

27

Peran KSP Lumbung Pusako sangat besar dalam membantu mengembangkan usaha

ini telah mendapat perhatian dari pemerintah. Dari tahun ke tahun, perkembangan KSP Lumbuang Pusako menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dari sisi aset, misalnya, total aset KSP ini telah mencapai Rp5 miliar. Padahal, beberapa tahun lalu, modal koperasi ini hanya Rp 2,5 miliar. Jumlah itu sudah termasuk tambahan dana pinjaman bergulir sektoral sebesar Rp 1 miliar yang diterima pada tahun 2005. Namun, berkat kegigihan dan perjuangan para pengelola, kini KSP Lumbuang Pusako menjadi koperasi unggulan di Kota Bukittingi. Selain aset yang makin menggelembung, jumlah anggota KSP pun terus bertambah. Hingga pertengahan tahun 2009 jumlah anggota mencapai 178 orang. Jika bicara prestasi, KSP Lumbuang Pusako memang bukanlah yang terbaik. Ada beberapa KSP lain di Sumatera Barat yang dianggap punya prestasi lebih membanggakan. Dalam dinamikanya, KSP Lumbuang Pusako pernah menerima anugerah sebagai Koperasi Terbaik I Tingkat Kota Bukittinggi 1992, Koperasi Berprestasi Tingkat

Kota Bukittingi 2002, Koperasi Sehat Tingkat Kota Bukittinggi 2002. Kemudian, pada tahun 2001 KSP ini dinobatkan sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional. Keberhasilan-keberhasilan itu tidak datang begitu saja, tetapi melalui upaya keras para pengurusnya. Misalnya dalam hal pembinaan terhadap anggota. Pengurus menggunakan pendekatan persuatif yang biasanya dilakukan pada saat anggota menabung atau menyetor. Pengurus akan memberikan pembinaan secara tidak langsung, seperti bertanya tentang perkembangan usaha anggota dan kendala yang dihadapi. Jika ada anggota yang mengalami kesulitan, pengurus tidak segan-segan memberikan solusi, termasuk kiat-kiat sukses dalam melakukan berbagai usaha. Jika dalam keanggotaan KSP terkesan blak-blakan, sebaliknya dalam hal pinjaman KSP tetap selektif. Pengurus koperasi memberlakukan beberapa ketentuan. Misalnya, jumlah dana pinjaman yang akan diberikan kepada para anggota disesuaikan masa keanggotaan, kesetiaan dan jumlah tabungannya.

28

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Sekadar contoh, ada anggota yang bisa mendapat pinjaman sebesar Rp 50 juta karena ia telah menjadi anggota sejak tahun 1986 dan simpanannya sudah mencapai Rp 20 juta. Jadi anggota tersebut bisa mendapat pinjaman sekitar Rp 50 jutaan, dengan tingkat suku bunga 12% per tahun, kata Anismar Asri. Keberhasilan anggota dalam mengembangkan usahanya akan berdampak positif bagi perkembangan KSP, tentu saja. Hal itu dapat dilihat dari tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman anggota mengalami peningkatan. Boleh dikatakan tingkat kemacetan penyetoran angsuran kurang dari 1%.

Berdasarkan catatan dari Bank Nagari Bukittinggi, sebagai lembaga perbankan yang membina administrasi penyaluran pinjaman dana bergulir sektoral, KSP Lumbuang Pusako telah mengembalikan pokok pinjaman sebesar Rp 300 juta. Sebagai Ketua KSP, Asnimar yakin bahwa sisa pinjaman pokok yang masih sebesar Rp 700 juta akan bisa dilunasi. Jika pun itu baru bisa dilunasi setelah ia tak lagi menjabat sebagai Ketua KSP, Anismar yakin para penerusnya akan melakukan itu. Dan, yang penting, Ia juga yakin bahwa dana bergulir itu akan terus bergulir memberdayakan para anggota Lumbuang Pusako.

Salah satu usaha konveksi anggota KSP Lumbuang Pusako

KSP Lumbuang Pusako


Alamat Berdiri Badan Hukum Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Ketua Jumlah Anggota : Jl. Tarok Bungo No. 9A, Kec. Guguak Panjang, Kab. Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat : 2 Januari 1988 : No:188.45 385 2006 : Tahun 2005 : Rp1 miliar : Hj. Anismar Asri : 178 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

29

KSP LUMBUANG PUSAKO Bukittingi City - West Sumatera

If the Cooperation Sustainability is the Determinant of Glory

or administrators of KPS Lumbuang Pusako, running a cooperation re quires skills and experience. Without those elements, success is only a fantasy. Not only administrators, members are also required to understand and even have the ability to manage the cooperation. Due to proper introduction to the members cooperation becomes more dynamic, they can supervise each other, and so forth. We always try to be administrators who could also be a role model for members and at the same time protect the members, said Anismar Asri, Chairman of KSP Lumbuang Pusako. For that purpose, KSP in cooperation with Cooperation Services holds trainings, both for administrators and cooperation. For administrators, the follow up of trainings is obvious, i.e. to directly apply the knowledge in cooperation management practice. What about the members? They will participate in cooperation apprenticeship. Each month five members are chosen to participate in such apprenticeship. KSP itself hopes that this apprenticeship activity will become educational and training event for members to discover the process of cooperation administration. In the future, if regeneration takes place, members are ready to accept the administration handover. This patter of regeneration is obviously profitable since there are many members who have already understood how to administer the cooperation. KSP Lumbuang Pusako is one of superior cooperations in Bukittingi City. This cooperation with Rp 5 billion asset has even re-

ceived eleven awards, starting from regency/ city, province up to national level. In its dynamic, KSP Lumbuang Pusako received an achievement award as the Best Cooperation I for Bukittinggi City Level in 1992, Achiever Cooperation for Bukittinggi City level in 2002, Healthy Cooperation for Bukittingi City Level in 2002. Then in 2001 this KSP was crowned as Achiever Cooperation for National Level. Two decades ago, this cooperation was known with the name KOPINKRA, an embroidery handicraft and convection industrial cooperation. At its tender age of tw, this cooperation has attracted attention of the government. From one year to another, KSP development has shown a significant increase. In terms of asset, for instance, the total asset of this KSP has reached Rp 5 billion. A couple of years ago this cooperation capital was only Rp 2.5 billion. In loan affairs KSP applies effective ways. Cooperation administrators set out several conditions. The amount of loan to be provided to members is adjusted to the membership period, loyalty and amount of savings. The success of members in developing their business will have positive impact for the development of KSP, of course. This can be seen from the loan return success increase rate. It may be concluded that the installment deposit nonperformance is less than 1%. Based on the record of Nagari Bukittinggi Bank, as the banking institution that develops sector scrolling distribution administration, KSP Lumbuang Pusako has returned principal loan in the amount of Rp 300 million.

30

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Kantor KSP Lumbuang Pusako

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

31

Kantor KSP Sungai Kamuyang, Kabupaten Limapuluh Kota

KSP Sungai Kamuyang


Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat

Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang


ama KSP Sungai Kamuyang memang tidak bisa dilepaskan dari nama besar Nagari Sungai Kamuyang, sebuah nagari di Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat. Selain memiliki nama yang sama, lokasi KSP pun berada di wilayah kenagarian yang juga dikenal dengan nama Sei Kamuyang. Tak heran jika nama koperasi yang didirikan pada tahun 1996 ini begitu mudah dihafal. Kita menggunakan nama Sungai Kamuyang, selain karena kisah historisnya juga karena nama Sungai Kamuyang sudah dikenal masyarakat, kata ketua KSP Sungai Kamuyang, Najmul Irfan.

Kini, nama KSP Sungai Kamuyang cukup dikenal masyarakat di nagari yang berada di kaki Gunung Sago itu. Sungai Kamuyang boleh menjadi sumber inspirasi bahkan dijadikan nama koperasi, tapi kegesitan para pengurus KSP Sungai Kamuyang tetap merupakan sebab terpenting mengapa badan usaha tersebut layak disebut bila membicarakan koperasi di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kinerja KSP Sungai Kamuyang yang baik selama ini adalah alasan bagi Dinas Koperasi Kabupaten Limapuluhkota merekomendasikan badan usaha ini sebagai penerima bantuan Perkuatan Permodalan Dana Bergulir Sektoral pada tahun 2006 senilai Rp 500 juta.
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

32

K o p e r a s i

Usaha kecil yang mendapat bantuan modal usaha dari KSP Sungai Kamuyang

Dalam perkembangannya, kehadiran KSP Sungai Kamuyang disambut baik oleh masyarakat, sehingga jumlah anggota yang bergabung semakin bertambah. Sampai saat ini jumlah anggota KSP mencapai 350 orang. Jumlah itu sebagian besar merupakan masyarakat yang berdomisili di Nagari Sungai Kamuyang. Bagi setiap anggota baru diwajibkan menyetor dana Simpan Pokok sebesar Rp 10 ribu dan Simpanan Wajib Rp 5 ribu. Pada bulan selanjutnya, anggota cukup membayar Simpanan Wajib sebesar Rp 5 ribu. Kondisi geografis Sungai Kamuyang yang berada di kaki Gunung Sago ternyata cukup berpengaruh terhadap unit layanan usaha KSP. Berdasarkan catatan, sebagian besar nasabah KSP berprofesi di bidang agibisnis, seperti bertani dan beternak. Sedangkan untuk sektor perdagangan dan industri kecil, jumlahnya tidaklah sebesar sektor agribisnis. Seperti sebuah sungai, KSP Sungai Kamuyang mengalirkan banyak manfaat yang bisa dimanfaatkan siapa saja (baca: anggota). Sebut saja salah satunya Yurniati Ura, warga Jl. Raya Batang Tabik, Sungai Kamuyang. Awalnya, ia hanya mempunyai usaha kue kecil-kecilan. Semenjak bergabung dengan KSP Sungai

Kamuyang tahun 2006 dan mendapat pinjaman dana sebesar Rp 10 juta, usahanya semakin berkembang dan kini ia telah mempunyai sebuah toko grosir. Pihak manajemen KSP tak sulit memberi dia pinjaman kedua sebesar Rp10 juta, karena selama ini proses pengembalian pinjamannya lancar. Yurniati membayar cicilannya Rp 650 ribu per bulan. Kalau bisa di masa depan pinjaman bagi anggota bisa lebih besar karena usaha kami semakin berkembang, kata pengusaha yang kini juga memiliki perkebunan kopi, coklat dan jeruk itu. Pengalaman serupa juga dialami Kurnia dan Leni Marlina, pemilik usaha Kerupuk Sanjai MARISA. Kini, usaha kerupuk yang beralamat Jl. Raya Payakumbuh Lintau Sungai Kamuyang ini mampu mempekerjakan 42 orang karyawan. Awalnya, Kurnia dan isterinya, Leni Marlina, hanya dibantu 15 orang karyawan. Kurnia bergabung pada KSP Sungai Kamuyang pada tahun 2006, sementara istrinya baru pada tahun 2007. Dengan modal pinjaman sebesar Rp 15 juta dari KSP, Kurnia dan Leni mulai mengembangkan usahanya. Kini, usaha Kerupuk Sanjai MARISA semakin berkembang dan telah dipasarkan hingga ke luar daerah. Yuniarti dan Kurnia hanya dua dari sekian

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

33

Usaha pembuatan kue milik Yuniarti, salah seorang anggota KSP Sungai Kamuyang

banyak masyarakat yang telah memanfaatkan dana pinjaman dari KSP Sungai Kamuyang untuk mengembangkan usaha mereka. Masih banyak anggota lain yang memiliki kisah sukses serupa di bidang yang berbeda berkat dana pinjaman dari KSP Sungai Kamuyang. Setiap tahun pundi-pundi KSP pun terus bertambah. Berdasarkan laporan terakhir, dana KSP sudah berkembang menjadi Rp 1,6 miliar. Keberhasilan itu juga dapat dilihat dari pengembalian pinjaman KSP ke bank, yang sudah sejumlah Rp 100 juta melalui Bank Sumbar. Selain itu KSP juga telah membayar bunga pinjaman sebesar Rp 88 juta. *** Sampai saat ini, pinjaman tertinggi yang diberikan kepada anggota sebesar Rp 10 juta. Besarnya pinjaman ini didasarkan pada besar kecilnya jenis usaha dan agunan yang dijaminkan. Jenis usaha yang telah mapan biasanya bisa memperoleh pinjaman hingga Rp10 juta, sementara untuk usaha mikro besarnya disesuaikan dengan kemampuan

pengembalian anggota. Bukan berarti pengurus pilih kasih. Kemampuan pengembalian anggota menjadi pertimbangan kami. Kalau anggota dengan usaha kecil kita berikan pinjaman yang besar, nanti dia akan kesulitan dalam pengembaliannya, kata Najmul Irfan, Ketua KSP Sungai Kamuyang. Terhadap semua jenis pinjaman, KSP menetapkan batas pengembalian pada tanggal 10 setiap bulan, dengan besaran jasa pinjaman sebesar 18% per tahun. Jika melewati tanggal yang telah ditetapkan, KSP menerapkan sanksi denda sebesar 1,5% dari pokok pinjaman untuk setiap keterlambatan. Meski demikian, bukan berarti sanksi itu merupakan harga mati. KSP masih memberikan tiga pilihan bagi anggota yang kesulitan mengembalikan pinjaman ke KSP. Pertama, peminjam menyerahkan jaminan ke koperasi untuk menyelesaikan tunggakan. Kedua, memilih cara meregulasi hutang pokok dengan melunasi seluruh jasa dan denda. Ketiga, membuat kesepakatan baru, di mana nasabah sanggup melunasi seluruh hutang dan jasa pada tanggal yang telah disepakati tanpa dikenai denda. Cara

34

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Usaha kerupuk Sanjai Marisa anggota KSP Sungai Kamuyang, telah dipasarkan hingga ke luar daerah

ini dilakukan dengan mencicil hutang setiap bulannya hingga lunas pada akhir tahun. Lantas, setelah si penunggak mampu membayar pinjaman itu dia tak bisa lagi memperoleh kredit dari KSP? Rumus seperti itu tidak berlaku di KSP Sungai Kamuyang. Ada yang kita berikan pinjaman lagi agar bisa memulai kembali usahanya, kata Najmul. Kearifan pengurus KSP Sungai Kamuyang patut menjadi catatan. Pasalnya, tidak sedikit pengurus lembaga usaha sejenis yang tidak legowo ketika mengetahui kegagalan usaha anggotanya. Pembinaan anggota tidak dilakukan secara

kontiniu, hanya dilakukan dalam bentuk konsultasi saja terutama dalam bidang usaha dan administrasi. Pembinaan dalam pengertian tidak langsung justru diberikan pada saat terjadi transaksi antara manajemen dan anggota/ nasabah, melalui pemberian saran atau pandangan. Justru model pembinaan seperti ini banyak yang mencapai sasaran, yakni anggota senantiasa mematuhi prosedur yang telah ditetapkan. Kebersamaan yang terjalin, seperti kata pepatah Minang, Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, artinya berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

KSP Sungai Kamuyang


Alamat Berdiri Badan Hukum Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Ketua Jumlah Anggota : : : : : : : : Batang Tabit, Sungai Kamuyang, Kec. Luak, Kab. Lima Puluh Kota 23 Juli 1987 No: 097/BH/LEMB-3/2006 Tahun 2006 Rp 500 juta Najmul Irfan 350 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

35

KSP Sungai Kamuyang Management provides three options for members facing difficulties in returning loan to KSP. The wisdom of Sungai Kamuyang KSP administrators worth becoming a note, since many similar business institution administrators do not have big hearts when discovering the failure of their members business.

KSP Sungai Kamuyang


Limapuluh Kota, West Sumatera

We bear heavy matters together and carry small matters together


he name KSP Sungai Kamuyang can not be separated from the big name of Nagari Sungai Kamuyang, a state in Lunak District, Limapuluhkota Regency, West Sumatera. Besides having the same name, the location of KSP is in the state area also known by the name Sei Kamuyang. No wonder the name of this cooperation established in 1996 is easy to remember. Now, the name KSP Sungai Kamu yang is quite known by the community of this state located in the foot of Sago Mountain. Kamuyang river may be the muse and even becomes the name of the cooperation, however the nimbleness of the administrators of

KSP Sungai Kamuyang is the main reason why such business entity worth mentioning when discussing cooperations in the area of West Sumatera Province. Favorable performance of KSP Sungai Kamuyang all this time has been the reason for Cooperation Service of Limapuluhkota Regency to recommend this business entity as receiver of Sector Fund Capitalization Strengthening in 2006 in the amount of Rp 500 million. Geographical condition of Kamuyang River which is located on the foot of Sago Mountain is quite affecting for business service unit of KSP. Based on the record, most of KPS customers work in agribusiness field, such as plant and

36

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

animal farmings. Whereas as to trading sector and small industry, the number is not as large as agribusinees sector. Just like a river, KSP Sungai Kamuyang flows many benefits that can be utilized by anyone, mainly its members. Each year KSPs pots keeps adding. Based on the last report, KSP fund had developed to become Rp 1.6 billion. This save loan cooperation has returned its KSP loan to the bank, which is in the amount of 88 million through Sumbar Bank. Up to date, the highest loan provided to the members has been in the amount of Rp 10 million. The amount of loan is based on the size business type and the collateral secured. The type of business that is already settled usually obtains loan up to Rp 10 million, whereas for micro business the amount is adjusted to the returning ability of its members. To all loan types, KSP sets out returning limit on the 10th each month, with the amount of loan service 18% per year. If exceeding the stipulated date, KSP applies penalty in the amount of 1.5% from the principal loan for each delay. Nevertheless, it does not mean that such penalty is a dead end. KSP still provides three options for members facing difficulties in return-

ing loan to KSP. First, borrower delivers security to cooperation to settle arrears. Second, opting the method of regulating principal loan by paying up all services and penalties. Third drafting a new agreement, in which customers are able to pay up all debts and services on the agreed date without being imposed with penality. This method is conducted by paying installment each month untill all are paid up at the end of the year. So, after the customer in arrears is able to pay up his/her loan, can he/she obtain credit from KSP? Such formula does not apply in Sungai Kamuyang KSP. There are customers that are provided with loan so that they can restart their business, said Najmul. The wisdom of Sungai Kamuyang KSP administrators worth becoming a note, since many similar business institution administrators do not have big hearts when discovering the failure of their members business. This policy is the form of Minang proverb, Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, artinya berat sama dipikul ringan sama dijinjing (We bear heavy matters together and carry small matters together).

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

37

38

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

JAWA BARAT West Java


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

39

KSP Rukun Ikhtiar, tetap eksis dan semakin berkembang setelah enam dekade

KSP RUKUN IKHTIAR,


Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

Tetap Eksis Setelah Enam Dekade


erdirinya koperasi di Indonesia tidak lepas dari sejarah koperasi itu sendiri. Banyak koperasi dengan berbagai bentuk tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kondisinya pun bermacam-macam. Ada yang tetap eksis bahkan menjadi badan usaha unggulan, namun ada juga yang dalam perjalanannya harus tumbang karena tidak bisa mengimbangi labilnya kondisi ekonomi. Salah satu koperasi yang masih eksis itu adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Rukun Ikhtiar Bandung. KSP Rukun Ikhtiar merupakan salah satu koperasi tertua di Jawa Barat. Koperasi ini berdiri

B
40

pada tahun 1930, lebih tua dari Koperasi Susu di Pangalengan yang berdiri pada tahun 1949 oleh Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (Gappsip). Sejarah KSP Rukun Ikhtiar dimulai dari sebuah perkumpulan di unit perbengkelan milik Angkatan Udara (dulu AURI) Husein Sastranegara. Kelahiran KSP Rukun Ikhtiar Bandung ini jelas tidak bisa dilepaskan dari unit perbengkelan milik Angkatan Udara (AURI), yang kemudian membidani pendirian sebuah perkumpulan yang diberi nama Spaar Vereeniging Luchtvaart Afdeeling, sebagai cikal bakal Koperasi Simpan Pinjam Rukun Ikhtiar. Perkumpulan itu

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Suasana ketika salah seorang anggota KSP Rukun Ikhtiar menyetor uang di kas koperasi. Selain memberikan pinjaman modal usaha, KSP RI juga menggalakkan program tabungan berhadiah.

sendiri lahir berawal dari rasa solidaritas antarpegawai. Ketika itu, salah seorang buruh bengkel terjerat hutang rentenir. Karena tidak mampu membayar, maka sang rentenir memenjarakannya. Tiga sekawan yakni R. Sukardi, Rum Affandi dan Kartawiria kemudian membentuk suatu perkumpulan yang bersifat menghimpun modal guna membantu rekan yang terjerat hutang tadi. Perkumpulan ini kemudian tumbuh dan berkembang menjadi sebuah badan usaha ekonomi yang kemudian dikenal dengan nama KSP Rukun Ikhtiar. Perjalanan KSP ini tidaklah semulus yang dibayangkan: penuh tantangan. Kondisi pasang surut mewarnai perjalanan koperasi ini hingga akhirnya menjadi salah satu badan usaha ekonomi yang cukup diperhitungkan. Berbekal umur dan pengalaman yang panjang (selama 79 tahun) tersebut, wajar jika KSP Rukun Ikhtiar mampu tumbuh dan terus berkembang, meskipun harus bersaing dengan

badan-badan usaha lain yang sejenis. Di tangan dingin H. Suryana, yang sejak 1999 memimpin KSPRI ini, Rukun Ikhtiar ini mampu bertahan, bahkan semakin menampakkan eksistensinya. Dari sisi keanggotaan, misalnya, dari tahun ke tahun jumlah anggota KSPRI semakin bertambah. Pada tahun 2008, jumlah anggota KSP ini sebanyak 9.521 orang. Pada bulan Juli 2009 jumlah anggota meningkat menjadi 10.072 orang. Pertambahan jumlah anggota ini tentu saja berpengaruh pada jumlah permodalan koperasi. Simpanan Pokok anggota pada tahun 2008 bertambah menjadi Rp 42.435.900 dan simpanan wajib sebesar Rp 1.756.449.460 serta simpanan khusus sebesar Rp 161.157.250. Menurut Ketua KSP Rukun Ikhtiar, Suryana, total aset KSP Rukun Ikhtiar saat ini telah berada pada level Rp 20 miliar. Peningkatan juga terjadi pada kualitas neraca pinjaman, yang mengalami kenaikan hingga 5,35%. Pinjaman yang diberikan pada tahun 2008 kepada 4.270 orang anggota

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

41

mencapai jumlah Rp12,66 miliar. Jumlah itu lebih besar daripada jumlah pinjaman pada tahun 2007 yang diberikan kepada 3.991 anggota, yakni sejumlah Rp12,01 miliar. Besarnya pinjaman yang diberikan bervariasi, mulai dari yang terkecil Rp 1 juta dan maksimal Rp 20 juta. Untuk setiap pinjaman dikenakan jasa pinjaman sebesar 3%. Pada tahun 2005, KSP Rukun Ikhtiar menjadi salah satu koperasi penerima bantuan dana bergulir sektoral Rp 1 miliar, yang dikhususkan untuk membiayai kebutuhan permodalan anggotanya yang bergerak di bidang usaha agribisnis dan sektor riil lainnya. Dalam konteks penyaluran pinjaman, manajemen KSP sangat selektif. Ada agunan yang disyaratkan seperti sertifikat tanah, misalnya. Besarnya tabungan peminjam dan tingkat pengembaliannya pun turut menjadi penentu besarnya pinjaman yang diberikan. Sistem ini dimaksudkan untuk menekan jumlah kredit macet. Terbukti sistem ini cukup

efektif menekan angka kredit macet. Hingga saat ini, jumlah kredit macet di KSP Rukun Ikhtiar tidak lebih dari 1%. Berbagai rapor biru tadi akhirnya bermuara pada perolehan laba. Pada tahun 2008 KSP ini mencatat laba sebesar Rp 1,643 miliar. Jumlah ini meningkat dari laba tahun 2007 yang Rp 1,487 miliar. Atas prestasi itu, Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung memberi nilai 87,2 (delapan puluh tujuh koma dua) kepada KSP Rukun Ikhtiar. Artinya, KSP Rukun Ikhtiar merupakan salah satu koperasi dengan predikat Koperasi Sehat. KSP Rukun Ikhtiar adalah koperasi kebanggaan Kota Bandung kata H. Meivy Adha Krisnan, Drs, M.Si, Sekretaris Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. KSP ini juga telah dinobatkan sebagai Koperasi Simpan Pinjam Berprestasi tahun 2008 oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

KSP Rukun Ikhtiar Bandung memberikan hadiah bagi anggotanya yang berprestasi, di antaranya berupa sepeda motor

KSP Rukun Ikhtiar


Alamat : Jl. Otto Iskandardinata, No. 435, Bandung, Jawa Barat Berdiri : 7 Agustus 1997 Badan Hukum : No: 581/PAD/20.DISKOP/2007, tanggal 2 Mei 2007 Tahun Perkuatan Modal : 2005 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Total Aset : Rp 20 miliar Ketua : H. Suryana Jumlah Anggota : 10.072 orang Jumlah Karyawan : 20 orang

42

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP RUKUN IKHTIAR BANDUNG

Still Exists After Six Decades

he establishment of cooperation in In donesia is inseparable from the history of cooperation itself. Many cooperations of various types are developing in Indonesia. Their conditions also vary. There are some that still exist and even become superior business entities, however there are also some that had to fall in their journeys since they could not balance with the unstable economic condition. One of the cooperations that still exist is Save Loan Cooperation (KSP) of Rukun Ikhtiar Bandung. KSP Rukun Ikhtiar is one of the oldest cooperations in West Java. This cooperation was established in 1930, older than the Milk Cooperation in Pangalengan that was established in 1949 by the Indonesian Cow Farmers Association of Pangalengan (Gappsip). Equipped with such old age and long experience (79 years), it is obvious that KSP Rukun Ikhtiar is able to grow and keep developing, although it has to compete with other similar business entities. In the cold hand of H. Suryana, who since 1999 has led this KSPRI , this Rukun Ikhtiar is able to survive and even show more of its existence. From its membership point of view, for example, from one year to another the number of members of KSPRI has become larger and larger. In 2008, the number of KSP members was 9,521. In July 2009 the number of members increased to become 10,072. The increase of this number of members of course affects the amount of cooperation capitalization amount and volume of asset. According to Chairman of KSP Rukun Ikhtiar, Suryana, the total asset of KSP Rukun Ikhtiar at this time is at the level of Rp 20 billion. Increase also occurs to the loan balance quality, which increased by up to 5.35%. The loan provided in 2008 to 4,270 members reached the amount of Rp12.66 billion. That

amount is higher than the loan amount in 2007 provided to 3,991 members i.e. Rp 12.01 billion. The amount of loan provided varies from the smallest Rp 1 million to a maximum of Rp 20 million. For each loan, loan service is charged in the amount of 3%. In 2005, KSP Rukun Ikhtiar became one of sector scrolling fund aid receiver cooperations in the amount of Rp 1 billion, which was focused to fund capitalization need to its members who are engaged in agribusiness field and any other real sectors. In the context of fund distribution, KSP management is very selective. They require collaterals such as land certificate. The amount of borrowers savings amount and the level of its return also determine the amount of loan granted. This system is intended to press the amount of non performing loan. This system is proven to be effective in pressing non performing credit. Up to now, the amount of non performing loan in KSP Rukun Ikhtiar has been less than 1%. Such various favorable reports finally ended up in profit gaining. In 2008 this KSP noted a profit of Rp 1.643 billion. This amount increased from the profit gained in 2007 which was Rp 1.487 billion. On such achievement, Cooperation Service of Small Middle Scale Enterprises (UKM) and Industry and Trading of Bandung City gave the score of 87.2 (eighty seven point two) to KSP Rukun Ikhtiar. It means KSP Rukun Ikhtiar is one of cooperations with the predicate Healthy Cooperation. KSP Rukun Ikhtiar is the pride cooperation of Bandung City said H. Meivy Adha Krisnan, Drs, M.Si, Secretary of Cooperation Service of Small Middle Scale Enterprises (KUKM) and Industry and Trading of Bandung City. This KSP was also crowned as the Achiever Save Loan Cooperation in 2008 by State Minister of Cooperation and Small Middle Scale Enterprises.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

43

Suasana di Kantor Pelayanan KSP Trisula, Majalengka

KSP TRISULA
Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat

Kiprah Trisula di Kota Angin


ua puluh enam tahun lalu, tepatnya tahun 1983, sebuah perkumpulan petani tiga desa di Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka berembug. Mereka tergabung dalam Kelompak Tani Tegal Simpur. Dalam pertemuan rutin kelompok tani tersebut, Subani, sang ketua kelompok, mengusulkan untuk mendirikan sebuah lembaga usaha yang bisa menaungi para petani, baik dalam menyediakan berbagai kebutuhan pertanian maupun menampung hasil panen mereka, termasuk kepastian harga jual hasil panen. Karena masalah tersebut selama bertahun-tahun selalu mereka hadapi, para peserta rembug pun sepakat terhadap usulan Subani. Konkretnya,

mereka inginkan sebuah koperasi. Trisula, atau KUD Trisula, begitulah nama yang mereka pilih untuk badan usaha yang berazaskan kekeluargaan dan gotong royong yang mereka dirikan itu. Nama itu dipilih karena mereka ingin koperasi yang mereka dirikan itu kelak bisa menjadi Kala itu, jumlah anggota terdaftar berjumlah 139 orang dengan total modal simpanan sebesar Rp 298.175. Secara aklamasi, Subani pun dipilih sebagai Ketua KUD Trisula. Karena belum memiliki tempat untuk kegiatan, separuh rumah milik Subani dijadikan sebagai kantor sekaligus tempat pelayanan bagi anggota. Satu tahun berjalan, namun KUD Trisula

44

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Kelompok belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikelola oleh KSP Trisula, Majalengka

belum juga mendapatkan pinjaman dana dari Departemen Koperasi. Alasanya, tidak mungkin kelompok tani bisa mengelola sebuah KUD. Berbekal semangat tinggi namun kemampuan keuangan terbatas KUD belum bisa bergerak cepat melayani berbagai kebutuhan anggota. Masa-masa awal KUD ini berdiri adalah saat-saat sulit dalam mendapatkan suntikan modal. Namun, mereka tak berputus asa. Justru era itu mereka jadikan sebagai sebuah tantangan. Subani pun mencoba menggandeng lembaga usaha lain. Akhirnya, KUD Trisula mendapatkan kepercayaan PT Taman Sari Cirebon sebagai penyalur pupuk. Kerja sama pertama kali itu sukses. KUD Trisula mampu menjual pupuk kepada anggota dan masyarakat luas dengan omzet yang luar biasa. Maka, tawaran dana pun mengalir bukan atas permohonan pengurus koperasi, tetapi atas inisiatif pihak luar. Kas KUD menggelembung, nama Trisula pun semakin tenar. Memanfaatkan dana-dana tersbut, berbagai usaha anggota di bidang usaha pengadaan pangan terutama penanaman padi unggul bisa terbiayai. Kinerja KUD Trisula semakin mantap. Pada tahun 1986 KUD ini mendapat penghargaan dari

BPPT Jawa Barat atas keberhasilannya memproduksi benih unggul. Sejak itu berbagai penghargaan pun diperoleh baik atas nama KUD maupun atas nama Subani. Awal Ekspansi Sekitar tahun 2004, KUD Trisula mendapat kucuran dana dari pemerintah berupa kredit program agribisnis. Nilainya Rp 1 miliar. Untuk bisa mendapatkan dana itu, badan usaha harus berbentuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Maka, Unit Simpan Pinjam (USP) yang ada di KUD Trisula pun dikembangkan menjadi koperasi baru berbasis usaha simpan pinjam, termasuk statusnya ditingkatkan menjadi badan hukum tersendiri terpisah dari KUD. Maka, berdirilah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Trisula pada tanggal 5 Agustus 2004 dengan Badan Hukum No.518/Kep.58/Kop.UKM dan PM. Kendati terpisah, pada dasarnya dua lembaga ini tetap satu. Misalnya dalam sisi keanggotaan. Anggota yang mendirikan KSP Trisula adalah juga anggota KUD Trisula. Bahkan pengelolanya pun sebagian besar direkrut dari KUD Trisula. Meminjam istilah pemerintahan tempo dulu, yaitu dwi-tunggal,

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

45

Usaha perikanan milik Kelompok Tani Tegal Simpur anggota KSP Trisula

maka kurang lebih begitulah pola keberadaan kedua koperasi ini, jelas Susilowati, manajer KSP Trisula, seperti dilansir Majalah PIP edisi Agustus 2009. Kedua koperasi itu memang saling mengisi dan bersinergi. Misalnya dalam hal penyaluran pupuk dan pengadaan beras yang dikelola KUD. Jika dulu permodalannya berdasarkan modal kerja, maka kini pembiayaannya dipasok oleh KSP Trisula. Begitu pula dengan urusan pinjam meminjam uang untuk anggota KUD, kini menjadi urusan KSP Trisula. Dua-duanya sama-sama menggunakan nama Trisula, berkantor di tempat yang sama, yaitu di komplek KUD Trisula, Jl Raya Palasah, Desa Cisambang, Majalengka, Jawa Barat. Bahkan, ketua yang memimpin adalah juga orang yang sama. Itulah H. Subani (72), yang akrab dipanggil Abah, atau orang yang dituakan. Perubahan bentuk dari USP menjadi KSP, ternyata tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk menjadi nasabah/ anggota KSP Trisula. Termasuk adanya pergantian pucuk pimpinan di Trisula, dari H. Subani ke Khoeruman. Pertumbuhannya tetap menunjukkan kenaikan

cukup signifikan. Ambil contoh dengan total aset yang dimiliki, sudah tercatat lebih dari Rp 7 miliar. Padahal, modal awal tak lebih dari Rp 300 juta. Bahkan menurut Susi, pada neraca Juni 2009, jumlah asset sudah berada di level Rp 9 miliar. Adapun pinjaman yang disalurkan pada 2008, tercatat Rp 6,6 miliar. Demikian pula dari sisi keanggotaan, juga mengalami peningkatan. Seperti dikatakan oleh Khoeruman, yang sejak 5 Mei 2009 lalu diangkat menjadi Ketua KSP Trisula, jika pada 2005 jumlah anggota baru 468 orang, per Juni 2009 sudah melonjak jadi 1.541 orang. Menggunakan pola tanggung renteng (kebersamaan) dengan pendekatan kelompok, begitulah sistem yang dijalankan oleh KSP Trisula dalam menyalurkan pinjaman. Pertambahan jumlah anggota ini juga berpengaruh terhadap ruang lingkup pelayanan, juga menjadi semakin luas. Jika sebelumnya (saat masih USP) hanya beroperasi di seputar Kecamatan Palasah, kini KSP Trisula menjangkau beberapa kecamatan lain di kabupaten Majalengka. Tak tanggung-tanggung, meliputi 26 kecamatan dan 331 desa. Maka tak heran bila

46

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Peternakan kambing milik Kelompok Tani Tegal Simpur, yang merupakan salah satu binaan KSP Trisula dan permodalannya dibiayai dari dana bergulir Agribisnis/ Sektoral

KSP Trisula saat ini sudah mempunyai anggota mencapai 1.541 orang yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Angin ini. Selain syarat administrasi, manajemen Trisula juga menerapkan persyaratan kualifikatif. Yakni, setiap peminjam harus mendapat rekomendasi dari satuan kelompok yang terdiri dari 20 hingga 50 orang. Tanpa itu, pinjaman tidak dapat dicairkan walaupun secara administrasi telah memenuhi persyaratan. Besarnya pinjaman bervariasi mulai dari yang terkecil Rp 1 juta hingga 150 juta dengan suku bunga 2 persen. Pola penyaluran seperti ini mampu menekan risiko kemacetan pengembalian pinjaman. Pada neraca 2008, misalnya, pinjaman bermasalah atau nonperforming loan (NPL) KSP Trisula di bawah lima persen. Menurut catatan Bank Jabar Banten Cabang Majalengka, KSP Trisula merupakan koperasi yang tingkat pengembalian pinjaman ke bank cukup bagus. Pada pertengahan 2009, tingkat pengembalian pinjaman dana bergulir 1 miliar telah mencapai 50% atau sebesar Rp 500 juta. Kami melihat KSP Trisula punya potensi. Saya berharap banyak

koperasi seperti ini, kata Budi Heryanto, Kepala Cabang Bank Jabar Banten Cabang Majalengka. Meskipun baru berusia 5 tahun, KSP Trisula ini telah meraih beberapa penghargaan baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional; seperti Juara Koperasi Berprestasi Kelompok Koperasi Simpan Pinjam Tingkat Kabupaten Majalengka, Koperasi Simpan Pinjam Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2006. Pada Hari Koperasi Ke-62, KSP Trisula mendapatkan anugerah sebagai Koperasi Terbaik Tingkat Nasional tahun 2009 dengan kategori Koperasi Wirausaha Mandiri. Selain itu, pembina Koperasi Trisula, H Subani dinobatkan sebagai tokoh koperasi tingkat nasional dan mendapatkan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Penyerahan anugerah tertinggi bidang koperasi itu diberikan pada 15 Juli 2009 lalu. Prestasi ini membuat pihak bank tertarik bekerja sama dengan KSP Trisula. Salah satunya pinjaman dari Bank BNI sebesar Rp 20 miliar yang semuanya dialokasikan untuk sektor agribisnis. Kini jalan lempang bagi KSP Trisula telah terbentang di depan mata. Pikiran-pikiran kreatif

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

47

para pengurusnya pun senantiasa menelorkan ide-ide baru pengembangan usaha. Di antaranya membikin sebuah perusahaan dengan nama PT. Trisula Mandiri yang bergerak di bidang perdagangan umum serta jasa. Perusahaan ini antara lain menjadi mitra PT. PLN (Persero) dalam pelayanan pembayaran rekening listrik. Gagasan pendirian perseroan terbatas tersebut pada awalnya merupakan inisiatif H. Subani bersama 6 pengurus koperasi lainKUD Trisula, KUD Lingga Setra, KUD Karya Sejati, KUD Mitra Tani, KUD Bakti Jaya, KUD Sumber Harapan, KUD Mekar Jaya. Hasil kesepakatan seluruh pengurus dan anggota ketujuh koperasi tersebut menghasilkan sebuah lembaga baru yang

bernama PT. Trisula Mandiri itu. Di perusahaan itu H. Subani duduk sebagai komisaris sedangkan Khoeruman sebagai direktur. Apa yang diperankan para pionir Koperasi Trisula jelas inspiratif. Beranjak dari kebersahajaan, kemudian secara gradual menata sebuah lembaga koperasi hingga eksis, semangat mereka untuk terus maju terus membara. Tak puas sukses di rumah sendiri mereka menjajaki kesuksesan bersama koperasi-koperasi lain. Tak berlebihan jika mereka menyandang nama Trisula, yang dalam mitos yunani adalah senjata para perwira yang berpenampilan seperti petani atau nelayan. Mereka itulah perwira-perwira itu.

Kolam tempat budidaya ikan air tawar milik salah seorang anggota KSP Trisula, yang permodalannya dibiayai dana bergulir agribisnis/sektoral

KSP Trisula
Alamat : Desa Cisambeng, Kec. Palasah, Kab. Majalengka, Jawa Barat Berdiri : 1 Juli 1988 Badan Hukum : 518/Kep.58/KOP. UKM dan PM, tanggal 5 Agustus 2004 Tahun Perkuatan Modal : 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp 1 miliar Total Aset : Rp 9 miliar Ketua : Khoeruman Jumlah Anggota : 1.541 orang Jumlah Karyawan : 15 orang

48

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP Trisula Majalengka

The Progress of Trisula in The Wind City


wenty Six years ago, precisely in 1983, a farmer organization in three villages in the district of Palasah Majalengka Regency had a discussion. They were united under Tegalsipur Farmers Group. In such regular farmers meeting, Subani, the group leader, proposed to establish a business entity that could protect farmers, both in providing various needs of farmers and accomodating their harvest output, including the price certainty of crops sale proceeds. In principal, they wanted to have a cooperation. Trisula, or KUD Trisula, is the name they picked for the business entity that they tried to establish based on kindship and working together spirit. In 2004, KUD Trisula was programmed to become a participant of scrolling fund strenghtening program from the government in the form of agribusiness program credit with a value of Rp 1 billion. In order to be able to obtain such fund, the business entity must be in the form of Save Loan Cooperation (KSP). Therefore, the existing Save Loan Unit (USP) in KUD Trisula was then developed to become Save Loan Cooperation (KSP) of Trisula. The formation change from USP to become KSP, could not attract the interest of the community to become a customer/member of KSP Trisula. Neverthelessm, KSP performance kept showing a significant increase. According to June 2009 balance, the amount of asset was on the level of Rp 9 billion. The save distributed in 2008 was noted at Rp 6.6 billion. Service scope became wider. Previously (when it was still in the form of USP) the operation only covered Palasah District, now

KSP Trisula covers several other districts in Majalengka Regency, including 26 districts and 331 village with number of members up to 1,541. Fantastic numbers! In addition to administrative requirements, Trisula management also applies qualification requirements. Each of the borrower must obtain recommendation from a group unit comprising 20 up to 50 persons. Without such recommendation, loan could not be liquidated even if administratively the borrower has met the requirements. The amount of loan varies from the smallest amount Rp 1 million up to 150 million with interest rate of 2 percent. The joint responsibility (togetherness) with group aproach pattern is the system used by KSP Trisula in distributing loan. This type of distribution pattern is able to press non performing credit risk. In 2008 balance, for instance, non performing loan (NPL) of KSP Trisula was under 5%. According to the record of Jabar Banten Bank Majalengka Branch, KSP Trisula is the cooperation with quite favorable level of loan return. In mid 2009, the level of loan return of scrolling fund in the amount of 1 billion had reached 50% or in the amount of Rp 500 million. Even though KSP Trisula is only 5 years old, it has achieved several awards in regency, province and national levels; such as Achiever Cooperation Champion for Save Loan Cooperation Group Majalengka Regency Level, Achiever Save Loan Cooperation West Java Province Level in 2006. On the 62th Cooperation Day, KSP Trisula reached the achievement as The Best Cooperation for National Level in the year 2009 with the category of Independent Business Cooperation.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

49

Suasana di Kantor Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Wahana Arta Mukti (WAM) Kecamatan Dawuan, Subang

KSP Wahana Arta Mukti


Kabupaten Subang - Provinsi Jawa Barat

Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita adalah Kunci Sukses


i Kabupaten Subang, Jawa Barat, setidaknya terdapat 828 unit koperasi dengan berbagai bentuk usaha mulai dari Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Jasa, Koperasi Pemasaran, Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Pondok Pesantren hingga Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Badan usaha yang disebut terakhir jumlahnya 46 unit. Satu di antaranya Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Wahana Arta Mukti (WAM) Kecamatan Dawuan Subang. KSP WAM tumbuh dan berkembang di antara koperasi lainnya. Kisah sukses koperasi yang tumbuh dan berkembang di kabupaten yang dikenal sebagai penghasil nanas madu ini layak disimak.

D
50

Syahdan, pada 2004, Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM menggulirkan dana bantuan agribisnis Rp 1 miliar. Syaratnya penerima dana ini tentu saja koperasi simpan pinjam. Pada waktu itu KSP Wahana Arta Mukti masih berbentuk KUD Wahana Arta Mukti. Karena itu, pada tanggal 2 Oktober 2004, pengurus dan 29 anggota aktif KUD Wahana Arta Mukti bermusyawarah untuk mengembangkan Usaha Simpan Pinjam (USP) yang merupakan unit usaha otonom KUD Wahana Arta Mukti menjadi badan usaha yang mandiri. Mereka bersepakat untuk membentuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan diberi nama Wahana Arta

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Mukti. Pendirian KSP Wahana Arta Mukti berbadan hukum No. 553/BH 10.11/X/2004 tanggal 5 Oktober 2004, dengan modal dan kekayaan bersih Rp 663.266.000. Pola usaha yang diterapkan adalan pinjaman pola bulanan (konvensional) dan pinjaman pola mingguan, dengan jasa pinjaman sebesar 2,5% per bulan. Jangka waktu pengembalian pinjaman bervariasi antara 10 bulan 18 bulan. Selain itu, hampir 90% warga di Kecamatan Dawuan Subang dalam kehidupan kesehariannya masih mengandalkan sektor agro seperti padi, kadang, jagung dan sebagainya. Pontensi inilah yang dinilai menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan. Pinjaman tertinggi yang ditetapkan sebesar Rp 20 juta, dengan jasa pinjaman sebesar 2,5%. Namun dalam praktiknya tidak semua laba itu masuk ke kas KSP, sebagian lagi dikembalikan ke nasabah yakni sebesar 0,5%. Syaratnya, pengembalian pinjaman harus tepat waktu. Program ini dimaksudkan untuk memacu kesadaran peminjam untuk selalu mengembalikan kredit tepat pada waktunya. Cara ini dinilai cukup berhasil. Berdasarkan catatan, tingkat pengembalian pinjaman di KSP mencapai lebih 99%. Bukan hanya dalam hal pinjaman, manajemen KSP juga selektif dalam menerima anggota baru. Untuk bisa menjadi anggota KSP pengelola menetapkan beberapa syarat, di antaranya nasabah telah meminjam minimal 3 kali. Jika selama 3 kali berturut-turut tingkat pengembaliannya bagus, nasabah dapat mengajukan menjadi calon anggota. Biasanya besar pinjaman tahap awal ini tidak lebih dari Rp 2 juta. Jika syarat di atas belum terpenuhi, maka KSP belum akan memproses menjadi anggota. Hingga kini jumlah anggota KSP WAM berjumlah 130 orang, dan nasabah sebanyak Rp 700 orang. Mereka tidak hanya pedagang kecil seperti padagang asongan, tetapi juga Alamat

pengusaha menengah. Salah satunya adalah Ukanda, warga Kampung Buah Dua Desa Margasari, Kecamatan Dawuan, Subang, yang menekuni usaha ternak ayam. Saat ini, usaha peternakan ayam miliknya telah mengalami kemajuan cukup pesat. Awalnya, Ukanda hanya mempunyai satu blok kandang yang mampu menampung 5.000 ekor ayam. Kini, ia telah mempunyai tiga kandang yang mampu menampung 15.000 ekor ayam. Sekali panen, ia bisa mengantongi laba Rp 10-20 juta Ukanda merupakan salah satu anggota masyarakat yang berhasil membangun usahanya dengan memanfaatkan dana pinjaman dari KSP Wahana Arta Mukti. Selain meningkatkan taraf hidupnya, ia juga mampu menampung tenaga kerja di sekitarnya. Ia mempekerjakan tiga orang karyawan dengan gaji rata-rata Rp 700 ribu per bulan. Usaha yang dibiayai oleh KSP Sahana Arta Mukti meliputi usaha sektor agribisnis (pertanian, peternakan, perikanan), usaha sektor niaga (warung, pedagang kaki lima), usaha sektor pengadaan (bahan bangunan, penghala hasil pertanian), usaha kecil mikro (kerajinan, mebeler). Tingkat perputaran uang yang cukup tinggi telah menjadikan aset KSP Wahana Arta Mukti bertambah besar dari hari ke hari. Kini total asetnya mencapai Rp 2,198 miliar. Dalam melayani nasabah, KSP Wahan Arta Mukti didukung 14 orang karyawan dengan kualifikasi pendidikan SMA dan 1 orang sarjana. Pengurus senantiasa beruisaha meningkatkan kinerja para pengurus dengan cara mengikutsertakan para karyawannya ke berbagai kegiatan pengembangan kapasitas. Yang tak kalah penting adalah upaya pengurus dan manajemen di dalam membangun mental kerja karyawan melalui internalisasi motto KSP Wahan Arta Mukti: Tidak ada dusta di antara kita dan Tidak ada dendam di antara kita.

KSP Wahana Arta Mukti


: Desa Dawuan Kaler RT. 08/03, Kec. Kalijati, Kab. Subang, Jawa Barat Berdiri : 14 Juli 1997 Badan Hukum : 553/BH/KDK.10.11/X/2004, tanggal 5 Oktober 2004 Tahun Perkuatan Modal : 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Total Aset : Rp2,1 miliar Ketua : H. Hali Natapermana, Spd Jumlah Anggota : 130 orang Jumlah Karyawan : 14 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

51

Kisah Sukses Peternak Ayam di Buahdua, anggota KSP Wahana Artha Mukti

Sekali Panen Bisa Untung Rp10-20 Juta

dalah saat-saat paling membahagiakan Ukanda, Warga Kp. Buahdua Desa Margasari, Kecamatan Dawuan, Subang, saat berada di kandang ayam, apalagi bila menjelang panen tiba. Alhamdulillah, sebentar lagi panen, tutur ayah dua anak ini sembari senyum simpul, Agustus 2009 silam. Kegembiraan semakin tergambar di raut mukanya karena harga ayam di pasaran cukup tinggi. Ia membayangkan akan memperoleh untung yang cukup besar. Karena itu Ia bernazar akan memberi bonus kepada tiga karyawannya, dan selanjutnya mampu mengembalikan pinjamannya ke koperasi. Ya, ia telah meminjam uang ke KSP Wahana Arta Mukti sebesar Rp 20 juta. Ia lupa entah yang keberapa pinjaman kali ini, karena begitu sering ia meminjam dana dari KSP Wahana Arta Mukti. Ukanda mulai meminjam dana dari KSP Wahana Arta Mukti sebesar Rp 10 juta pada tahun 2005 untuk modal usaha peternakan ayam. Modal tersebut besar maknanya bagi pengembangan usahanya. Berkat insting kejelian dalam pengelolaan usahanya, ia sukses, bahkan pinjaman bisa ia dikembalikan sebelum jatuh tempo. Kepercayaan dari koperasi pun bertambah, dan sebagai bentuk reward koperasi memberi Ukanda kelonggaran peminjaman hingga Rp 20 juta. Kini ia telah mempunyai tiga blok kandang yang mampu menampung 15.000 ekor ayam. Bisanya ayam-ayam ini bisa dipanen pada usia antara umur 28-35 hari, dengan biaya operasional per musim sebesar Rp 10 juta. Modal kerja tersebut dipergunakan untuk biaya bibit, pakan dan obat-obatan. Setelah dipotong biaya operasional, ia bisa mempe-

Ukanda dan usaha peternakan ayam yang ia kelola

roleh laba hingga Rp 10-20 juta sekali panen. Keuntungan tambahan juga Ukdanda dapatkan dari hasil menjual kotoran ayam. Para karyawannya mengemas kotoran ke dalam karung. Sekali panen Ukanda biasanya mendapat 800-1000 karung kotoran ayam, dijual dengan harga Rp 3.500- 4.000 per karung Nilai-nilai koperasi, yakni kebersamaan, kekeluargaan dna kegotongroyongan ia terapkan juga dalam pengelolaan usahanya. Setidaknya, tiga orang karyawan bisa merasakan hal ini. Mereka bergaji Rp 700 ribu per bulan, ditambah uang saku mingguan sebesar Rp 25 ribu per orang. Ukanda acap memberi mereka bonus bila mendapatkan keuntungan besar. Ia tak segan-segan memberikan bonus kepada karyawan hingga Rp 1 juta per orang. Dengan performa bisnisnya yang cukup bagus, Ukanda berharap dapat meminjam modal lebih besar untuk mengembangkan usahanya. Dengan begitu, Ia bisa menampung tenaga kerja lebih banyak lagi.

52

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP WAHANA ARTA MUKTI

If there is no Lie Betrween us is the Key to Success


ave Loan Cooperation (KSP) of Wahana Arta Mukti (WAM) Dawuan Subang District grows and develops in Subang Regency, the regency that used to be known as honey pineapple producer is worth paying attention to. In 2004, the Government through Ministry of Cooperation and UMKM scrolled agribusiness aid fund in the amount of Rp 1 billion. This save loan was formerly in the form of Save Loan Unit from KUD Wahana Arta Mukti. In October 2004, Save Loan Cooperation (KSP) was born with legal entity No. 553/BH 10.11/X/2004 dated 5 October 2004. The applied business pattern was monthly pattern loan (conventional) and weekly pattern loan, with loan service in the amount of 2.5% per month. The term for return varied between 10 18 months. In addition, nearly 90% of denizens in Dawuan Subang District depended on agricultural sector in their daily lives, such as rice, (kadang?), corn, etc. It was this potential that was considered as quite promising. The highest loan was stipulated at Rp 20 million, with loan service in the amount of 2.5%. However in practice not all profit went to KSP petty cash, some was returned to the customers i.e., in the amount of 0.5%. The requirements are that such return must be made in timely manner. This program was intended to drive the awareness of borrowers to always return credits in timely maner. This way was considered as quite successful. Based on the record, the level of return at KSP reached up to more than 99%.

