Anda di halaman 1dari 3

Peradaban historis desa ekor untuk ekonomi pembangunan

Oleh: Almuhasyir A. Idrus

Desa ekor merupakan desa induk dari beberapa pemekaran desa sekelilingnya seperti ekorino dan
nusajaya yang berada di kecamatan wasile selatan kabupaten Halmahera timur provinsi Maluku
utara, merupakan sebuah desa dengan sejarah peradaban yang panjang hal ini menjadikan desa
ekor mempunyai karismatik tersendiri dengan mengandalkan sumberdaya alamnya sebagai
identitas yang membedakan dengan desa-desa pada umumnya.

Sebagai pusat kecamatan wasile selatan, desa ekor secara geoekonomi mengandalkan sector
pertanian dan perikanan sebagai jenis kelamin dan sumber pendapatan perkapita dengan prestasi
demografi desa yang membanggakan seperti penghasil SDM/sarjana muda terbanyak di kabupaten
Halmahera timur. Hal ini mejadikan desa tersebut mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Secara
ekonomi kita semua tau bahwa desa tersebut merupakan penghasil kopra dan keunggulan lainya
seperti cumi dan teri (suntung dan ngafi) yang cukup untuk mencukupi persaingan perdagangan
tingkat nasional dan memenuhi kebutuhan pangan Maluku utara secara besar.

Pemerintahan kabupaten Halmahera timur selebihnya melihat desa tersebut secara geografis
merupakan letak yang sangat strategis untuk dikembangkan menjadi desa peradaban historis,
ekonomi kreatif, industry home, parawisata untuk pembanguna ekonomi yang nantinya
menjadikan desa tersebut sebagai desa dengan perputaran ekonomi yang cepat. Tentu itu akan
menjadi pusat perhatian dan contoh sebagai desa yang secara historis, budaya, ekonomi, agama
dan identitas sebagai ciri khas desa tersebut.

Adapun hal semacam itu nantinya, desa ekor harus memiliki konsep pengembangan dan ekonomi
tandingan yang menjadi benteng pertahanan untuk mejaga nilai jual di mata masyarakat secara
khusus dan umumnya Maluku utara. Tentu ini memerlukan kajian yang panjang tapi dengan
mengandalkan jumlah demografi dan SDM yang ada, hal semacam ini akan menemukan titik
mulainya, pemberdayaan tersebut akan menjadikan pemanfaatan SDM sebagai perumus
perencanaan dan pelaksanaan ekonomi pembangunan, pada tingkat pengembangan ekonomi, desa
harus melihat potensi sentral dari keunggulan pendapatan masyarakat untuk dikelola menjadi
pendapan asli desa. Kita biasa melihat bahwa kebutuhan pangan adalah factor prioritas masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari hal ini semestinya menjadi kajian desa untuk membangun pusat
senteral pasar penyediaan bahan pangan yang nantinya masyarakat atau desa-desa sekelilingnya
menjadi SDM dalam penyediaan hasil tani. Tidak disitu saja, implementasi pasar harus menjadi
perhatian khusus kaum muda untuk melakukan market dalam mempromosikan hasil kerja desa
serta peran pemuda menyediakan forum kajian pemberdayaan tani dalam mengelola hasil tani
sehingga menghasilkan kualitas hasil tani yang baik.

Masih soal sector ekonomi, pamdes melihat potensi lainya seperti pendapatan masyarakat dari
sector perikanan seperti cumi dan teri (suntung dan ngafi) adalah satu pendapatan bulanan secara
makro. Yang menjadi tawaran konsep kali ini adalah soal pemberdayaan alat tangkap nelayan
dimana harus ada pangkalan penanganan alat tangkap masyarakat (bagang) untuk menjadi
pemberdayaan berkepanjangan dengan membuat semacam pelabuhan dari tumpukan batu besar
berbentuk huruf T yang fungsinya selain menjaga alat tangkapan nelayan (bagang) dari ombak
besar, itu akan menjadi pemasukan desa dalam pemberdayaan nelayan.

Kita bicara peran pemuda, dalam desa tentu ada karangtaruna dan mahasiswa yang menjadi
benteng pertahanan dalam dinamika rekayasa social. Tentu mereka harus menjadi perhatian
khusus desa untuk peradaban berkepanjangan. Mahasiswa misalnya, tidak ada payung atau rumah
yang di akui desa sebagai pemberdayaan generasi. Setiap tahunya desa yang masuk dalam lingkar
tambang selalu mendapat bagian kompensasi dari perusahaan. Tapi tidak ada anggaran khusus
yang diberikan desa terhadap mahasiswa dalam hal ini asrama sebagai basecamp perkumpulan
organisasi tingkat desa. Padahal itu sangatlah penting untuk mereka bisa berdiskusi soal
perkembangan desa dan kemajuan Halmahera timur dalam menyelesaikan kesenjangan
kemiskinan serta menjaga kesolidaritas yang kuat. Selain itu, pemuda harus dirangsang untuk
melakukan kegiatan dengan mengandalkan fasilitas desa sebagai objek market dalam menciptakan
potensi bakat yang dimiliki generasi berkelanjutan.

Selain itu semua, hal yang paling fundamental adalah desa menjadi alternative dalam menjawab
kesenjangan ekonomi masyarakatnya. Kita ambil contoh, harga kopra selalu tidak stabil dalam
angka yang tetap dan rata-rata masyarakat bergantung pada kopra. Persaingan pasar global selalu
naik turun tergantung permintaan dan kualitas barang. Kopra sekalipun merupakan produk yang
kualitasnya sangat beda jauh dengan kelapa sawit, tapi kebutuhan dalam persaingan pasar kopra
menjadi penyumbang ekonomi nasional dan penyediaan kebutuhan masyarakat secara mikro dan
meso. Hal ini berarti kopra akan selalu laku di pasaran. Peran desa apa? Desa melihat ini sebagai
sumber pendapatan desa, dengan membeli hasil produksi kopra masyarakat pada saat harga anjlok
dan menjualnya kembali saat harga kembali stabil. Selain mengatasi kesenjangan ekonomi desa
juga menyelamatkan generasi berpendidikan.

Dari semua potensi yang di kelola desa nantinya menjadi pemasukan desa diluar DD (dana desa)
yang tidak hanya menunggu transferan negara sebagai program pembangunan desa. Pendapatan
itulah menjadi anggaran tambahan desa untuk untuk menyediakan forum-forum profresif dalam
pemberdayaan desa sekaligus menyediakan beasiswa untuk masyarakat tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai