Anda di halaman 1dari 9

LATAR BELAKANG

Penerapan motif kupiah meukeutop sebagai hiasan busana dan pelengkapnya merupakan
upaya pelestarian budaya lokal, motif kupiah meukeutop sebagai lambang kebudayaan perlu
dilestarikan dan dikenalkan pada masyarakat terutama kaum muda yang mulai melupakan
khazanah daerahnya. Dengan adanya penerapan motif kupiah meukeutop tersebut pelestarian
kupiah meukeutop tetap terjaga, terutama di daerah Rawa tungkop kecamatan Indrajaya
kabupaten Pidie sebagai daerah pertama yang memproduk kerajinan kupiah meukutopsi kupiah
meukeutop yang diresmikan pada tanggal 15 April 2013. Desa Rawa tungkop merupakan Sentra
kerajinan Kupiah Meukeutop di  Kabupaten Pidie. Masyarakat Rawa tungkop kecamatan
Indrajaya kabupaten Pidie sebagai pengrajin kupiah meukeutop sudah mempunyai pengetahuan
luas tentang tata cara penerapan motif kupiah meukeutop sebagai hiasan pada busana dan
pelengkapnya.
Pengelolaan usaha kupiah meukeutop tersebut merupakan usaha rumahan atau Home Industri
dimana sekarang ini sudah mulai dibentuk kelompok dan mendapat pembinaan oleh Dekranas.
Pembinaan warga desa di mulai sejak awal Januari 2014 hingga sekarang ini. Salah satu bentuk
pemberdayaan dari pemerintah berupa otonomi desa yaitu desa dapat mengelola sumber daya
manusia memalui pemanfaatan potensi desa. Secara mandiri dan adaptif salah satunya melalui
Setelah adanya pembinaan, motif kupiah meukeutop mulai diterapkan pada busana pria, wanita
dan juga pada pelengkap busana seperti tas dan peci (bulat/ lonjong). Semua pengrajin hanya
sebagian kecil yang dapat menerapkan motif kupiah meukeutop sebagai hiasan pada pelengkap
busana. Selain itu, proses pengerjaannya yang lama sehingga hasil produk kerajinan kupiah
meukutopsinya kurang dan jarang terlihat di souveni-souvenir.

PERUMUSAN MASALAH
Pandemi virus Corona bukan hanya sekedar bencana kesehatan, virus yang dikenal
sebagai Covid-19, pandemic ini juga telah menimbulkan kekacauan di sektor ekonomi. Tidak
hanya industri besar, pandemi virus Corona telah membuat pelaku UKM di Indonesia mulai
gelisah.  sebuah studi menyebut jika Covid-19 akan membuat Indonesia mengalami penurunan
persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 0.1% di tahun 2020. Anjuran social distancing demi
menghindari penularan virus Corona yang lebih luas, sedikit banyak turut andil menurunkan
aktivitas jual-beli di tengah masyarakat. Terhentinya aktivitas distribusi tentu sangat merugikan
pelaku bisnis UKM. Mereka kini kebingungan mencari cara mendistribusikan produk kerajinan
kupiah meukutop, terlebih bagi UKM yang sudah mulai memperluas jangkauan pasar hingga
luar daerah, atau bahkan lintas pulau. Kebijakan social distancing yang dipilih pemerintah
Indonesia, telah membuat aktivitas produk kerajinan kupiah meukutopsi terganggu. Kondisi ini
telah menyebabkan pemasaran produk kerajinan kupiah meukutop terhenti sehingga berdampak
pada tingkat pendapatan yang diterima.
Pembangunan ketahanan ekonomi desa membutuhkan kesadaran dan upaya bersama
semua komponen termasuk di setiap tingkat makro, meso, mikro, bahkan pada setiap tingkat
yang dapat secara unik didefinisikan. Bukan saja ketahanan ekonomi namun juga bagaimana
pembangunan juga mampu mendefinisikan kesejahteraan adaptif desa sebagai kesejahteraan
yang sesuai dengan kearifan lokal desa tersebut. Kesejahteraan yang bukan ‘meniru atau
mengikuti’ parameter desa atau tempat lain. Kesejahteraan yang ‘menyesuaikan’ dengan apa
yang diberikan oleh Tuhan berupa alam dan hasil bumi serta keunikkan masyarakatnya.
Oleh karena itu, dukungan negara, pelaku industri hingga akademisi dan masyarakat pada
umumnya harus berubah bentuknya menjadi lebih nyata dan dapat ditindaklanjuti untuk desa.
Salah satunya melalui pemberdayaan potensi desa sebagai solusi dan keberlanjutan kesejahteraan
desa di masa depan. Salah satu bentuk pemberdayaan dari pemerintah berupa otonomi desa yaitu
desa dapat mengelola sumber daya secara mandiri salah satunya melalui pemberdayaan potensi
desa dalam wujud wirausaha desa, salah satunya pengembangan kerajinan Kupiah Meukeutop di
desa Rawa tungkop kecamatan Indrajaya kabupaten Pidie.
Beberapa permasalahan yang diidentifikasi seperti manajemen pengelolaan produk,
permodalan, SDM yang kurang terampil, pemasaran, serta investasi. Wirausaha desa kerajinan
kupiah meukutop butuh pengembangan daya saing dalam rangka terwujudnya masyarakat desa
yang sejahtera dan mandiri. Permasalahan yang sering ditemukan pada proses pengembangan
Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop adalah manajemen pengelolaan produk, permodalan,
SDM yang kurang terampil, pemasaran, serta investasi. Oleh karena itu, Wirausaha desa
kerajinan kupiah meukutop perlu pengembangan strategi daya saing untuk mencapai masyarakat
Desa yang sejahtera dan mandiri. Pentingnya pengelolaan Wirausaha desa kerajinan kupiah
meukutop di daerah belum disadari oleh manajemen sendiri dan pemerintah daerah.

TUJUAN
Merujuk pada kualitas produk kerajinan kupiah meukutop lokal desa berupa kerajinan
kupiah meukutop yang belum sepenuhnya terkontrol dan masyarakat masyarakat desa juga
belum sepenuhnya mengerti manfaat wirausaha desa maka diperlukan pedampingan yang
bertujuan untuk mengembangkan kualitas usaha milik desa dan melestarikan ketahanan ekonomi
masyarakat dengan sistem kewirausahaan yang lebih baik. Kegiatan ini akan menjelaskan secara
sistematis tentang penumbuhan kolaborasi antara desa dan wirausahawan melalui wiradesa
dengan menggunakan Model Tetrapreneur.

MANFAAT

Pedampingan yang dilakukan dalam hal strategi pengembangan kerajinan kupiah


meukutop pada wirausaha desa akan memberikan dampak positif untuk perkembangan desa
khusunya di bidang pemberdayaan masyarakat melalui potensi yang dimiliki baik oleh desa
maupun oleh masyarakatnya. Hal ini yang juga memberikan ouput berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatnya pendapatan pengrajin kupiah meukutop di desa
rawa tungkop kecamatan indra jaya kabupaten pidie.

GAMBARAN UMUM SASARAN


Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki luas lahan pertanian
yang cukup besar dan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan buruh tani.
Selain itu Aceh juga memiliki berbagai macam kebudayaan dan adat istiadat salah satu nya yaitu
kerajinan tangan kupiah meukeutop yang bergerak dibidang industri Aceh. Para pengrajin kupiah
meukeutop adalah para wanita yang juga berprofesi sebagai para petani. Salah satunya kabupaten
penghasil utama sovenir Aceh kupiah meukeutop yaitu Kabupaten Pidie tepatnya di Kecamatan
Indrajaya Kemukiman Garot Rawa tungkop.
Desa Rawa Rawa tungkop Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh,
merupakan desa dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah ke bawah yang sebagian besar
mata pencahariannya di bidang pertanian. Kerajinan Kupiah meukeutop merupakan produk
kerajinan kupiah meukutopsi utama di kemukiman ini dan telah menjadi salah satu sovenir
kebudayaan Aceh Namun demikian, keberadaan kerajinan ini belumlah efektif. Desa rawa rawa
tungkop dipimpin oleh seorang kepala desa, dan memiliki beberapa kelompok masyarakat yang
berpengaruh dalam beberapa bagian lembaga masyarakat yang ada di pemerintahan desa.
Kelompok PKK sangat aktif pada masyarakat Desa rawa tungkop. Dari segi sumber daya
manusia dan potendi desa, desa rawa tungkop memiliki masyarakat yang memiliki kemampuan
dalam memproduk kerajinan kupiah meukutopsi kerajinan kupiah meukutop.
Wirausaha desa di Desa Rawa tungkop menjadi bagian lembaga usaha yang dapat
menopang kesejahteran warga desa, dan tentunya harapan tersebut dapat diiringi dengan adanya
pertemuan ini membahas usaha desa di Desa Rawa tungkop yang memiliki banyak produk
kerajinan kupiah meukutop kerajinan khas masyarakat tetapi existensinya tidak ada. Masyarakat
Desa Rawa tungkop berharap setiap desa mempunyai kerajinan maupun ciri khas sendiri,
kerajinan desa dikumpulkan di sektor barat kemudian dibuatkan value sharing berupa industri
kerajinan yang saling mendukung, dan pengelola berkerjasama dengan pihak biro wisata. Secara
teknologi produk kerajinan kupiah meukutopsi bagus, dari segi desain menarik dan unik, namun
tidak bertahan karena tidak dapat memasarkan. Begitupun yang sekarang terjadi pada kerajinan
kupiah meukutop sebagai kerajinan khas desa. Desain yang menarik dan kualitas yang terjamin
namun sistem pemasaran belum berjalan maksimal.
Ada beberapa intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pedampingan kegiatan ini akan menjelaskan secara sistematis tentang penumbuhan kolaborasi
antara desa dan wirausahawan melalui program wiradesa dengan menggunakan Model
Tetrapreneur. Model Tetrapreneur ini digunakan untuk merespon pemetaan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya kedalam empat pendekatan holistik yaitu pemetaan kondisi
kewirausahaan desa (Chainpreneur); identifikasi kebutuhan wirausahawan desa dalam
menjalankan dan mengembangkan usaha mereka (Marketpreneur); pelaksanaan Model
Tetrapreneur untuk merancang program wiradesa (Qualitypreneur); penentuan pemangku
kepentingan yang bertanggung jawab dalam pembangunan program wiradesa (Brandpreneur).
Selain model pengembangan melalui pilar-pilar ekonomi kreatif tersebut, dalam
pengembangannya wiradesa juga perlu melakukan kerjasama atau mengadakan kemitraan
dengan melibatkan Perguruan Tinggi. Dengan menjalin mitra dengan Perguruan Tinggi
diharapkan dapat melahirkan SDM yang unggul dan kuat dalam bidang akademik yang mampu
menciptakan inovasi dan kratifitas dalam persaingan di dunia bisnis.

METODE PELAKSANAAN
Dengan adanya Wirausaha desa, desa memiliki keunggulan yang bisa menjadi daya tarik
bagi investor. Berbagai bentuk ungulan yang bisa dihasilkan oleh Wirausaha desa bisa berbagai
macam, seperti kerajinan lokal kupiah meukutop yang ada di desa rawa tungkop kecamatan indra
jaya kabupaten pidie. Pemilihan lokasi ini didasari desa yang mempunyai banyak keunggulan
tapi belum dilakukan secara maksimal. Kegiatan wiradesa pada masyarakat, berupa
pendampingan awal Wirausaha desa yang mandiri, pelatihan, pembuatan program serta
pengadaan fasilitas untuk mendukung berkembangnya Wirausaha desa. Metode pelaksanaan
diatas dapat dilihat dengan roadmap pada gambar berikut:
Untuk melakukan program kegiatan wiradesa, pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan beberapa
metode seperti:
1. Observasi keadaan desa secara langsung;
2. In-depth Interview (IDI) dengan perangkat desa;
3. Kuesioner kepada warga desa Desa Rawa tungkop;
4. Diskusi Grup bersama kelompok-kelompok masyarakat yang berpengaruh seperti pengelola
PKK, dan perangkat desa;
5. Focus Group Discussion (FGD) bersama perwakilan masing masing anggota kelompok
masyarakat dan lembaga desa sebagai upaya cross check atas informasi yang diperoleh dari
langkah-langkah pengumpulan data sebelumnya.
Skema strategi pengembangan kualitas Wirausaha desa melalui Model Tetrapreneur dan
kemitraan dengan Perguruan Tinggi dilakukan dengan pendekatan teori yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Beberapa tahapan yang akan dilakukan pada kegiatan program ini diantaranya
adalah pembahasan mengenai:
1. Peningkatan kualitas Wirausaha desa melalui perbaikan Rantai Wirausaha atau
Chainpreneur, dimana pendekatan ini lebih memfokuskan bagaimana rantai pemasok
terjalin dengan baik sehingga produk kerajinan kupiah meukutop yang di distribusikan
berjalan dengan baik.
2. Peningkatan kualitas Wirausaha desa melalui perbaikan Pasar Wirausaha atau
Marketpreneur, dimana pendekatan ini difokuskan bagaimana produk kerajinan kupiah
meukutop mampu masuk dalam segmen pasar dan memiliki daya saing yang kuat dan
minat konsumen yang baik.
3. Peningkatan kualitas Wirausaha desa melalui perbaikan Kualitas Wirausaha atau
Qualitypreneur, dimana pendekatan ini difokuskan mengenai perbaikan pelayanan.
Pelayanan yang baik akan menarik para konsumen dan mencerminkan bahwa kualitas
wirausaha yang dimiliki suatu badan usaha sudah berjalan dengan baik.
4. Peningkatan kualitas Wirausaha desa melalui perbaikan Merek Usaha atau Brandpreneur,
dimana pendekatan ini difokuskan pada merek/brand dari suatu produk kerajinan kupiah
meukutop atau sebuah kakrakteristik yang kuat mengenai badan usaha tersebut. Artinya
ketika badan usaha sudah memiliki karakteristik yang khas dan merek/brand yang kuat
dipasaran, maka konsumen akan selalu mudah mengingatnya dan cenderung akan banyak
diminati dipasaran.
5. Peningkatan kualitas Wirausaha desa melalui kemitraan dengan Perguruan Tinggi,
dimana Perguruan Tinggi pada kegiatan program ini diposisikan sebagai lembaga
pendidikan dan pengembangan yang diharapkan dapat melahirkan SDM yang unggul dan
inovatif untuk mengelola pedampingan Wirausaha desa.

INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan sebagai alat ukur program wiradesa dapat dilihat dari
Permasalahan yang ada dan strategi yang dapat dilakukan pada wirausaha kerajinan kupiah
meukutop di desa rawa tungko kecamatan indra jaya kabupaten pidie. Adapaun yang menjadi
indikator keberhasilan adalah:
1. Pengukuran kualitas Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop melalui Chainpreneur
(Rantai Wirausaha)
Pada identifikasi permasalahan yang ada dilapangan bahwa fakta yang terjadi
proses produksi dilakukan jika hanya ada pesanan dari pelangan. Sebagian masyarakat
mengaku bahwa keterbatasan informasi turut menyebabkan proses produksi yang sedikit
sehingga menghambat pengembangan bisnis secara meluas. Adapun akses utama yang
dibutuhkan dalam operasional Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop diantaranya
adalah (1) Informasi mengenai bahan baku; (2) Pelanggan/pasar; dan (3) Akses
pembiayaan. wirausaha masih belum terhubung dengan baik. Strategi produksi yang tepat
diharapkan mampu mengurangi permasalahan yang terjadi. Temuan selanjutnya dalam
penelitian ini adalah kesesuaian keinginan masyarakat mengenai harga produk yang sama
atau lebih rendah dibandingkan dengan pasar dapat menjadikan peluang pada saat proses
produksi dengan memilih bahan baku yang dapat disesuaikan dengan keingan tersebut.
Kesesuaian pengadaan bahan baku, proses produksi, dan penentuan harga produk akan
menjaga keberlangsungan usaha. Proses produksi yang hanya mengandalkan keinginan
dari masyarakat memberikan keuntungan berupa produksi yang tidak berlebihan dan
penumpukan bahan baku yang berlebihan tidak tejadi seiring dengan masih kurangnya
rantai wirausaha yang masih belum terjalin dengan baik untuk pendistribusian produk.

2. Pengukuran kualitas Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop melalui Marketpreneur


(Pasar Wirausaha)
Pada identifikasi kebutuhan pasar yang dibutuhkan oleh pelaku usaha adalah
mengenai informasi segmen pasar untuk keberlanjutan dan pengembangan bisnis mereka.
Fakta dilapangan masih ditemukan bahwa masih banyak pelaku usaha yang belum
mampu mendapatkan informasi mengenai segmen pasar yang akan mereka masuki
produknya. Dengan adanya permasalahan tersebut para pelaku usaha masih kesulitan
unuk memasarkan porduknya di segemen pasar. Hal ini sangat mengkhawtirkan,
mengingat segmen pasar merupakan hal yang penting dalam proses pengembangan
usaha, dimana ketika produk sudah menemukan segmen pasarnya maka para pelaku
usaha akan dengan mudah memasarkan produknya. Identifkasi lain mengenai segmen
pasar untuk meningkatkan penjualan, para pelaku usaha mengaku lebih mudah memasuki
segmen pasar ketika menjelang hari raya, akhir tahun atau hari-hari besar. Pemerhatian
pasar pada momen tertentu secara konsisten terjadi, artinya setiap terjadi momen-moment
tersebut daya beli masyarakat meningkat sehingga mampu menaikkan nilai penjualan.
Selanjutnya ada potensi keberlanjutan untuk segmen pasar, para pelaku usaha perlu
responsive untuk mencari segmen pasar dan diharapkan tidak menunggu pesanan untuk
proses produksi karena pada dasarnya konsumen menginginkan selalu tersedianya produk
yang diinginkan di segmen pasar.