Not only in terms of loan, KSP management is also selective in accepting new members. To be able to become a member of KSP the manager applies several requirements, among others is that the customer has borrowed at least 3 times. If the return has been favorable 3 times consecutively, the customer may apply to become a member. The amount of loan at this early stage is not more than Rp 2 million. Up to now the number of members of KSP WAM has been 130, and the number of customers has been 700. They are not only small traders such as peddlers, but are also middle scale businessmen. Business funded by KSP Sahana Arta Mukti includes agribusiness sector (agriculture, animal farming, fishery), commerce sector business (shops, pavement sellers), trading sector business (hardware store, crops processors) , and micro small business (handicraft, furniture). The high level of money circulation has made KSP Wahana Arta Muktis asset to increase. Now its total asset reaches Rp 2.198 billion. In providing service to customers, KSP Wahan Arta Mukti is supported by 14 staff who are high school graduates and 1 university graduate. Another important thing is the effort of the administrators and managemewnt in developing the working mental of their staff through the internalization of KSP Wahan Arta Mukti motto: There is no lie between us and There is no grudge between us.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

53

54

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

JAWA TENGAH Central Java


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

55

Suasana kawasan agropolitan di perdesaan di Kecamatan Grabag, yang terletak di di lereng dan kaki Gunung Merapi

KSP KARYA USAHA DANA GRABAG


Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah

Agribisnis di Antara Lereng Merapi


barat perangko ketemu amplop. Demikian kisah pengembangan usaha agribisnis/ sektoral yang diupayakan melalui KSP Karya Usaha Dana Grabag di Kabupaten Magelang. Betapa tidak. Pemerintah Kabupaten Magelang sejak 2004 silam telah mengeluarkan kebijakan pengembangan agropolitan. Artinya, pengembangan agribisnis di wilayah Kabupaten Magelang yang terbentang di antara Gunung Merapi dan Merbabu (seluas 1.085,73 km atau setara 9,56% dari Wilayah Propinsi Jawa Tengah) itu mendapat perhatian serius pemerintah daerah. Gayung pun bersambut. Kebijakan tersebut

I
56

telah menaikkan antusiasme masyarakat petani dalam kegiatan budi daya pertanian. Bila kegiatan budi daya tanaman, ternak, atau campuran, pada 2003 berjumlah 122.527 orang, pada tahun 2006, angkanya meningkat menjadi 132.077 orang atau naik sebanyak 7,79%. Demikian juga pada pengolahan hasil atau agroindustri telah menghasilkan kesempatan kerja tahun 2003 sebanyak 23.743 orang. Pada tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi 26.231 orang atau naik 10,47%. Tentu saja bukan semata lantaran kebijakan tersebut bila KSP Karya Usaha Dana Grabag sukses menjalankan Program Pengem-

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

bangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Perkuatan Modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Yang bisa dikatakan adalah bahwa sukses KSP Karya Usaha Dana Grabag berada dalam arus besar keberhasilan Kabupaten Magelang dalam mengembangkan sektor agribisnisnya. Keberhasilan pengelolaan dana tentu saja merupakan wilayah yang berbeda dari gambaran agropolitan secara umum. Yang jelas, kesuksesan itu merupakan cerminan dari keseriusan dan kepiawaian para pengurus dan manajemen Kesuksesan KSP Karya Usaha Dana Grabag dalam mengelola dana. Hubungan kerja sama yang harmonis antara koperasi dan Dinas Koperasi Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Magelang menambah nilai tersendiri. Harmoni Pengurus dan Anggota Grabag sebagai wilayah kecamatandi lereng dan kaki Gunung Merapi memang telah lama dikenal daerah yang memiliki kultur berkoperasi yang baik. KUD Grabag juga terkenal bukan hanya di seantero Kabupaten Magelang, tetapi juga Provinsi Jawa Tengah. Kultur ini menurun juga kepada KSP Karya Usaha Dana Grabag yang tumbuhpada awalnya sebagai bagian dari KUD Grabag itu. KSP Karya Usaha Dana Grabag ini termasuk koperasi sehat. Meski baru berdiri pada

2004, KSP ini langsung menjadi peserta Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir bagi KSP di Sektor Agribisnis pada tahun itu juga, dengan jumlah perkuatan sebesar Rp 1 miliar. KSP ini dinilai telah memenuhi persyaratan yang diwajibkan. Sebagai catatan, sebelum KSP ini dibentuk KUD Grabag telah melakukan otonomisasi pengelolaan usaha simpan pinjam selama lebih dari tiga tahun. Kini KSP Karya Usaha Dana Grabag telah membukukan asetnya sekitar Rp Rp 2.255.922.274. Jumlah anggota per 31 Desember 2008 sebanyak 481 orang. Hingga buku ini disusun, angkanya tentu saja telah meningkat. Gambaran sekilas tersebut melukiskan dinamika yang tercipta selama ini. Sebagai badan usaha berbasis budaya kekeluargaan dan kebersamaan, manajemen KSP Karya Usaha Dana Grabag berusaha selalu dekat dengan anggota, atau dalam hal ini para petani, perajin, dan peternak, tutur Kelik Murtandiya. Hubungan kami dengan para tokoh desa di Grabag cukup akrab dan saling mengenal satu sama lain, tambah Kelik. Benar. Setidaknya Kepala Desa Lebak mengakui hal ini. Sebagai kepala desa, saya memberikan dorongan kepada warga untuk menjadi atau aktif di KSP Karya Usaha Dana Grabag. Jadi, kami saling memberikan rekomendasi, misalnya dalam hal pengajuan

Anggota KSP Dana Grabag memasarkan berbagai komoditas agribisnis di pasar agropolitan Grabag

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

57

Doni Riskiyanto, anggota KSP Dana Grabag membiayai usaha pembuatan aneka kerupuk singkong dari dana pinjaman bergulir agribisnis/ sektoral sebesar Rp 30 juta, yang dikucurkan dalam beberapa tahap

kredit, aku Budi Solikin Kepala Desa Lebah, kecamatan Grabag. Kedekatan semacam itu menjadi kunci dari keberhasilan penyaluran sekaligus kontrol terhadap pemanfaatan dana koperasi. Ciri dari asas kekeluargaan dan kegotongroyongan koperasi semacam itu dirasakan seorang anggota KSP Karya Usaha Dana Grabag, Doni Riskianto (48 th), warga Dusun Kaligandu, Grabag. Ia mendapatkan pinjaman koperasi hingga Rp 30 juta untuk melancarkan usaha pembuatan aneka krupuk singkong. Ia yang memiliki keahlian di dalam pengolahan berbagan baku singkong itu bekerja sama dengan para petani. Hasil yang diserahkan kepada Doni berupa bahan setengah jadi untuk kemudian dibumbui hingga barang jadi (mentah). Berkat pinjaman dari koperasi, ia bisa membayar puluhan petani serta mengangsur setelah produk-produknya terbeli. Doni tidak mengalami kesulitan lantaran ia telah memiliki sejumlah pelanggan, seperti dari Jakarta, Malang, dan Kabupaten Banyumas. Kami menerapkan sistem kontan. Pada saat memesan, saya meminta para pelanggan untuk mentransfer uang pemesanan, setelah itu

barang dikirim sesuai pesanan yang sudah dibayar, ujar Dodi menceritakan mekanisme bisnisnya. Kelik sendiri mengaku bangga memiliki nasabah seperti Doni ini. Ia adalah prototipe nasabah yang berani dalam mengambil risiko, namun jujur dan sportif. Kami tak pernah terganggu bila, misalnya, terjadi terlambatan angsuran, sebab alasannya masuk akal. Inilah salah satu seni berkoperasi. Ada prinsip fleksibilitas tanpa harus mengorbankan risiko besar, kata Kelik. Bahkan, untuk ukuran nasabah yang kemampuannya jauh di bawah Doni, KSP tetap memberikan pelayanan dan kesempatan untuk meminjam modal. Pengalaman Mardi, 60 tahun, membuktikan hal itu. Mardi, yang seorang petani itu, mengajukan pinjaman uang sebesar Rp 700.000. Dana tersebut dipergunakan sebagai biaya untuk membesarkan seekor sapi Australia yang ia miliki, seperti yang dilakukan para petani di lingkungannya. Maklum, untuk membesarkan sapi membutuhkan waktu beberapa bulan hingga hewan piaraan tersebut layak dijual ke pasar. Ia juga mendapatkan tambahan berupa pupuk dari pengelolaan kotoran piaraannya itu.

58

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Mardi hanya mengambil untung beberapa persen dari nilai jual seekor sapi (sekitar Rp 4-7 juta). Saya berani pinjam ke koperasi karena ada yang bisa saya hasilkan. Saya takut ngutang. Saya baru bisa kembalikan pinjaman setelah sapi ini dijual. Karena saya dipercaya, dan saya bersedia dengan persyaratan yang berlaku, ya saya mau, tutur Mardi lugu namun tegas. Tingkatkan Kinerja Penyaluran dan hasil Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir bagi KSP di Sektor Agribisnis yang dilakukan melalui KSP Karya Usaha Dana Grabag cukup berhasil dan tepat sasaran. Namun, jajaran manajemen tak berbangga hati, sebagaimana jajaran dewan pengurus dan pengawas KSP Karya Usaha Dana Grabag tak berpangku tangan terhadap prestasi yang telah mereka raih. Pasalnya, mereka masih gelisah terhadap kurang optimalnya penggalangan dana dari anggota. Mereka mengakui, selama ini pemanfaatan dana yang sampai ke anggota, meskipun sudah

cukup berhasil, masih mengandalkan modal dari luar. Hal itu mengemuka pada saat Rapat Anggota Tahunan di akhir 2008 silam. Oleh karena itu, mari kita upayakan secar bersamasama peran aktif nyata anggota, tutur Sutaryono, ketua Pengawas KSP Karya Usaha Grabag pada kesempatan hajatan puncak itu. Kelik Murtandiya mengakui kelemahan koperasi yang ia pimpin. Kami masih terus belajar dari kekurangan-kekurangan itu, meski kami sudah mencoba berbuat yang terbaik. Kami, misalnya, tak bosan untuk mengirimkan beberapa karyawan ke berbagai forum pelatihan peningkatan kompetensi, aku Kelik merendah. KSP Karya Usaha Dana Grabag di mata kami sudah cukup bagus. Karyanya nyata dan bisa dibuktikan di lapangan. Kami berharap ke depan KSP ini bisa berkinerja lebih baik, kata Menurut Anik Indaryanti, Kasi Bina Usaha dan Permodalan Dinas Koperasi Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Magelang. Bukan melulu soal besarnya aset, tetapi jangan lupa bahwa mengelola koperasi itu juga membutuhkan semangat. Nah, dari sisi itulah KSP Karya Usaha Dana Grabag harus dilihat, simpul Kelik.

Mardi anggota KSP Dana Grabag dan usaha penggemukan sapi yang ia kelola

KSP Karya Usaha Dana Grabag


Alamat Berdiri Badan Hukum ber 2004 Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Total Aset Manager Jumlah Anggota Jumlah Karyawan : Jl. Stadion No 1 Grabag, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah : 1 Maret 1997 : No: 227/GH/II/2004, tanggal 22 Novem: : : : : : Tahun 2004 Rp1 miliar Rp2.255.922.274 Kelik Murtandiya Ph 327 orang 5 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

59

KSP KARYA USAHA DANA GRABAG


Magelang Regency Central Java

Agribusiness Between Merapi Slopes

ust like a stamp that meets an enve lope, this is the story of agribusiness/ sector business development sought through KSP Karya Usaha Dana Grabag in Magelang Regency. The government of Magelang Regency since 2004 has issued a policy of agropolitan development. It means, such agribusiness development in Magelang Regency area stretched between Merapi and Merbabu Mountains obtains a serious attention from regional government. Of course, the government attention is not the only factor that makes KSP Karya Usaha Dana Grabag successful in running Micro and Small Entrepreneurs Development Through Capital Save Loan Cooperation (KSP) Strengthening in Agribusiness Sector from State Ministry of Cooperation and Small Middle Scale Enterprises. It would be more precise to say that the success of KSP Karya Usaha Dana Grabag is in the large wave of Magelang Regency success in developing its agribusiness sector. Such success is obviously the reflection of the seriousness and expertise of the administrators and management of KSP Karya Usaha Dana Grabag in managing fund. There is a harmonious cooperative relation among Cooperation Services, Industry and Trading of Magelang Regency. Magelang has added specific value. Grabag as a district area on the slope of Merapi Mountain has been known for a long time as an area that has a good cooperation culture. KUD Grabag is also known not only throughout Magelang Regency, but also Central Java Province. This culture also descended to the staff of KSP Karya Usaha Dana Grabag who grewinitially as parts of such KUD Grabag.

This KSP Karya Usaha Dana Grabag is quite a healthy cooperation. Even thought it was not established until 2004, this KSP immediately became participant of Micro and Small Entrepreneurs Development Program through Strengthening Scrolling Fund Aid for KSP in Agribusiness Sector in the same year, with strengthening fund in the amount of Rp 1 billion. This KSP is considered as having met the compulsory requirements. As a note, before this KSP was established, KUD Grabag had conducted save loan business management autonomy for more than three years. Now KSP Karya Usaha Dana Grabag has accounted its asset which is around Rp 2,255,922,274. The number of members as per 31 December 2008 is 481. Until this book was composed, the number of course has increased. The brief description provides clear dynamic that has been created all this time. As a business entity with kinship and togetherness basis, management of KSP Karya Usaha Dana Grabag always tries to be close to members, or in this matter farmers, craftsmen, and animal farmers, said Kelik Murtandiya, Chairman of this KSP. Such closeness becomes the key to success in distribution and control of cooperation fund utilization. These characteristics of kinship and mutual assistance are felt by a member of KSP Karya Usaha Dana Grabag, Doni Riskianto (48), a Kaligandu Village denizen, in Grabag. He obtained cooperation loan up to Rp 30 million to smoothen his cassava chips business. Thanks to the loan from cooperation, he could pay many farmers and pay his own installment after all his products are sold.

60

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Pasar agropolitan Grabag, tempat para anggota KSP Karya Usaha Dana Grabag memasarkan hasil tani mereka

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

61

Suasana dialog antara pengurus dan anggota KSP Utama Karya yang sedang mengajukan kredit.

KSP UTAMA KARYA


Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah

Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini


ika Anda pergi ke Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sempatkan pergi ke Jl. Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan. Anda akan menjumpai sebuah gedung dua lantai berarsitektur modern-minimalis. Penampilan gedung ini bersih, dan tampak menonjol bila dibanding beberapa bangunan di sekitarnya. Sekilas, terkesan bahwa bangunan itu milik perusahaan swasta nasional, atau kantor perwakilan perusahaan besar swasta. Halaman samping hingga ke belakang luas, dan terdapat sebuah toko grosiran ala supermarket. Ada apa dengan bangunan tersebut? Bangunan tersebut adalah kantor pusat

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Utama Karya. Tidak salah bila Anda menyimpulkan bahwa penampilan bangunan tersebut mewakili performa koperasi yang berdiri pada 2004 itu. Kemegahan bangunan tersebut sekaligus menggambarkan dedikasi para pengurusnya, dan manajemen KSP Utama Karya, di dalam mengembangkan usahanya. Logikanya sederhana, bagaimana mungkin sebuah koperasiatau badan usaha apa saja mampu membangun gedung perkantoran untuk aktivitas sehari-hari bila para pengelolanya tidak memiliki dedikasi untuk maju? Motto KSP Utama Karya: Bersama Membangun Jati Diri, seperti

62

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

telah tertransformasi ke dalam etos kerja para pengurusnya, puluhan karyawannya, bahkan para nasabahnya. Kinerja koperasi ini adalah yang terbaik di Kabupaten Jepara, dan termasuk bersinar di antara koperasi-koperasi terbaik di Jawa Tengah. Sebagai koperasi simpan pinjam, Utama Karya masih berusia muda. Induknya adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Utama Karya yang berdiri sejak 1993, yang kini memiliki 7 cabang yang tersebar di sejumlah kabupaten/ kota di Jawa Tengah (baca: Cita-Cita Kaum Kaki Lima). Keberadaan KSP Utama Karya memang relevan dengan potensi Kabupaten Jepara yang memiliki banyak jenis usaha agribisnis, seperti pertanian, kerajinan. Tak heran begitu ada Program Perkuatan Modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis, kesempatan itu tidak disia-siakan. Namun, kemauan saja tak cukup. Sebab, bagaimanapun juga dana tersebut adalah uang negara yang harus dipertanggungjawabkan. Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara memiliki peranan besar dalam menentukan koperasi mana yang berhak dan dapat dipercaya untuk mengelola pemanfaatan dana tersebut. Dan, bila pilihan jatuh kepada KSP Utama Karya, tentu pertimbangannya

adalah kinerja. KSP Utama Karya memang salah satu koperasi terbaik yang kami miliki di sini. Kami percaya, Utama Karya adalah pihak yang pas menjalankan program perkuatan modal di bidang agribnisnis-sektoral itu, kata Sujarot, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara Bagi jajaran pengurus KSP Utama Karya kepercayaan tersebut bukan tanpa konsekuensi. Kami menjalankan kepercayaan tersebut sebagai amanah, dan progam agribisnis-sektoral itu kebetulan sama dengan misi kami di sini, tutur Zaenal Arief, yang merupakan Kepala Pembukuan KSP Utama Karya tersebut. Memfasilitasi Agribisnis Keputusan Dinas Koperasi dan Pengelolaan Pasar itu sangat beralasan, karena KSP Utama Karya selama ini bekerja secara profesional. Kini aset Koperasi ini secara keseluruhan sekitar Rp 80 miliar. Koperasi Simpan Pinjam Utama Karya memang terpisah secara otonomi dari Koperasi Utama Karya sebagai induk. Sebagai holding, Koperasi Utama Karya bergerak di bidang perdagangan. Dari sinilah, memang, pergerakan modal koperasi melejit. Sebagai catatan,

Sutomo, anggota KSP Utama Karya memamerkan hasil kerajinan tenun hasil usaha tenun yang ia kelola

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

63

Koperasi Utama Karya kini memiliki Toko Grosir terbesar di Kabupaten Jepara. Kembali ke KSP Utama Karya. Penyaluran dana perkuatan sebesar Rp 1 miliar (diterima pada tahun 2004) kepada para anggota yang bergerak di bidang agribisnis dan sektor riil lainnya bukan hal sulit bagi KSP Utama Karya. Ya, sebab, mekanisme dan tradisi koperasi telah terbangun dengan baik. Salah satu anggota koperasi yang mendapatkan manfaat dari program di atas adalah Sutomo, 48 tahun, seorang perajin tenun di Desa Troso, Kecamatan Pecangakan. Desa ini memang dikenal sebagai penghasil tenun sejak 1935. Saya jelas beruntung bisa dapatkan modal usaha itu dengan persyaratan yang memudahkan saya, aku Sutomo, perajin yang produknya telah banyak dipasarkan hingga ke Bali itu. Pencanggihan Manajemen Kini, tenaga-tenaga utama di manajemen Koperasi Simpan Pinjam Utama Karya adalah

anak-anak muda. Generasi perintis hanya berada di jajaran kepengurusan. Hal ini memang bukan tanpa kesengajaan. Kami tutwuri handayani (mendorong dari belakang), tutur Ibnu Zaenuri, perintis Koperasi Utama Karya, kalem. Dan, benar, kepercayaan para senior dalam mendorong kader-kader koperasi yang muda telah membuahkan hasil. Paling tidak, pada saat ini di jajaran manajemen koperasi telah memiliki seorang manajer yang telah mengantongi sertifikat kompetensi di bidang manajemen. Mahali, demikian namanya, kini menjabat sebagai Manajer KSP Utama Karya. Kami ingin mengelola koperasi ini secara profesional. Teman-teman senantiasa berlomba-lomba untuk mendapatkan sertifikat yang proses ujiannya ternyata nggak mudah, tutur Mahali bangga. Laporan dari pihak Bank Jateng Cabang Jepara yang berperan sebagai mitra dari program perkuatan modal dana bergulir sektor agribisnis ini menyebutkan bahwa KSP Utama Karya telah menjalankan kewajibannya dengan baik dan tidak pernah menunggak.

KSP Utama Karya


Alamat : Jl. Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan, Kab. Jepara, Jawa Tengah Berdiri : 31 Januari 1996 Badan Hukum : No: 12047a/BH/PAD/KWK-II/1/1996 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Ketua : H. Ahmad Zaeni

Usaha tenun kain milik Sutomo, anggota KSP Utama Karya Jepara

64

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Pusat Grosir, salah satu jenis usaha milik KSU Utama Karya Jepara

Cita-Cita Kaum Kaki Lima


walnya, pada 1993, sekitar 6 orang pedagang berinisiatif mendirikan sebuah paguyuban untuk menghimpun para pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Jepara. Gagasan tersebut segera menyebar di kalangan PKL. Pada tahap pertama berkumpul 35 orang. Mereka bersepakat untuk membangun membangun ekonomi bersama melalui sebuah koperasi. Sejumlah pionir, di antaranya Ibnu Zaenuri, lantas melobi Dinas Koperasi setempat. Maka, di tahun 1993 juga keinginan bersama itu terwujud. Kebetulan, Ibnu Zaenuri dan beberapa kawannya pernah mengelola sebuah koperasi. Maka, rapat anggota pun terselenggara, dan lahirlah Koperasi Utama Karya. Berkat keuletan para pengurusnya, kini Koperasi Utama Karya telah memiliki 7 cabang di berbagai kota di sekitar Jepara, seperti di Pati, bahkan hingga ke arah barat Banjarnegara. Kini, total aset Koperasi Utama Karya mencapai Rp 80 miliar. Itu melingkupi semua jenis usaha yang ada, termasuk KSU Utama Karya yang kini mengelola Pusat Perbelanjaan Grosir yang tidak pernah sepi pembeli itu. Omset per hari mencapai puluhan juta rupiah. Demikian bila kebersamaan dibangun, jati diri pun terlahir, seperti motto Koperasi Utama Karya, Maju Bersama Membangun Jati Diri.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

65

KSP UTAMA KARYA


Jepara, Central Java

Togetherness Identity on the Earth of Kartini


f you go to Jepara Regency, Central Java, stop by at Jl. Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan. You will meet a two-storey building with modern-minimalist architectural design. This building looks clean and more prominent compared to the surrounding buildings. At a glance, there is an impression that such building belongs to national private company, or it is a private large company representative office. On the side yard up to backyard, there is a grocery store just like a supermarket. Such building is the head office of Save Loan Cooperation (KSP) of Utama Karya. It wouldnt be incorrect if we concluded that the building appearance represents the performance of the cooperation that was established in 2004. The greatness of such building is at the same describes the dedication of the administrators and management of KSP Utama Karya, in developing their business. Performance of this cooperation is the best in Central Java. As a save loan cooperation, Utama Karya is still young. Its chief is Various Business Cooperation (KSU) of Utama Karya that was established in 1993, which now owns 7 branches, scattered in a number of regencies/cities in Central Java. The presence of KSP Utama Karya is indeed relevant with Jepara Regency potential that has many types of agribusiness business, such as agriculture and handicraft. No wonder when an opportunity such as Capital Strengthening Program for Save Loan Cooperation (KSP) in Agribusiness came, it did not go to waste. Cooperation, Small Middle Scale Enterprises and Jepara have a large role in determining which cooperation is en-

titled and can be trusted to manage such fund utilization. Such decision of Cooperation Service and Market Management is reasonable since KSP Utama Karya has worked professionally. Now this Cooperation asset in total is around Rp 80 billion. Save Loan Cooperation of Utama Karya is separate in terms of autonomy from Utama Karya Cooperation as the chief. As a holding company, Utama Karya Cooperation is engaged in trading. From here, indeed, cooperation capital movement rocketed. As a record, Utama Karya Cooperation now owns the Largest Grocery Store in Jepara Regency. Going back to KSP Utama Karya, the distribution of strengthening fund in the amount of Rp 1 billion (received in 2004) to members who are engaged in agribusiness and any other real sectors was not a difficult matter for KSP Utama Karya. One of cooperation members who obtain benefit from the above program is Sutomo, 48 year, a weaving craftsman in Troso Village, Pecangakan District. This village is indeed has been famous for its weaving products since 1935. I am obviously very lucky to be able to obtain such business capital with requirements that facilitate me, admit Sutomo, the craftsman whose products have been marketed up to Bali. Now, principal powers in Utama Karya Save Loan Cooperation management are youngsters. Pioneer generation is only at administrator array. Reports from Jateng Bank Jepara Branch who acts as a partner in this agribusiness scrolling fund capital strengthening program say that KSP Utama Karya has fulfilled its obligation well and it is never in arrears.

66

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Kantor KSP Utama Karya

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

67

Kantor KSP Bina Ummat Sejahtera, Rembang

KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA UMMAT SEJAHTERA (BUS)


Lasem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah

Tangan-tangan Dingin di Ujung Timur Pantura

K
68

ening Haji Saleh berkerut ketika menghadapi jalan buntu untuk mendapatkan dana secara cepat bagi sekitar 40 hektar lahan tebu miliknya dan sembilan petani di kelompoknya. Petani pada umumnya tidak bankable. Ia sadar betul soal ini, dan proses mengurus kredit di bank pun tak mudah. Namun, guratan-guratan di dahinya segera berubah ketika telepon genggamnya berdering. Alhammdulillah, pengajuan pinjaman saya dan teman-teman disetujui, ucap Saleh usai membaca sebuah pesan pendek dari seorang

petugas koperasi simpan pinjam yang dikelola dengan sistem Syariah: Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Bina Umat Sejahtera (BUS) Lasem atau juga dikenal sebagai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bina Umat Sejahtera. Pinjaman seperti ini sungguh sangat membantu kami. Kesulitan kami terutama untuk membeli pupuk. Saya dan teman-teman kan baru panen setelah menunggu 11 bulan. Panen pertama itu baru untuk menutupi ongkos produksi. Jadi, kalau dihitung-hitung, selama masa itu kami makan apa? ucap Haji Saleh. Kenangan itu terjadi pada tahun 2005.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Beberapa bulan sebelumnya, ia dan temanteman memang telah mendengar tentang adanya dana pinjaman Rp 1 miliar dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang akan diterima KJKS BUS Lasem untuk pengembangan usaha agribisnis/ sektoral. Saleh dan kawan-kawan sendiri telah lama menjadi anggota koperasi tersebut. Mereka merasa cocok karena sistem diterapkan KJKS BUS itu menggunakan sistem syariah. Sistem Bagi Hasil Hatta, maka kelompok tani yang ia pimpin mendapat pinjaman sebesar Rp 150 juta. Jika dirata-rata, setiap orang mendapat pinjaman sebesar Rp 15 juta. Hitung-hitungannya sederhana. Sepuluh orang dalam kelompok petani tebu itu paling tidak harus membeli 30 sampai 40 ton pupuk. Belum lagi untuk ongkos pengelolaan lahan, seperti membalikkan tanah (dangir) dan membikin tangkep (gundukan tanah memanjang untuk ditanamani tebu). Selain untuk pupuk, para petani tebu juga harus mengeluarkan biaya tebang dan angkut Rp 3.000.000, dan biaya giling Rp 1.300.000. Rata-rata, per satu ha lahan menghasilkan 60 ton batang tebu. Jika direkapitulasi, biaya tanam tebu pada saat ini sekitar Rp 4.500.000 per

hektar per musim tanam (11 bulan) dengan perhitungan jangka waktu hanya tiga kali panen. Dengan rendemen 7,5% dan harga gula Rp 3.000 per kg, maka total biaya yang harus ditanggung petani sekitar Rp 5.280.000. Pendapatan petani sekitar Rp 3.810.000 per hektar. Berdasarkan hitung-hitungan seperti itu, maka antara anggota dan KSP BUS lalu membuat akad kredit. Mereka bersepakat untuk memberikan keuntungan kepada Koperasi setara dengan nilai 2%. Anggota kami di sini sudah akrab dengan akad kredit seperti ini, tutur Martono, Manajer Kredit KSP BUS Lasem. Nilai pinjaman tersebut memang atas nama kelompok. Namun, pemanfaatan dana tersebut dibagi sesuai kebutuhan masing-masing anggota. Kelebihan dari sistem kelompok ini adalah pertanggungjawaban terhadap kami lebih terjamin. Sebab, masing-masing pemanfaat pinjaman akan menjadi tanggung jawba bersama kelompok. Dan, berdasarkan pengalaman selama ini cukup efektif, tutur Martono menambahkan. Anggota kelompok petani tebu tak lagi menjual kepada pabrik gula dalam bentuk batang tebu, melainkan kepada anggota lain dalam satu kelompok yang memiliki mesin produksi gula. Gula tebu ini, selain bisa langsung

Pabrik gula tebu milik salah satu anggota KSP BUS Lasem

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

69

Batik Lasem, karya anggota koperasi KSP BUS Lasem

dijual ke pasar, juga dibeli perusahaan pembuat kecap. Bahkan, Haji Saleh memproduksi kecap dari bahan dasar gula tebu itu untuk memenuhi pasar di Kabupaten Rembang dan sekitarnya. Jadi, keuntungan tidak pergi ke mana-mana, kata Haji Saleh. Menjadi Mitra Usaha Kecil-Menengah KSP BUS Lasem memang memiliki kepedulian cukup tinggi dalam menumbuhkan sektor agrobisnis/ sektoral. KSP BUS Lasem juga tidak mengalami kesulitan dalam menyalurkan dana agribisnis/ sektoral ini. Di Lasem pada khususnya, dan Rembang pada umumnya, terdapat sejumlah anggota yang telah bergerak di bidang yang dimaksud. Selain disalurkan kepada petani tebu, KSP juga menawarkan pemanfaatan dana Rp 1 miliar tersebut kepada sejumlah penggiat agri-industri. Seperti pada kisah petani tebu, perajin terasi biasanya membutuhkan modal untuk membeli bahan baku berupa udang kering dan ongkos produksi. Joyo Kasmita (50), misalnya, bisa menghabiskan 7 kwintal udang kering dalam satu pekan. Industri rumahan ini memiliki 7 karyawan yang dibayar dengan sistem borongan.

