Anda di halaman 1dari 116

23 Februari - 23 April 2023

dafta
isi: 1
5
Pengantar Inisiator
Sambutan

9 Catatan Kuratorial

18 Profil Kurator

seni 22 Adin Wiedyardini

man
24 Agus Noor

26 Ampun Sutrisno

karya: 28
30
Astuti Kusumo

Ayu Rika

32 Bambang Herras

34 Bambang Pramudiyanto

36 Budi Ubrux

38 Butet Kartaredjasa

40 Diah Yulianti

42 Djoko Pekik

44 Djoko Susilo

46 EddiE haRA

48 Edi Sunaryo

50 Erica Hestu Wahyuni

52 Hari Budiono

54 Hartono

56 Iqi Qoror

58 Ivan Sagita

60 Iwan Yusuf

62 Joko Sulistiono (Gundul)

64 Jumaldi Alfi

66 Kartika Affandi
68 K.H.A Mustofa Bisri
se
ma
70 Laila Tifah

72 Ledek Sukadi

74 Lucia Hartini

76 Melodia

78 Nasirun

80 Nindityo Adipurnomo

82 Ong Hari Wahyu

84 Pupuk DP

86 Putu Sutawijaya

88 Rifzikka Atmadiningrat

90 Rismanto

92 Sigit Santosa

94 Subandi Giyanto

96 Subroto Sm

98 Susilo Budi Purwanto

100 Theresia Agustina Sitompul


102 Ugo Untoro
104 Wayan Cahya
106 Whani Darmawan
108 Yaksa Agus
110 Yuswantoro Adi
1

Pengantar Inisiator

Merekatkan
Tali Jiwa
/ Butet Kartaredjasa
Inisiator Pameran

Membaca judul “Seni Agawe Santosa” bisa dipastikan ini plesetan


pepatah Jawa “Rukun Agawe Santosa”. Idiom yang pas. ‘Seni’ dan
‘rukun’ posisinya setara. Saling terkait. Saling tergantung. Karena
rukun, mudah melahirkan kesenian. Akibat berkesenian, terciptalah
kerukunan. Klop.

Kita bisa menelusuri jejak-jejak karya cipta kesenian yang


bersumber kerukunan. Karawitan gamelan Jawa akan berhasil
menggemakan komposisi gending dan tetembangan ketika para
wiyaga-nya berhasil menyatukan intuisi musikalnya. Sebuah
orkestrasi musikal semacam konser, tentu dilandasi soliditas para
player-nya. Pertunjukan teater atau sendratari menjadi pementasan
yang bagus dan inspiratif, tentu disebabkan adanya ‘tali jiwa’ di
antara para pemainnya. Tanpa adanya kerukunan yang solid,
niscaya kesenian yang dihadirkan secara kolektif itu akan ambyar.

Kita mempercayai, kesenian - termasuk seni rupa - diam-diam


mempunyai daya yang luar biasa merekatan relasi emosional
dan kohesi sosial. Seni pada akhirnya tidak semata-mata urusan
pencapaian artistik senimannya. Tidak sekadar bicara keindahan

Seni Agawe Santosa


2

dan menyajikan kecakapan teknis. Tapi juga bisa menjadi media


yang berperan saling mengingatkan. Saling mengontrol. Dan
saling mengkritisi. Pada pemahaman inilah konteks ‘agawe
santosa’ dalam pameran ini terasa benar adanya.

Menjadi Indonesia
Pameran yang diikuti sejumlah pelukis Jawa Tengah dan DIY
ini memang diikhtiarkan untuk men-santosa-kan kehidupan
berbangsa, ketika ruang-ruang toleransi sebagai bangsa yang
majemuk sering terganggu oleh ritual politik lima tahun sekali.
Pileg maupun Pilpres. Indahnya kerukunan berbangsa kerap
terancam, kerap terpaksa bersitegang, karena antar masyarakat
sering secara keliru dimain-mainkan oleh kepentingan politik
praktis jangka pendek. Apalagi jika praktik “politik identitas”
dipergunakan lagi sebagai senjata pertarungan politik. Tentu ini
sangat membahayakan.

Membayangkan situasi ini maka kesenian mencoba berperan,


menggunakan kekuatannya merekatkan tali jiwa dari setiap
komponen masyarakat. Mencoba bikin sejuk. Meredam hawa
panas yang mungkin berhembus. Saya wajib berterimakasih
kepada Bank Jateng yang benar-benar bisa memahami apa
yang diimajinasikan seniman terhadap kehidupan berbangsa ini,
sehingga tidak ragu-ragu mewujudkan program CSR-nya melalui
pameran ini.

Melalui pameran ini, harapannya, masyarakat bisa menikmati


dan mengapresiasi pesan yang digoreskan para perupa. Pesan
yang mungkin tersembunyi dan menunggu para penikmat
menafsir secara bebas dan merdeka. Kesenian yang baik
memang bukan verbalititas yang telanjang. Tapi sesuatu yang
menggoda orang untuk selalu berpikir. Menafsir, menginspirasi
dan merenung. Merenungi keindonesiaan kita yang terus
berproses menjadi sebuah bangsa yang bermartabat bernama
Indonesia. Jangan kapok menjadi Indonesia!***

Seni Agawe Santosa


5

Sambutan

Seni Agawe
Santosa:
Merayakan
Keberagaman
/ Chris Dharmawan
Semarang Gallery

Sekira di minggu ketiga bulan Oktober tahun lalu , saya menerima


WA call dari Mas Butet yang mengutarakan ingin mengadakan
pameran lukisan di Semarang Gallery secara royokan (begitu
istilah yang dipakai) untuk menggambarkan banyaknya seniman
yang akan diajak berpameran.

Sambil menyebutkan satu persatu nama seniman yang ternyata


hampir semuanya sudah saya kenal dengan baik secara pribadi.
Perupa-perupa senior dengan berbagai latar belakang dan
bermacam lintas generasi yang telah kuyup keringat dengan
pergulatan kreatifnya (begitu istilah kurator pameran, Suwarno
Wisetrotomo). Sebuah ide pameran yang perlu didukung dan
ditindak lanjuti menjadi sebuah perhelatan yang saya kira cukup
penting bagi dunia seni rupa kita.

Seni Agawe Santosa


6

Siapa yang tidak mengenal nama Kartika Affandi dan Joko Pekik,
Gus Mus dan Subroto Sm. Kemudian ada Butet Kartaredjasa,
Nasirun, Ivan Sagita, Putu Sutawijaya, Ong Hari Wahyu, Sigit
Santoso, Melodia, Bambang Herras, Bambang Pramudiyanto,
Pupuk DP, Jumaldi Alfi, Theresia Agustina Sitompul, Erica Hestu
Wahyuni, Nindityo Adipurnomo, EddiE haRA, Ugo Untoro, Iwan
Yusuf, Yuswantoro Adi, Hari Budiono, Hartono, Ayu Rika, Subandi
Giyanto, Adien Widyardini, Budi Ubrux, Diah Yulianti, Iqi Qoror,
Joko Sulistiono Gundul, Astuti Kusumo, Ledek Sukadi, Yaksa Agus,
Ampun Sutrisno, Joko Susilo, Laila Tilah, Lucia Hartini, Edy Sunaryo,
Rismanto, Wayan Cahya, Whani Darmawan, Agus Noor, Susilo Budi
Purwanto dan Rifzikka Atmadiningrat.

Rasanya hampir 90% dari nama-nama di atas adalah nama-


nama beken yang tidak asing lagi dalam perjuangan eksistensi
seni rupa kontemporer di Indonesia selama ini yang terbukti
masih eksis dan berkarya secara konsisten sampai sekarang.

Pameran ini bagi saya seakan seperti sebuah perjumpaan


kembali atau boleh dibilang sebagai reuni setelah sekian lama
tidak saling menyapa apalagi bersua dengan para teman-teman
seniman seperjuangan yang terlibat dalam pameran ini.

Judul pameran Seni Agawe Santosa buat saya lebih bermakna


sebagai satu perayaan terhadap sebuah perjuangan eksistensi
yang nyata-nyata telah membuat “sentosa” bagi kehidupan
dunia seni rupa, baik bagi para seniman pelakunya maupun bagi
masyarakat.

Tetapi apapun judulnya, pameran ini sesungguhnya bisa


dijadikan sebagai ajang tolok ukur sejauh mana kita bisa menilai
perkembangan pencapaian artistik para seniman peserta
pameran setelah sekian lama bergumul dalam pergulatan
kreatifnya.

Ini menarik karena kita ketahui bersama bahwa dunia seni


rupa kontemporer sebagai sebuah produk budaya masa kini

Seni Agawe Santosa


Sambutan 7

selalu bergerak, bergeser dan berkembang seturut dengan


perkembangan jamannya.

Terima kasih diucapkan terutama kepada semua seniman yang


terlibat dalam pameran ini, kepada kurator pameran, Suwarno
Wisetrotomo dan khusus kepada Butet Kartaredjasa penggagas
pameran ini.

Kepada partner penyelenggara pameran Rosan Production dan


kepada sponsor pameran Bank Jateng tidak lupa diucapkan
terima kasih.

Terakhir terima kasih kami haturkan kepada Gubernur Jawa


Tengah, Bapak Ganjar Pranowo yang telah bersedia meresmikan
pameran ini.

Selamat menikmati.

Seni Agawe Santosa


9

Catatan Kuratorial

Seni Agawe
Santosa:
Merayakan
Kemanusiaan
/ Suwarno Wisetrotomo
Kurator

Fungsi seni paling mendasar adalah merayakan kemerdekaan


diri sebagai pembebasan atas berbagai jenis ikatan yang
menjerat. Berkarya atau memahami (atau bahkan sekadar
menikmati) karya seni merupakan ruang merdeka bagi
setiap individu. Tidak ada makna atau pengertian seni yang
absolut. Kemerdekaan atau kebebasan sekaligus beriringan
dengan kesadaran tentang keterikatan dan keterbatasan.
Sebebas-bebasnya hasrat berekspresi, sekaligus dilandasi
kesadaran untuk menimbang ‘kepentingan’ pihak lain. Dengan
“mengekspresikan diri” melalui karya seni, maka seseorang
tengah mengajak orang lain untuk memerdekakan diri dalam
berbagai hal, antara lain dalam hal menyatakan pendapat,
mengekspresikan selera, menentukan pilihan ideologi, politik, dan
sebagainya. Demikian pun ketika berada dalam posisi menikmati,
memaknai, dan memahami karya seni. Dalam ranah seperti itu

Seni Agawe Santosa


10

maka seni akan memiliki irisan fungsi yang lain, misalnya fungsi
sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan, tergantung hasrat,
kesempatan, dan momentum. Satu hal yang pasti, berkesenian
atau kerja kesenian merupakan kerja kebudayaan.

Fungsi seni berikutnya adalah sebagai cara dan media untuk


membangun saling pengertian antarberbagai pihak. Atas
dasar pemahaman bahwa, seperti sudah disebutkan tadi,
tidak ada makna seni yang absolut, maka setiap penikmat seni
adalah produsen makna (juga pengetahuan) dengan beragam
kepentingan. Karena itu maka, seni – salah satunya karya
seni rupa – hadir dalam berbagai lintasan yang mengayakan
siapa pun, karena seni/karya seni (semestinya) berada dalam
posisi lintas iman, lintas agama, lintas politik, lintas ideologi,
lintas suku, etnik, bahkan bangsa. Dengan demikian seni/
karya seni memiliki peran untuk mempererat kohesi sosial,
menjadi media membangun saling pengertian, dan perayaan
atas keberagaman yang berujung pada perayaan terhadap
kemanusiaan.

“Menjadi Indonesia” merupakan projek kebangsaan dan


kewargaan yang tidak akan pernah berakhir, karena tantangan
yang terus berubah dari waktu ke waktu, dari generasi ke
generasi. “Menjadi Indonesia” adalah memahami realitas
keberagaman ini dengan sungguh-sungguh hingga ke nadi
kehidupan sehari-hari. Perupa atau seniman pada umumnya
sesungguhnya berkreasi untuk – salah satunya – kepentingan
merayakan keberagaman itu dari cara pandang dan cara
baca terhadap realitas yang dilihat serta dipahami. Seniman
dengan karya seninya tidak pernah memaksakan kehendak pada
penontonnya ikhwal makna yang dihasratkan. Bahkan penonton
dapat mengonstruksi makna sesuai preferensi dan referensi
yang dimiliki, yang sangat mungkin berbeda jauh dari maksud
seniman. Berbagai kemungkinan dalam produksi makna, agar
siapa pun belajar memahami persoalan dengan beragam cara
dan sudut pandang. Perspektif yang beragam dalam memahami
realitas, diperkaya melalui karya seni.

Seni Agawe Santosa


Catatan Kuratorial 11

Merayakan, Menguatkan
Karya-karya dalam pameran ini dapat dibaca sebagai upaya
merayakan keriuhan hidup, atau lebih spesifik lagi merayakan
kehidupan bersama sebagai makhluk sosial-politik-ekonomi-
budaya. Para perupa dalam pameran ini dalam konfigurasi
yang unik: lintas generasi, bahkan latar belakang. Misalnya,
mengundang perempuan perupa senior seperti Kartika Affandi,
Lucia Hartini, kemudian disusul Erica Hestu Wahyuni, Laila Tifah,
Theresia Agustina Sitompul, Diah Yulianti, Astuti Kusuma, Ayu
Rika, dan Adin Wahyu Wiedyardini. Perupa laki-laki mengundang
perupa senior berlatar unik, yakni Kyai sekaligus Guru Bangsa
K.H. A. Mustofa Bisri akrab disapa Gus Mus, yang menjelajahi
ragam ekspresi seperti puisi, cerpen, esai, dan tentu pencerahan
melalui agama (Islam). Kemudian pameran ini juga mengundang
‘perupa debutan’ Agus Noor (berlatar pendidikan teater, penulis
lakon, sutradara, penyair, cerpenis) dan Whani Darmawan
(berlatar pendidikan teater, aktor teater dan film, penulis) yang
terus menawarkan kejutan pergulatan kreatif karya seni rupa
(lukis) dengan karya-karya yang menantang. Perupa lainnya
– Subroto Sm, Ivan Sagita, Alfi, Ugo Untoro, Butet Kartaredjasa,
Bambang Heras, Sigit Santoso, Budi Ubrux, Wayan Cahya, Nindityo
Adi Purnomo, Pupuk Daru Purnomo, Nasirun, Iwan Jusuf, dan
lainnya – adalah mereka yang sudah kuyup keringat dengan
pergulatan kreatifnya.

Bagi mereka semua, karya (berkarya) seni sebagai kanal


pelepasan ide, hasrat, kecemasan, kemarahan, kekecewaan,
kegembiraan, juga harapan-harapan, dan upaya membangun
komunikasi melalui sanepo visual. Sanepo – dapat pula dipahami
sebagai pasemon – kira-kira bermakna dan berfungsi semacam
perlambangan untuk ‘membungkus’ maksud yang sesungguhnya,
seperti watak seni pada umumnya. Verbalitas dalam karya seni
dianggap mentah, demikian sebaliknya kematangan dapat
dilihat salah satunya melalui metafora. Namun demikian jika
metafora terlalu personal, maka karya seni berpotensi menjadi
‘gelap’. Metafora berfungsi mengundang tafsir/makna ‘seperti
apa’, tergantung preferensi dan referensi penonton, yang

Seni Agawe Santosa


12

mungkin saja berkesimpulan “bilang begini, maksudnya begitu”


seperti ungkapan sastrawan Sapardi Djoko Damono.

Pameran seni rupa “Seni Agawe Santosa” dihasratkan untuk


merayakan perlintasan semacam itu: membicarakan ragam
persoalan sehari-hari hingga masalah sosial, politik, agama,
atau hukum, kewargaan, kebangsaan, keindonesiaan, dengan
ragam sanepo rupa. Ujungnya adalah merayakan kemanusiaan.
Mari kita lihat dari dekat bagaimana seni rupa – kali ini lukisan –
menghadirkan yang sehari-hari dengan derajat persoalan dan
dengan “mata” masing-masing perupa.

Ikhwal keindahan bentang alam Nusantara dan makna-makna


lain di dalamnya dihadirkan oleh Kartika Affandi melalui karya
Pemandangan dan Perahu Eretan. Panorama indah membentang
di sekeliling kita di mana-mana, mata Kartika memilih sudut
tertentu, mengolahnya, memilih mana yang perlu dihadirkan,
mana yang tidak. Lalu lahirlah lukisan bentang alam dari sudut
tertentu yang memperkaya cara pandang penonton. Dalam
pameran ini juga akan bertemu lukisan Djokopekik bertajuk
Warung Nasi. Di sana panorama pantai Parangtritis, debur
ombak, bukit pasir, jalan berbukit, menjadi sekadar latar
dan lokus. Yang utama adalah sesosok perempuan yang
menggendong meja dan kursi warung, tengah berhenti berdiri
sambil buang air (pipis; merupakan kebiasaan para perempuan
pekerja di pegunungan yang tengah menggendong atau
memanggul barang), dan empat perempuan lainnya yang sudah
berjalan terbungkuk menggendong barang di punggungnya.
Berbeda dengan Kartika, panorama pada Djokopekik menjadi
bermuatan drama kemanusiaan terkait survivalitas hidup.
Barangkali, terkait perkara survivalitas, dapat dilihat juga dalam
lukisan Perburuan dan Anjing Merah karya Ong Hari Wahyu. Karya
ini mengisyaratkan pesan kuat terkait perburuan: memburu atau
diburu tergantung posisi setiap orang. Pada area perburuan
itulah kekuasaan tengah dipraktikkan.

Panorama dari perspektif sangat personal diolah oleh Nindityo


Adi Purnomo dalam karya Working From Home_Working at Home

Seni Agawe Santosa


Catatan Kuratorial 13

#1 dan #4. Bekerja “dari” dan “di” rumah menjadi tema yang
menggugah karena terkait skala, ruang, waktu, tempat yang
diringkus oleh situasi yang mendesak sekaligus mengharuskan,
misalnya oleh situasi pandemic dan teknologi komunikasi
mutakhir yang memungkinkan semua itu terjadi. Akibat yang
segera terasa adalah bergesernya dan berubahnya pengertian
ruang, karena semua diringkus oleh kecepatan, atau meminjam
teoretisi Paul Virillio disebut era dromologi, era kecepatan
menjadi yang utama.

Berikutnya kita dapat berdialog dan membangun makna ketika


berhadapan dengan karya Laila Tifah (Warisan, Thole), Pupuk
DP (Blue), Rifzika Atmadiningrat (Ibu Bumi, Bumi Damai), Wayan
Cahya (Satu Semesta), Erica Hestu Wahyuni (A Big Catch in
the Year of Rabbit), Rismanto (Wohing, Jago Besi (Blacksmith),
Ampun Sutrisno (Wayahe Kluruk, Romantisme Tajuk Loro), Adin
Wiedyardini (Harmony of Life), termasuk karya panoramik non-
representasional seperti lukisan Gunungan dan Imaji Tonggak
2024 karya Edi Sunaryo.

Lukisan lainnya yang menarik didiskusikan antara lain The Holy


Fleur di Lis dan Perjamuan Khong Guan: Kopi Penghabisan
Sebelum Penyaliban karya Agus Noor. Lukisan The Holly Fleur
di Lis dihasratkan untuk menyuarakan cinta kasih yang dapat
tumbuh di mana pun, seperti kata Agus Noor berikut ini, “dihati
paling kering pun, seperti kaktus yang mampu tumbuh di padang
tandus, kasih itu menetes dari Tuhan, dan kita tinggal tengadah
berdoa”. Sebuah pesan yang sangat kuat, bahwa doa merupakan
kekuatan utama, tengadahkan tangan, kasih akan menetes.
Dengan tepat Agus Noor meminjam bentuk baskom (mangkok),
lebih dari sekadar dua telapak tangan terbuka, untuk mewadahi
tetesan cinta Tuhan. Lukisan berikutnya, Perjamuan Khong Guan:
… mengingatkan pada buku kumpulan puisi Perjamuan Khong
Guan karya Joko Pinurbo. Religiositas dapat mewujud, setidaknya
dimetaforakan secara renyah, sehari-hari, bahkan popular. Khong
Guan, Kopi, dan Penyaliban: tiga kata kunci dengan konotasi
makna berbeda, yang profan dengan yang transsendental

Seni Agawe Santosa


14

dijajarkan (juktaposisi) begitu saja dalam satu waktu dan


peristiwa. Demikian pun ketika berhadapan dengan lukisan
Chandra Bhairawa karya Susilo Budi Purwanto, yang bertaolak
dari novel Anak Bajang Mengayun Bulan karya Sindhunata.
Adegan itu menggambarkan Sukrasana si raksasa kecil buruk
rupa namun berhati amat mulia, tengah mendapat perlindungan
dari para raksasa budiman dengan masing-masing membawa
bulan. Kisah yang indah, menggugah ikhwal kemuliaan tanpa
tepi dari yang tampak buruk wajahnya, yang menyerahkan diri
sepenuhnya kepada kebaikan dan cinta, betapa pun berpeluang
untuk dikhianati.

Karya-karya lainnya dapat dibaca tendensinya baik melalui


judul mau pun bentuknya, seperti lukisan A Fight Club karya
Whani Darmawan; Maka Lahirlah Sorang Pemimpin karya
Yaksa Agus; Sido Mukti karya Ledek Sukadi; Wong Mesin
karya Joko Sulistiono/Gundul; lukisan Memahami Jangkar
karya Iqi Qoror; lukisan Menuju Terang dan Jantraning Laku
karya Bambang Pramudiyanto; lukisan Ketek Putih karya Putu
Sutawijaya; Melangkah Beriringan karya Subandi Giyanto; dan
Air Kehidupan karya Hartono. Karya-karya tersebut bergerak
antara menangkap/merekam realitas dan harapan. Kemudian
lukisan Wajah-wajah Warsa Duatiga karya Subroto Sm; lukisan
Potret Perempuan, After Sudjojono karya Ugo Untoro; Tilem
karya Ayu Rika; Menjadi Wayang karya Iwan Jusuf; Janganlah
Berjudul, Kesalahan Pembuahan karya Ivan Sagita; Oleh-oleh dari
Masa lalu #07 karya Jumaldi Alfi; No Doggy Bag Please! Karya
Eddie Hara. Bebas Merdeka #1,2,3 karya Nasirun, dapat dibaca
sebagai gumam-gumam pelukis terhadap hidup dan kehidupan.
Termasuk yang menggubah drama kelam kehidupan seperti
ditunjukkan oleh Ivan Sagita.

Sejumlah pelukis melihat ikhwal kebangsaan-keindonesiaan


seperti berikut ini. lukisan The Glory of Nusantara karya Bambang
Herras, seperti kata kunci dalam memahami Indonesia, yakni
terkait kisah sukses dan sejarah panjang. Indonesia adalah
Nusantara yang memiliki rangkaian kisah sukses pencapaian

Seni Agawe Santosa


Catatan Kuratorial 15

para pemimpin kerajaan; agamawan/pendeta yang menyatukan;


perupa yang memahat relief, patung persembahan atau
pemujaan; pujangga yang menarasikan kejayaan dengan
drama-dramanya; yang dapat digunakan sebagai cermin untuk
meneguhkan keberadaan kita hari ini dan masa depan.

Lukisan Air Mata Menjadi Mata Air karya Diah Yulianti bertajuk
sangat menggugah karena berisi harapan; meski ‘air mata’
tak selalu berarti duka (sangat bersuka cita juga dapat berurai
air mata), namun dua jenis air dengan makna yang berbeda
menjadi spirit yang menyala. Konfigurasi warna-warna pada
lukisan ini juga mengisyaratkan semangat semacam itu. Lukisan
Berkibarlah Benderaku karya Melodia menghadirkan sepenggal
‘pembangunan’; sepeda pekerja dengan wadah pengangkut
barang tengah parkir di tepi jalan di luar pagar kolong jalan
layang, papan nama baliho, dan mendekati ujung gambar
(ujung mata pelukis) ditampakkan bendera merah putih berkibar.
Inilah wajah Indonesia yang lain, yang belum tentu mendapat
perhatian oleh sebagian orang lainnya.

Spirit kebangsaan dan keindonesiaan harus ditopang dengan


segala cara, baik yang wantah mau pun yang spiritual. Butet
Kartaredjasa melalui karya Wirid Nusantara menunjukkan dan
sekaligus mengajak untuk mendedahkan harapan baik pada
kejayaan Nusantara melalui jalan wirid (secara khusus wirid
dipahami sebagai “amalan membaca bacaan tertentu terus-
menerus yang diyakini sebagai harapan/doa”; dalam hal kerja
kreatif Butet dimaknai sebagai “amalan menulis terus-menerus,
setiap malam”). Butet melafalkan teks Nusantara serupa gerak
sentripetal – atau dapat pula dipahami sebaliknya sebagai gerak
setrifugal – yang melenting keluar atau sebaliknya menelusup
ke dalam (jiwa, diri) menjadi kekuatan sekaligus doa. Kata
Nusantara bermakna harapan dan doa terhadap kebaikan dan
kesejahteraan semua makhluk.

Harapan menjadi lengkap jika disertai kesadaran sangkan-paran


(asal-mula). Berharap untuk kegemilangan Indonesia-Nusantara

Seni Agawe Santosa


16

jangan pernah melupakan sosok dan perannya. Lukisan Ecce


Homo karya Sigit Santoso mengingatkan hal itu dengan imajinasi
dan seloroh. Ecce Homo (bahasa Latin) yang berarti “lihatlah
manusia itu” yang dalam banyak pustaka dijelaskan, kata itu
digunakan oleh Ponsius Pilatus saat peristiwa penyaliban Kristus.
Judul Ecce Homo juga digunakan oleh Hieronymus Bosch (1450-
1516), atau Caravaggio (1571-1610) yang juga melukiskan proses
penyaliban Yesus Kristus dalam citraan sengsara dan sekaligus
kehidupannya. Dalam karya Sigit Santoso dilukiskan sosok Bung
Karno dengan pose paling santai; duduk di kursi kayu (dingklik),
bersandal japit, mengenakan kaos singlet, kain sarung, kopiah/
peci dilepas diletakkan di samping kanan dingklik, kaki kanan
menumpang silang di atas paha kaki kiri, tangan kanan menjapit
sebatang rokok yang masih menyala. Lukisan ini sungguh
menggugah sekaligus mengharukan. Kita semua terbiasa melihat
citraan Si Bung yang tampan dan kharismatik dalam balutan
busana perlente rapi dengan orasi-orasi yang menggetarkan
terkait harapan untuk kejayaan Indonesia-Nusantara, kerukunan
bangsa, kemandirian, harga diri, disertai kecemasan-kecemasan
nya. Kali ini Sigit Santoso menyodorkan sosok Si Bung yang
melepas segala atributnya, menjadi sesosok manusia biasa,
mungkin tengah menyaksikan sekaligus berharap (dari sana),
impannya tentang Indonesia yang gemilang menjadi kenyataan.
Imajinasi sungguh melampaui batas-batas yang dibayangkan
siapa pun. Demikianlah antara lain sejumlah lukisan dikerjakan
dan bekerja bagi penontonnya.

Membuat sentausa suatu kehidupan bersama, berkomunitas,


bermasyarakat, berbangsa, bernegara, tentu dapat melalui
banyak cara. Salah satunya melalui seni-berkarya seni,
mempercakapkan, dan bagaimana membangun saling
pengertian. Tentu saja situasi terciptanya saling mengerti
tidak bisa ujug-ujug (tiba-tiba) terjadi. Tetapi harus dibangun
pelan-pelan melalui edukasi dan kemauan membuka diri untuk
berkomunikasi, salah satunya cara kerja dan mengerti seni.
Ketidaktunggalan makna, keragaman fungsi dan bentuk seni,
merupakan pintu masuk untuk mendiskusikan realitas keragaman

Seni Agawe Santosa


Catatan Kuratorial 17

dan kebenaran. Kebiasaan dan kemauan membangun


percakapan merupakan kunci utama terciptanya pengertian
dan sikap respek pada pihak lain; selalu ada benar di balik salah,
selalu ada baik di sisi buruk, atau sebaliknya. Demikian pun dalam
seni/karya seni.

Para perupa yang menjadi eksponen pameran ini sudah


bertungkus lumus dengan persoalan merayakan keberagaman,
melawan segala kekerasan (fisik dan verbal), berupaya melawan
intoleransi, berupaya melawan politik identitas, memangkas
gerak-gerik kebencian, dan sejenisnya dalam praktik seni mau
pun dalam pergaulan sehari-hari. Para perupa ini menebar
kegembiraan dan harapan agar Indonesia semakin cerdas,
maju, warna-warni, penuh respek antarberbagai pihak. Karena
itu pulalah maka seni (rupa) sungguh agawe santosa - seni
sungguh membuat dekat, saling membangun pengertian, dan
saling menguatkan.

Seni Agawe Santosa


18

Profil Kurator

Suwarno
Wisetrotomo

Dilahirkan di Kulon Progo, 10 Januari 1962 (karena kesalahan


administrasi, di seluruh dokumen resmi tertulis 29 April 1962).
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Seni Rupa
Yogyakarta (1982); Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta (1987);
Pascasarjana (S2) Program Studi Sejarah di Universitas Gadjah
Mada (2001); dan (S3) di Program Studi Kajian Budaya dan Media,
Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada (2015).
Menjadi pengajar di Fakultas Seni Rupa, dan Pascasarjana ISI
Yogyakarta; di Prodi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR)
Sekolah Pascasarjana UGM. Menjadi Ketua Program Studi Seni
Program Magister, Pascasarjana ISI Yogyakarta (2015-2020);
Menjadi Asisten Direktur 1 (Bidang Akademik) Pascasarjana ISI
Yogyakarta (2020-sekarang). Menjadi Kurator Galeri Nasional
Indonesia, dan Kurator Galeri R.J. Katamsi Yogyakarta.

Seni Agawe Santosa


19

Buku terbaru: KURATORIAL – Hulu Hilir Ekosistem Seni, Penerbit


NYALA, (Mei 2020). Kemudian buku OMBAK PERUBAHAN – Problem
Sekitar Fungsi Seni dan Kritik Kebudayaan, Penerbit NYALA (Juli
2020). Buku KUASA RUPA-KUASA NEGARA: Kurator di Antara
Tegangan Pasar dan Kekuasaan, Penerbit Buku Baik (Juli 2021).

Aktivitas lain; Menguratori sejumlah pameran skala nasional


maupun internasional; kurator Biennale (Jakarta, Yogyakarta,
Bali, dan Makassar). Menjadi Anggota Dewan Kebudayan DIY
(2009-2013); Ketua Tim Juri bidang Seni “Anugerah Kebudayaan”
dari Gubernur DIY (2018, 2019, 2020, 2021, 2022), dan Anggota
Dewan Kebudayaan DIY (2020-2023). Memiliki program
#SUWARNOBICARA yang berisi paparan ringkas proses kreatif
para seniman/perupa, dapat diikuti pada chanel You Tube, link:
bit.ly/35fd9ee

Seni Agawe Santosa


21

karya
/ artwork

seni
agawe
santosa
Seni Agawe Santosa
22 Profil Seniman

Adin Wiedyardini

Lahir di Wonosobo pada Pameran ‘ Observation Time ‘


26 Maret 1984 dan telah Popi Gallery, Brussels, Belgia;
menyelesaikan pendidikannya Pameran “KAWAII’ Maddox
di Fakultas Seni Rupa, Institut Gallery, London; Pameran ‘CON
Seni Indonesia Yogyakarta. Summer Edition ‘22’ ,circle of
none, London; Pameran ‘YAA
Seniman yang berbasis di #7: Flow’ Bale Banjar Sangkring,
Yogyakarta ini aktif dalam Yogyakarta; Pameran “ Kecil
berbagai pameran bersama itu Indah” Jogja Gallery,
di Indonesia serta berbagai Yogyakarta; Pameran “Jogja
negara lainnya sejak tahun Affordable Art” Jogja Gallery,
2008 hingga saat ini, seperti Yogyakarta (2022), dan
Pameran ‘Menawar Isyarat’ Pameran ‘Bunny Party’ Mozuku
Bale Banjar Sangkring, Gallery, Taipei (2023).
Yogyakarta; Pameran ‘The
Live of Spices’ The Pheonix Ia telah menyelanggaran
Hotel, Yogyakarta; Pameran dua pameran tunggal, yaitu
‘YAA #6: Transboundaries’ Pameran ”3 Solo Show”,
Sangkring Art Space, Sangkring Art Project
Yogyakarta (2021),Pameran Yogyakarta (2015), dan
‘Planet Burning’ Mozuku Gallery, Pameran Tunggal “In Synch
Taipei; Pameran ‘For Your with Universe “, Gallery OVO,
Eye’s’ Circle of none, London; Taipei (2022).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 23

Harmony of Life
Adin Wiedyardini, 2023
Acrylic on canvas
150 x 150 cm
24 Profil Seniman

Agus Noor

Penulis dan sutradara yang Kesenian Jakarta, Pusat Bahasa


produktif ini mulai menekuni dan lain-lain. Karya prosanya
dunia seni rupa yang juga tersebar di nyaris semua
sesungguhnya merupakan koran dan majalah di
minat dan gairahnya sejak Indonesia. Diterjemahkan ke
awal berkesenian. Ketika Bahasa Inggris, Hunggaria,
memutuskan hijrah dari kota juga Belanda. Sebagai penulis
kelahirannya Tegal ke naskah ia aktif bersama Teater
Yogyakarta, ia ingin masuk Gandrik dan menulis monolog
ke SMSR (Sekolah Menengah untuk Butet Kartaredjasa.
Seni Rupa), tapi terlambat Sebagai sutrada pertunjukan,
mendaftar satu hari. Sudah ia rutin memproduksi
“terlanjur” berada di Yogya, pementasan dengan Indonesia
ia memutuskan untuk tetap Kita, Titimangsa Foundation,
mengembangkan diri dengan Kayan Production, dan lain-lain.
bergelut di dunia penulisan Menggarap pertunjukan teater,
dan pertunjukan. musical sampai konser musik

Sebagai penulis ia telah Kini ia menekunkan diri melukis,


menerbitkan puluhan buka dengan gairah dan hasrat
dan mendapatkan banyak mewujudkan mimpi remaja
penghargaan, dari Dewan yang tertunda.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 25

Perjamuan Khong Guan:


Kopi Penghabisan Sebelum Penyaliban
Agus Noor, 2023
Acrylic on canvas
140 x 180 cm
26 Profil Seniman

Ampun Sutrisno

Lahir di Bantul pada 1 Juni INCUMBENT YAA#4 Balebanjar


1971. Setelah lulus dari Sangkring Yogyakarta
Sekolah Menengah Seni Rupa (2019); Virtual Art Exibition
Yogyakarta pada 1990 ia Celebrating 8tH Anniversary
kemudian melanjutkan belajar Of Abdurahman Wahid Center
di Padepokan Seni Bagong for Peace and Humanities
Kussudiardja Yogyakarta Ul Jakarta, YAA#5 HYBRIDITY
pada tahun 1991 – 1995. Bale banjar Sangkring
Hingga saat ini ia telah aktif Yogyakarta, WIWITAN RESTART
dalam berbagai pameran Nandur Srawung #7 Taman
bersama, seperti Sawang Budaya Yogyakarta, FESTIVAL
Sinawang Pemandangan di KEBUDAYAAN YOGYAKARTA
MDTL Yogyakarta, Spiritual Mulanira 2 Yogyakarta, SOUL
Landscape di Shankara Visual ART EXHIBITION Art Gallery Solo
Art Magelang (2017); 4sehat (2020); Pameran OWAH GINGSIR
5sempurna di Balebanjar di Leman Art House Yogyakarta
Sangkring Yogyakarta, MURALIS (2021); Pameran Seni Rupa Buy
memperingati Konggres Art Not War PCS Yogyakarta,
Kebudayaan Indonesia/KKI On The Move di No Body
Jakarta, Pameran Cover CD Mojokerto, Bangkit Berkarya
MAHANDINI Dewa Budjana Lagi di AdaSarang Yogyakarta,
Sangkring Art Project KecilBergoyang Sanggar Rupa
Yogyakarta (2018); DEKODE 80th Jawa Yogyakarta, Pameran
Dr Oei Hong Djien IndieartHouse Honour For Ancestors Jogja
Yogyakarta, Pameran Gallery (2022).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 27

Wayahe Kluruk
Ampun Sutrisno, 2023
Acrylic on canvas
120 x 120 cm
28 Profil Seniman

Astuti Kusumo

Pelukis kelahiran 29 September Yogyakarta, Live Painting


1970 di Yogyakarta ini & Pameran Tunggal Hut
merupakan lulusan Fakultas Jamkrindo, Jakarta, Kurasi
Ekonomi UPN ‘Veteran’ Pameran Tunggal Astuti
Yogyakarta. Belajar melukis Kusumo, On The Spot Kotagede,
secara otodidak, ia telah Ndalem Natan Royal Heritage,
banyak berpartisipasi dalam Yogyakarta, Live Painting,
berbagai pameran bersama Pameran Empowered G20
sejak tahun 2015 di berbagai Royal Ambarukmo, Yogyakarta
daerah di Indonesia. Ia telah (2022), dan Svarga Bhumi,
mengadakan pameran Hotel Santika Gunungkidul,
tunggal dan live painting, Yogyakarta (2023).
yaitu Seratan Luru Raos,
Bentara Budaya Yogyakarta Beberapa penghargaan
(2017), Dalan Padhang, Jogja yang pernah diraihnya yaitu
Gallery, Yogyakarta (2018), Pameran keliling ASEAN
UGEMI, Sangkring Arts Space, Children Exhibition, Pemenang
Yogyakarta, Gemati, Balai Sirkit Piala Affandi dan +/- 30
Soedjatmoko, Solo (2019), penghargaan seni lukis, dan
Live Painting & The Beauty of serta Pemenang Silver Medal of
Gunungkidul, Hotel Tentrem, Shankar INDIA 1985.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 29

Spirit of Basuki Abdullah


Astuti Kusumo, 2023
Acrylic on canvas
199 x 120 cm
30 Profil Seniman

Ayu Rika

Lahir di Grobogan, Jawa Ia pernah mengenyam


Tengah pada 28 Agustus pendidikan di Institut Seni
1996. Ia percaya bahwa Indonesia Yogyakarta pada
setiap orang memiliki 2014 – 2021.
peristiwa yang terkadang
tanpa meninggalkan jejak Ia mendapat penghargaan
gerak tubuh, ekspresi, dan melalui penciptaan lukisan
tanda pada kulit. Tanda itu terbaik pada kompetisi yang
dapat dilihat sebagai simbol diselenggarakan oleh Museum
dan dapat dibaca sebagai Basoeki Abdullah di Vredeburg,
pertanda. Obsesinya untuk Yogyakarta pada tahun 2018. Ia
mengeksplorasi tubuh berawal juga dinominasikan sebagai
dari pengamatan pribadi yang seniman muda China di Beijing
membawanya untuk berkarya. pada tahun 2017.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 31

Tilem
Ayu Rika, 2023
Soft pastel on canvas
90 x 175 cm
32 Profil Seniman

Bambang Herras

Lulusan ISI (Institut Seni Hati” di Sangkring Art Space


Indonesia) Yogyakarta tahun (2013), Pameran tunggal
1994, sejak kuliah sudah aktif Mangsimili Trilateral Art
dalam berbagai banyak Exhibition di Kiniko Art Room
kegiatan seni rupa baik Sarang Building Yogyakarta
pameran kelompok maupun (2018), Pameran bersama
tunggal. Selain aktif dalam Incumbent di Sangkring
pameran yang bersifat pribadi Art Project Yogyakarta
juga aktif mengelola pameran (2019), Pameran bersama
teman-teman perupa yang Virtue Virtual Art Exhibition
lain. Celebrating 8th Anniversary of
Abdurrahman Wahid Center
Beberapa pameran bersama for Peace Humanities di
dan pameran tunggal yang Universitas Indonesia (2020),
pernah ia selanggarakan, Pameran bersama YAA
antara lain, A Hundred #6 ‘Dharma’, Bale Banjar
Nomination Exhibition in Sangkring, Yogyakarta (2021),
Painting Competition YSRI dan Pameran bersama pelukis
“Philip Moris Indonesian ART Indonesia “Bridge of Colors”
1999” in Jakarta (1999), National Gallery of Thailand,
Pameran Tunggal “Menawan Bangkok (2022).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 33

The Glory of Nusantara


Bambang Herras, 2023
Acrylic on canvas
140 x 140 cm
34 Profil Seniman

Bambang
Pramudiyanto

Lahir di Klaten pada 1965. Pada Ia telah menyelenggarakan


tahun 1984 mulai mengenyam pameran tunggal di berbagai
pendidikan di STSRI “ASRI”. Ia daerah di Indonesia, yaitu
aktif dalam peristiwa seni, “Mobil-Mobil” di Bentara
seperti Perfomance Art Budaya Yogyakarta (1995),
“Distructive Image” di “Iconic Realistic” di Kinnara
Malioboro Yogyakarta, Gallery Nusa Dua Bali (1999),
Pameran “Citra Realistik” “Kegelisahan yang terpelihara”
di Galeri Nasional Jakarta, di Bentara Budaya Jakarta
Pameran Biennale “Jogja (2003), dan “MeTal(i)k”
Jamming”, Pameran Biennale di Sangkring Art Project
X Jakarta, Pameran ARTJOG I Yogyakarta 2019.
di Taman Budaya Yogyakarta,
Pameran Finalis Indonesia Art Dalam perjalanan karirnya
Awards 2013 di Galeri Nasional berbagai penghargaan telah
Jakarta, Pameran Seni Rupa diraihnya. Di antaranya adalah
Manifessto VIII “Transposisi” di Finalis Jakarta Art Awards di
Galeri Nasional Jakarta, dan Ancol Jakarta, dan lima besar
Pameran seni Rupa Nandur Indonesian Art Awards of Phillip
Srawung “WIWITAN” di TBY. Morris of Companies 1995.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 35

Jantraning Laku
Bambang Pramudiyanto, 2023
Acrylic on canvas
140 x 140 cm
36 Profil Seniman

Budi Ubrux

Lahir di Yogyakarta pada tahun Jeonbuk Museum of Art, Korea


1968. Ia pernah menempuh Selatan (2018), ”Hening” Galeri
pendidikan seni lukis di Monod Huis, Semarang (2022).
Sekolah Menengah Seni Rupa
Yogyakarta dan lulus pada Pameran tunggal yang pernah
tahun 1984. Secara aktif ia telah diselenggarakannya yaitu
mengikuti sejumlah pameran “Ilusi Koran”,Semarang gallery,
bersama sejak tahun 1987 dan Semarang (2002), “Transisi”
menyelenggarakan pameran Bentara Budaya Yogyakarta
tunggal baik di dalam maupun (2002), “ Beyond The Headlines”,
luar negeri. iPreciation, Singapore (2008),
“Togetherness”, Parco Sculpture
Beberapa pameran bersama Park Delchianti, Italy (2010),
yang pernah diikutinya antara ”Nggiring sapi neng PWI”
lain “Kelompok PANDAWA”, Gedung PWI Yogyakarta (2012),
Karta Pustaka Jogjakarta (1987), ”Rajakaya”, Taman Budaya
“Yellow Art” Zurich, Switzerland Yogyakarta (2017), Indonesia”,
(1998), “Art For Aceh’, Edwin Galeri Nasional Indonesia,
Gallery, Jakarta (2005), Jakarta (2017), ”Reflection –
“Equatorial Heat” Sichuan, Cina Reflektion” The Sulam Kulon
(2006), Una Finestra Sul Mondo, Series of Budi Ubrux, Morosani
Mycufortea Gallery, Roma, Italia Posthotel, Davoz Platz, Swiss
(2010), ”Pathos of the Fringes” (2018).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 37

Cukup Dua Saja


Budi Ubrux, 2023
Oil on canvas
100 x 80 cm
38 Profil Seniman

Butet Kartaredjasa

Lahir di Yogyakarta pada tahun Mandiri, sinetron Oom Pasikom,


1961. Banyak dikenal sebagai film Petualangan Sherina, dan
aktor teater dan monolog, masih banyak lagi. Ia juga
ia juga merupakan seorang tampil dalam beberapa
perupa/pelukis. Pernah program televisi, salah satunya
mengenyam pendidikan adalah serial “Sentilan-
formal di Sekolah Menengah Sentilun” (menjadi Republik
Seni Rupa Yogyakarta akhir Sentilan Sentilun pada tahun
tahun 70-an dan Fakultas Seni 2016).
Rupa, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Saat ini ia banyak Selain melukis dan bermain
mengerjakan lukisan di atas peran, ia juga menulis. Ia
kertas dan keramik porselen. sering menulis kolom dan esai
di berbagai media massa dan
Perjalanannya di dunia beberapa kali menulis buku,
peran sudah dimulai sejak seperti “Presiden Guyonan”
usia sekolah, ia pernah (2008), “Republic of Fun” (2011),
menyandang gelar Aktor dan “JALAN MINYAK, energi
Terbarik (1979 & 1981) dan kreatif kuliner Nusantara”
Sutradara Terbaik (1981) pada (2015).
Festival Teater SLTA se-DIY.
Ia kemudian aktif di Teater Saat ini ia turut mengelola
Gandrik, memainkan lakon- Yayasan Padepokan Seni
lakon monolog di beberapa Bagong Kussudiardja sebagai
kota, di Teater Koma, di Teater Dewan Penasehat.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 39

Wirid Nusantara
Butet Kartaredjasa, 2022
Ink on paper
200 x 120 cm
40 Profil Seniman

Diah Yulianti

Lahir di Rantau, Kalimantan sebagai Finalis di Indonesian


Selatan pada tahun 1973. Art Award, The Philip Morris
Sarjana Seni Rupa, Jurusan Group of Compenies (2000),
Seni Lukis, Institut Seni Top 40 Artist, Kompetisi
Indonesia, Yogyakarta ini telah “Winsor & Newton” (1999),
mengikuti berbagai pameran Lukisan terbaik pada Dies
di Indonesia, ASEAN, Belanda, Natalies ISI Yogyakarta (1997),
Kanada, Irlandia, Spanyol, San Sketsa Terbaik ISI Yogyakarta
Francisco, California, kemudian (1992). Karyanya di koleksi di
Chicago, Marocco, dan Aljazair. beberapa museum dalam
Ia juga telah mengadakan negeri maupun luar negeri,
pameran tunggal, di antaranya diantaranya di Oei Hong Djien
adalah “Shadows and Lights”, (OHD) Museum, Magelang,
Galerie Waterton, Chicago, USA Singapore Art Museum (SAM),
(2017), dan “Sanctum of the Institut Seni Indonesia
Soul”, Qunci Villas, Lombok, NTB Yogyakarta, Museum of Cheikh
(2018). El-Alawi, Algeria, dan Sefik
Can International Mawlana
Beberapa penghargaan yang Educational and Cultural
pernah ia terima adalah Association, Turkey.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 41

Air Mata Menjadi Mata Air


Diah Yulianti, 2023
Acrylic and oil on canvas
200 x 140 cm
42 Profil Seniman

Djoko Pekik

Lahir di Grobogan, Purwodadi, Tunggal Lukisan di Taman


Jawa Tengah pada 2 Januari Budaya Surakarta (1993),
tahun 1937. Ia pernah Pameran Tunggal Lukisan
mengenyam pendidikan seni di Four Season Hotel, Bali
secara formal di Akademi Seni (1995), Pameran Tunggal Satu
Rupa Indonesia Yogyakarta Lukisan “Indonesia Berburu
pada tahun 1957 sampai 1962. Celeng” (1998), Pameran
Tunggal 3 Lukisan “Susu Raja
Catatan perjalanan karier Celeng”; “Indonesia 1998:
presentasi karyanya, antara Berburu Celeng”; dan “Tanpa
lain, mengikuti Biennale 1989 di Bunga dan Telegram Duka”
Taman Ismail Marzuki, Jakarta di Galeri Nasional Indonesia,
(1989), karyanya terpilih ikut Jakarta dan Bentara Budaya
pameran KIAS (Kesenian Yogyakarta (1999), dan
Indonesia di Amerika Serikat) Pameran Tunggal Lukisan
(1990), Pameran Tunggal “Zaman Edan Kesurupan” di
pertama di Edwin’s Gallery, Galeri Nasional Indonesia,
Jakarta (1990), Pameran Jakarta (2013).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 43

Tayuban Minum Arak


Djoko Pekik, 2020
Oil on canvas
150 x 250 cm
44 Profil Seniman

Djoko Susilo

Lahir di Semarang pada 19 Juni Cikarang (2018), Pameran


1958. Saat ini ia tinggal dan di UNIKA Soegijapranoto,
berkarya di Yogyakarta. Semarang (2018), Pameran di
Melukis sejak tahun 2014 dan OHD Museum (2019), Pameran di
secara aktif berpartisipasi Pendopo Art Space Yogyakarta
dalam berbagai pameran (2019), Pameran di Yun Artified
bersama di beberapa kota di Jakarta (2019), Pameran di OHD
Indonesia. Pameran bersama Museum (2022 – 2023). Ia juga
yang pernah diikutinya, antara pernah menyelenggarakan
lain, Pameran di OHD Museum pameran tunggak di Gedung
(2015 – 2016), Pameran NU (2017 VIP, Balai Budaya Yogyakarta
& 2018), Pameran di Jababeka, pada tahun 2015.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 45

GP Merah Putih

Djoko Susilo, 2023


Watercolor on canvas
170 x 150 cm
46 Profil Seniman

EddiE haRA

Seorang seniman yang saat estetika. Melalui lukisan, ia


ini tinggal dan bekerja di Basel, berharap supaya publik dapat
Swiss. Ia pernah menempuh tergerak untuk merenungkan
pendidikan di Institut Seni isu-isu dunia, seperti politik,
Indonesia Yogyakarta dan feminisme, seksisme, perang,
Akademie voor Beeldende Kunst kemiskinan, rasisme, dan lain-
Enschede, Belanda. Ia telah lain.
mengadakan pameran tunggal
dan kelompok di Kuba, Perancis, Beberapa karyanya saat ini
Jerman, India, Indonesia, menjadi bagian dari Singapore
Belanda, Cina, Amerika Serikat, Art Museum, Museum der
Singapura dan Swiss. Kulturen Basel, Swiss, serta
yayasan swasta, perusahaan
Karya-karyanya bergerak dan berbagai galeri di
selangkah di luar perihal Indonesia dan luar negeri.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 47

Sweet Intruder
EddiE haRA, 2019
Acrylic on canvas
50 x 40 cm
48 Profil Seniman

Edi Sunaryo

Lahir di Banyuwangi pada 4 Seni di Institut Seni Indonesia


September 1951. Aktif secara tahun 2012.
praktis dan akademis dalam
dunia seni rupa. Ia pernah Saat ini ia telah pensiun
mengenyam pendidikan sebagai dosen di Jurusan
di Jurusan Seni Lukis STSRI Seni Murni, Fakultas Seni
‘ASRI’ Yogyakarta kemudian Rupa, Institut Seni Indonesia
melanjutkan studi untuk Yogyakarta. Sebagai seorang
mendapat gelar magister di pelukis dan pegrafis ia banyak
Seni Rupa Institut Teknologi terlibat dalam berbagai
Bandung pada tahun 1977 dan pameran seni rupa tingkat
gelar doktor pada Penciptaan nasional dan internasional.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 49

Imaji Tonggak 2024


Edi Sunaryo, 2023
Oil on canvas
150 x 120 cm
50 Profil Seniman

Erica Hestu
Wahyuni

Lulusan dari Institut Seni Sepintas karyanya mungkin


Indonesia (ISI) di Yogyakarta seperti karya kanak-
dan Surikov Art Institut Moscow kanak, tetapi itu adalah
Russia, Erica Hestu Wahyuni- pengembangan dari teknis
biasa dipanggil Erica-menjadi secara dewasa tanpa
salah satu seniman wanita meninggalkan memori-memori
Indonesia yang lahir di dunia anak-anak secara
Yogyakarta, Januari 1971. universal. Lukisan dengan style
Naif Decorative Contemporer
Erica mulai melukis di yang segera mengingatkan
Sekolah Dasar, bergabung kita bahwa dunia anak-anak
dengan Sanggar Katamsi adalah hal yang siapapun
yang dipimpin oleh Soeharto pernah melaluinya, berharap
PR dan Herry Wibowo yang untuk tidak pernah hilang
mengkhususkan menjadi dan lupakan begitu saja,
wadah berkesenian karena dunia tersebut yang
menggambar anak-anak. dipercaya menjadi akar
dari berkembangnya masa
Lukisan Erica adalah ekspresi depan. Pengalaman masa
kepolosan dari cara pandang kecil yang sering memenang
secara alamiah dan apa kompetisi seni lukis tingkat
adanya yang kebanyakan lokal dan nasional menjadi
diambil dari dunia anak serta bekal pengingat yang kuat
interaksi dengan dunia bahwa dunia anak yang kuat
sekitarnya baik secara dan penuh suka duka adalah
pengalaman masa lalu, masa penting dan membuat nilai
kini dan imaginasi masa tersendiri yang kuat dari
depan. kehidupan yang luas.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 51

A Big Catch in the Year of Rabbit

Erica Hestu Wahyuni, 2023


Acrylic on canvas (teakwood carved)
108 x 138 cm
52 Profil Seniman

Hari Budiono

Lulusan Institut Seni Indonesia kurun waktu antara 1982


di Yogyakarta, tahun 1985. hingga 2020.
Terlibat dalam pergerakan seni
rupa di Yogyakarta tahun 1979 Sebagai pelukis, pada
di Senisono bersama Kelompok Maret hingga April tahun
Seni Kepribadian Apa (Pipa). 2019, berpameran tunggal
keliling Jakarta, Bali, Solo,
Aktif menulis tentang seni dan Yogyakarta dengan
budaya di sejumlah media. mengusung tema “Memedi
Pernah menjadi wartawan Sawah”. Ini pameran tunggal
Majalah Jakarta-Jakarta di secara keliling yang kedua.
Jakarta, dan Redaktur Foto Pertama dilakukan di tahun
di Harian Bernas, Yogyakarta. 2006 silam dengan tema
Kini menjadi Redaktur Artistik “Putri Cina”. Terakhir, pameran
Majalah Budaya Basis di “Bridge of Colors” Bersama
Yogyakarta. Menjadi kurator 11 perupa di Galeri Nasional
Bentara Budaya, Lembaga Bangkok, 5-30 Oktober 2022,
kebudayaan Kelompok atas undangan Kedutaan
Kompas-Gramedia, dalam Besar Indonesia di Thailand.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 53

“Andai aku terlahir di negerimu, Gogh,”


gumam Affandi

Hari Budiono, 2023


Watercolor on 2 sheets of paper
55 x 75 cm
54 Profil Seniman

Hartono

Lahir di Sukoharjo pada 10 Juli Selain sebagai seorang pelukis,


1961. Pelukis yang berbasis secara aktif ia berperan dalam
di Semarang ini merupakan berbagai organisasi seni,
lulusan Magister Seni Rupa dari antara lain ikut merancang
Universitas Negeri Semarang. lahirnya Dewan Kesenian
Dalam perjalanan karirnya dan menjadi Ketua Komite
di bidang seni rupa ia telah Seni Rupa pada tahun 1993 –
berpartisipasi dalam berbagai 2009. Ia juga ikut merancang
pameran lukisan bersama di lahirnya Komite Seni Budaya
dalam dan luar negeri sejak Nusantara Jawa Tengah dan
tahun 1980 hingga sekarang. Ia menjadi sekretaris hingga
juga telah menyelenggarakan tahun 2020. Ia pun pernah
sepuluh kali pameran tunggal dipercaya sebagai juri lukis
di Solo, Semarang, dan tingkat kota, provinsi, dan
Yogyakarta. nasional.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 55

Air Kehidupan
Hartono, 2022
Oil on canvas
180 x 144 cm
56 Profil Seniman

Iqi Qoror

Lahir di surabaya pada tahun tahun 2019. Selain itu Iqi Qoror
1984, sebelum memulai profesi telah mengadakan pameran
sebagai seorang seniman, Iqi tunggal sebanyak sembilan
pada tahun 2012 memperoleh kali, diantaranya “Family Gray
gelar magister seni rupanya di Diary” tahun 2012 di bentara
ISI Yogyakarta. budaya, “Authority Of Madness”
Tahun 2015 di Graffik Gallery
Mulai aktif berpameran pada London, “I Prefer Not To Do
tahun 2009 hingga sekarang, Anything” tahun 2019 di Hatch
diantaranya pameran Meta- Art Project Singapore, dan yang
Amuk di Galeri Nasional pada terakhir berpameran tunggal
tahun 2013, Moniker Artfair di Los Angeles bersama Artplex
London tahun 2015, Artstge Gallery, dengan judul pameran
Singapore tahun 2017 dan 2018, “Perception In Tow” pada
dan Art Palmspring di California tanggal 5 November 2022.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 57

Memahami Jangkar

Iqi Qoror, 2023


Acrylic on canvas
200 x 150 cm
58 Profil Seniman

Ivan Sagita

Lahir di Malang pada tahun Northern Territory University


1957. Ia merupakan lulusan Gallery Darwin – Australia
Sekolah Menengah Seni (2000), Red Mills Gallery,
Rupa Yogyakarta pada Vermont – US (2003), “Hidup
1979 kemudian melanjutkan Bermuatan Mati” CP Artspace
studi seni lukisnya di Institut - Jakarta (2005), “Final Silence”
Seni Indonesia Yogyakarta Pulchri Studio, Denhaag –
pada 1985. Ia juga pernah Holland (2011), “They Lay Their
berpartisipasi sebagai Place” Equator Art Projects
Fellowship Artist in Resident – – Singapore (2014), dan “The
Vermont Studio Center – US Look”, Sarang Building –
pada tahun 2003. Yogyakarta (2019).

Ia telah aktif memamerkan Beberapa penghargaan yang


karyanya pada berbagai pernah diraihnya antara lain
pameran tunggal maupun Penghargaan Biennale Seni
bersama di dalam dan luar Lukis Jakarta (1987 & 1989),
negeri. Tujuh pameran tunggal Silver Medal, The Osaka
yang pernah ia selanggarakan Triennale (1996), dan Mainichi
yaitu Pameran di Duta Gallery Broadcasting System Prize,
– Jakarta (1988), Drawing The Osaka Sculpture,Triennale
Exhibition: Freezing the Time, (1998).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 59

Janganlah Berjudul,
Kesalahan Pembuahan

Ivan Sagita, 2023


Oil on linen canvas
174 x 150 cm
60 Profil Seniman

Iwan Yusuf

Lahir di Gorontalo 19 mei 1982,


belajar senirupa secara otodidak di
Surabaya, malang dan menetap di
Yogyakarta. Menekuni hyperrealis
dan mulai membuat karya new
media dan instalasi sekitar 10
tahun, aktif mengikuti komunitas
dan pameran bersama dan
pameran tunggal Menghadap
Bumi, mengikuti residensi Selasar
Sunaryo Artspace. Aktif pameran
YAA Sangkring Artspace, dan
ArtJog. Akhir akhir ini karya instalasi
Iwan Yusuf banyak mengekplorasi
Jaring Ikan sebagai media
expresinya.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 61

Menjadi Wayang

Iwan Yusuf, 2023


Oil and netting on canvas
160 x 120 cm
62 Profil Seniman

Joko Sulistiono (Gundul)

Lahir di Grobogan pada 10 April di V gallery Yogyakarta


1970. Seniman yang tinggal (2006), Pameran JAF “TBY”
dan berkarya di Yogyakarta ini Jogjakarta (2008), AAF Apik
pernah menempuh pendidikan Gallery Singapore (2010),
di Institut Seni Indonesia Pameran Abdorror, Belanda
Yogyakarta. Pada tahun 2000 (2012), Pameran Grey Talenta
ia pernah menjadi finalis lima Organizer, Jakarta (2013),
besar Philip Morris Indonesia Pameran Positif Energi, Batang
Art Award. Secara aktif ia (2014), Pameran Kelompok
telah mengikuti berbagai
Pantura, Rembang (2016),
pameran bersama dan
YAA#5 Sangkring, Yogyakarta
menyelenggarakan pameran
(2020).
tunggal, baik itu di dalam dan
luar negeri.
Pameran tunggal yang
pernah ia selenggarakan yaitu
Beberapa pameran bersama
Pameran “Sesak” di AIKON
yang diikutinya antara lain
Yogyakarta (1998), Pameran
Pameran “Solidaritas Seni
Sono”, Yogyakarta (1991), “Sampah“ di Dria Manunggal
Pameran Spirit 90, Bali (1995), Yogyakarta (1998), Pameran di
Pameran Philip Morris KOONG Gallery Jakarta (2003),
Singapore (2000), Pameran Pameran di “Mata“ Gallery Bali
4 Kota, USA (2002), Pameran (2005).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 63

Wong Mesin

Joko Sulistiono (Gundul), 2022


Mixed media on canvas
100 x 80 cm
64 Profil Seniman

Jumaldi Alfi

Lahir di Lintau, Sumatera 90-an sebagai salah satu


1973. Adalah salah satu anggota pendiri kelompok
seniman lulusan Institut Seni seni berpengaruh Jendela,
Rupa Indonesia Yogyakarta, yang fokusnya pada eksplorasi
Indonesia. Pada tahun 2010 dan estetika dan material dalam
2018 ia terpilih untuk residensi wilayah yang lebih formalis
Project Eleven bersama dan pribadi memperkenalkan
Victoria College of The Arts dinamika segar ke dalam
(VCA), Melbourne dan Artist dunia seni kontemporer
in Residence, STPI (Singapore Indonesia. Alfi tinggal dan
Tyler Print Institute), Singapura. berkarya di Yogyakarta,
Indonesia dan telah banyak
Alfi menjadi perhatian dipamerkan di Indonesia
internasional pada akhir maupun internasional.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 65

Oleh-oleh dari Masa Lalu #07

Jumaldi Alfi, 2022


Acrylic and marker on canvas
150 x 120 cm
66 Profil Seniman

Kartika Affandi

Lahir di Jakarta pada 27 dan menyelenggarakan


November 1934. Sejak kecil pameran tunggal di Indonesia
mengikuti ayahnya, Affandi, dan negara lainnya. Selain
melukis alam terbuka. Tahun berkarya ia juga terlibat
1950 ia berkesempatan untuk dalam berbagai proyek mural
belajar kesenian di University dan restorasi, antara lain
Tagore, Shantiniketan, India menjadi Asistent Restoratoor
dan belajar seni patung di untuk gereja Unter Marketdorf
Polytechnic School of Art, Austria, dan bangunan
London pada tahun 1952. Ia bangunan tua dan bersejarah
juga pernah mempelajari di Vienna, Austria pada tahun
teknik dan restorasi benda- 1983 dan melukis pada dinding
benda kesenian di Wina, kapal pesiar QUICK SILVER di
Austria kemudian melanjutkan- Jakarta pada tahun 2000.
nya di ICCROM (Internasional
Center of the Preservation Ia membangun kompleks
and Restoration of Culture Omahe Kartika pada tahun
Property), Roma, Italia pada 1997, sebuah museum untuk
tahun 1984. pameran dan workshop dari
seniwati Asia dan Pasifik dan
Sejak tahun 1957 aktif mengikuti koleksi pribadi perjalanan
berbagai pameran bersama berkesenian.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 67

Perahu Eretan

Kartika Affandi, 1993


Acrylic on canvas (frame kayu jati)
100 x 120 cm
68 Profil Seniman

K.H.A Mustofa Bisri

Ahmad Mustofa Bisri atau lebih besar Republik Indonesia (KBRI).


dikenal dengan panggilan Jadilah ia menemani Affandi
Gus Mus lahir di Rembang, melukis di Mesir beberapa
10 Agustus 1944. Pengasuh kali. Ia melihat sendiri Afandi
Pondok Pesantren Raudlatuh melukis dengan beberapa
Tholibin, Leteh, Rembang, ini asistennya yang menurutnya
adalah seorang kiai, penulis, seperti orang kesurupan.
penyair, pelukis, dan seorang
budayawan yang dikenal luas Hingga sampai kini pun Gus
oleh masyarakat lewat karya- Mus masih aktif menulis dan
karyanya. melukis. Gus Mus mengatakan:
“Saya punya kebiasaan, kalau
Bakat melukisnya semakin ada dorongan dari dalam itu,
terasah saat Gus Mus kuliah. kalau tidak saya tuangkan
Ia belajar dari Affandi ketika dalam tulisan atau oret-
bertemu di Mesir. Saat itu oretan, rasanya masih seperti
sang maestro sedang dikirim ada ganjalan.” “Apa yang
Pemerintah Jepang keliling saya lakukan itu merupakan
dunia untuk melukis, termasuk dorongan dari dalam. Baik
ke Kairo, Mesir, kota tempatnya menulis maupun melukis, itu
kuliah. Sebagai mahasiswa, dorongan dari dalam yang
Gus Mus menawarkan diri jadi tidak bisa dibendung, bahkan
pemandu Affandi selama di oleh saya sendiri. Karena sakit
sana. Hal itu disetujui Kedutaan kalau tidak saya tuangkan.”

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 69

Wali Songo

K.H.A Mustofa Bisri, 2013


Acrylic on canvas
30 x 50 cm
70 Profil Seniman

Laila Tifah

Laila Tifah adalah seniman adalah oase ide sekaligus


Indonesia yang banyak sebagai laboratorium. Di situ
berkarya pada media kanvas dia menemukan banyak
dan kertas, dan bereksplorasi kearifan lokal yang bisa
pada material lain. Karyanya diangkat dalam karyanya.
terlihat sangat personal dan
humanis karena mengambil Tema-tema karyanya
pengamatan di sekelilingnya merupakan akumulasi dari
dengan sudut pandangnya apa yang dipikirkannya
sebagai perempuan. dalam waktu yang lama, akan
dieksekusi menjadi karya
Beberapa tema besar ketika dirasa sudah cukup
karyanya bergeser dari penafsirannya. Baginya proses
masalah urbanisme ke berkarya adalah proyek mini
masalah domestik (khususnya dalam kehidupannya. Ada
dapur), sejak keputusannya benang merah antara
untuk pindah dari Jakarta dan karyanya di masa lalu, saat ini,
menetap di Jogjakarta. Dapur dan masa depan.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 71

Thole

Laila Tifah, 2022


Acrylic on canvas
120 x 150 cm
72 Profil Seniman

Ledek Sukadi

Lahir di Wonogiri pada 19 Yogyakarta (2002), dan


Oktober 1969. Dalam Pameran Sketsa di Tembi
perjalanan karir Gallery Jakarta (2011).
berkeseniannya telah
menyelenggarakan lima Berbagai penghargaan yang
pameran tunggal, yaitu pernah diterimanya yaitu
Pameran Tunggal di Galar Pemenang Medali Emas dari
Gallery Yogyakarta (1996), Pemerintah Kota Kyoto Jepang
Pameran Tunggal di Melia dan Penghargaan Pratito Adi
Purosani Hotel Yogyakarta Karya Seni Lukis Terbaik (1992),
(1997), Pameran Tunggal di Pemenang Gelar 1000 Pelukis
Wisma Surya Kemang Jakarta PT Humpus Jakarta (1993), dan
(1999), Pameran Tunggal di Pemenang Gelar Lukis Akbar di
Tembi Rumah Budaya Candi Borobudur (1994).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 73

Sido Mukti

Ledek Sukadi, 2022


Acrylic on canvas
120 x 90 cm
74 Profil Seniman

Lucia Hartini

Pelukis wanita beraliran dan luar negeri. Di awali


surealis, kelahiran Temanggung pameran bersama di tahun
1959. Pada tahun 1976 hingga 1980, pameran bersama
1977 mengeyam pendidikan di Benteng Vredeburg,
seni rupa di Sekolah Seni Yogayakarta. Dan beberapa
Rupa Indonesia (SSRI), di kota di Indonesia seperti
Jogjakarta. Yang selanjutnya Magelang, Bandung, Gresik,
memperdalam kemampuan Surabaya, Bali. Dan diluar
melukis secara otodidak negeri di Jepang, Australia
hingga sekarang. dan Malaysia. Hingga tahun
2020, tercatat lebih dari tujuh
Di dalam perjalanan sebagai puluh kali pameran bersama di
seorang pelukis, di tahun 1976 dalam negri dan beberapa kali
dan tahun 1977 mendapat pameran diluar negri.
penghargaan Prathika Adhi
Karya, untuk karya sketsa dan Ia pernah membuat kegiatan
lukisan terbaik, dan di tahun pameran tunggal di tahun
2006 mendapat penghargaan 1992, dengan tema Lukisan
Jakarta Art Awards sebagai Lucia Hartini, di Bentara Budaya
penghargaan khusus. Jakarta. Di tahun 1994, bertema
Batas Antara Dua Sisi, di
Karya-karyanya telah ikut serta Bentara Budaya Yogyakarata,
di dalam banyak kegiatan dan di tahun 2002, dengan
pameran lukisan bersama tema Spirit Of Life di Bentara
perupa seni di dalam negeri Budaya Jakarta.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 75

Meredam Kemarahan

Lucia Hartini, 2022


Acrylic on canvas
70 x 70 cm
76 Profil Seniman

Melodia

Lahir di Jakarta pada (2001), dan Melody In Me


8 Februari 1967. Proses Painting Exhibition by Melodia
pendidikan seni lukisnya di Sunrise Art Gallery Jakarta
dimulai saat ia kursus melukis (2018). Selain itu ia juga banyak
di SOKKA (Sasana Olah terlibat dalam berbagai
Kesenian Kak Alex) Jakarta proyek komisi bersama perupa
pada tahun 1978 – 1979. Setelah lainnya.
menyelesaikan studi seni
lukis di Institut Seni Indonesia Karya-karyanya telah banyak
Yogyakarta pada tahun 1992 mendapat penghargaan,
ia tinggal dan berkarya di antara lain Finalis Lomba
Yogyakarta hingga saat ini. Lukis “The Philip Morris Group
Secara aktif terlibat dalam of Companies Indonesian Art
berbagai pameran bersama Awards” (1994 – 1999), 15 Karya
di dalam dan luar negeri. Ia terbaik Jakarta Art Awards
pernah menyelenggarakan (2006), 5 Karya terbaik Jakarta
pameran tunggal, yaitu Art Awards “ Warna-Warni
Pameran Lukisan di Bentara Jakarta” (2008), 38 Finalis The
Budaya Yogyakarta (1993), 2nd UOB Indonesia Painting
Pameran Lukisan ‘JalanSunyi’ of The Year Competition 2012
di Bentara Budaya Jakarta (2012 – 2015).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 77

Berkibarlah Benderaku

Melodia, 2022
Oil on canvas
65 x 90 cm
78 Profil Seniman

Nasirun

Lahir pada 01 Oktober 1965. mengadakan pameran tunggal


Beliau tinggal dan berkarir di dan berpartisipasi di berbagai
Yogyakarta, Indonesia. Selesai pameran bersama seni rupa
pendidikan di SMSR (Sekolah di Indonesia maupun di luar
Menengah Seni Rupa) jurusan negeri.
Kriya. Nasirun melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Seni 2013, Pameran bersama
Rupa Indonesia - ISI “ Singapore Biennale “ di
(Indonesian Institute of the Singapore Art Museum
Arts) Yogyakarta (1987 – 1994). 2014, Pameran Tunggal “ Breath
of Nasirun “ di Mizuma Gallery
Nasirun telah menerima Kyoto, Japan.
banyak penghargaan, 2015, Pameran bersama “ Aku
beberapa contohnya adalah Diponegoro “ di Galeri Nasional
McDonald Award pada Indonesia, Jakarta.
Lustrum ISI ke-10 dan Phillip 2016, Pameran Tunggal “
Morris Award pada tahun Embracing Diversity “ di
1997. Nasirun terus aktif Sportorium UMY, Yogyakarta

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 79

Bebas Merdeka #1

Nasirun, 2021
Acrylic and oil on canvas
50 x 50 cm
80 Profil Seniman

Nindityo
Adipurnomo

Lahir di Semarang pada 24 Brisbane; Fukuoka Asian Art


Juni 1961. Saat ini ia tinggal Museum, Fukuoka; National
dan bekerja di Yogyakarta. Gallery of Indonesia, Jakarta;
Ia merupakan salah satu Tumurun Museum, Surakarta;
pendiri Cemeti Art House pada MAIIAM Museum of Asian
tahun 1988 dan Cemeti Art Contemporary Art in Chiang
Foundation (sekarang menjadi May, Thailand; Deutsche Bank,
Indonesian Visual Art Archive). Jakarta; Katamama Hotel,
Bali; dan Vermond Hotel,
Sejak tahun 2010 ia telah Jakarta. Penghargaan yang
mengembangkan proyek pernah diraihnya yaitu Panita
riset seni dan eksperimental Affandi Adi Karya, Institut Seni
pada masyarakat. Karya- Indonesia Yogyakarta (1987),
karyanya telah dikoleksi di John D. Rockefeller 3rd Award,
berbagai galeri dan museum, The Asian Cultural Council, New
antara lain di National Gallery York (2005), dan Jogja Biennale
of Singapore, Singapore; Livetime Achievments Awards
Queensland Art Museum, (2010).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 81

WorkingFromHome
WorkingAtHome#1

Nindityo Adipurnomo, 2021


Flatbed print and oil on mendong
200 x 120 cm
82 Profil Seniman

Ong Hari Wahyu

Adalah seniman visual, masuk Tubuh Indahku, Losmen Bu


STSRI “ASRI” sekarang ISI Broto, Gadis Kretek, Melodrama
Yogyakarta tahun 1980 jurusan (film musikal).
seni grafis, dan sekarang aktif
di beberapa komunitas seni di Sebagai perupa pernah
Yogyakarta dan Indonesia. pameran tunggal dan
mengikuti beberapa pameran
Sebagai graphic designer seni rupa. Pameran tunggal
banyak membuat sampul buku pertama adalah di Cemeti Art
pada beberapa penerbitan House tahun 1991, Pameran
di Indonesia, diantaranya tunggal Joyosemoyo menagih
beberapa sampul buku untuk janji di Bentara Budaya
buku-buku karya Pramoedya Yogyakarta tahun 2014 selain
Ananta Toer dan para penulis itu juga pernah terlibat dalam
Indonesia lainnya. pameran senirupa Biennale
Jogja, CP Biennale “ Urban
Dikenal juga sebagai Art Culture” 2005, Art Jog, dan
Director dan Production beberapa pameran bersama
designer di beberapa produksi seniman-seniman lainnya.
film di Indonesia, diantaranya: Penghargaan yang diperoleh-
Daun di atas bantal (menerima nya dalam bidang seni dan
piala citra sebagai Best Art budaya adalah dari Bentara
Director), Soegija, Guru Bangsa Budaya 2022 dan Penghargaan
Tjokroaminoto, Soekarno, Ainun Kebudayaan dari Pemerintah
Habibie, Nyai, Ach Aku Jatuh Daerah Istimewa Yogyakarta
Cinta, Setan Jawa, Kucumbu 2022.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 83

Perburuan dan Anjing Merah

Ong Hari Wahyu, 2023


Digital imaging on light box
150 x 100 cm
84 Profil Seniman

Pupuk DP

Lahir di Yogyakarta pada 16 Ia pernah terlibat dalam proyek


Juni 1964. Merupakan lulusan pembuatan sampul buku, yaitu
seni lukis dari Institut Seni ‘Jazz, Perfume & the Incident’
Indonesia Yogyakarta dan karya Seno Gumira Ajidarma
lulus pada tahun 1994. Ia juga dan ‘Fireflies in Manhattan’
pernah menjalani residensi karya Umar Kayam.
pada program India-ASEAN
Artists’ Residency, “Merging Ia juga telah meraih berbagai
Metaphors” di Darjeeling, penghargaan, antara lain, The
India pada tahun 2012. Sejak Best Sketch, Fine Art, Visual Art
tahun 1993 hingga saat ini Department, Indonesia Institute
telah banyak terlibat dalam of Art, Yogyakarta (1987), The
berbagai pameran bersama Best Painting, Fine Art, Visual
dan menyelenggarakan Art Department, Indonesian
pameran tunggal di Institute of Art, Yogyakarta
Yogyakarta, Magelang, Jakarta, (1989), Pratisara Affandi
Bandung, Bali, Singapura, dan Adhikarya (1992), dan Finalist,
Belanda. Philip Morris Art Award (1994).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 85

Blue

Pupuk DP, 2022


Oil on canvas
70 x 50 cm
86 Profil Seniman

Putu Sutawijaya

Lahir di Angseri, Baturiti, Langkah ini merupakan pijakan


Tabanan, Bali, 27 November menuju eksistensi seorang
1970. Sejak usia muda, dia seniman.
sudah mengakrabi dunia seni,
terutama seni rupa dan tari Aktif pameran bersama dan
Bali. Karya-karya ilustrasi wajah tunggal di dalam negeri dan
Indo dan Oriental menjadi di luar negeri dari mahasiswa
debut pertamanya. sampai sekarang.

Ketika mengikuti pendidikan 3 tahun terakhir, berpameran


Sekolah Menengah Seni Rupa tunggal di Sangkring Art
(SMSR), ia mulai melukis karya Project dengan mengusung
Bali Tradisional . Setelah lulus tema “Anětěs”. Sebelumnya
SMSR pada tahun 1991, ia berpameran Tunggal di
melanjutkan Pendidikan ke Langgeng Art Foundation
Institut Seni Indionesia (ISI) dengan tema “ Majapahit
Yogyakarta, masuk jurusan Millenial” dengan menampilkan
Seni Murni Lukis (1991 – 1998). karya-karya watercolour.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 87

Ketek Putih

Putu Sutawijaya, 2023


Acrylic on canvas
145 x 120 cm
88 Profil Seniman

Rifzikka
Atmadiningrat

Seniman yang lahir di nasional dan internasional.


Yogyakarta ini memulai Ia pernah mendapatkan
pendidikan di STSRI ‘ASRI’ penghargaan untuk karya
Yogyakarta (sekarang menjadi sketsa dan karya lukis cat
Fakultas Seni Rupa Institut Seni terbaik dari Jurusan Seni
Indonesia Yogyakarta) pada Lukis STSRI ‘ASRI’ Yogyakarta.
tahun 1981. Karyanya juga pernah
didokumentasi oleh Yayasan
Berawal dari periode tahun Seni Rupa Modern di Belanda.
yang sama hingga saat ini ia Ia juga telah diangkat sebagai
telah banyak berpartisipasi warga kampung Paopao di
dalam berbagai pameran Nawapiri, Mimika, Papua.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 89

Bumi Damai

Rifzikka Atmadiningrat, 2022


Acrylic on canvas
80 x 140 cm
90 Profil Seniman

Rismanto

Lahir di Bantul pada 29 karya seni rupa publik mural


November 1972. Saat ini Ris Museum Anak Kolong Tangga
tinggal serta berkarya di di Taman Budaya Yogyakarta,
studionya di Desa Plurugan, serta di Jln. Langennastran
Bantul. Ris menyelesaikan Lor bersama Bening Studio
pendidikan seni lukis di Animasi.
Sekolah Menengah Seni Rupa
Yogyakarta pada tahun 1994. Pada tahun 2001 bersama
Ia kemudian menempa hidup Bening Studio Animasi, ia
dan keseniannya dengan menerima Best Art Director
bekerja di perusahaan Batik melalui karya animasi berjudul
Rorojonggrang Tirtodipuran ‘Cindel Laras’ di Pyong Yang
(1995), Bening Studio Animasi Korea Selatan dan Best Artistic
(1998-2005), serta mendirikan melalui film animasi berjudul
Studio Kene Animasi (2008- Pangeran Katak, di Taman
2011). Selama menekuni Ismail Marzuki Jakarta. Ia juga
pekerjaan, ia aktif mengikuti masuk dalam Lima Besar
pameran bersama di Lomba Lukis Seribu Wajah
Yogyakarta, Magelang, Jakarta, Megawati di Taman Budaya
Cirebon, Kalimantan. Ia juga Surakarta, Jawa Tengah pada
terlibat dalam pembuatan tahun 2004.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 91

Jago Besi (Blacksmith)

Rismanto, 2023
Acrylic on canvas
150 x 200 cm
92 Profil Seniman

Sigit Santosa

Lahir di Ngawi, 1964. Lulus Dua kali pameran tunggal di


dari Fakultas Seni Rupa - ISI Edwin’s Gallery Jakarta dengan
Yogyakarta pada tahun tajuk: “Painthinkting” 2003
1993. Sejak tahun 1990 – 2023 dan “Paradoks Batas” 2005.
aktif mengikuti kegiatan Pernah mendapat beberapa
pameran seni rupa diberbagai penghargaan seni, antara
tempat, antara lain: “Art-Jog” lain: Karya Terbaik Biennale
Yogyakarta, “Manifesto #5” IV Yogyakarta, karya terbaik
Galeri Nasional Jakarta, “Beijing “The Phillip Morris Group
International Art Biennale” Indonesian Art Awards”, dan
China, “Art Gwangju:13” Korea, dua kali menjadi finalis dalam
dan “Indonesian Contemporary “Sovereign Asian Art Prize” di
Art” di Roma Italia. Hong Kong.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 93

Ecce Homo

Sigit Santosa, 2023


Oil on canvas
180 x 140 cm
94 Profil Seniman

Subandi Giyanto

Lahir di Bantul pada 22 Juni oleh Tembi Rumah Budaya,


1958. Perupa dan pensiunan Bentara Budaya, Museum
guru ini menyelesaikan Jeremi Samuel Swis, Galeri
pendidikannya di Seni Rupa Nasional Indonesia, Museum
IKIP Negeri Yogyakarta. Sudah Omah Bajang, Museum
belajar menatah dan Diorama Yogyakarta serta
menyungging wayang kulit Kementerian Pendidikan dan
gaya Yogyakarta sejak umur Kebudayaan.
7 tahun, hingga saat ini
proses berkeseniannya
Berkat kegigihannya dalam
fokus pada wayang dan
mengembangkan seni wayang
pengembangannya. Wayang
ia telah banyak menerima
kulit, mural dan lukisan masih
penghargaan, di antaranya
mendominasi wujud visualnya.
mendapat Anugerah
Kebudayaan dari Bupati
Sebagai perupa ia telah
Bantul (2013) dan Anugerah
banyak berpartisipasi pada
Kebudayaan Sebagai Pelaku,
berbagai pameran bersama
di berbagai kota di Indonesia Pelertasi dan Pengembang
bahkan Amerika Serikat. Ia juga Senirupa Tradisional dari
pernah menyelenggarakan Gubernur Daerah Istimewa
pameran tunggal “Nunggak Yogyakarta Sri Sultan
Semi” di Bentara Budaya tahun Hamengku Buwana X tahun
2019. Karyanya telah dikoleksi (2018).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 95

Melangkah Beriringan

Subandi Giyanto, 2022


Acrylic and gold leaf on canvas
90 x 140 cm
96 Profil Seniman

Subroto Sm

Lahir di Klaten, Jawa Tengah mengikuti pameran seni


pada 23 Maret 1946. Setelah rupa ­­kelompok di dalam
lulus dari Jurusan Seni Lukis dan luar negeri. Ia pernah
STSRI “ASRI” Yogyakarta (1975) menyelenggarakan­­­­­ pameran
ia mendapat kesempatan tunggal di Bentara Budaya
untuk belajar keramik di Yogyakarta (1984), Galeri
Tokyo Gakugei University, Milenium Jakarta (2002), dan
Jepang (1975 – 1977). Ia ‘The Master #3’ di Kiniko Art
kemudian melanjutkan Yogyakarta (2022).
pendidikan dan lulus sebagai
Magister Humaniora dari UGM
Beberapa penghargaan yang
Yogyakarta (1999). Ia juga
pernah diraih antara lain
pernah mengabdi sebagai
Piagam & Hadiah Wendy
dosen di STSRI “ASRI”
Sorensen Memorial Fund-
(kemudian menjadi Fakultas
USA (1968), Piagam & Hadiah
Seni Rupa Institut Seni
sebagai salah seorang
Indonesia Yogyakarta) pada
pencipta lambang ISI
tahun 1969 – 2011, Fakultas Seni
Media Rekam ISI Yogyakarta Yogyakarta, berdua dengan
pada tahun 1995 – 2011, dan S2 Drs Parsuki (2008), dan Piagam
Pascasarjana ISI Yogyakarta Penghargaan Jogja Annual
pada tahun 2000 – 2012. Art #2, 2017: BERGERAK, atas
Dedikasi dan Pemikirannya
Sejak tahun 1967 hingga dalam mengawal seni rupa
saat ini ia aktif berkarya dan Indonesia (2017).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 97

Wajah-wajah Warsa Duatiga

Subroto Sm, 2023


Acrylic on canvas
150 x 150 cm
98 Profil Seniman

Susilo Budi
Purwanto

Lahir di Magelang pada 26 MANIFESTO, Galeri Nasional


Juli 1966. Seniman yang saat Jakarta (2008), REBORN, H2
ini berbasis di Yogyakarta Art Gallery, Semarang (2009),
ini mengenyam pendidikan Invasion in Fashion, GO Art
di Insitut Seni Indonesia Space, Surabaya (2011), 50
Yogyakarta. Tahun Galeri Hadiprana (2012),
Pameran “Drawing Sepanjang
Sejak tahun 1999 ia aktif Yogya-Klaten-Solo” Balai
mengikuti pameran dan Soedjatmoko Solo (2013),
menyelenggarakan pameran “Whart Now” di Jogja Gallery
tunggal di Yogyakarta, Jakarta, Yogyakarta (2016), “Imago
Bali, Semarang, Magelang, Mundi” di Bentara Budaya
dan Surabaya. Beberapa di Yogyakarta (2017), Pameran
antaranya adalah Philip Morris “Batu Bertutur” di Bentara
ke 6, Galeri Nasional Indonesia Budaya Yogyakarta (2018),
Jakarta (1999), Kecil Itu Indah Pameran “Mahardika” di Titian
ke 8, Edwin’s Gallery Jakarta Art Space, Bali (2019), Sugih Ora
(2000), Festival Kesenian Nyimpen, Penghormatan Untuk
Yogyakarta ke 14, Taman Jakob Oetama di Bentara
Budaya Yogyakarta (2002), Budaya Yogyakarta (2020),
Mosaic Of Contemporary SUKROSONO, Pameran Tunggal
Indonesian Fine Art, Vanessa di Bentara Budaya Yogyakarta
Art House Jakarta (2003), (2021), “Ajur Ajer”, Pameran
Small World, Vanessa Art bersama di Bentara Budaya
House Jakarta (2005), Yogyakarta (2022).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 99

Chandra Bhairawa
Susilo Budi Purwanto, 2022
Oil on canvas
150 x 115 cm
100 Profil Seniman

Theresia Agustina
Sitompul

Lahir di Pasuruan, Jawa 2001 dan turut mendirikan Art


Timur pada 5 Agustus 1981. Ia Merdeka, sebuah studio seni di
merupakan seniman grafis Yogyakarta, pada tahun 2007.
yang pernah menempuh
pendidikan seni grafis di Institut Penghargaan yang pernah
Seni Indonesia Yogyakarta diraihnya, antara lain, The 1st
pada tahun 1999 kemudian Winner Belanja Grosir sambil
melanjutkan program pasca Plesir, Mural Competition ITC,
sarjana pada jurusan dan Surabaya (2005), The 3rd
institut yang sama. Sejak Winner Indonesia Triennal
tahun 2015 ia menjadi dosen Prinmaking IV (2012), Finalists
Seni Grafis di Fakultas Seni of Indonesian Art Awards
Rupa, Institut Seni Indonesia Ideolect, Galeri Nasional
Surakarta. Indonesia (2013), The winner
of Young Artist Award, ArtJog
Hingga saat ini ia aktif dalam 2013, Yogyakarta, Indonesia,
berbagai pameran bersama Finalist of the 2012-2013
maupun tunggal, proyek komisi, Sovereign Asian Art Prize,
serta terlibat dalam berbagai Espace Louis Vuitton Island
proses karya lintas disiplin lain, Maison and W.Hotel, at Korea
seperti pertunjukan. Selain and Singapore (2013), Nominee
berkarya ia juga berperan of Prudential Eye Art Award,
pada pembentukan kolektif Emerging Artist using Sculpture
Grafis Minggiran pada tahun (2015).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 101

Bilik Domestik
Theresia Agustina Sitompul, 2023
Carbon print on paper
150 x 120 cm
102 Profil Seniman

Ugo Untoro

Lahir di Purbalingga, Jawa Lukisan Merasuk di Badan’


Tengah pada 28 Juni 1970. Ia di Galeri Nasional Indonesia,
menyelesaikan pendidikan Jakarta (2019), dan ‘Runaway
seni di Institut Seni Indonesia Passenger’, Can’s Gallery,
Yogyakarta. Sejak tahun Gambir Jakarta Pusat (2022).
1988 hingga saat ini aktif
terlibat dalam berbagai Ia telah meraih berbagai
pameran bersama serta penghargaan, antara lain Philip
menyelenggarakan pameran Morris Award, Jakarta dan The
di dalam dan luar negeri. Jurse Attention (1994), Philips
Morris Award, Jakarta. The
Pameran tunggal yang pernah Best 5 Finalis dan Philip Morris
diselenggarakannya beberapa Competion in Hanoi, Vietnam
di antaranya adalah ‘Corat (1998), Man of The Year 2007
–Coret’ di Bentara Budaya versi majalah Tempo dan The
Yogyakarta (1995), ‘Words of Best Artis and Work, Quota
Ugo’ di Art Forum Singapore Exhibition, Galeri Nasional
(2007), ‘Melupa’ di Ark Galeri, Jakarta by Langgeng Galeri
Yogyakarta (2013), ‘Rindu (2007).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 103

Potret Perempuan,
After Sudjojono

Ugo Untoro, 2020


Oil on canvas
200 x 150 cm
104 Profil Seniman

Wayan Cahya

Lahir di Mengwi, Bali pada


tahun 1965. Merupakan
seniman yang pernah
menempuh pendidikan
di Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Saat ini ia tinggal
dan berkarya sebagai pelukis
di Yogyakarta.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 105

Satu Semesta
Wayan Cahya, 2022
Oil on canvas
212 x 145 cm
106 Profil Seniman

Whani Darmawan

Aktor dan penulis asal September 2021 hingga kini,


Yogyakarta ini telah aktif ia telah mengikuti berbagai
sejak tahun 1985 hingga kini. pameran bersama, yaitu
Penghargaan seni peran Pameran Bersama Kelompok
didapat pada tahun 2019 dari Parkitan di Studio Perum
Festival Film Indonesia kategori Parangtritis, Bantul (2022),
The Best Supporting Actor Pameran dan Bazar Seni
melalui film Kucumbu Tubuh Rupa Bangkit Berkarya Lagi di
Indahku karya Garin Nugroho. Sarang Building (2022), Ten
Ia telah menulis Sembilan buku Commander’s di Miracle Prints
berupa kumpulan cerpen, (2022), dan untuk keempat
lakon, novel, dan esai. Mulai kalinya ia mengikuti pameran
mengembangkan bakatnya bersama Seni Agawe Santosa
di bidang melukis sejak (2023).

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 107

A Fight Club
Whani Darmawan, 2023
Oil on canvas
200 x 150 cm
108 Profil Seniman

Yaksa Agus

Lahir di Bantul, Yogyakarta (2020), YAKSA AGUS, GZIPAF,


pada 23 Agustus 1975. Seniman, Guangzhou, China (2021), dan
penulis, sekaligus aktivis seni YAKSAPEDIA, Ruang Dalam Art
rupa yang tinggal dan berkarya House, Yogyakarta (2022).
di Yogyakarta ini mengenyam
pendidikan di Institut Seni Pada tahun 2004 ia pernah
Indonesia Yogyakarta pada menjalani residensi di Kuala
tahun 1996. Lumpur dan Yogyakarta
(Projeck Mager 2005),
Bekerja dengan medium seni kemudian pada tahun 2007
lukis, ia telah banyak terlibat kembali menjalani residensi
dalam berbagai pameran di Rimbun Dahan, Kuang,
bersama. Dalam tiga tahun Malaysia. Karyanya pernah
terakhir ini ia juga rutin memenangkan AIAA Awards di
menggelar pameran tunggal, Byron Bay, Australia pada tahun
yaitu TITIR:Warning, Studio 2005. Sejak tahun 2009 hingga
Bodo, Yogyakarta dan POLISI kini ia melakukan eksperimen
TIDUR,Pameran Tunggal Satu dalam bidang kuratorial dan
Karya, Univ.Widya Mataram menulis di sejumlah pameran.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 109

Maka Lahirlah Seorang Pemimpin


Yaksa Agus, 2023
Collage and acrylic on canvas
180 x 120 cm
110 Profil Seniman

Yuswantoro Adi

Yuswantoro Adi lahir pada 11 Yogyakarta (1987); “Karya Seni


November 1966, di Semarang, Lukis Cat Minyak terbaik” dari
Jawa Tengah. Pada tahun ISI Yogyakarta (1987); “Peringkat
1997, Adi menyelesaikan ketiga dalam Lomba Karikatur
pendidikan seninya di Institut PAriwisata” dari PEMDA DIY
Seni Indonesia, Yogyakarta. (1990); “Lima Besar Lomba Lukis
Karya Adi dipamerkan pertama YSRI-PMIAA” (1997); “Grand Prize
kali pada tahun 1987 dalam Winner Philip Morris ASEAN Art
Pameran Kelompok Sendata di Award 1997” di Manila, Filipina
Galeri GKS Surabaya. Adi juga (1997).
telah mengadakan pameran
tunggal, antara lain: “Uang dan Dalam pameran tunggal
Bocah Kita” di Bentara Budaya “Beranak Pinak”, Yuswantoro
Yogyakarta (1998); Proyek menampilkan trlogi karyanya,
Seni Rupa Yuswantoro Adi yaitu “Meteng Bareng”, “Mangan
“Bermain dan Belajar” Lontar Bareng”, dan “Metengi Bareng”.
Gallery Jakarta and Bentara Dalam karya “Meteng Bareng”,
Budaya Yogyakarta (2002); dan Yuswantoro menampilkan
“Beranak Pinak di” di sangkring dirinya sedang hamil bersama
Art Space, Yogyakarta (2013). dengan beberapa perempuan
Karya Adi yang dalam berbagai yang sedang hamil. Rangkaian
pameran dikenal memiliki ciri karya Yuswantoro tersebut
dengan mengangkat tema dinilai merupakan kritik
kritik sosial, dan dengan gaya terhadap kondisi negara yang
yang disebutnya “photo-realist” semakin padat dan kondisi
pangan yang tidak sesuai
Yuswantoro Adi telah dengan kondisi tersebut. Hal
mendapat berbagai tersebut kemudian dinilai dapat
penghargaan, antara lain: mempersempit ruang sosial
“Karya Sketsa terbaik” dari ISI bagi penduduknya.

Seni Agawe Santosa


Karya Seni Agawe Santosa 111

The Impossible Series #17


Yuswantoro Adi, 2023
Acrylic on canvas
150 x 150 cm

Anda mungkin juga menyukai