Pada umumnya, para perajin yang telah memiliki pelanggan itu tidak mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjaman mereka. Demikian juga pengalaman anggota Koperasi, Nurhidayah, seorang pengelola usaha batik tulis Lasem. Ia bahkan mempekerjakan 30 pembatik. Saya membayar karyawan berdasarkan hasil pekerjaan per potong. Mereka membawa kain dan semua kelengkapan dari sini untuk kemudian mengolahnya sesuai desain dari saya. Jika desainnya rumit, kami akan membayar lebih mahal ketimbang batik yang modelnya biasa, tutur Nurhidayah, pengusaha kecil/ perajin batik di Desa Ngemplak, Lasem. Manajemen Solid dan Inovatif Faktor penting keberhasilan KSP BUS dalam mengelola dana koperasi adalah manajemen yang solid. Pengelolaannya bertangan dingin. Ini bisa dimengerti bila melihat usia koperasi yang hampir dua puluh tahun sukses mengelola dana masyarakat dengan sistem syariah (Bank Muamalat Takaful-BMT). Peningkatan kemampuan sumber daya manusia memang menjadi prioritas di koperasi ini. Secara berkala, para manajer dan staf mendapat berbagai training. Bahkan BMT BUS
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

70

K o p e r a s i

Terasi udang, salah satu produk usaha anggota KSP BUS Lasem

sendiri juga membuka jasa konsultasi-pelatihan pengelolaan lembaga keuangan nonbank secara modern. Beberapa telah bersertifikat. Di kami, secara bergiliran, setingkat kasi dan manajer diberikan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas atau kompetensi, yakni dengan disekolahkan. Kita dapat fasilitas beasiswa, katakan begitu, 50% biaya kuliah dari Koperasi, kata Martono. Selain manajemen, KSP juga senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada anggota. Salah satu inovasi yang langka bagi sebuah koperasi adalah penyediaan anjungan tunai

mandiri (ATM). Bahkan, Koperasi sudah memiliki ATM sendiri, satu unit. Pelayanan ini sudah setara dengan lembaga perbankan di tingkat unit atau kantor cabang pembantu. Kinerja yang baik lantaran didukung sumber daya berkemampuan memadai telah mengantarkan Koperasi ini sebagai salah satu koperasi terbaik di Jawa Tengah, bahkan mungkin di Indonesia. Bagaimana dengan cicilan pinjaman Rp 1 miliar untuk agribisnis? Alhamdulillah, lancar, kata Martono. Kalau ada lagi, kami tak kesulitan menyalurkan dana tersebut, tutur Martono menantang setengah bercanda.

KSP Bina Ummat Sejahtera


Alamat : Jl Raya No. 1 Lasem, Kab. Rembang, Provinsi Jawa Tengah Berdiri : Tahun 1996 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Ketua : H. Abdullah Yazid Jumlah Karyawan : 200 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

71

PROSPEROUS BUSINESS DEVELOPMENT SAVE LOAN COOPERATION Lasem, Rembang, Central Java

Cold Hands at the East Tip of Pantura

aji Saleh frowned when he faced a dead end to obtain fund quickly for around 40 hectares of sugar cane land of his and nine farmers of his group. Generally farmers are not bankable. He was fully aware of this fact, and the process of credit administration at the bank is not an easy matter either. However, the facial wrinkles of his forehead soon changed when his cellular phone rang. Thank God, the load submission from me and my friends is approved, said Saleh after reading a short message from an official of save loan cooperation managed using Sharia system: Sharia Financial Service Cooperation (KJKS) Prosperous Community Development (BUS) of Lasem or also known as Save Loan Cooperation (KSP) of Bina Umat Sejahtera. In its operation, KSP BUS Lasem applies farmer group system. One group may obtain loan in the amount of Rp 150 million. In average, each person obtains loan in the amount of Rp 15 million. Farmers group and KSP BUS then draw up a credit contract. They agreed to provide profit for the Cooperation which is equivalent to 2% value. Such loan value was indeed on behalf of the group. However, such fund utilization was distributed in accordance with each members needs. The advantage of this group system is that the accountability towards us is more secured, since each loan utilization will be the joint responsibility of the group. In addition, it is based on the effective experience that we have had, said Martono. Sugar cane farmers group members no longer sell to the sugar factory in the form of

sugar cane, instead they sell their crops to other members in one group who have sugar producer machines. This sugar cane, in addition to be able to be sold directly at the market, it may also be bought by soy bean sauce manufacturer companies. Becoming Small-Middle Scale Business Partner KSP BUS Lasem indeed has high level of care in growing agribusiness /sector. KSP BUS Lasem also does not experience difficulties in distributing this agribusiness/sector fund. Particularly in Lasem, and generally in Rembang, there are members who have engaged in the concerned field. In addition to distributing to sugar cane farmers, KSP also offers fund utilization of such Rp 1 billion to a number of agribusiness-industry activators. The important factor of KSP BUS success in managing its cooperation fund is its solid management. The managers have cold hands. This could be understood considering the age of the cooperation which has nearly twenty years managed community fund using sharia system (Bank Muamalat Takaful-BMT). The favorable performance due to the support of appropriate resources has delivered this Cooperation as one of the best cooperations in Central Java, possibly even in Indonesia. What about the installment of Rp 1 billion for agribusiness? Thank God it has gone well, said Martono. If there is another fund granted, we will not face any difficulty in distributing such fund, challenged Martono jokingly.

72

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Aktivitas produksi batik pada sebuah worksop yang dikelola oleh anggota KSP BUS Lasem

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

73

74

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

JAWA TIMUR East Java


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

75

Kantor KSP Lestari Mandiri, Kota Malang, Jawa Timur

KSP LESTARI MANDIRI


Kota Malang, Provinsi Jawa Timur

Sukses dengan Sistem Tanggung Renteng


asanya tidak berlebihan jika Yudi Pujianto punya rasa fanatisme yang besar terhadap eksistensi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Lestari Mandiri. Ketika usaha penggilingan padi yang ia kelola perlu pengembangan modal, ia meminjam modal dari koperasi. Ketika itu tahun 2000, ia meminjam sejumlah dana dari Usaha Simpan Pinjam (USP) Lestari Mandiri. Dan, ketika usahanya sempat mengalami gonjang-ganjing karena ditipu mitra kerja pada tahun 2008, lagi-lagi ia mendapatkan pinjaman dari KSP Lestari Mandiri, yang dulu bernama USP Lestari Mandiri. Usaha yang ia kelola pun selamat dari kebangkrutan. Di saat

R
76

aku jatuh, hanya koperasi yang setia membantuku, ungkap Yudi Pujianto, pemilik usaha penggilingan gabah (selep) di kawasan Singosari, Kabupaten Malang. Yudi Pujianto merupakan salah satu contoh warga masyarakat di Kabupaten Malang yang taraf hidupnya terangkat setelah bersinergi dengan koperasi, dalam hal ini KSP Lestari Mandiri. Koperasi Simpan Pinjam Lestari Mandiri merupakan salah satu koperasi peserta Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Perkuatan Modal KSP di sektor Agribisnis. Pada tahun 2003, koperasi ini menerima pinjaman dana bergulir dari Pe-

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Suasana kantor pelayanan KSP Lestari Mandiri

merintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebesar Rp 1 miliar. Koperasi simpan pinjam ini merupakan reinkarnasi dari Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Citra Lestari Mandiri. Pada tahun 2004, berdasarkan SK Bupati Malang nomor SK 180/ 863/ KOP/KEP/ 421.012/2004 tanggal 11 November 2004, USP Lestari Mandiri berubah status menjadi KSP Lestari Mandiri. Perubahan ini merupakan amanat dari Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 143.1/Kep/M.KUKM/XI/2003, yang salah satu pasalnya menyebutkan bahwa USP Koperasi penerima dana perkuatan bersedia mengubah badan hukumnya menjadi Koperasi Simpan Pinjam. Menurut Ketua KSP Lestari Mandiri, Khulsum Hidayati, dari pinjaman dana bergulir senilai Rp 1 miliar itu, hingga saat ini jumlah pengembalian yang telah dilakukan oleh KSP Lestari Mandiri sudah mencapai Rp 500 juta. Kami melakukan pengangsuran bunga setiap bulan, sedangkan angsuran simpanan pokok kami lakukan pada setiap tahun, ungkap perempuan sarjana ekonomi ini. Jika diukur dari

profil keuangan KSP ini siapapun akan sepakat untuk menyatakan bahwa KSP Lestari Mandiri adalah koperasi berkinerja bagus. Dengan jumlah anggota sudah mencapai 4.268 orang, kemudian aset mencapai Rp 7,2 miliar, perputaran simpan pinjam pada KSP ini mencapai Rp 10,8 miliar pada tahun 2008 lalu. Tidak hanya membiayai permodalan bagi usaha anggotanya di sektor agribisnis, KSP ini juga membiayai permodalan di sektor jasa, seperti jasa katering, salon, dan percetakan. Masih menurut Khulsum Hidayati, salah satu kunci keberhasilan para pengurus dalam mengelola KSP ini adalah penerapan sistem tanggung renteng. Sistem tanggung renteng sebagai tujung tombak keberhasilan kami, sistem itu berhasil menekan pinjaman yang macet, jelas Khulsum Hidayati. Dalam sistem itu, koperasi tidak memberikan pinjaman secara perorangan, melainkan secara kelompok. Satu kelompok terdiri dari 15 hingga 30 orang anggota koperasi. Dengan cara ini, setiap anggota KSP Lestari Mandiri otomatis menjadi anggota kelompok tanggung renteng.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

77

Dengan cara ini maka jika ada anggota yang kesulitan melakukan pengangsuran pinjaman maka anggota lain dalam satu kelompok ikut menanggung resiko. Dengan demikian potensi pinjaman macet bisa ditekan. Kelebihan lain, pengurus koperasi pun lebih mudah melakukan pembinaan terhadap anggota koperasi yang tergabung dalam 267 kelompok itu. Lebih mudah mengatur jadwal kunjungan ke 267 kelompok ketimbang ke empat ribuan anggota, ujar Khulsum Hidayati. Mekanisme tanggung renteng ini oleh para pengurus dan anggota KSP dianggap sangat Indonesia. Kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan adalah semangat dari tanggung renteng, ungkap Julia Maris Herdiyanti, salah seorang anggota KSP Lestari Mandiri, yang memiliki usaha konsultan jasa pesta pernikahan (wedding consultant) itu. Setiap kelompok memiliki jadwal rutin pertemuan bulanan. Selain untuk saling bertukar informasi, para anggota biasanya melakukan penyetoran angsuran pinjaman, pada forum bulanan itu. Hasil setoran angsuran yang

terkumpul itu kemudian dibawa oleh perwakilan kelompok untuk disetorkan ke kantor KSP Lestari Mandiri. Cara seperti ini merupakan konsekwensi dari sistem pinjaman yang disalurkan melalui kelompok, meskipun pinjaman itu dialokasikan untuk anggota tertentu. Besar pinjaman permodalan yang diberikan melalui kelompok itu maksimal Rp 8 juta per anggota dengan jangka waktu pengembalian selama 24 bulan. Bagi anggota yang memerlukan jumlah pinjaman lebih dari ketentuan itu maka KSP mensyaratkan jaminan baginya. Sebagai catatan, besar bunga pinjaman ditetapkan maksimal 2%. *** Saat ini keluarga besar KSP Lestari Mandiri mulai bisa menikmati hasil kebersamaan mereka mengelola koperasi. Tak hanya para pengurus, para anggota koperasi pun ikut menikmati hasil kerja keras mereka. Salah satu bentuk kerja keras itu di antaranya bangunan dua lantai seluas 400 m yang kini menjadi Kantor KSP Lestari Mandiri. Bangunan itu dibeli dari hasil

Mekanisme tanggung renteng oleh para pengurus dan anggota KSP dianggap sangat Indonesia.

78

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Contoh-contoh kartu undangan produk wedding consultant yang dikelola Julia Maris Herdiyanti, anggota KSP Lestari Mandiri

urunan (patungan) anggota selama 18 bulan. Dari urunan yang hanya Rp 2.000 per orang per bulan, akhirnya kami bisa membangun sebuah kantor yang layak, kata Khulsum Hidayati seraya tersenyum. Namun, kesuksesan itu tak lantas menyilaukan para pengurus dan anggota KSP Lestari Mandiri. Apalagi, tingkat kompetisi antarkoperasi di Malang cukup tinggi. Kehadiran bank-bank perkreditan rakyat, yang menjanjikan bunga rendah, juga menjadi tantangan tersendiri. Yang jelas, kami bekerja keras untuk melayani

anggota dengan pelayanan seoptimal mungkin, ungkap Khulsum. Bahkan, KSP Lestari Mandiri terus berusaha menambah jumlah anggota dengan menerapkan cara member get member, yang artinya anggota merekrut anggota baru. Cara itu ditempuh untuk melebarkan sayap pelayanan KSP Lestari Mandiri di antara derap kompetisi 600-an koperasi di seantero Malang. Bagaimana kelanjutan cerita KSP Lestari Mandiri kelak, jawabannya ada pada seluruh pemangku kepentingan KSP Lestari Mandiri.

KSP Lestari Mandiri


Alamat : Jl. Dr. Cipto No.24 Kec. Lawang Kab. Malang, Provinsi Jawa Timur Berdiri : 31 Juli 1999 Badan Hukum : 180/863/KUP/KEP/421.012/2004 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2003 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Ketua : Khulsum Hidayati, SE Jumlah Anggota : 4.268 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

79

Yudi Pujianto anggota KSP Lestari Mandiri, pemilik usaha penggilingan padi

Bangkit Bersama Koperasi

eperti tulisan pembuka pada profil sukses KSP Lestari Mandiri, Yudi Pujianto adalah salah satu anggota yang telah menjadikan KSP Lestari Mandiri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kisah hidupnya. Betapa tidak, usaha penggilingan gabahnya bisa maju seiring dengan perkuatan modal yang ia terima dari KSP Lestari Mandiri. Bahkan, ketika ia rugi hingga Rp 1 miliar karena ditipu mitra bisnisnya, KSP Lestari Mandiri kembali hadir sebagai dewa penyelamat. Usaha selep atau penggilingan gabah yang ia kelola kini telah mempekerjakan 12 orang dengan produksi rata-rata sebesar 8 ton per hari. Puji pun bercerita tentang masa-masa sulit yang pernah dihadapinya ketika ia harus menghadapi jurang kebangkrutan akibat penipuan yang dilakukan mitra bisnisnya. Uang habis, saya tak mampu membeli gabah. Orang pun tidak berani menjual gabahnya kepada saya karena takut tak dibayar, kenang Puji. Yang membuat bebannya semakin berat, ketika itu tak satu pihak pun yang mau membantunya hingga akhirnya sebuah telpon datang dari kantor KSP Lestari Mandiri. Saya ingat betul, waktu itu Ibu Khulsum menelpon saya menawarkan bantuan, lanjut Puji. Kini, usaha selep yang ia kelola pun kembali eksis. Dalam sebulan ia bisa menghasilkan laba kotor hingga Rp 50 juta perbulan.

80

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP Lestari Mandiri


Malang, East Java

Success with Joint Responsibility System

t wouldnt be exaggerating if Yudi Pujianto had the feeling of huge fanaticism towards the presence of Save Loan Cooperation (KSP) of Lestari Mandiri. When rice mill that he managed needed capital development, he borrowed capital from cooperation. At the time it was 2000, he borrowed fund from Save Loan Business (USP) of Lestari Mandiri. When his business went through ups and downs since he was deceived by his business partner in 2008, again he obtained loan from KSP Lestari Mandiri, which used to be known as USP Lestari Mandiri. The business that he managed was saved from bankruptcy. When I fell, only cooperation that was there to help me, said Yudi Pujianto, business owner of rice mill, whose life standard was lifted after synergizing with cooperation, in this matter KSP Lestari Mandiri. Lestari Mandiri Save Loan Cooperation is one of cooperations participating in Micro and Small Entrepreneur Development Program through KSP Capital Strengthening in Agribusiness sector. This save loan cooperation is the reincarnation of Save Loan Unit (USP) of Citra Lestari Mandiri Cooperation. In 2003, this cooperation received scrolling fund from the Government through State Ministry of Cooperation and Small Middle Scale Enterprises in the amount of Rp 1 billion. According to Chairman of KSP Lestari Mandiri, Khulsum Hidayati, from such scrolling fund loan in the amount or Rp 1 billion, up to now the amount of return that has been paid by KSP Lestari Mandiri has reached Rp 500 million. With number of members of up to 4,268, then the asset reached Rp 7.2 bil-

lion, the circulation of save loan in this KSP reached Rp 10.8 billion last year (2008). Still according to Khulsum Hidayati, one of the keys to the success of administrators in managing this KSP is the application of joint responsibility system. Joint responsibility system as the tip of the spear of our success has been successful also in terms of pressing the non performing loan, described Khulsum Hidayati. In such system, the cooperation does not provide individual loan, instead it is provided for groups. One group consists of 15 up to 30 cooperation members. This way each member of KSP Lestari Mandiri automatically becomes a member of joint responsibility. With this method if there is a member who faces difficulties in paying the loan installment, other members within the group will also bare the risk. Therefore the potential non performing loan can be pressed. Another advantage, cooperation administrators will find it easier to develop cooperation members who are united in such 267 groups. Each group has a regular schedule of monthly meeting. In addition to exchanging information, members usually make loan installment deposit in such monthly forum. The collected installment deposit is then carried by group representatives to be deposited to KSP Lestari Mandiri. The amount of capital provided through such groups is at a maximum of RP 8 million per member with the term of 24 months. For members who need more than the stipulated amount of loan, KSP will require security for them. As a note, the amount of loan interest is stipulated at a maximum of 2%.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

81

82

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

NUSA TENGGARA BARAT West Nusa Tenggara


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

83

Petani tembakau anggota KSP Karya Mandiri ketika hasil panen tembakau yang sudah siap untuk dikeringkan

KSP KARYA MANDIRI


Kec. Jerowaru, Kab. Lombok Timur Nusa Tenggara Barat

Maju Bersama Petani Tembakau dan Rumput Laut

K
84

omoditas rumput laut tak hanya sedang naik daun. Harga rumput laut yang sejak beberapa terakhir ini terus naik membuat para nelayan di wilayah pesisir Lombok Timur mengaku menjadi petani rumput laut lebih menguntungkan daripada nelayan. Di sepanjang kawasan pantai di Kecamatan Jerowaru, sejumlah nelayan yang kini beralih profesi menjadi petani rumput laut tampak bergairah. Betapa tidak, harga komoditi rumput laut yang kini menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan itu harganya terus meningkat. Padahal para petani rumput laut di wilayah tersebut tidak pernah menuntut kepada

pengepul, yang datang langsung ke dusun mereka agar harga rumput laut dinaikan. Sebagai gambaran, harga rumput laut basah dijual Rp 1.000 per kilogram, sedangkan yang kering harganya bisa mencapai Rp.6.400 s/d Rp.7.000 rupiah per kilogram. Saat musim kemarau rumput laut cukup dikeringkan selama dua hari. Di Jerowaru, para petani rumput laut itu sebagian di antaranya adalah anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Karya Mandiri. Sebagian besar dari mereka, bahkan, bisa mengembangkan usaha budidaya rumput laut setelah memperoleh suntikan modal usaha kecil dari KSP tersebut,

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Anggota KSP Karya Mandiri ketika memanen rumput laut

terutama melalui perkuatan modal dana bergulir Program Agribisnis/Sektoral. KSP Surya Mandiri merupakan satu dari 14 KSP berbasis agribisnis penerima kucuran dana perkuatan sebesar Rp 1 miliar tersebut. Koperasi yang diketuai Ahmad Zulyadaen ini memperoleh kucuran dana perkuatan modal tersebut pada tahun 2004. Dana bergulir itu kemudian disalurkan kepada 80 petani untuk menghidupkan kebun tembakau dan budidaya rumput laut. Selain dua jenis usaha agribisnis itu, ada juga petani padi yang menerima pinjaman bergulir dari KSP Surya Mandiri. Menurut Ahmad Zulyadaen, setiap peminjam dikenai biaya bunga rata-rata sebesar 2 % per bulan. Kelebihan yang bisa dinikmati para petani atau nelayan anggota KSP ini adalah: Bila pinjam di bank bisa sebulan baru cair. Di koperasi cepat cair, seminggu setelah disurvai. Tak sulit bagi mereka untuk mengembalikan pinjaman modal usaha tersebut. Bayangkan, setiap petani rumput laut rata-rata memiliki lima rakit. Dalam setiap rakit rata-rata bisa menghasilkan tiga kwintal rumput laut basah. Tinggal hitung jika harganya mencapai Rp.6.400 s/d Rp.7.000 rupiah per kilogram. Padahal, modal
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

untuk membiayai satu rakit hanya berkisar Rp 150 ribu. *** Koperasi Simpan Pinjam Karya Mandiri berdiri sejak 11 September 2000. Koperasi ini semula merupakan KSU, yang berdasarkan Rapat Anggota kemudian berubah menjadi KSP pada tahun 2003. Perubahan tersebut dilakukan dengan pertimbangan agar usaha yang dikelola terfokus pada satu bidang usaha yakni memberikan layanan Simpan Pinjam. Seiring dengan perubahan status tersebut, akte pendirian KSP Karya Mandiri pun mengalami perubahan. Apalagi, setelah KSP ini membuka cabang di luar Lombok Timur, seperti di Kecamatan Praya, Lombok Tengah. Perluasan wilayah layanan itu jelas memerlukan pengesahan dari Dinas Koperasi dan UKM Propinsi NTB. Menurut Ahmad Zulyadaen, hingga akhir tahun 2008, jumlah anggota KSP Karya Madiri berjumlah 445 orang. Padahal pada saat berdiri pada tahun 2000 jumlah anggotanya hanya 21 orang. Permodalan KSP Karya Mandiri berasal dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Dana

S e j a h t e r a

85

Cadangan dan Modal Penyertaan, yang saat berdirinya pada November 2000 tercatat Modal Awal sebesar Rp 21 juta. Selanjutnya per 31 Desember 2001 jumlah modal meningkat menjadi menjadi Rp 36.125.000. Kemudian, hingga tahun 2008 jumlah permodalan sudah mencapai angka Rp. 1,564 miliar. Sedangkan modal dari luar yang bersumber dari Tabungan Sukarela Anggota/Calon Anggota dan Pinjaman yang diterima hingga 31 Desember 2008, tercatat sebesar Rp.6,796 miliar. Permodalan KSP Karya Mandiri yang bersumber dari luar meningkat drastis pada tahun 2004 yakni menjadi senilai Rp.1,980 miliar setelah mendapat bantuan dana bergulir sektor Agrobisnis dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM RI sebesar Rp 1 milyar. Dan, sejak saat itu pula dilakukan ekspansi besar-besaran dalam pelayanan pinjaman, yang otomatis mendorong semua sendi Koperasi Simpan Pinjam Karya Mandiri. Eskalasi volume usaha tersebut kini telah berkembang pesat. Jika pada akhir tahun 2001 volume Usaha KSP Karya Mandiri berbentuk pinjaman yang diberikan kepada masyarakat sebesar baru senilai Rp.704 juta, maka per 31

Desember 2008 lalu sudah melonjak menjadi sebesar Rp.14,592 miliar. Yang jelas, kemajuan pesat yang dialami KSP Karya Mandiri itu berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan anggotanya. Di mata mereka, program perkuatan modal sektoral membuat para petani di Jerowaru semakin mudah mengakses pinjaman modal usaha. Lalu Jumairi, misalnya, yang petani tembakau di Desa Jerowaru. Menurut ia, selain bunga yang relatif rendah, yakni hanya 1,5 % prosedur peminjaman pun tak berbelit-belit. Mudah dan cepat, simpul Lalu Jumairi. Sebagai penerima pinjaman modal usaha, Lalu Jumairi berhasil meningkatkan skala produksi tembakaunya hingga 50 persen dari sebelumnya. Lalu Jumairi pun mengenang masa-masa ketika para petani tembakau di desanya harus berhubungan dengan para rentenir. Beberapa tahun silam, banyak di antara petani di desanya yang terjerat renternir, dengan bunga hingga 50 % per 40 hari kerja. Bandingkan dengan program bantuan dana bergulir, yang paling tinggi hanya mengeluarkan 5% hingga 6% dari hasil usaha untuk mengembalikan angsuran ke koperasi.

KSP Karya Mandiri


Alamat : : Berdiri : Badan Hukum : Tahun Perkuatan Modal : Jumlah Perkuatan Modal : Ketua : Jumlah Anggota : Kecamatan Jerowaru, Kab. Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 11 September 2000 No: 518/31/BH/DISKOP DAN UKM/X/2004 Tahun 2004 Rp1 miliar Ahmad Zulyadaen 445 orang

Seorang anggota KSP Karya Mandiri merawat tanaman rumputlaut yang sudah hampir siap panen

86

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP KARYA MANDIRI JEROWARU DISTRICT


East Lombok Regency

Progressing Together With Tobacco and Seaweed Farmers


eaweed is not only a hot commodity at the market. The price of seaweed for the last couple of years has been increasing and made farmers in East Lombok coastal area admit that it is more profitable to be seaweed farmers than to be fishermen. Some of seaweed farmers in Jerowaru District, East Lombok, are members of Save Loan Cooperation (KSP) of Karya Mandiri. Most of them even develop seaweed cultivation business after obtaining business capital fund aid from such cooperation, mainly through scrolling fund strengthening of Agribusiness/ Sector Program. KSP Surya Mandiri is one of KSP with agribusiness basis receiver of strengthening fund in the amount of Rp 1 billion. This cooperation led by Ahmad Zulyadaen obtained such capital strengthening fund in 2004. Such scrolling fund was then distributed to 80 farmers to revive tobacco plantation and seaweed cultivation business. In addition to those two agribusiness types, there are also rice farmers who obtain scrolling loan from KSP Surya Mandiri. Each loan is imposed with interest in the average amount of 2 % per month. Karya Mandiri Save Loan Cooperation was established on 11 September 2000. Initially this cooperation was a KSU, based on Members Resolution, which then changed to become KSP in 2003. Such change was conducted with the consideration to make the business managed focused on one field, i.e. providing Save Loan services. Along with such status change, KSP Karya Mandiri establishment deed was also amended. Moreover, after this KSP opened a branch outside East Lombok, such as in Praya District, Central Lombok. Such area expansion obviously needed ratification from Cooperation Service and UKM of NTB Province.

Seaweed farmers in Jerowaru, East Lombok are members of KSP Karya Mandiri.

Until the end of 2008, the number of members of KSP Karya Madiri had been 445. When it was established in 2000 the number of members was only 21. Volume escalation of KSP Karya Mandiri business keeps developing fast. At the end of 2001 Business Volume of KSP Karya Mandiri business in the form of loan provided to the community was only in the amount of Rp 704 million, then as per 31 December 2008 it went up to become Rp.14,592 billion. Obviously, such vast progress experienced by KSP Karya Mandiri is parallel with the increase of its members prosperity. To them, sector capital strengthening program makes farmers in Jerowaru find it easier to access business capital loan. Lalu Jumairi, for example, who is a tobacco farmer in Jerowaru Village opines that in addition to its relatively low interest, i.e. 1.5% up to [?]%, the loan procedures are not complicated. Easy and fast, concluded Lalu Jumairi. As a business capital loan receiver, Lalu Jumairi has been successful in increasing his tobacco production scale up to 50 percent from previous production.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

87

Kesibukan di KSP Rinjani Perkasa, Lombok Timur

KSP RINJANI PERKASA


Kec. Selong, Kab.Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

Sahabat Petani di Lereng Rinjani

ombok Timur identik dengan banyak hal. Salah satunya adalah tembakau virginia. Separuh potensi tanaman tembakau virginia di pulau Lombok yang seluas 58.000 hektar itu separuhnya ada di Lombok Timur, yakni seluas 29.000 hektare. Rata-rata tiap hektar ladang tembakau bisa menghasilkan dua ton. Karena potensinya itu, saat ini 15 perusahaan pengelola dan pabrikan rokok besar dari Jawa yang membeli tembakau dari Lombok. Dari fakta yang ada, sekitar 70 persen petani tembakau di Lombok Timur telah menjadi binaan para perusahaan pengelola Intensifikasi Tembakau Virginia itu. Mereka yang 70% ini relatif tidak mengalami hambatan baik dalam

aspek permodalan maupun pemasaran. Sebaliknya, yang 30% petani tembakau swadaya cukup sering mengalami hambatan dalam berproduksi, berupa hambatan permodalan, teknologi pengolahan yang minim, hingga pemasaran. Untuk kebutuhan modal, para petani tembakau swadaya itu terpaksa mengetuk pintu rumah para rentenir dengan bunga pinjaman hingga sebesar 50% per 40 hari kerja. Jelas, suku bunga pinjaman yang sebesar itu sangat mencekik petani. Fakta tentang hal itu juga dialami oleh para petani tembakau di Kecamatan Selong. Berangkat dari keprihatinan itu KSP Rinjani

88

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Lahan pertanian padi yang dikelola oleh para anggota KSP Rinjani Perkasa dan permodalannya dibiayai melalui paket pinjaman musiman bagi para petani

Perkasa didirikan. Pada awalnya, KSP tersebut merupakan unit simpan pinjam Koperasi Rinjani Perkasa yang telah berdiri sejak tahun 1995. Koperasi simpan pinjam yang berkantor di Desa Sandubaya ini pun segera menjadi solusi bagi para petani tembakau yang hampir tiap tahun mengaku kesulitan modal tadi. Betapa tidak, suku bunga pinjaman di KSP ini sangat rendah. Para petani peminjam cukup mengeluarkan rata-rata 5% sampai 5% dari hasil panen untuk membayar angsuran pinjaman ke koperasi atau dengan bunga pinjaman yang hanya berkisar 1% hingga 2 %. Selain suku bunga yang rendah, proses pencairan pinjaman pun tak serumit jika petani meminjam dari bank. Cara pengembaliannya pun lebih mudah. Selain paket pinjaman konvensional, KSP Rinjani Perkasa menyiapkan sebuah paket pinjaman musiman. Pada paket pinjaman musiman ini para petani mengangsur pinjamannya pada setiap musim panen dengan kisaran masa panen antara empat sampai tujuh bulan. Model pinjaman ini juga dikenal sebagai model pinjaman yarnen (bayar panen). Dari beberapa aspek, pinjaman model ini sangat meringankan petani, karena mereka tidak
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

dibebani biaya bulanan. Besarnya jasa pinjaman dihitung sekaligus berdasarkan jangka waktu pinjaman dan dikembalikan bersama besarnya pinjaman. Koperasi Simpan Pinjam Rinjani Perkasa merupakan salah satu koperasi peserta program perkuatan permodalan pengusaha kecil dan mikro melalui dana bergulir agribisnis. Pada tahun 2003, KSP ini menerima pinjaman dana bergulir agribisnis senilai Rp 1 miliar. Sejak mulai menggulirkan dana senilai Rp 1 miliar tersebut, hingga buku ini disusun, jumlah outstanding pinjaman bergulir tersebut sudah mencapai Rp 1,4 miliar, yang dialokasikan sebagai pinjaman permodalan untuk membiayai berbagai sektor usaha anggotanya, serta warga masyarakat yang bukan anggota KSP. Sementara itu, sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 perputaran pinjaman, bahkan mencapai Rp 7 miliar. Selain untuk membiayai usaha kecil dan mikro sektor agribisnis, dana bergulir itu juga sudah dimanfaatkan untuk membiayai permodalan berbagai usaha sektor riil, seperti sektor perdagangan, restoran dan warung kecil. Sesuai dengan prinsip koperasi, KSP Rinjani

S e j a h t e r a

89

Perkasa melayani kebutuhan permodalan usaha di berbagai sektor yang dikelola masyarakat, mulai dari sektor pertanian, peternakan, kelautan hingga perdagangan. Namun, dari semua sektor itu, pembiayaan sektor agrobisnis memang yang terbesar karena mayoritas penduduk Selong yang bermatapencaharian petani. Pada musim penghujan mereka bertani padi, sedangkan pada musim kemarau berkebun tembakau. Kami berusaha membantu masyarakat dengan memberikan kemudahan mendapatkan modal usaha, kata Ketua Koperasi Rinjani Perkasa, Muhammad Idrus.

Manfaat yang ditebarkan koperasi ini akhirnya menuai hasil. Sebagian besar warga di Selong, terutama yang pernah berhubungan dengan KSP Rinjani Perkasa, memuji kinerja KSP yang kini telah memiliki aset senilai Rp3,5 miliar itu. Harapan besar pun dipikul KSP ini. Para petani Selong berharap KSP Rinjani Perkasa adalah bagian penting dari perwujudan mimpi-mimpi mereka untuk menjadi petani-petani perkasa di lereng Rinjani. Kami adalah sahabat para petani, kami ingin sahabatsahabat kami juga perkasa, seperti nama koperasi ini, simpul Muhammad Idrus.

Tanaman tembakau yang dikelola para petani tembakau KSP Rinjani Perkasa

KSP Rinjani Perkasa


Alamat Berdiri Badan Hukum Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Total Aset Ketua Jumlah Anggota Jumlah Karyawan : : : : : : : : : Kecamatan Selong, Lombok Timur, NTB 29 Desember 1998 No: 11.a/BH/PAD/.DKP/08.5/XI/2004 Tahun 2003 Rp1 miliar Rp3.485.196.718 Ir.H. M. Idus, MM 209 orang 15 orang

90

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP RINJANI PERKASA AT SELONG REGENCY


East Lombok Nusa Tenggara Barat

Farmers Best Fried at the Slope of Rinjani

ast Lombok is identical with many things. One of them is Virginian to bacco. Half of the potential of Virginian tobacco plants in Lombok island is in East Lombok, i.e. covering an area of 29,000 hectare. In average, each tobacco plantation can produce up to two tons. Due to such potential, at this time there are 15 managing companies and large cigarette factories in Java that purchase tobacco from Lombok. From the present facts, approximately 70% of tobacco farmers in East Lombok have become the developed personnel by managing companies engaging in such Virginian Tobacco Intensification. This 70% does not face any obstacles both in capitalization and marketing aspects. On the contrary, the 30% of independent tobacco farmers often face obstacles in production, in the form of capitalization, minimum processing technology, up to marketing obstacles. For capital need, such independent tobacco farmers had to borrow from loan sharks with loan interest of 50% per 40 working days. It is obvious that such large loan interest made it more difficult for farmers. From such concern KSP Rinjani Perkasa was established in 1995. This Save Loan Cooperation with its office at Sandubaya Village then became the solution for tobacco farmers who almost each year had difficulties in capitalization matters. With very low loan interest rate in this KSP, borrower farmers only spend 5% of the harvest proceeds to pay loan installment to such cooperation or with loan interest of only approximately 1% up to 2%. Besides the low interest rate, loan disbursement process is also not as complicated as if the farmers borrow from the bank. The return method is also easier.

Farmers can also pay their loan installment in each harvest season with approximately harvest period of four up to seven months. This loan model is also known as yarnen loan model (harvest payment). Rinjani Perkasa Save Loan Cooperation is one of participating cooperations in small and micro entrepreneurs capitalization strengthening program participants through agribusiness scrolling fund. In 2003, this KSP received agribusiness scrolling fund loan in the amount of Rp 1 billion. Since commencing such fund scrolling in the amount of Rp 1 billion, until this book is composed, the amount of outstanding of such scrolling loan has been Rp 1.4 billion. In accordance to cooperation principal, KSP Rinjani Perkasa provides service in business capitalization need in various sectors managed by the community, starting from agriculture, animal farming, marine, up to trading sectors. However, from all such factors, agribusiness sector funding is the largest, since majority of Selong denizens work as farmers. In raining season they plant rice, whereas in hot season they plant tobacco. Benefits spread by this cooperation finally resulted in output. Most of denizens in Selong, mainly those who have had relations with this cooperation, compliment such KSP performance, having an asset of Rp 3.5 billion. High hopes are carried by this KSP. Selong farmers hope that KSP Rinjani Perkasa is an important part of the realization of their dreams to become powerful farmers at the slope of Rinjani. We are farmers best friends, we wish our best friends could also be powerful, concluded Muhammad Idrus, Chairman of KSP Rinjani Perkasa.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

91

92

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

NUSA TENGGARA TIMUR East Nusa Tenggara


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

93

Kantor Koperasi Kredit Obor Mas, Kabupaten Sikka

KOPERASI KREDIT OBOR MAS


Kabupaten Sikka, Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dari Guru untuk Masyarakat

endirikan koperasi mungkin bukan citacita Yosef Doing saat itu. Yosef, begitu Ia biasa disapa, adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sikka yang merasa prihatin melihat nasib para guru SD yang sering telat menerima gaji bulanan mereka. Alih-alih membentuk organisasi yang membantu para guru dalam mendapatkan pinjaman, kini Koperasi tersebut justru menjadi salah satu koperasi kredit yang cukup maju di Sikka. Bermula dari kesulitan yang dialami para guru SD Kabupaten Sikka di tahun 1972 koperasi ini dibentuk. Walaupun para guru ini mendapat penghasilan tetap, namun kenyataannya sering terlambat menerima gaji.

Bahkan, hingga tiga bulan sekali baru menerima gaji. Kondisi ini menyebabkan para guru di Kabupaten Sikka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang serba mendesak dan mendasar seperti kebutuhan biaya pendidikan, kesehatan, perbaikan rumah, dll. Di sisi lain, pendapatan sebagai PNS sangat tidak berlebih. Akhirnya, rentenir menjadi satu pemecahan soal dana. Walaupun, mereka menyadari bahwa terlibat dengan rentenir sangat tidak menguntungkan. Menyadari hal tersebut, Yosef Doing, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sikka bersama Ramiggus S. Parera, Ketua Kelompok Kerja Guru di Sikka, membentuk arisan di kalangan guru SD. Namun, dalam

94

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

perjalanannya disadari bahwa kelompok arisan ini tidak mampu mengakomodasi keinginan para peserta untuk menjadi lembaga yang permanen. Lalu muncul pemikiran untuk membentuk sebuah kelompok usaha bersama simpan pinjam, yang dikenal sebagai Credit Union. Kemudian ditahun 1974, tepatnya pada tanggang 04 November, atas inisiatif Yosef Doing, didirikan sebuah Koperasi untuk kalangan Guru SD dan Pegawai TU Dinas P dan K dengan nama Credit Union Obormas. Setelah berkiprah selama 20 tahun, nama CU Obormas diganti dengan nama Koperasi Kredit Obormas atau Kopdit Obormas, pada tanggal 29 Oktober 1994. Kala itu, jumlah anggota berjumlah 98 orang, dengan jumlah simpanan anggota yang berhasil dihimpun sebesar Rp105.500. Dari modal sebesar tersebut, pertama kali pemberian pinjaman diberikan kepada salah seorang guru dari Desa Nele, sebesar Rp100.000 untuk biaya pernikahan. Sampai akhir 2008, Kopdit Obormas telah memiliki 6.267 anggota, dengan rincian 4.312 orang (69%) adalah Pegawai Negeri Sipil dan 1.955 orang (31%) adalah masyarakat umum. Kini koperasi ini telah menempati gedung mewah lantai tiga. Untuk ukuran sebuah kabupatan,

sarana prasarana yang dimiliki oleh Koperasi Kredit Obormas tergolong mewah. Karena jumlah nasabah yang semakin banyak dan jangkauan yang semakin luas, Kopdit Obormas membuka Kantor cabang di komplek pasar tingkat sebagai tempat layanan simpan pinjam bagi Kec. Alok Timur, Kec. Nelle, Kec. Kangae dan Kec. Kewapante. Selain itu juga dibuka Unit Agribisnis di Jl. Kesehatan No 04 Maumere lantai II, sebagai pusat layanan anggota di bidang perdagangan, pertanian, peternakan dan nelayan. Unit ini dibentuk dengan modal awal bersumber dari pinjaman lunak Kementerian Negara Koperasi Republik Indonesia sebesar Rp1miliar. Tepatnya pembentukan unit ini pada tanggal 1 April 2005. Tujuannya, pemberian modal kerja bagi anggota Kopdit Obormas yang bergerak di bidang usaha Pertanian, peternakan, Nelayan dalam bentuk pinjaman bulanan dan triwulan. Dengan Harapan modal ini dapat meningkatkan produktifitas usaha mereka, dengan suku bunga 2,5% IOB atau 1,25 flat/bulan. Unit Agrobisnis ini juga menekankan agar anggota yang berhasil dapat menabung di SIMANIS (Simpanan Masyarakat Agrobisnis) yang akan bermanfaat untuk dapat membantu

Usaha penjahitan baju yang dikelola oleh salah satu anggota Kopdit Obor Mas

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

95

anggota lain yang juga membutuhkan modal usaha. Dengan sistem ini akan terbentuk semangat solidaritas tolong-menolong diantara pelaku agrobisnis yang menjadi binaan Kopdit Obormas, Sikka-Maumere-NTT. Ada Keunikan lain dalam pemberian pinjaman kepada masyarakt agrobisnis di sektor nelayan, di Kecamatan Kawapante. Pengurus menggunakan boks yang kuncinya dipegang oleh petugas dari koperasi. Menurut Fredianto, sang Manajer Kopdit Obormas kebijakan itu ditempuh karena Unit Agrobisnis hanya melayani angsuran pinjaman bulanan atau triwulan, sedangkan budaya nelayan, khususnya suku Bajo yang tinggal di kawasan pantai masih suka menyimpan uang di rumah daripada di lembaga keuangan. Maka, untuk memudahkan dibuatlah kotak yang mereka isi setiap memperoleh uang dari hasil penjualan ikan atau dari usaha dagang ikan asin yang menjadi andalan pendapatan rata-rata keluarga di kawasan ini. Sebagai sebuah badan usaha yang bergerak di jasa keuangan, koperasi ini selalu
Aktivitas petani cengkeh anggota Kopdit Obor Mas

membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam nuansa saling mendukung dan saling menyelamatkan. Koperasi Kredit Obormas terlibat aktif sebagai anggota Puskopdit Swadaya Utama, sebagai anggota Dekopinda Kabupaten Sikka. Lembaga ini juga selalu menjalin dan memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan sesame gerakan koperasi maupun dengan instansi pemerintah. Sebagai badan usaha keuangan, kiprah Kopdit Obormas dinilai cukup berhasil. Banyak anggota yang meningkat taraf hidupnya. Seperti halnya Abraham, salah seorang Guru SMK 1 Sikka, yang mempunyai usaha sampingan peternakan ayam potong. Dengan adanya dana agrobisnis Kopdit Obormas, menurut Abraham penghasilannya lebih meningkat. Dengan dana pinjaman terakhir sebesar Rp60 juta dengan jangka waktu 1 tahun, ia dapat meningkatkan produksi rata-rata hasil ternak ayam potong setiap 3 bulan sehingga bisa menghasilkan Rp30 juta, dengan keuntungan bersih rata-rata Rp 6-7 juta per bulan.

Koperasi Kredit Obor Mas


Alamat : Jl. Kesehatan No. 04 Maumere, Nusa Tenggara Timur Berdiri : 29 Oktober 1994 Badan Hukum : Nomor: 716/BH/XIV/X/1994 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Ketua : Remius Noang Jumlah Anggota : 6.267 anggota

96

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KOPDIT OBOR MAS


Sikka

Life Light at Bukit Sikka

stablishing a cooperation may not be the goal of Yosef Doing. However, Yosef, his nick name, who is the Head of Educational and Cultural Services of Sikka Regency felt concerned for the fate of Primary School teachers who were often delayed in receiving their monthly pay checks. From there, Yosef with his friends then established an institution to manage save loan with members who are Primary School teachers. This institution is the embryo of cooperation that later will become the light of the community of Sikka Regency. The story of Yosef concern took place in 1972. Teachers in Sikka Regency were often delayed in receiving their pay checks. Once they even received pay checks once in three months. On the other hand their daily needs had to be fulfilled. They, the teachers, as Civil Servants, had less than enough income. Consequently, many Civil Servants and teachers in Sikka Regency utilized loan sharks service as short term solution for daily life needs. That method was also adopted without the awareness of the fact that getting involved with loan shark was actually a non profitable act. This fact encouraged Yosef Doing together with Ramiggus S. Parera, Chairman of Teacher Working Group in Sikka Regency, to seek for alternative solution. These two men then established an arisan ( monthly meeting with the purpose of saving money) for Primary School teachers. In 1974, to be exact on November 4, upon Yosef Doings initiative, a Cooperation for Primary School teachers and Administrative employees of Educational and Cultural Services with the name of Obor Mas Credit Union was established. After operating for 20 years, on October 29, 1994 CU Obor Mas changed its name to become Credit Cooperation of Obor Mas or Kopdit Obor Mas. Up to 2008, Kopdit Obor

had had 6,267 members, with the following details: 4,312 members (69%) are State Civil Servants and 1,955 members (31%) are the public. Now this cooperation inhibits a threestorey luxurious building. Fantastic. Kopdit Obor Mas services have also been expanded to provide services in agribusiness/ sector capitalization funding since 1 April 2005. This has been the largest expansion ever done by Kopdit Obor Mas within several decades since it was established. Along with the establishment of such unit, Kopdit Obor Mas was given the trust to manage Micro and Small Entrepreneur Development Program through Save Loan Cooperation capitalization strengthening from State Ministry of Cooperation of the Republic of Indonesia in the amount of Rp 1 billion. Agribusiness sector development is the accurate step considering the topography of Sikka Regency, which mostly is hilly, as the resource of produce such as variety of vegetable such as chilly, pecan, vanilla, and others. Meanwhile, Sikka Regency also has coastal water area which is potential for fishermen. Further, such program entrusted Kopdit Obor Mas to distribute working capital for members who are engaged in agribusiness sector, mainly who are engaged in agriculture and animal farming business fields. For fishermen, Kopdit Obor Mas created a product in the form of monthly and quarterly loan with interest rate of 2.5% IOB or 1.25 flat/month. There is uniqueness in loan granting to agribusiness community, mainly to fishermen in Kawapante District. The administrators use a box which key is held by a special cooperation officer. According to Fredianto, the manager of Kopdit Obor Mas, such policy is adopted since Agribusiness Unit only serves monthly or quarterly installment, meanwhile in fishermen culture, especially Bajo tribe who lives in coastal area, they still like to save their money in their homes rather than in financial institutions.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

97

Kesibukan di Kantor Kopdit Swasti Sari, Kota Kupang

KOPERASI KREDIT SWASTI SARI


Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Berani Tampil Beda


apisan akar rumput memang lapisan masyarakat ekonomi bawah. Namun jika diorganisir dengan benar, ternyata mereka mempunyai potensi yang luar biasa. Hal itu telah dibuktikan oleh Koperasi Kredit (Kopdit) Swasti Sari. Karena mampu merangkul kalangan akar rumput tersebut, kini, Kopdit Swasti Sari menjadi lembaga jasa keuangan yang cukup maju, bahkan cukup diperhitungkan di Kota Kupang. Sesuai dengan visi Kopdit Swasti Sari bahwa koperasi harus dapat diakses oleh masyarakat pada tingkat akar rumput, artinya harus mampu melayani masyarakat miskin atau masyarakat lapisan bawah, kata Ketua Kopdit

Swasti Sari, Drs. Daniel Tapobali sedikit berpromosi. Seperti koperasi kredit pada umumnya, kegiatan koperasi yang didirikan pada 10 April 1997 ini difokuskan pada pemberian bantuan permodalan kepada para petani dan nelayan di pantai Kupang. Jumlahnya cukup besar, mencapai Rp27.058.825.000 pada tahun 2008. Ada satu trik unik yang diterapkan Daniel, dkk dalam merekrut nasabah. Salah satunya dengan memberikan bunga pinjaman yang lebih rendah dari unit jasa keuangan lainnya. Jika lembaga keuangan mematok bunga minimal sebesar 2%, Kopdit Swasti Sari mampu

98

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

memberikan bunga pinjaman hanya 1,5% saja. Trik tampil beda ini tergolong berani. Namun, kelebihan ini yang justru menarik minat masyarakat. Kalau mereka diberikan bunga yang tinggi, mereka akan kesulitan, tambah Daniel beralibi. Di bawah kendali tangan dingin Daniel Tapobali, Kopdit Swasti Sari mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Misalnya dari sisi keanggotaan. Jumlah anggota Kopdit Swasti Sari dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga Maret 2009, anggota Kopdit berjumlah 4.701 orang, sementara jumlah total nasabah yang sudah dilayani oleh Kopdit Swasti Sari mencapai 8.000 orang. Dalam hal pengelolaan, Drs. Daniel Tapobali yang dibantu oleh 8 karyawan selalu menekankan pentingnya kebersamaan. Baik kebersamaan antara sesama pengurus maupun kebersamaan pengurus dengan anggota. Kebersamaan dengan anggota diantaranya diwujudkan dengan rutin melakukan kunjungan ke anggota. Selain menyampaikan informasi tentang sejauhmana efektivitas penggunaan dana pinjaman terhadap usaha anggota. Jika ada anggota yang mengalami kesulitan berusaha, selalu kita pecahkan bersama, kata Daniel.

Hasilnya pun dapat dirasakan. Rapor Kopdit Sawti Sari berhiaskan angka biru. Berdasarkan hasil audit dari Puskopdit Bekatigade Timor, Inkopdit dan Akuntan Publik BWP dan Rekan Registerred Public Accountants Jakarta-Indonesia pada Pebruari 2009, menyatakan bahwa Koperasi Kredit Swasti Sari Kupang dinyatakan Sehat dan Layak. Bukan hanya sisi keanggotaan saja yang mengalami kenaikan, grafik neraca keuangan juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil Laporan Rapat Angota Tahunan (RAT) 2008 yang dilaksanakan Maret 2009, Kopdit Swasti Sari telah membukukan omzet senilai Rp5.334.670.383. Jika kurangi biaya bunga dan operasional yang harus dikeluarkan senilai Rp4.345.617.974, maka surplus Hasil Usaha (HU) yang bisa dikantongi sebesar Rp 989.052.409. Sekadar catatan, deviden/BJP yang dibagikan kepada anggota pada tahun 2008 sebesar Rp1.867.536.676. Beralih Ke Sektor Agribisbis Awalnya, Koperasi Kredit (Kopdit) yang berdiri pada 10 April 1997, lebih banyak berkosentrasi pada bidang perdagangan. Salah

Toko serba ada milik Kopdit Swasti Sari

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

99

satu alasannya karena base camp koperasi yang berada di jantung Kota Kupang. Namun, ketika koperasi ini mendapat bantuan dana bergulir agribisnis melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM Rp1 miliyar pada tahun 2005, KSP Swasti Sari kemudian banting stir. Cakupan layannya kini lebih banyak ke sektor agribisnis, dengan memberikan bantuan permodalan para petani jagung dan nelayan di pantai Kupang. Pada tahun 2008, jumlah pinjaman yang dicairkan untuk sektor ini sebesar Rp 27.058.825.000. Jumlah ini dialokasikan untuk 1.762 orang, dengan rincian 65% sebagai

pinjaman Kesra dan sisanya sebesar 35% merupakan pinjaman produktif. Karena ini dana program agribisnis, ya kita jalankan sesuai prosedur, kata Daniel Tapobali. Selain modal pinjaman dari pemerintah, sumber dana koperasi yang kini memiliki asset lebih Rp29 M ini, juga didukung oleh dana swadaya, di antaranya bersumber dari Simpanan Saham sebesar Rp17.297.598.709, Simpanan Non Saham sebesar Rp4.702.020.214, Pinjaman Beredar sebesar Rp26.153.351.650, dan Dana Cadangan Rp960.448.852.

Cengkeh hasil dari petani anggota Kopdit Swasti Sari

Koperasi Kredit Swasti Sari


Alamat : Jl. Thamrin Oepoi, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Berdiri : 10 April 1997 Badan Hukum : Nomor: 10/PAD/KWK/IV/1997 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Ketua : Drs. Daniel Tapobali Jumlah Anggota : 4.701 orang

100

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KOPDIT SWASTI SARI


Kupang, East Nusa Tenggara

Dare to be Different
ow class community, who generally has low income, if handled properly, will show outstanding potential. Such experience has been proven by Credit Cooperation (Kopdit) of Swasti Sari in the city of Kupang, NTT. Since it was able to put its hands around the grass root class, now Kopdit of Swasti Sariestablished on April 10, 1997 becomes an advanced financial service institution, it is even quite prominent in the City of Kupang. Just like any other cooperation in general, Kopdit of Swasti Sari actively distributes credit fund that is normally utilized as working capital for farmers and fishermen in Kupang beach. The number is quite large during 2008 which reached Rp 27,058,825,000. With such large scrolling loan fund, of course crucial question arises: What is the secret behind the success of that Kopdit of Swasti Sari? There is one strategy applied by Daniel and partners administrators of Kopdit in recruiting customers. One of which is by ways of providing lower loan interest than any other financial services. If a financial institution sets a minimum interest in the amount of 2%, Kopdit of Swasti Sari is able to provide loan interest in the amount of only 1,5%. This appear differently trick is quite daring, indeed. However, then it harvested the interests of those who wish to become customers and members. If they are given high interest, they will face difficulties, added Daniel Tapobali, Chairman of Kopdit of Swastisari providing alibis. The number of Kopdit of Swasti Sari members increased from one year to another. Up to March 2009, the number of members of Kopdit was 4,701, while the total number of customers serviced by Kopdit of Swasti Sari reached 8,000, both as members and non members. Different from KSP, that only services members, Kopdit service scale is more open.

In terms of management, Daniel Tapobali together with eight staff always emphasize the important meaning of togetherness, both with administrators, and with members. I think, that is the meaning of togetherness in cooperation basis, which is to sit together to solve problems faced by the members or otherwise, said Daniel. Initially Swasti Sari Credit Cooperation concentrated in trading field. One of the reasons is that the cooperation base camp which is located in the heart of the City of Kupang is the busiest transaction center throughout such NTT capital city. Meanwhile farmers and fishermen in the area of sub-urban in the city of Kupang expected that they could also obtain capital aid service. Their wishes were granted. Considering the favorable track record of Kopdit of Swasti Sari that shows this Kopdit has successfully managed scrolling loan fund, in 2005 this cooperation was participated in capital strengthening program through sector scrolling fund aid through State Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Business in the amount of Rp 1 billion. KSP of Swasti Sari service scale was extended by opening credit services for agricultural sector. Indeed, not only strengthening fund in the amount of Rp 1 billion that was scrolled. Kopdit of Swasti Sari also scrolled their own fund to strengthen such capitalization for farmers, especially corn farmers and fishermen in Kupang beach. In addition to loan capital from the government, in the amount of Rp 1 billion, fund source of the cooperation that now owns asset worth more than Rp 29 billion is also supported by independent fund. Tracing back the story of Kopdit Swasti of Sari, one thing that can be modeled is the innovative nature adopted by the administrators. Innovation is important, even though for that we are considered as different, concluded Daniel.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

101

102

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KALIMANTAN TENGAH Central Kalimantan


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

103

Muhammad Nasir di Kantor KSP Surya Sekawan di Jl Barito no. 26 Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah

KSP SURYA SEKAWAN


Kab. Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah

Berkawan ala Surya Sekawan


Berkawan dengan anggota, berkawan dengan perbankan, berkawan dengan pemerintah, dan berkawan dengan pengusaha. Amanah, menjadi satu kata, yang kemudian disebutsebut sebagai kata sifat yang wajib diperankan oleh segenap pribadi yang berkiprah di koperasi ini. Tak hanya para pengurus, tapi juga para anggota.

operasi Simpan Pinjam Surya Sekawan dibentuk pada tahun 1997 dengan modal awal tak lebih dari Rp 10 juta itu. Pada tahun 2003, status KSU pun dinaikkan menjadi Koperasi Simpan Pinjam. Kinerja positif itu akhirnya menghantarkan Surya Sekawan terpilih sebagai koperasi peserta Program Agribisnis/Sektoral pada periode tahun 20042005. Dana bergulir sebesar Rp1 miliar pun mengucur ke kas koperasi ini. Jika sekarang ini KSP Surya Sekawan mendapat label sebagai koperasi berprestasi hal itu tentu saja tak diperoleh tanpa sebab. Amanah, menjadi satu kata, yang kemudian disebut-sebut sebagai kata sifat yang wajib diperankan oleh segenap pribadi yang berkiprah di koperasi ini. Tak hanya para pengurus, tapi juga para

104

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

anggota. Amanah bukan sekadar dalam makna jujur, tapi juga konsisten dan kerja keras, tegas Pandih, seorang pensiunan PNS Dinas Pertanian yang sudah beberapa periode terakhir dipercaya sebagai Ketua KSP Surya Sekawan. Selain amanah, Pandih juga menyebut sebuah strategi yang menurut ia menjadi simpul kesuksesan KSP yang kini ia pimpin: perkawanan. Berkawan dengan anggota, berkawan dengan perbankan, berkawan dengan pemerintah, dan berkawan dengan pengusaha, jelasnya. *** Sedikit kilas balik, kelahiran koperasi ini tak bisa dilepaskan dari peran Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kapuas. Memang, koperasi ini awalnya didirikan oleh para pengurus Muhammadiyah, tapi siapapun bisa menjadi anggota koperasi ini, lanjut Pandih. Menilik latar belakangnya itu, wajar jika kemudian Surya Sekawan dipilih sebagai nama koperasi yang kini telah mengelola dana pinjaman bergulir senilai Rp 2,9 miliar itu. Di beberapa daerah, koperasi yang dikelola oleh lembaga berlatar belakang Muhammadiyah pun diberi nama serupa. Kini, seiring dengan skala layanan yang

telah berkembang hingga ke beberapa kecamatan tetangga di sekitar Kecamatan Selat, seperti Kecamatan Kapuas Hilir, Kecamatan Pulau Petak, dan Kecamatan Kapuas Timur, KSP Surya Sekawan tak lagi milik warga Muhammadiyah. Di empat kecamatan itu, saat ini tersebar 225 orang anggota KSP ini. Tidak sedikit dari para anggota itu kini berada pada taraf hidup yang jauh lebih baik sejak bergabung dengan KSP Surya Sekawan. Beberapa figur anggota koperasi penerima pinjaman bergulir bahkan telah mampu mengembangkan usahanya pada level yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Sebut saja, Hj. Naji Maturpah, seorang pengusaha peternakan burung puyuh, yang pada tahun 2006 memperoleh pinjaman bergulir sebesar Rp20 juta dari KSP Surya Sekawan. Juga, Muhammad Nasir, petani kebun karet di areal tanah hutan rakyat di Desa Barimba, Kecamatan Kapuas Hilir. Meski hingga tulisan ini disusun ia belum pernah memanen karet dari 3.000 pohon karet yang bibitnya ia beli dari dana pinjaman bergulir, namun empat tahun mendatang, Nasir akan segera menikmati hasilnya (lihat boks: Mereka yang Tersenyum di Bibir Kapuas).

Pengurus dan karyawan KSP Surya Sekawan

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

105

Hj. Naji Maturpah, anggota KSP Surya Sekawan di peternakanan burung puyuh miliknya

Selain dua pengusaha di bidang agribisnis tadi, nama Umi Suyatmi juga pantas dimunculkan sebagai profil anggota yang sukses mengelola usaha berkat dana pinjaman dari KSP Surya Sekawan. Pemilik usaha restoran bakso, soto babat dan rawon ini memang memulai usaha rumah makannya dengan modal sendiri pada tahun 2006. Pada tahun 2006, ia mengajukan pinjaman permodalan sebesar Rp 15 juta pada tahun 2008 dan Rp20 juta pada tahun 2008. Kini dengan omset Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per hari, ia bisa menabung sebesar Rp200 ribu per hari. Bayangkan, setidaknya Umi bisa menambah pundi-pundi tabungannya hingga Rp 6 juta per bulan. Besaran dana pinjaman berupa suntikan modal usaha tadi memang bervariasi antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta dengan bunga pinjaman sebesar Rp 16 % per tahun. *** Sebagai koperasi peserta Program Perkuatan Modal KSP Agribisnis/Sektoral, oleh BPD Kalteng KSP Surya Sekawan memiliki reputasi terpuji. Selain disiplin melakukan angsuran pinjaman, koperasi ini juga dianggap memiliki strategi yang efektif dalam memilih

anggota penerima pinjaman. Menurut Pandih, anggota-anggota yang telah memiliki basis usaha kuat memang mendapat semacam kemudahan untuk menerima pinjaman. Setidaknya, peluang menjadi kredit macet semakin kecil, ungkap Pandih menjabarkan kebijakan itu. Namun demikian, KSP jelas pantang pilih kasih. Anggotaanggota yang baru akan memulai usaha pun tetap mendapatkan pinjaman. Memang, tak semua anggota yang menerima pinjaman permodalan itu disiplin menunaikan angsuran. Nah, untuk mengantisipasi kredit macet semacam ini, pengurus KSP membentuk sebuah tim buser yang secara intensif melakukan pendekatan persuasif kepada anggota yang menunggak tersebut. Meski dinamai tim buser, tapi dalam praktiknya tidak sesangar namanya, justru kedatangan tim tersebut untuk membantu mencari solusi masalah. Itulah salah satu bentuk berkawan dengan anggota tadi, lanjut Pandih. Saat ini, dari total pinjaman bergulir Program Agribisnis/Sektoral yang pernah diterima KSP Surya Sekawan, menurut laporan keuangan per bulan Juli 2009, dana tersebut telah berkembang hingga mencapai Rp 2,9 miliar. Dari jumlah pinjaman pokok sebesar Rp1 miliar tersebut, KSP telah menunaikan kewajiban pengembalian

106

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Pengurus KSP Surya Sekawan mengunjungi salah seorang anggota KSP yang mengelola usaha perkebunan karet

senilai Rp280 juta. Selain itu, selama dua tahun, KSP Surya Sekawan juga telah menunaikan kewajiban bunga pinjaman sebesar Rp120 juta. Profil kinerja yang semacam itu tak terlepas dari strategi manajemen yang diterapkan para pengampu koperasi ini. Pandih, misalnya, rutin melakukan safari kunjungan ke rumah-rumah anggota koperasi. Selain Pandih, pengurus lain pun mendapat giliran tugas serupa. Selain itu, komunikasi dengan BPD Kalteng pun terbina dengan baik. Bahkan, telah dibuat sebuah program tabungan khusus bagi para anggota KSP. Yang unik, Kepala Cabang BRI Kuala Kapuas didaulat sebagai Pengawas pada struktur kepengurusan KSP Surya Sekawan. Setidaknya, ada pengawas yang ahli di bidang Alamat

akuntansi dan perbankan, lanjut Zulianto, Sekretaris KSP. Sederet rapor biru tadi, tentu saja tak membuat para pengurus KSP Surya Sekawan berpuas diri. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kami kerjakan, ungkap Zulianto melengkapi. Salah satunya, program jejaring kemitraan dengan komunitas pengusaha di wilayah itu. Di masa mendatang, para pengurus KSP Surya Sekawan mengimpikan sebuah sinergi yang saling menguntungkan antara KSP dan para pengusaha itu, terutama dalam jejaring pemasaran hasil produksi anggota koperasi. Kami pasti bisa mewujudkan itu. Surya Sekawan akan terus menjalin perkawanan dengan siapapun, simpul Pandih mengakhiri.

KSP Surya Sekawan


: Jl. Barito No.26, Kab. Kuala Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah Berdiri : Tahun 1997 Badan Hukum : No: 333/PAD/DPPK/KOP-1/II/2006, tanggal 9 Februari 2006 Tahun Perkuatan Modal : 2005 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Ketua : Pandih M.S,Sp Jumlah Anggota : 225 orang Jumlah Karyawan : 12 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

107

Hj. Helmi, anggota KSP Surya Sekawan pemilik usaha toko pakaian di Pasar Sari Mulya, Kuala Kapuas

H. Suryadarma, seorang anggota KSPSurya Sekawan di gudang pupuk miliknya

Mereka yang Tersenyum di Bibir Kapuas

arak Desa Selat Hulu, tempat para pengurus KSP Surya Sekawan berkantor memang tak berada di bibir sungai Kapuas. Namun, anggota koperasi ini tersebar hingga ke bibir sungai yang membentang hingga ke Propinsi Kalimantan Selatan itu. Alhasil, senyum yang ditebar oleh keberhasilan KSP Surya Sekawan ini pun merambat hingga ke bibir Kapuas. Hj. Helmi, misalnya, pemilik usaha toko pakaian di Pasar Sari Mulya, Kuala Kapuas. Ia telah dua kali mendapatkan pinjaman suntikan modal usaha masing-masing senilai Rp 20 jt rupiah pada tahun 2006 dan tahun 2008. Kini, total asset yang dikelola telah mencapai Rp 200 jt. Di Desa Barimba, di Kecamatan Kapuas Hilir, tersebut seorang petani karet bernama Muhammad Nasir. Ia juga penerima pinjaman dana bergulir. Memulai usaha penanaman pohon karet dengan modal awal sebesar Rp 60 jt di atas lahan kelola seluas 4 hektar, ia kemudian mengajukan suntikan modal sebesar 20jt pada tahun 2008, yang seluruhnya dipergunakan untuk membeli bibit pohon karet sebanyak 3.000 bibit karet. Setidaknya, dengan usaha ini saya sudah bisa

mempekerjakan penduduk kampung, ungkap ia. Kelak, sekitar empat tahun mendatang, jika telah menuai panen, Nasir akan bisa memanen setidaknya 500 kg getah karet per satu hektar atau sekitar 2 ton getah karet per bulan. Dengan asumsi harga getah karet itu Rp.10.000 per kg maka omset usaha kebun karet miliknya itu akan mencapai Rp 20 jt per bulan. Penerima pinjaman lain bernama Hj. Naji Maturpah. Usaha peternakan puyuhnya saat ini telah berkembang hingga sekitar 3.000 ekor, dengan rata-rata produksi telur sebanyak 4.000 butir per hari. Dengan skala usaha yang seperti itu ia bisa mengantongi laba bersih senilai Rp 8 jt per bulan. Sementara itu, H. Suryadarma, seorang warga Kelurahan Umbulau, Kecamatan Kapuas Hilir, menambah skala usaha distribusi pupuk produksi Petrokimia Gresik dari suntikan modal usaha sebesar Rp20 juta pada tahun 2007. Ia, bahkan, berhasil melunasi pinjaman itu sebelum tenggat akhir pinjaman. Nama-nama tadi, hanyalah segelintir nama yang senyumnya terabadikan dalam buku ini. Di luar sana, senyum-senyum anggota lain mengembang mengiringi asa yang kian benderang.

108

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP SURYA SEKAWAN


Kapuas

Being Friends like Surya Sekawan


urya Sekawan Save Loan Coopera tion was established in 1997 with working capital of not more than Rp 10 million. In 2003, KSU status was promoted to become Save Loan Cooperation. Such positive performance finally brought Surya Sekawan to be selected as participating cooperation in Agribusiness Sector KSP Capitalization Strengthening Program for the period of 2004. Scrolling fund in the amount of Rp 1 billion was distributed to this cooperation treasury. In managing KSP Surya Sekawan, administrators apply trusteeship philosophy. In addition to trusteeship, there is a strategy that is believed to the knot of this KSP Surya Sekawan success, namely: Being friends with the members, being friends with banking, being friends with the government, and being friends with entrepreneurs. Now, along with this KSP financial ability, the service scale has also been developed up to several neighboring districts that surround Selat Regency, such as Kapuas Hilir District, Pulau Petak District, and East Kapuas District. In these four regencies at this time there are 225 members of this KSP. Many of them have now been living in better living standards since they joined with KSP Surya Sekawan. Some of members of scrolling loan receiver cooperation have even been able to develop their business to the level that they had never expected before. Just to name one, Hj. Naji Maturpah, an entrepreneur of quail farm, in 2006 obtained scrolling loan in the amount of Rp 20 million from KSP Surya Sekawan. As a cooperation that is a member of Agribusiness/Sector KSP Strengthening Program, according to BPD Kalteng, KSP Surya Sekawan has a remarkable reputation. In ad-

dition to being discipline in paying for loan installment, this cooperation is also considered as having effective strategy in selecting loan receiver members. According to Pandih, members who have strong business basis indeed have some sort of facility in receiving loan. However, KSP is not allowed to apply favoritism. The new members who are just commencing their business will also obtain loan. Indeed, not all members who have received such capitalization loan are discipline in paying installment. Well, to anticipate this type of non performing credit, KSP administrators established what is so called as an ambush team which intensively conducts intensive approach to such members who are in arrears. At this time, the total amount of Agribusiness/Sector program scrolling that was received by KSP Surya Sekawan, according to financial report per July 2009, has developed to up to Rp 2,9 billion. From the principal loan in the amount of Rp 1 billion, KSP has fulfilled its obligations to return the loan in the amount of Rp 280 million. In addition, for two years, KSP Surya Sekawan has also fulfilled its obligation in returning the loan interest in the amount of Rp 120 million. This type of performance profile is inseparable from management strategy applied by these cooperation administrators. Pandih, for example, regularly visits the cooperation members homes. Besides that, the communication with BPD has also been favorable. A special savings for KSP members has even been established. The unique thing is Branch Head of BRI Kuala Kapuas is assigned to become the Supervisor in KSP Surya Sekawan administrative structure. At least there is an expert in accounting and banking as a supervisor, continued Zulianto, Secretary of KSP.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

109

110

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

SULAWESI UTARA South Sulawesi


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

111

Suasana Kantor Pelayanan KSP Ayamen Mandiri, Kabupaten Minahasa

KSP AYAMEN MANDIRI Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara

Mitra Petani Cengkeh

ajah Alfi Waleleng, 35 th, sumringah pada hari-hari belakangan ini (akhir Juli 2009 lalu). Ia senantiasa tersenyum setiap kali melihat kebun cengkeh miliknya mulai berbuah. Tak lama lagi musim petik tiba, ia akan panen cengkeh. Jika harga sedang bagus, Alfi bisa mengantongi untung yang lumayan besar. Alfi adalah salah satu petani cengkeh di Desa Kombi, Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa. Seperti kehidupan petani cengkeh pada umumnya, Alfi juga bergantung dari hasil budi daya cengkeh. Setiap menjelang musim panen, ia selalu sibuk merawat kebun cengkeh miliknya, berharap panen kali ini menuai hasil melimpah. Dari hasil kebun seluas 1,5 hektar, ia menghidupi istri dan dua orang anaknya.

Nama Kombi bagi sebagian orang memang sudah tak asing lagi. Kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Eris sejak tahun 1962 ini dikenal sebagai salah salah satu produsen cengkeh terbesar di Minahasa, bahkan seantero Provinsi Sulawesi Utara. Selain hasilnya yang melimpah, cengkeh dari Kombi terkenal karena mempunyai kualitas yang bagus. Letak geografi Kombi yang berada di daereh pegunungan sangat cocok untuk budi daya jenis tanaman ini. Maka, tak heran jika sebagian besar masyarakat Kombi tertarik untuk mengembangkan jenis komoditas cengkeh. Peran lembaga keuangan sebagai mitra petani terjalin baik di sini. Bentuk hubungan yang dimaksud adalah pemanfaatan fasilitas pinjaman modal usaha yang disediakan lembaga keuangan oleh para petani cengkeh. Bukan

112

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

hanya dari bank milik pemerintah dan swasta, bantuan modal usaha itu pun terkucur dari lembaga keuangan seperti koperasi. Salah satunya adalah Koperasi Simpan Pinjam Ayamen Mandiri. Koperasi yang berkantor di Desa Kombi ini telah lama menjadi mitra masyarakat di Kecamatan Kombi. Hubungan antara KPS Ayamen Mandiri dan masyarakat cukup harmonis. Bahkan, interaksi yang baik telah tercipta sejak KPS itu masih berbentuk Koperasi Unit Desa (KUD) berubah menjadi KSP pada tanggal 6 Januari 2005 lalu. Wajar jika KSP Ayamen Mandiri telah dikenal luas masyarakat. KPS Ayamen Mandiri adalah alasan senyum Alfi di atas. Alfi adalah salah satu nasabah KSP Ayamen Mandiri yang paling aktif. Koperasi ini sangat membantu kami. Dulu kami pinjam uang dari bank harian, namun kesulitan mengembalikan karena harus menyetor tiap hari. Kini kami memilih koperasi karena bisa bayar setelah panen, kata Alfi. Meski baru berusia empat tahun, koperasi ini telah menunjukkan pola kinerjanya yang baik. Dari sisi keanggotaan, misalnya, jumlahnya bertambah dari waktu ke waktu. Hingga tahun 2008 jumlah anggota KSP telah mencapai 120

orang, dan cakupan layanannya pun semakin meluas. Ketika itu, KSP Ayamen Mandiri tak hanya sebatas berkiprah di Desa Kombi, namun juga telah merambah ke beberapa desa di Kecamatan Kombi. Sejurus dengan itu, kepercayaan masyarakat menjadi vitamin-suplemen tersendiri bagi pengurus KSP Ayamen Mandiri untuk terus berkiprah, bahkan berinovasi. Puncak kinerja pada empat tahun usianya, KSP Ayamen Mandiri dipercaya untuk mengelola Progran Dana Bantuan Perkuatan KSP Agribisnis/ Sektoral pada tahun 2006. Lantaran program ini pula, KSP Ayamen Mandiri menjalin kerja sama dengan dua bank di Sulawesi Utara, yakni Bank Sulut dan Bank Prisma Dana. Bank Sulut merupakan bank penyalur dana bergulir agribisnis Rp1 miliar, sementara Bank Prisma Dana berperan menjadi pensuplai dana bagi KSP kekurangan dana untuk memenuhi permintaan pinjaman, khususnya pada momen-momen tertentu. Pada musim tanam banyak anggota yang mengajukan pinjaman. Biasanya kami kekurangan dana, kata Ketua KSP Ayamen Mandiri, Hesky Z.P Montong. Layanan KSP Ayamen Mandiri bagi warga mendorong warga lain yang belum menjadi anggota mengajukan aplikasi permohonan

Alfri Waleleng merasa lebih mudah dan nyaman mengajukan kredit di koperasi untuk modal bertani cengkeh

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

113

menjadi anggota. Memang, tak semua aplikasi serta merta dikabulkan. Tapi yang jelas, pertambahan jumlah anggota itu berimplikasi pada necara keuangan koperasi. Pada tahun 2008, omzet koperasi mencapai Rp 1.323.865.000. Angka Sisa Hasil Usaha (SHU) pun naik dari tahun ke tahun. Bila pada 2006, jumlah SHU senilai Rp 27.718.000, pada dua tahun berikutnya, 2008, jumlah HSU melonjak hingga dua kali lipat, yakni mencapai Rp 45.256.701. Angka-angka tersebut tidak terlalu besar, tetapi menarik jika dilihat dari kontribusinya terhadap kekayaan koperasi. Menurut Hesky Z.P Montong, jumlah kekayaan KSP pada tahun 2008 berada pada level Rp 1.354.575.000. Angka ini cukup fantastik jika dibandingkan dengan jumlah kekayaan awal ketika berdiri yang hanya Rp 40 juta. Tak berlebihan jika KSP Ayamen Mandiri, kini, menjadi salah satu koperasi unggulan di Minahasa. *** Memang, tak ada gading yang tak retak. Meskipun telah mencapai beberapa prestasi dinamika positif KSP Ayamen Mandiri tadi sesekali

tersandung kendala. Salah satunya, ulah nasabah nakal yang enggan mengembalikan pinjaman tepat waktu. Untuk meminimalir angka kemacetan itu, tambah Hesky, kunjungan dan pembinaan rutin terhadap anggota pun dilakukan. Bahkan tak jarang Ketua KSP turun langsung untuk berdialog dan mendengar keluh kesah anggota. Kami berusaha mengenal lebih dekat para anggota maupun calon anggota, kata Hesky Z.P Montong. Semua langkah tadi, tambah Hesky, merupakan upaya untuk membantu para petani yang rata-rata kesulitan mendapatkan pinjaman modal kerja. Ia berharap kerja sama antara koperasi dan masyarakat tetap terjalin secara harmonis. Meskipun hubungan demikian dekat, KSP tetap bisa menerapkan sistem sanksi berupa denda sebesar 30% dari besarnya pinjaman terhadap setiap kasus keterlambatan pengembalian pinjaman. Bagi KSP, kebijakan sanksi tersebut ditempuh untuk mendewasakan anggota. Bagaimanapun, kedewasaan anggota adalah modal bagi sebuah pola kemitraan yang sehat. Kami hadir sebagai mitra bagi para petani. Dalam bermitra perlu ada pola kemitraan yang sehat di antara koperasi dan petani, simpul Hesky.

Lahan perikanan nmilik anggota KSP Ayamen Mandiri

KSP Ayamen Mandiri


Alamat : Desa Kombi, Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara Berdiri : 10 Mei 1997 Badan Hukum : No: 2499/BH-KOP, tanggal 6 Januari 2005 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2006 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Total Aset : Rp1.354.575.000 Ketua : Drs. Hesky Z.P. Montong Jumlah Anggota : 120 orang

114

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

KSP AYAMEN MANDIRI

Clove Farmers Partner


he name Kombi for some people does not sound strange anymore. The new district as a result of Eris District extension since 1962 has been known as one of the largest clove producers in Minahasa, even in the entire North Sulawesi Province. In addition to its abundance produce, the clove from Kombi is famous for its good quality. Geographic location of Kombi which is on the mountain range is suitable for the cultivation of this type of plant. No wonder if most of Kombi communities are interested in developing clove commodity type. The financial institution as farmers partner plays a very good role here. The intended form of relationship is the utilization of business capital loan provided by financial institution by clove farmers. Not only from state and private owned banks, such business capital is also provided by financial institution such as cooperation. One of such cooperations is Save Loan Cooperation Ayamen Mandiri. The Cooperation that has its office at Kombi Village has been the partner of the community in Kombi Regency for a long time. The relation between KPS Ayamen Mandiri and the community is quite harmonious. The favorable interaction that has been created since such KPS was still in the form of Village Unit Cooperation (KUD) changed to become KSP on 6 January 2005. It is obvious that KSP Ayamen Mandiri has been widely known. KPS Ayamen Mandiri is the reason of Alfis smile above. Alfi is one of the most active customers of KSP Ayamen Mandiri. This cooperation helps us a lot. We used to borrow money from daily bank, but we found it difficult to return the money because we had to deposit every day. Now we choose cooperation because we can pay after the harvest, said Alfi, who is also one of the farmers there. Even though it is only four years old, this cooperation has shown its favorable performance pattern. In terms of membership, for example, the number increases from time to time.

Until 2008, the number of KSP members reached up to 120 people, and its service coverage became wider. Then, KSP Ayamen Mandiri was not limited to only operate in Kombi Village, but also had spread to several villages in Kombi Regency. In line with that, the trust of the community becomes a supplement vitamin for KSP Ayamen Mandiri administrators to keep acting, and even innovating. The peak performance of its fourth year, KSP Ayamen Mandiri was trusted to manage Agribusiness/Sector KSP Aid Fund Program in 2006. Due to this program also, KSP Ayamen Mandiri cooperated with two banks in North Sulawesi, namely Sulut Bank and Prisma Dana Bank. Sulut Bank is the distributing bank for agribusiness scrolling fund in the amount of Rp 1 billion, meanwhile Prisma Dana Bank has the role of fund supplier for KSPs that are lack of fund to fulfill loan request, especially on specific moments. In the planting season there are many members who apply for loan. Usually we are lack of fund, said Chairman of KSP Ayamen Mandiri, Hesky Z.P Montong. The service of KSP Ayamen Mandiri for denizens, encourages other denizens who are non members, to apply for membership. Indeed, not all applications could merely be granted. However it is clear that such number of members increase implicates the cooperation financial balance. According to Hesky Z.P Montong, the value of asset of KSP in 2008 was at the level of Rp 1,354,575,000. This number is quite fantastic if it it is compared to the number when the cooperation was first established which was only Rp 40 million. It will not be exaggerating to say that KSP Ayamen Mandiri, now, has become one of superior cooperations in Minahasa. To minimize the amount of non performing loan, regular visits and development on members are conducted. It is also quite often that Chairman of KSP directly participates and has dialogs as well as listens to the grievances of members.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

115

Suasana pelayanan di KSP Tamporok Timampas

KSP TAMPOROK TIMAMPAS Kab. Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

Buka Peluang Lebar-lebar, Ketat Bersyarat

S
116

umiati adalah sosok wanita bersahaja. Ia tinggal di Desa Tatelu, Kecamatan Dimembe. Di balik kebersahajaannya itu sesungguhnya ia adalah perempuan pengusaha tangguh. Sejak tahun 2001 silam, Sumiati adalah pengelola usaha kecil sektor perikanan darat. Bersama sang suami, perempuan yang kini berusia 38 tahun itu mengawali bisnisnya dengan sebuah kolam ikan, yang masing-masing berukuran 10 x 20 meter. Kolam-kolam itu ia gunakan untuk membesarkan ikan-ikan mas, gurami, dan mujair, yang kelak ia suplai ke rumah-rumah makan di Minahasa, dan beberapa lagi di Manado. Ketika usahanya mulai

berbuah hasil. Sebuah kolam tambahan pun ia sewa. Jika mengingat masa-masa itu penghasilan torang pas-pasan, kenang Sumiati. Beruntung Sumiati adalah anggota KUD Tamporok, yang kelak melahirkan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Tamporok Timampas, penerima perkuatan modal dari dana bergulir Program Agribisnis/Sektoral. Ketika KSP Tamporok Timampas terbentuk pada tahun 2003, Sumiati pun mendaftar menjadi anggota KSP. Tahun 2005, Sumiati mengajukan perkuatan modal usaha perikanan yang ia kelola. Bantuan modal sejumlah Rp 5 juta pun ia peroleh. Uang sebesar itu ia gunakan untuk untuk membeli bibit

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Sumiati dan usaha budidaya ikan air tawar

ikan dan pakan. Pinjaman modal itu ternyata efektif menaikkan skala usaha kolam ikan miliknya. Lantaran termasuk anggota KSP yang disiplin menunaikan angsuran pinjaman, aplikasi pinjaman tahap kedua yang ia ajukan diterima. Kali ini sebesar Rp 10 juta. Bahkan, kini Sumiati kembali meminjam perkuatan modal sebesar Rp 15 juta. Semua uang itu torang gunakan untuk modal usaha, bukan untuk membeli barangbarang kebutuhan rumah tangga, tegas Sumiati. Delapan tahun berselang, kini Sumiati telah memiliki enam kolam ikan. Selain menyuplai ikan untuk kebutuhan rumah-rumah makan di Minahasa dan Manado, Sumiati juga berjualan ikan di Pasar KUD Tamporok pada setiap hari Minggu. Memang, grafik usaha Sumiati tak selamanya meniti jalan mendaki. Terkadang, terselip juga kisah duka dalam mengelola usaha miliknya. Penuh onak dan duri, bahkan kegagalan. Suatu ketika, Sumiati pernah mengalami kerugian besar akibat ikan-ikan yang ia biakkan terserang penyakit. Ikan-ikan mas
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

yang sudah siap panen itu tiba-tiba mati. Beruntung, Sumiati tipe pengusaha gigih, aral seperti itu tak lantas menyurutkan semangatnya untuk maju. Kini, berkat kegigihannya mengelola usaha, dalam sebulan kini ia bisa memperoleh laba bersih senilai Rp 4,5 juta. Itulah sekelumit kisah tentang Sumiati, satu dari sekian anggota KSP Tamporok Timampas yang berhasil menaikkan taraf hidupnya. Keberhasilan Sumi mengelola dana bergulir permodalan jelas menginspirasi warga lain di Desa Tatelu. Bahkan, warga desa-desa di sekitar Tatelu, seperti Desa Pinilih, Desa Warukapas, Desa Wassian, Desa Lumpias, dan Desa Klabat. Ratusan warga desa-desa itu kini antri menunggu persetujuan untuk menjadi anggota KSP Tamporok Timampas. *** Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Tamporok Timampas berdiri pada tahun 2003. Kelahiran KSP ini memiliki sejarah erat dengan eksistensi KUD Tamporok. Awalnya, KUD Tamporok

S e j a h t e r a

117

mengelola sebuah unit simpan pinjam (USP). Seiring dengan dinamika USP itu, beberapa tokoh KUD Tamporok kemudian mengusulkan agar unit usaha simpan pinjam itu dikukuhkan saja menjadi sebuah koperasi tersendiri yang memiliki badan hukum. Singkat cerita, berdasarkan hasil Rapat Anggota Tahunan Tahun 2003, terbentuklah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), yang selanjutnya diberi nama KSP Tamporok Timampas. Modal awal KSP ini tentu saja berasal dari kas USP yang menjadi cikal bakal kelahirannya. Jumlahnya tidak besar. Hanya Rp.147.509.230. Untuk ukuran sebuah koperasi simpan pinjam, dana senilai itu jelas tergolong minim. Bayang-bayang KSP yang gulung tikar karena seret modal sempat menghantui para pengurus KSP Tamporok Timampas, yang baru saja berdiri itu. Tak ingin bernasib serupa, para pengurus KSP baru itu pun mulai menyusun strategi. Beberapa penjajakan kerjasama dengan badan usaha lain, baik swasta maupun lembaga pemerintah dilakukan. Hasilnya, KSP Tamporok Timampas berhasil menjalin kerjasama dengan PT. Permodalan Nasional Madani (PNM). Bantuan permodalan sebesar Rp 250 juta pun mengucur pada akhir tahun 2003. Setahun kemudian, tepatnya pada akhir 2004, KSP Tamporok Timampas kembali mendapat suntikan modal

serupa sebesar Rp500 juta. Hanya berselang tiga tahun, seluruh pinjaman dari PT PNM tersebut berhasil dilunasi. Berkaca dari jejak rekam KSP Tamporok Timampas tadi wajar jika kemudian proposal mereka untuk bantuan perkuatan modal Program Agribisnis/Sektoral sebesar Rp 1 miliar terkabul pada tahun 2005. Berkat disiplin mengelola sistem, dana bergulir sebesar Rp1 miliar itu kini, empat tahun kemudian, telah berkembang menjadi lebih dari Rp 2 miliar. Peningkatan itu diperoleh dari laba usaha simpan pinjam yang dijalankan, ungkap Ketua KSP Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang. Keberhasilan itu juga mempengaruhi tingkat pengembalian dana pinjaman ke bank. Berdasarkan track record Bank Sulsel, sebagai penyalur dana bergulir agribisnis Rp 1 miliar, KSP Temporok pada 2008 telah menyetor dana sebesar Rp 100 juta ditambah bunga. Keberhasilan KSP Tamporok Timampas menggali berbagai potensi permodalan efektif menggerakkan grafik aset dan neraca keuangan KSP ke level yang lebih baik. Menurut data KSP, saat ini aset yang dimiliki sudah bernilai Rp 800 juta. Grafik neraca keuangan pun setali dua uang. Tahun demi tahun neraca keuangan menunjukkan peningkatan yang cukup untuk membuat para pengurus KSP ini tersenyum puas.

Pasar tradisional milik KUD Tamporok, tempat para anggota KSP Tamporok Timampas memasarkan hasil panen

118

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Salah satu indikator, misalnya, bisa dilihat dari jumlah kredit yang dikeluarkan. Pada tahun 2007 jumlah kredit yang disalurkan mencapai senilai Rp1.967.808.300, yang kemudian menghasilkan laba usaha senilai Rp24.181.925. Satu tahun kemudian, jumlah kredit yang tersalur meningkat menjadi Rp1.998.278.300 dengan laba usaha juga meningkat menjadi Rp27.199.507. Sebagai catatan, besaran pinjaman atau kredit yang disalurkan bervariasi, mulai dari yang terkecil Rp500 ribu hingga Rp20 juta dengan berbagai program pilihan. Sedangkan tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 20,4% per tahun. Kinerja keuangan yang kinclong tersebut merupakan buah dari sistem penyaluran dana bergulir yang relatif ketat. Dalam hal keanggotaan, KSP menerapkan sistem open house. Artinya, membuka pintu seluas-luasnya bagi masyarakat atau calon anggota yang ingin menjadi anggota KSP. Kami membuka kesempatan seluas-luasnya bagi calon anggota untuk menjadi anggota KSP, kata Ketua KSP Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi anggota KSP. Salah satunya prestasi pengembalian yang tidak boleh cacat selama dua kali pengajuan kredit. Untuk syarat yang satu ini pengurus tidak memberi toleransi. Wajar jika sampai waktu tertentu, KSP Tamporok Timampas baru mempunyai anggota tetap sebanyak 25 orang. Kami harus selektif dalam menerima anggota, jelas Juliantje Kaunang. Kebijakan pintu dibuka lebar-lebar di satu pihak, dan pemberlakuan ketat di dalam persyaratannya di pihak lain, ternyata membuahkan hasil. Hasilnya adalah jumlah anggota yang banyak dan selektif. Hingga tahun 2009 calon anggota KSP mencapai 1.604 orang, yang tersebar tidak hanya di Desa Tatelu tapi juga desa-

desa sekitarnya, seperti Pinilih, Warukapas, Wassian, Lumpias, T. Rondor dan Klabat. Kredibilitas calon anggota dan jenis usaha yang dilakukan menjadi pertimbangan KSP untuk meluncurkan kredit. Bahkan, bisa berpengaruh terhadap besar kecilnya pinjaman yang dikeluarkan. Sedangkan untuk memudahkan pembinaan, di masing-masing desa ditempatkan seorang manajer, seorang kasir dan seorang juru tagih berstatus karyawan KSP. Track record bagus itu tidak datang begitu saja, namun melalui perjuangan keras yang cukup panjang dari para pengurus. Misalnya keberhasilan pengurus KSP dalam menembus birokrasi lembaga usaha yang selama ini terkesan enggan bekerja sama dengan koperasi. Setidaknya, Pemerintah Daerah mulai mempertimbangkan keberadaan KSP. Sebagai bentuk dukungan Pemda, KSP Tamporok Timampas terpilih sebagai koperasi penerima bantuan dana bergulir perkuatan modal bidang agribisnis dari Pemerintah sebesar Rp 1 miliar pada tahun 2005/ 2006. Tapi, bukan hanya alasan lobi kenapa KSP pantas untuk menjalankan program dari Kementerian Negara Koperasi dan usaha Kecil dan Menengah. Pertimbangan utamanya tetap pada kinerja koperasi itu sendiri. Di sana kepiawaian pengurus teruji. Sayang, sinar kinerja KSP Tamporok Timampas terganggu oleh sebuah catatan kaki dari Bank Sulut. Menurut Data Bank Sulut, jumlah pinjaman dana bergulir Program Agribisnis Sektoral yang sebesar Rp 1 miliar yang diterima KSP Tamporok Timampas, baru Rp 100 juta yang dikembalikan. Menyikapi pertanyaan nakal atas fakta itu, sang Ketua KSP Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang, hanya bisa berujar: kami masih prioritas pada perguliran dana, semakin bergulir semakin kuat koperasi kami.

KSP Tamporok Timampas


Alamat Berdiri Badan Hukum Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Peningkatan Dana Perkuatan Modal Ketua Jumlah Anggota Jumlah Karyawan : Desa Tatelu, Keca. Dimembe, Kab.Minahasa Utara : 10 Mei 1997 : No: 2473/BH-KOP/IX-2003 : Tahun 2004 : Rp1 miliar : Lebih dari Rp2 miliar : Juliantje Kaunang : 25 orang : 23 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

119

KSP TAMPOROK TIMAMPAS


North Minahasa, Norht Sulawesi

Providing Wide Open opportunities, Tight Requirements

S
Sector

umiati is a simple woman. She lives in Tatelu Village, Dimembe District. Be hind her simplicity she is actually a strong business woman. Since 2001, Sumiati is the manager of land fishery small business sector. Sumiati is a member of Loan Save Cooperation (KSP) of Tamporok Timampas, receiver of scrolling fund strengthening for Sector KSP.

In 2005, Sumiati submitted a proposal on capital strengthening for fishery business that she managed. Capital aid with the value of Rp 5 million was obtained by her. With that much money, she bought fish seed and food. As a discipline member of KSP she paid back the loan installment, and then she applied for the second stage loan, in the amount of 10 million, then the third one in the amount of Rp 15 million. I used all that money for business capital, not for purchasing household goods, said Sumiati expressly. Eight years later, now Sumiati has had six fish ponds. In addition she also supplies fish for restaurants in Minahasa and Manado. Sumiati is a hard work type of business woman, any hindrances do not stop her spirit from progressing. Now, thanks to her hard work in managing her business, in a month she can obtain a net profit of Rp 4.5 million. Loan Save Cooperation (KSP) Tamporok Timampas was established in 2003. Because of its good recording system, their proposal to obtain scrolling fund aid for Sector KSP in the amount of Rp 1 billion was granted in 2005. Because of the discipline in system management, scrolling fund in the amount of Rp 1 billion has now four years later, developed to

become Rp 2 billion. Such increase was obtained from profit of the managed loan save business, said Chairman of KSP Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang. Such success also affects the return level of loan fund to the bank. In 2008 Temporok returned such scrolling loan fund in the amount of Rp 100 million plus interest. According to KSP data, currently asset that is owned has reached the amount of Rp 800 million. Meanwhile, financial balance also shows enough increase to make all administrators smile in satisfaction. On of the indicators, for example, can be seen from the amount of credit issued. In 2007 the amount of credit distributed reached the amount of Rp1.967.808.300, which then produced business profit in the amount of Rp24.181.925. A year later, the amount of credit distributed increased to become Rp1.998.278.300 with business profit that also increased to become Rp27.199.507. Such sparkling financial performance is the fruit of scrolling fund distribution system which is relatively tight. In terms of membership, KSP applies the open house system. It means, it opens the door widely for communities or future members who wish to become KSP members. We provide opportunities wide open for future members to become members of KPS, said Chairman of KSP Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang. The wide open door policy by one side, and the tight enactment in its requirements are actually fruitful. The output is the large and selective number of members. Up to 2009 members of KSP have reached 1,604 scattered not only in Tatelu Village but also the surrounding villages such as Pinilih, Warukapas, Wassian, Lumpias, T. Rondor and Klabat.

120

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Lahan persawahan di Kabupaten Minahasa

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

121

122

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

SULAWESI TENGGARA Southeast Sulawesi


K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

123

Aktivitas anggota KSP Tunas Sari dalam melakukan pemilihan bibit rumput laut

KSP TUNAS SARI


Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara

Maju Bersama Petani Rumput Laut

M
124

asyarakat Labone terkenal sebagai masyarakat pembudidaya rumput laut. Awalnya, mereka berprofesi sebagai nelayan. Namun, seiring dengan perkembangan usaha budidaya rumput laut yang dianggap lebih potensial, satu demi satu mereka beralih profesi menjadi petani rumput laut. Secara geografis masyarakat Desa Labone terletak di tepi selat Buton yang memang cocok untuk budidaya rumput laut. Meskipun harga rumput laut tergolong labil dianggap tetapi usaha ini dianggap lebih prospektif daripada menjadi nelayan kecil.

Lagi-lagi alasan minim modal membuat para petani rumput laut itu sulit melakukan eskalasi usaha mereka. Untuk meminjam modal ke bank, terlalu banyak persyaratan administratif yang tak bisa mereka penuhi. Padahal, permintaan pasar terhadap rumput laut semakin tinggi. Tanpa modal yang cukup, para petani rumput laut itu jelas tak bisa berbuat banyak. Keresahan itu akhirnya bermuara di forum pertemuan anggota Koperasi Simpan Pinjam Tunas Sari. Para petani rumput laut mengeluh. Seperti ada tembok besar di hadapan kami, kenang La Saimuna, Ketua sekaligus Manager

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Rumput laut hasil produksi usaha tambak rumput laut milik anggota KSP Tunas Sari

KSP Tunas Sari menggambarkan suasana hati para petani rumput laut yang menjadi anggotanya. Ketika itu tahun 2003. Begitu mendengar bahwa Kementerian KUKM meluncurkan program perkuatan permodalan bagi KSP yang membiayai UKM sektor agribisnis, para pengurus KSP Tunas Sari sepakat untuk mengajukan proposal. Berbekal neraca keuangan yang stabil, mereka yakin bahwa proposal itu akan dikabulkan. Sebagai catatan, pada tahun 2003, KSP Tunas Sari telah memiliki anggota hampir 2000 orang dengan modal mencapai Rp 3.092.275.276. Dengan anggota sebanyak itu, kami masih membutuhkan perkuatan modal untuk membiayai usaha mikro para petani rumput laut yang menjadi anggota KSP, ungkap La Saimuna. Satu tahun kemudian, doa para petani rumput laut Lasalepa terkabul. Proposal KSP untuk memperoleh perkuatan permodalan sebesar Rp 1 miliar melalui Perkuatan Modal KSP Sektor Agribisnis disetujui.
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

Sedikit kilas balik, koperasi simpan pinjam berkembang dari sebuah unit usaha Simpan Pinjam pada KUD Tunas sari yang telah berdiri sejak tahun 1992 di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa. Karena USP dari KUD Tunas sari ini tumbuh dengan pesat dan menjadi unit usaha primadona maka pada 1995 diputuskan untuk berdiri sendiri dengan nama KSP Tunas Sari. Ketika itu, modal awalnya hanya sebesar Rp 8 juta rupiah dengan jumlah pengurus sebanyak 3 orang, selain pengawas sebanyak 3 orang, satu orang karyawan. Memang, jumlah anggotanya sudah relatif banyak: 200 orang. Dengan anggota sebanyak itu modal kami habis berputar, padahal jumlah pinjaman tertinggi kami hanya Rp. 100.000, yang harus lunas selama 5-10 bulan dengan bunga rata-rata 2,5 persen, kenang La Saimuna. Kini, berbelas tahun kemudian, berkat sentuhan tangan dingin dari para pengurusnya, KSP Tunas Sari telah mengembangkan usaha simpan pinjamnya. Sejak menerima perkuatan modal bergulir Program Agribisnis/Sektoral,

S e j a h t e r a

125

jumlah anggota KSP ini merangkak naik. Pada tahun 2004 jumlah anggotanya telah mencapai 2.468 orang dengan total modal yang mencapai senilai Rp 5,67 miliar. Pertambahan anggota yang cukup pesat itu tak mengherankan, karena KSP Tunas Sari memberikan persyaratan yang mudah. Cukup dengan mengisi formulir pendaftaran, menyetor simpanan pokok sebesar Rp10.000 dan membayar simpanan wajib yang besarnya 5% dari total pinjaman. Sepanjang calon anggota tersebut disiplin melunasi pinjamannya selama dua kali putaran, mereka berhak menjadi anggota. Sekadar menampilkan data statistik, pada tahun 2008 lalu, jumlah pinjaman yang digulirkan kepada para anggota mencapai Rp 11,84 miliar

dengan volume usaha sebesar Rp 14,34 miliar. Pencapaian itu meningkat 28 persen jika dibandingkan prestasi keuangan pada tahun 2007 dengan volume usaha sebesar Rp 11,21 miliar. Dari hasil penyaluran pinjaman selama Tahun Buku 2008 tersebut, KSP Tunas Sari meraih pendapatan Hasil Usaha (HU) senilai Rp823,9 juta (lihat tabel). Kinerja keuangan yang baik itu juga diiringi dengan kinerja pengembalian dana bergulir yang sebesar Rp 1 miliar, yang mesti lunas dalam kurun waktu 10 tahun. Menurut data Bank Sultra KSP Tunas Sari tergolong koperasi yang disiplin melakukan pengangsuran. Hingga akhir 2008, KSP Tunas Sari telah menunaikan kewajiban pengembalian sebesar Rp 450 juta.

La Saimuna, Ketua KSP Tunas Sari (kiri). Cabang KSP Tunas Sari di Kendari (kanan)

Kondisi KSP Tunas Sari 2007-2008


2007 Volume usaha Hasil Usaha (HU) Jumlah anggota 2008 Peningkatan (Rp) 3.134.023.150 34.981.097 -14 Peningkatan (%) 28 4,4 -0,49 11.214.450.050 14.347.473.200 788.920.561 2.830 KSP TUNAS SARI Alamat 823.901.658 2.816

: Desa Labone, Kec. Lasalepa, Kab.Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Berdiri : 21 Juli 1995 Badan Hukum : No: 16/BH/KWK.21/XI/1995 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Total Aset : Rp1.624.511.628 Ketua : La Saimuna Jumlah Anggota : 2000 orang Jumlah Karyawan : 32 orang

126

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Inspirasi La Rimu

enjadi petani rumput laut sudah menjadi pilihan hidup La Rimu. Pria 49 tahun ini memiliki sebidang lahan seluas 400 x 300 meter persegi yang ia manfaatkan sebagai arena budidaya rumput laut. Setiap 45 hari sekali ia bisa memanen rumput laut rata-rata 1 ton rumput laut kering. Dalam satu tahun ia bisa memanen hingga lima sampai enam kali panen. Sebelum membudidaya rumput laut, La Rimu bekerja sebagai pedagang kelontong sekaligus bertani di ladang.Harga rumput laut kering saat ini Rp 8.500/kg. Memang harga rumput laut kering sering tidak stabil. Kadang turun hingga kisaran Rp 4.000/kg. Namun, suatu waktu bisa melambung hingga Rp 15.000/ kg. Rata-rata para petani rumput laut bisa mengantongi untung setidaknya 200% hingga 300% dari modal yang mereka keluarkan. Hal itulah yang membuat La Rimu tetap setia dengan usaha budidaya rumput laut.Suatu ketika, La Rimu terbentur sebuah situasi sulit. Di satu sisi ia memerlukan biaya untuk kedua anaknya, yang kebetulan bersiap melanjutkan ke jenjang SMA dan SMP secara bersamaan. Uang simpanannya hampir habis untuk biaya sekolah anak-anaknya. Sempat terpikir untuk meminjam uang di Bank, tetapi saya pikir kenapa tak pinjam di Koperasi saja yang persyaratannya ternyata lebih mudah, kenang La Rimu. Akhirnya dengan tekad bulat La Rimu datang ke kantor KSP Tunas Sari untuk mendaftar menjadi anggota koperasi sekaligus mengajukan pinjaman modal sebesar Rp 1 juta. Uang itu ia gunakan untuk membeli tambang sebagai media tanam rumput laut seluas 100 m x 50 m. Untuk membeli bibit ia terpaksa menggunakan uang simpanan yang masih sedikit tersisa. Ternyata usaha La Rimu

La Rimu

menuai hasil bagus. Di saat panen, hasil panennya berkualitas baik. Sementara itu, ketika itu harga rumput laut juga sedang tinggi. La Rimu pun akhirnya bisa membayar hutangnya ke koperasi dengan lancar. Kini, La Rimu telah beberapa kali mengajukan pinjaman. Pinjaman kedua sebesar Rp 2,5 juta yang ia gunakan untuk menambah luas area budidaya rumput laut miliknya. Pinjaman kedua ini pun bisa ia kembalikan tepat waktu. Saat usaha budidaya rumput lautnya mengalami kemajuan, naluri dagang La Rimu menyeruak. Selain menanam sendiri, saya juga ingin menjadi pengepul, ujarnya. La Rimu kembali mengajukan pinjaman sebesar Rp 10 juta untuk modal menjadi pengepul rumput laut kering. Sebagian uang tersebut ia gunakan untuk membangun gudang penampungan rumput laut kering. Usahanya berjalan lancar. Kini ia mampu membiayai kedua anaknya kuliah di Unhalu Kendari. Bahkan ia telah mempunyai deposito puluhan juta rupiah di KSP Tunas Sari.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

127

KSP OF TUNAS SARI


Southeast Sulawesi

Moving Forward Together With Seaweed Farmers

abone Community is famous as sea weed cultivator community. Initially, they were fishermen. However, along witht the development of seaweed cultivation that is considered as more potential, one by one the community members changed jobs to become seaweed farmers. Geographically, Labone Village community is on the edge of Buton strait which is suitable for seaweed cultivation. Even though the price of seaweed is rather unstable, this business is considered as more prospective compared to being small fishermen. Again, minimum capital becomes the reason for the seaweed farmers as the difficulties in escalating their business. To apply for loan from the bank, there are too many administrative requirements that thay could not meet. On the other hand, market demand for seaweed increased. Without enough capital, such seaweed farmers obviously could not gain much. Such anxiety finally ended up in meeting forum of Tunas Sari Save Loan Cooperation members. Seaweed farmers complained. There seems to be a great wall in front of us, said La Saimuna, Chairman and Manager of KSP Tunas Sari describing the feeling of seaweed farmers who were his members. In 2003, when there was news that Ministry of KUKM launched capital strengthening program for KSPs that have UKM in agribusiness sector, administrators of KSP Tunas Sari agreed to submit a proposal. Equiped with stable financial balance, they were certain that such proposal will be granted. As a note, in 2003, KSP Tunas Sari had had members up to 2,000 people with capital that reached Rp 3,092,275,276. A year later, the prayers of Lasalepa seaweed farmers were granted. KSP Proposal to obtain

capital strengthening in the amount of Rp 1 billion through Capital Strenghtening for KSP Agribusiness Sector Program was approved. A little flash back, save loan cooperation developed from a business unit of Save Loan in KUD of Tunas Sari that has been established since 1992 in Labone Village, Lasalepa District. Since this USP from KUD of Tunas Sari grew fast and became the main business unit, then in 1995 it was decided to become independent with the name KSP Tunas Sari. Now, years later, due to the touch of the administrators cold hands, KSP Tunas Sari has developed its save loan business. Since receiving scrolling capital strengthening for Agribusinees/Sector Program, the number of KSP members has begun to go up. In 2004 the number of members had reached 2,468 people with a total capital value of Rp 5.67 billion. Just to present a statistic data, in 2008, the amount of loan scrolled to the members reached Rp 11,84 billion with a business volume of Rp 14.34 billion. Such achievement increased by 28 percent if compared to the financial achievement in 2007 with a business volume of Rp 11.21 billion. From the output of loan distribution during such Financial Year of 2008, KSP Tunas Sari obtained a business revenue (HU) with a value of Rp823,9 million (see table). Such favorable financial performance was also in line with scrolling fund return performance in the amount of Rp 1 billion, that must be paid up wihtin 10 years. According to Sultra Bank data KSP Tunas Sari is a discipline cooperation in paying the installment. Up to the end of 2008, KSP Tunas Sari had fulfilled its obligation in returning loan in the amount of Rp 450 million.

128

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Aktivitas petani rumput laut anggota KSP Tunas Sari

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

129

Kantor KSP Mina Sejahtera di Kabupaten Kolaka

KSP MINA SEJAHTERA


Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bertindak Cermat di Masa Sulit

engalaman adalah guru terbaik. Begitulah pesan yang bisa ditangkap dari kisah perjalanan KSP Mina Sejahtera Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Meskipun masa-masa sulit juga dialami badan usaha serupa, KSP Mina Sejahtera mampu keluar dari ujian tersebut. Pengurus KSP ini senantiasa belajar kepada pengalaman mereka sendiri di masa lalu sehingga bekerja lebih cermat pada masa-masa berikutnya. Ujian demi ujian telah menempa KDP Mina Sejahtera. Misalnya, ketika usaha budi daya rumput laut dan teripang yang ditekuni sebagian anggota KSP sedang mengalami kelesuan. Keadaan yang tak menguntungkan ini berimbas terhadap penurunan tingkat pendapatan

anggota, dan pada akirnya mempengaruhi kelancaran pengembalian pinjaman kepada koperasi. Muhammad Jaya, Ketua KSP Mina Sejahtera, tidak tinggal diam. Ia lantas mencarikan alternatif usaha bagi anggota yang mengalami kesulitan. Di kepalanya tercetus gagasan untuk mengajak sejumlah anggota yang sebelumnya bergerak di bidang budi daya rumput lut dan teripang itu untuk beralih sementara bekerja menyadap getah pinus bahkan sampai ke pengolahan. Anggota yang sedang sulit usahanya saya ajak untuk bekerja menyadap dan mengolah getah pinus bekerja sama dengan Dinas Kehutanan, kata Jaya. Dalam kerja sama tersebut, KSP

130

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Aktivitas KSP Mina Sejahtera dalam memberikan pelayanan bagi para anggotanya

menyediakan jasa tenaga, sementara Dinas Kehutanan menyediakan lahannya. Hasilnya nanti akan kita sepakati bersama, tambah Jaya. Menurut Jaya, upaya itu dilakukan agar pinjaman dana yang telah dikucurkan dapat dikembalikan oleh masyarakat. Sekarang kita berusaha untuk memperlancar pengembalian pinjaman, tambah Jaya. *** Kehadiran KSP Mina Sejahtera telah banyak membantu masyarakat. Bahkan ketika masih berbentuk Koperasi Serba Usaha (KSU) Mina Sejahtera pada tahun 1998, koperasi ini telah melakukan berbagai kegiatan usaha, di antaranya sebagai penyalur pupuk saprodi (sarana produksi padi), menampung dan menyalurkan hasil berbagai budi daya pertanian dan perkebunan, menampung hasil budi daya kelautan seperti teripang dan rumput laut dan warung serba ada (waserba). Selain itu, koperasi ini juga melayani simpan pinjam. Manfaat program simpan pinjam ini sungguh besar, terutama bagi anggota dan calon anggota di lingkungan Tanggetada yang

sebagian besar merupakan petani dan nelayan. Satu contoh terjadi pada saat booming budi daya rumput laut dan teripang beberapa waktu lalu, yang berpengaruh terhadap pola usaha masyarakat. Saat itu, warga Tanggetada ramairamai membudidayakan rumput laut dan teripang. Hanya saja, sebagian besar dari mereka tidak mempunyai modal cukup untuk memulai usaha budi daya tersebut. Sebagai solusi, mereka pun mengajukan pinjaman modal ke koperasi Mina sejahtera yang pada saat itu masih berbentuk Koperasi Serba Usaha (KSU). Ketika skala usaha budidaya rumput laut masyarakat Tanggetada meningkat, kebutuhan modal usaha pun ikut meningkat. Mina Mandiri, yang ketika itu masih berbentuk KSU, tak mampu mengakomodasi peningkatan kebutuhan modal usaha itu. Para pengurus pun akhirnya menjalin kata sepakat: meningkatkan status Mina Mandiri dari KSU menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Kehadiran KSP ini sangat membantu masyarakat Tanggetada dalam mendapatkan modal usaha. Bagi mereka, lebih mudah memperoleh pinjaman modal dari koperasi daripada lembaga keuangan lainnya.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

131

Persyaratan peminjaman ke bank itu repot. Sementara, jika pinjam ke rentenir, jelas kami tak sanggup dengan bunga dan sistem pengembalian pinjaman, tutur Palampang (53), salah seorang anggota KSP Mina Sejahtera yang hingga kini menggeluti budi daya rumput laut demi untuk menghidupi keluarganya. Arus surat pengajuan pinjaman dari masyarakat yang begitu deras membuat pengurus KSP kelabakan. Pasalnya, pengajuan pinjaman ternyata lebih besar dari stok dana yang ada di koperasi. Kami sempat kerepotan melayani permintaan anggota karena keterbatasan modal yang ada di kas koperasi, kata Jaya. Kini, kisah kekurangan dana itu menjadi cerita masa lalu. Setelah mendapatkan bantuan dana dana bergulir perkuatan modal sektor agribisnis sebesar Rp 1 miliar pada tahun 2004, KSP Mina Mandiri mulai bisa mencukupi kebutuhan pinjaman anggota. Dari situlah kemudian KSP Mina Sejahtera mulai fokus pada kegiatan usaha simpan pinjam. Saat ini, KSP Mina Sejahtera mempunyai anggota sebanyak 126 orang dan calon anggota 1.250 orang.

Dari tahun ke tahun neraca KSP menunjukkan peningkatan. Sebagai contoh, adanya peningkatan SHU pada tahun 2008 sebesar Rp 194.033.372 dibandingkan SHU pada tahun 2007 yang hanya sebesar Rp 5.345.450. Dinamika Koperasi Problem pengembalian pinjaman adalah masalah klasik. Hal itu dihadapi oleh hampir seluruh KSP, termasuk KSP Mina Sejahtera. Ketersendatan pengembalian pinjaman itu terjadi, salah satunya, karena hasil bisnis budidaya teripang dan rumput laut yang dikelola anggota sedang menurun alias tak sebagus dulu. Fenomena ini, misalnya, dialami Pelampang yang di masa lalu bisa menghasilkan 1 ton rumput laut dari lahan berukuran 100 m x 50 m. Kini, di lahan yang sama, Pelampang hanya bisa memanen paling banyak 600 kg rumput laut. Mungkin karena laut kami mulai tercemar, tambah Jaya. Meski mengalami kelesuan, tingkat pengembalian pinjaman dana bergulir agribisnis yang pernah disalurkan KSP Mina Sejahtera tergolong lancar. Dalam kurun waktu empat

Usaha pengepulan rumput laut yang mendapat suntikan modal dari KSP Mina Sejahtera

132

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Aktivitas anggota KSP Mina Sejahtera dalam proses produksi rumput laut

tahun, KSP Mina Sejahtera telah mengembalikan pinjaman dana bergulir agribisnis/ sektoral sebesar Rp 400 juta melalui Bank BPD Sultra. Artinya, KSP Mina Sejahtera tak pernah menunggak, karena aturannya memang demikian. Untuk menutupi hutang ini, KSP menerapkan subsidi silang. Di balik kemampuan KSP Mina Sejahtera menghadapi berbagai situasi sulit di atas adalah kualitas sumber daya manusia yang terlibat

dalam kepengurusan. KSP Mina Sejahtera tak segan untuk mengirim karyawan atau pengurus mengikuti berbagai pelatihan/kursus yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan PKM Provinsi Sulawesi Tenggara serta instansi terkait atau mengikuti magang di koperasi lain yang telah mapan. Para pengurus koperasi ini yakin kecermatan dalam bertindak perlu diasah. Pelatihan, kursus, dan magang adalah upaya untuk mengasah kecermatan itu.

KSP Mina Sejahtera


Alamat : Desa Tanggetada, Kec. Tanggetada, Kab. Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara Berdiri : 5 Oktober 1998 Badan Hukum : No: 359/BH/DKPPM/II/05 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004 Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar Total Aset : Rp.3.723.316.078 Ketua : Muhammad Jaya Jumlah Anggota : 126 orang Jumlah Karyawan : 10 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

133

KSP MINA SEJAHTERA


Kolaka, Southeast Sulawesi

Acting Carefully in a Difficult Period

ne ordeal after another has shaped KSP Mina Sejahtera. For example, when seaweed and trepang (sea cucumber) cultivation was elaborated members of KSP experienced listlessness. The unfavorable circumstance had affected the level decrease of members revenue and in the end would affect the smoothness of loan return to the cooperation. Muhammad Jaya, Chairman of KSP Mina Sejahtera, did not stand still. He then sought business alternatives for members who faced difficulties. In his head there was an idea to ask a number of members who previously were engaged in seaweed and trepang cultivation to shift jobs temporarily and worked as pine gum tapers and even involved up to the processing stage. Members who were experiencing difficulties were invited by me to work as tapers and process pine gum in cooperation with Forestry Service, said Jaya. In such cooperation, KSP provided manpower, meanwhile Forestry Services provided the land. The production will be jointly agreed upon later, Jaya added. According to Jaya, such effort was made in order for fund loan that has been distributed to be returned by the community. Now we are thriving to smoothen out the return of loan, Jaya added. The presence of KSP Mina Sejahtera in the vicinity of seaweed farmers is considered as something quite large, especially for members and future members in Tanggetada area. One example was when seaweed and trepang cultivation went booming a couple of years ago, which affected the business pattern of the community. At the time,

Tanggetada denizens together cultivated seaweed and trepang. However, most of them did not have enough capital to start such cultivation. As a solution, they applied for loan to KSP Mina Sejahtera. When the scale of seaweed cultivation business of Tanggetada community increased, the need of business capital also increased. One day, loan application demand was so high that KSP administrators became overwhelmed. The loan application turned out to be larger than the fund reserve in the cooperation. However, now the story of fund shortage becomes the story of the past. After receiving agribusiness sector capital strengthening scrolling fund aid in the amount of Rp 1 billion in 2004, KSP Mina Mandiri began to be able to fulfill the needs of loan for the members. At this time, KSP Mina Sejahtera has 126 members and 1,250 future members. The issue of loan return is classical. It is faced by nearly all KSPs including KSP Mina Sejahtera. The stagnation of loan return occurs, among others, due to the production of trepang and seaweed cultivation managed by the members that decreased or in other words that was not as good as it used to. Even though it went through listlessness, the level of agribusiness scrolling fund loan return distributed by KSP Mina Sejahtera was rather high. Within four years, KSP Mina Sejahtera has returned agribusiness/sector scrolling fund loan in the amount of Rp 400 million through BPD Sultra Bank. It means KSP Mina Sejahtera has never been in arrears, since it is regulated that way. To pay up this debt KSP applies cross subsidize.

134

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Para pengurus KSP Mina Sejahtera

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

135

136

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

MALUKU Maluku
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

137

Suasana di Kantor KSP Cipta Mandiri, Kabupaten Buru

KSP CIPTA MANDIRI


Kabupaten Buru, Provinsi Maluku

Mandiri di Usia Muda

M
138

ereka itu para pendatang dari tanah Jawa. Sebuah buku berjudul Cerita dari Pulau Buru menulis bahwa mereka telah mengubah Pulau Buru yang tandus menjadi pulau yang mengalirkan emas putih (istilah untuk sagu) dan emas merah (istilah untuk kayu meranti); mereka juga mengubah hutan dan savana menjadi beras dan palawija. Memang, masih ada citra dari masa lampau yang masih melekat pada pulau Buru, yang pada akhir dekade 1960-an menjadi pulau tefaat (baca: tempat pemanfaatan) para tahanan politik. Citra suram itu jelas fakta, yang tak bisa dihapus

begitu saja. Namun, bagi warga Buru, ketimbang menghapus citra lama itu, membangun citra baru dianggap lebih bijak. Itulah yang dilakukan warga Buru, yang juga sebagian besar pendatang dari tanah Jawa. Mereka adalah para transmigran, yang berhasil meneruskan mimpi para pendatang awal di pulau ini untuk menjadikan pulau Buru sebagai pulau lumbung beras, sebagian lagi menyebutnya sebagai pulau pangan. Bersama penduduk asli, yang sebagian besar bekerja sebagai penyuling minyak kayu putih, pulau Buru kini menjadi lumbung padi wilayah Maluku. Setiap tahun, pulau ini memasok padi sebanyak 2.500 ton. Pertanian dan
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

K o p e r a s i

Aktivitas usaha penggilingan gabah milik anggota KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru

perkebunan adalah nafas pulau Buru. Dua sektor ini menyumbang 70% devisa dari total devisa yang dihasilkan pulau ini. Bertolak dari karakteristik yang demikian itu berbagai dinamika kehidupan di pulau ini pun tak jauh-jauh dari urusan kedua sektor tersebut, termasuk dinamika perkoperasian, yang juga berkembang sebagai penopang aktivitas masyarakat Pulau Buru dalam menggerakkan aktivitas mereka dalam bertani dan berkebun. Koperasi Simpan Pinjam Cipta Mandiri, salah satu koperasi terkemuka di Propinsi Maluku, juga lahir dari dinamika kedua sektor tadi. Ketika berdiri pada tahun 2003, KSPCM masih berbentuk KSU dengan usaha pengadaan beras sebagai andalan utama. Konsisten mengkawal jati dirinya, enam tahun kemudian, KSP Citra Mandiri (KSPCM) tumbuh sebagai koperasi multiprestasi. Bahkan, tidak berlebihan jika ada pihak yang menyebut Koperasi ini sebagai salah satu dinamo aktivitas bisnis di pulau Buru. Sebagai gambaran, jika anda berjalan-jalan ke Waeapo, sebuah kecamatan di pulau ini, anda akan menjumpai

bangunan Rice Milling Unit (RMU) milik KSPCM. Bangunan itu menjulang tinggi di antara bangunan-bangunan lain di sekitarnya. *** Sejarah KSP Cipta Mandiri bermula dari sebuah Koperasi Serba Usaha Cipta Mandiri. Koperasi ini hadir diantara kelesuan usaha perkoperasian di Waeapo. Ketika itu tahun 1980an. Sayang, mereka tak bisa mendirikan koperasi karena amanat Inpres No.4/1984 yang menyebutkan bahwa dalam satu wilayah kecamatan hanya boleh ada satu koperasi. Ketika Inpres No. 4/1984 dicabut, seiring dengan pemberlakuan Inpres No. 18/1998, pertumbuhan koperasi di Indonesia meningkat pesat. Impian lama para petani di Pulau Buru untuk memiliki sebuah koperasi akhirnya terwujud. Meski agak terlambat, pada tahun 2003 berdirilah Koperasi Serba Usaha Cipta Mandiri. Ketika berdiri pada tahun 2003, ada 23 orang yang menjadi anggota pertama. Dari mereka terkumpul modal awal sebesar Rp6 juta, yang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

139

Mbok Sutinah, di warung kelontongnya, setia pada KSP Cipta Mandiri

berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Warung serba ada (waserba) merupakan usaha pertama yang dirintis KSU Cipta Mandiri (KSU-CM). Tak puas, sebagai ketua KSU, Slamet Haryono terus mencari peluang dan terobosan bisnis lain. Akhirnya, KSU-CM mendapat peluang kontrak kerjasama dengan Divisi Regional Bulog Provinsi Maluku. Isi kontrak itu, KSU-CM dilibatkan dalam pengadaan beras dengan kuantitas pasokan sebanyak 50 ton pada setiap musim panen. Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan, sekaligus menantang. Tantangan itu dijawab dengan akhir memuaskan. Di bawah kepemimpinan Slamet, petani asal Banyuwangi yang hijrah ke Buru tahun 1981, KSU-CM berhasil menggandeng 14 kelompok penggilingan padi untuk memasok beras 50 ton per musim. Cerita sukses itu tersiar luas. Para petani Waeapo pun tertarik untuk bergabung. Dalam tempo singkat, jumlah anggota KSU KCM melonjak hingga tiga kali lipat menjadi 67 orang. Tak hanya apresiasi dari masyarakat, Pemerintah pun mulai melirik kinerja apik KSUCM tersebut. Pada tahun 2005, berdirilah KSP Cipta Mandiri, yang merupakan anak kandung dari KSU Cipta Mandiri. Melihat jejak rekam KSU Cipta Mandiri dan konsistensi para pengurusnya, serta nilai strategis koperasi ini pada pertumbuhan ekonomi kawasan, pada tahun itu juga (tahun 2005) KSP Cita Mandiri mendapat kepercayaan

sebagai peserta program perkuatan permodalan dana bergulir sektoral dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Koperasi ini pun menerima pinjaman perkuatan permodalan sebesar Rp 500 juta. Kebijakan ini didasarkan pada Pasal 7 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 12/2005 yang menyebutkan bahwa Menteri dapat menetapkan KSP/USP-Koperasi Penerima Dana Bergulir Sektoral secara khusus yang dinilai mempunyai peran strategis antara lain untuk keperluan pembinaan KSP/USP-Koperasi di daerah yang sedang berkembang, daerah perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini, Pulau Buru dipandang memiliki kedudukan strategis sebagai lumbung beras di Propinsi Maluku. Meski berumur muda, KSP Cipta Mandiri telah memberi contoh kepada masyarakat di Pulau Buru bahwa kerja keras adalah awal dari kesuksesan. Dalam usia yang masih relatif muda, empat tahun, KSP Cipta Mandiri kini memiliki kekayaan senilai Rp 1,5 miliaryang di dalamnya sudah termasuk dana pinjaman bergulir sebesar Rp 500 juta. *** Cerita sukses KSP Cipta Mandiri tadi tampaknya berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan para anggotanya. Anton Suparman, 67 th, misalnya. Ia telah beberapa kali memperoleh pinjaman permodalan

140

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Lahan pertanian yang dikelola oleh salah satu anggota KSP Cipta Mandiri

dari KSP. Setelah berhasil melunasi pinjaman pertamanya, yang senilaiRp5 juta, Anton kembali dipercaya untuk memperoleh pinjaman permodalan senilai Rp10 juta. Modal usaha itu digunakan untuk memperbesar skala usaha usaha penggilingan padi miliknya dan biaya pengolahan tanah seluas 1 ha. Dari usahanya tersebut, Anton mampu membiayai pendidikan dua anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi: seorang di Akper Ambon dan seorang lagi di Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jawa Barat. Selain Anton, Mbok Sutinah, 56 tahun, transmigran asal Banyuwangi juga bisa menjadi sisi terang dinamika anggota KSP Cipta Mandiri. Berbekal keahlian membuat tempe, ia membuka usaha pembuatan tempe. Dari usaha ini ia mampu menghidupi sembilan orang anaknya.

Seperti kebanyakan pengusaha mikro lainnya, bagi Mbok Sutinah, permodalan sempat menjadi masalah. Ia pun lalu mengajukan pinjaman ke koperasi, dengan jumlah pinjaman yang tidak terlalu besar, hanya Rp500 ribu. Uang itu untuk biaya beli bahan-bahan, ungkap nenek 13 orang cucu ini. Ketika pinjaman telah lunas, ia pun kembali mengajukan pinjaman. Begtulah seterusnya hingga usahanya berkembang. Bahkan, karena seringnya ia meminjam modal ke KSP, Sutinah tidak ingat lagi berapa kali telah meminjam modal ke koperasi. Karena sering minjem jadi nggak ingat sudah berapa kami minjem ke koperasi, katanya seraya tersenyum. Dari usaha pembuatan tempe itu, kini ia telah memiliki sebuah toko kelontong yang cukup besar.

KSP Cipta Mandiri


Alamat : Desa Waekasar, Kec. Waeapo, Kab. Buru, Provinsi Maluku Berdiri : 29 November 2002 Badan Hukum : No: 518-80/BH/DK-UKM/V/2006, tanggal 04 Mei 2006 Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005 Jumlah Perkuatan Modal : Rp500 juta Ketua : Slamet Haryono Jumlah Anggota : 67 orang Jumlah Karyawan : 11 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

141

KSP CIPTA MANDIRI


Buru, Maluku

Independent at a Young Age

hey are pilgrims from Java land. A book titled A Story from Buru Island says that they have converted the dry land of Buru Island to become an island where white gold (the term for sago palm) and red gold (the term for timber tree wood) flow; they also turned forests and deserts to become rice and crops. They are the transmigrated people, who are successful in continuing the dreams of the early pilgrims in this island who turned Buru island into rice barn, and some other people call it as the food island. For the natives, who mostly work as sandal wood oil refiners, now Buru Island has become rice barn for Maluku area. Each year, this island supplies 2,500 tons of rice. Agriculture and plantation are the breath of Buru island. These two sectors contribute 70% of the total revenue produced by this island. From such characteristics, various life dynamics in this island are not far from the two sectors affairs, including the dynamics of cooperation matters, which also developed as Buru island community activities supporter in motoring their activities of farming and gardening. Cipta Mandiri Save Loan Cooperation, one of prominent cooperations in Maluku Province, was also born from the dynamics of those two sectors. When it was established in 2003, KSPCM was still in the form of KSU with rice trading business as its mainstay. The history of KSP Cipta Mandiri started from a Various Business Cooperation Cipta Mandiri. This cooperation was present among the resistance of cooperation business in Waeapo. When it was established in 2003, there were 23 first members. From them working capital in the amount of Rp 6 million was

collected, deriving from main savings and members compulsory savings. It was a convenient store (waserba) that was first managed by KSU Cipta Mandiri (KSU-CM). In 2005. KSP Cipta Mandiri was established, and this KSP is the biological son of KSU Cipta Mandiri. Looking at the track record of KSU Cipta Mandiri and the consistency of its administrators as well as the strategic value of this cooperation on the area economic growth, in the same year (2005) KSP Cipta Mandiri was granted a trust to become a member of sector scrolling fund strengthening program from Ministry of Cooperation and Small Middle Scale Enterprises. This cooperation then received a capital strengthening loan in the amount of Rp 500 million. This policy is based on Article 7 of State Minister of Cooperation and Small Middle Scale Business Regulation No. 12/2005 which states that Minister may stipulate KSP/USP-Sector Scrolling Fund Receiver Cooperation particularly which is considered as having strategic role among others for the need of development of KSP/USP-Cooperation in the developing areas and border/remote areas. In this context, Buru Island is considered as having the strategic position as rice barn in Maluku Province. Even tough it is still young, KSP Cipta Mandiri has given examples to the community in Buru Island that hard work is the beginning of success. In its relatively young age, four years, KSP Cipta Mandiri now owns asset with a value of Rp 1,5 billionin which scrolling fund in the amount of Rp 500 million is included. ***

142

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Para pengurus KSP Cipta Mandiri

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

143

Epilog

Epilog

Demi Amanah Konstitusi

paya pembinaan koperasi memiliki dua makna penting dalam waktu bersamaan. Pertama, memperkuat pilar ekonomi kerakyatan, yang di dalamnya melibatkan warga negara terbesar dan merupakan bagian penting dari perekonomian nasional. Kedua, memenuhi amanah konstitusi Undang-Undang Dasar 1945. Meningkatkan kapasitas koperasi secara kelembagaan maupun permodalan otomatis berarti memberikan ruang yang luas bagi berkembangnya pengusaha kecil / mikro. Sebab, koperasi merupakan titik simpul penting bagi pengusaha kecil yang tergabung ke dalam badan usaha tersebut dalam melakukan berbagai kegiatan bisnis sehari-hari. Aktivitas

penting itu misalnya penyediaan modal jangka pendek bagi usaha kecil / mikro. Koperasi bisa menyediakan modal yang dibutuhkan dengan persyaratan yang lebih ringan ketimbang lembaga perbankan. Melalui komunikasi dan interkasi yang intensif, apalagi didukung tradisi kekeluargaan, kebersamaan serta kegotongroyongan, proses pembinaan terhadap para pengusaha kecil/ mikro sudah otomatis berlangsung. Titik tekan pembinaan paling tidak terfokus kepada upaya peningkatan kemampuan produksi serta kapasitas usaha. Dalam situasi iklim usaha baik di tingkat lokal, nasional maupun global, yang mengutamakan kompetisi, upaya pembinaan terhadap koperasi tersebut jelas memiliki makna
P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

144

K o p e r a s i

besar tidak hanya bagi peningkatan kapasitas pengusaha kecil/ mikro yang tergabung dalam berbagai jenis usaha koperasi, tetapi juga meringankan tugas negara mengingat mereka adalah bagian terbesar dari bangsa ini. Dari sisi ini, ketika membina koperasi berarti negara telah memberikan jaminan bagi pewujudan keadilan sosial. Amanah konstitusi tersebut merupakan hal prinsip karena Indonesia penganut paradigma negara kesejahteraan (welfare state). Dalam perspektif demikian, Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Perkuatan Modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang membiayai kegiatan ekonomi di sektor Agribisnis maupun sektoral lainnya, yang dilaksanakan sejak tahun 2003, merupakan langkah nyata yang diperlukan bagi usaha perkuatan ekonomi kerakyatan yang dimaksud. Perhatian pemerintah kepada usaha kecil dan mikro tak boleh berhenti karena peranannya
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

tidak kecil bagi kekuatan perekonomian nasional. Buktinya, pada masa krisis ekonomi Indonesia pada 2007 yang masih terasa dampaknya hingga pada saat ini, merekabersama usaha menengah pada umumnya masih eksis, bahkan kekuatan yang memberikan kontribusi kepada angka pertumbuhan ekonomi nasional tidak anjlok atau bertahan di angka 4%. Artinya, koperasi sebagai wadah pembinaan usaha bagi masyarakat senantiasa relevan. Keberhasilan yang ditunjukan ratusan koperasi simpan pinjam koperasi penerima Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Perkuatan Modal Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di bidang Agribisnis/ Sektoral, dan tentu saja juga kesuksesan pengusaha kecil di dalam memanfaatkan kredit, adalah penjelasan terang benderang bahwa pembangunan ekonomi kerakyatan di negeri ini memiliki prospek yang cerah di masa mendatang.

S e j a h t e r a

145

Epilog

Epilog
For The Sake of Constitutional Mandate
he effort of cooperation development has two important meanings simulta neously: First, to strengthen populist economic pillars, in which the largest citizens are being involved and which constitute the important part of the national economic and Second, to fulfill The 1945 Constitution mandate. Increasing the cooperation capacity both in institutional and capitalization manners automatically means providing wide space for the development of small/micro business. Cooperation is the point of important knot for

small entrepreneurs as members of such business entities in running daily business. Such important activities are long term capital supply for small/micro business. Cooperation is able to provide the needed capital with more lenient requirements compared to banking institutions. Through interactive and intensive communications, more over if they are supported by family, togetherness and mutual cooperation, the process of development of small/micro entrepreneurs has automatically taken place. Development emphasizing point at least is focused on the effort of production as well as business ca-

146

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

pacity increase. In the favorable business climate either in local, national or global levels, which emphasize in competition, development effort on such cooperation clearly has large meaning not only for the increase of small/micro entrepreneurs who are members of various types of cooperation, but also to lighten the state duties in reminding them as the largest part of this nation. From this perspective, by developing cooperation a country has provided security for the creation of social welfare. Such constitutional mandate is a principal matter since Indonesia adopts the welfare state paradigm. Within this perspective, Micro and Small Entrepreneurs Development Program through the Strengthening of Safe and Loan Cooperation Capital (KSP) which funds the economic activities in Agricultural or any other sectors, which has been implemented since 2003, is the real step required for the concerned populist economic. The government attention to small and mi-

cro business cannot be ceased since its role is not insignificant for the national economic power. As evidence, in the Indonesian economic crisis period of 2007 which effect is still felt until today, they-together with middle scale business-generally still existed, even the power that provides contribution to the number of national economic growth did not plumet or otherwise it remained stable at the level of 4%. It meas, cooperation as the accomodation for business develpoment for the community has always been relevant. The sucess shown by hundreds of save loan cooprations or cooprations the receivers of Micro and Small Entrepreneurs Development Program through the Strengthening of Safe and Loan Cooperation Capital (KSP) in Agricultural/ Sectoral fields, and of course the success of small entrepreneurs in benefiting from credits, are crystal clear descriptions that this countrys populist economic development has bright prospect in the future.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

147

Anda mungkin juga menyukai