3. Pengukuran kualitas Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop melalui Qualitypreneur


(Kualitas Wirausaha)
Dalam pengukuran Qualitypreneur atau Kualitas Wirausaha dapat dilihat dari 3
(tiga) aspek diantaranya adalah kualitas wirausaha keseluruhan, kualitas professional
social skill dan kualitas professional social skill muda. Kualitas Wirausaha Keseluruhan,
para pelaku usaha berada pada kondisi yang nyaman hal ini di lihat dari ketika adanya
peningkatan laba tidak dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pertumbuhan
penjualan dan tenaga kerja, sehingga mengakibatkan kurangnya ekspansi bisnis untuk
produk Desa yang ada. Kemungkinan tidak dilakukannya ekspansi bisnis adalah karena
ketidatahuannya mengenai segmen pasar yang tepat untuk produknya. Hal ini sejalan
dengan teori sebelumnya terkait dengan Fakta Pasar. Untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan memanfaatkan SDM yang memiliki pengalaman bekerja dan memiliki
jenjang pendidikan yang baik. Diharapkan dengan adanya SDM yang unggul dan
bepengalaman dapat memberikan terobosan baru untuk melakuka ekspansi bisnis
sehingga dapat menjaga keberlangsuan usaha tersebut. Kualitas Professional Social Skill,
diidentifikasikan dengan membandingkan kapasitas yang dimiliki oleh para pelaku usaha.
Performa dan pelayanan yang diberikan dapat menjadi ukuran profesional pelaku usaha
dalam menjalankan usahanya. Performa dan pelayanan yang baik menggambarakan
bahwa pelaku usaha sudah memiliki pemahaman yang lebih mengenai ilmu
kewirausahaan dan pengembangan bisnis. Keinginan dan kemauan dari para pelaku usaha
menjadi faktor utama dalam meningkat kualitas profesional wirausaha. Kualitas
Professional Social Skill Muda, identifikasi terkait dengan hal ini adalah mengenai para
pelaku usaha yang masih berusia muda. Dimana pada usia muda para pelaku bisnis
memiliki kemauan yang kuat untuk beriwirausaha namun masih kurangnya pemahaman
mengenai teori dasar wirausaha. Ini bisa menjadi potensi yang baik untuk sebuah Desa
apabila peran pemuda dapat dioptimalkan dengan baik dalam dunia bisnis. Oleh karena
itu, pelatihan-pelatihan berwirausaha perlu ditingkatkan lagi untuk melahirkan pemuda
desa yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnisnya.
4. Pengukuran kualitas Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop melalui Brandpreneur
(Merek Wirausaha)
Pada identifikasi temuan dilapangan bahwa fakta yang ada merek/brand yang
dihasilkan masih belum mampu menembus segmen pasar. Oleh karena itu masih perlu
adanya inovasi atau terobosan baru untuk mengatasi permasalahan ini. Akan menjadi
potensial jika ketika secara benar hasil dari program-program yang diselenggarakan oleh
pemerintah dapat diimplementasikan untuk menciptakan brand/merek yang sesuai dengan
keadaan desa tersebut. Dengan memperbanyak informasi yang didapatkan mengenai
keadaan Desa maupun dari luar diharapkan dapat dikombinasikan untuk mencipatakan
sebuah brand/merek yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis secara meluas.
5. Pengukuran kualitas Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop melalui kemitraan
dengan Perguruan Tinggi
Perkembangan Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop harus dapat mengikuti
perkembangan teknologi yang semakin pesat. Dengan hadirnya Perguruan Tinggi
menjadi mitra Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop diharapkan dapat membantu
memberikan inovasi terkait penggunaan teknologi dalam proses pengembangan
bisnisnya. Identifikasi di lapangan ditemukan bahwa eksistensi Perguruan Tinggi
berperan sangat penting dalam pengembangan usaha di desa. Melalui Tri Dharma
Perguruan Tinggi para intelektual mau mengabdikan diri kepada masyarakat dan
memberikan ilmu yang didapatkan untuk berkembangan usaha di pedesaan. Melalui
kegiatan KKN misalnya, para mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan mampu
memberikan inovasi atau ide baru untuk menghasilkan produk dari sumber daya yang ada
di Desa dan kemudian memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan teknologi untuk
proses pemasaran produk. Dengan begitu para pelaku usaha mempunyai pengetahuan dan
kemudahan mencari informasi terkait dengan kebutuhan-kebutuhan di pasar. Selain itu
juga, melalui Perguruan Tinggi dapat memberikan pelatihan-pelatihan mengenai
manajemen organisasi, akuntansi dan pembuatan laporan keuangan usaha. Sehingga
dengan adanya kemitraan yang baik antara Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop
dan Peguruan Tinggi dapat mewujudkan SDM yang inovatif dan unggul serta mampu
mengelola dan menghasilkan kegiatan usaha yang berdaya saing tinggi. Dengan begitu
fungsi dan peran Wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan perekonomian di Desa dapat tercapai
dengan mudah.

LUARAN
Luaran wajib kegiatan wiradesa adalah:
1. Dokumen Profil yang dihasilkan adalah usaha mikro kecil di dalam desa berupa
wirausaha desa kerajinan kupiah meukutop di desa rawa tungkop kecamatan indra jaya
kabupaten pidie.
2. Legalitas usaha desa berupa akta pendirian badan usaha dalam desa yang disahkan oleh
lembaga yang diakui oleh hukum
3. Publikasi melalui media elektronik dan video yang diupload di youtube berisi tentang
persiapan kegiatan hingga hasil kegiatan yang memaparkan informasi dari tahap produksi
hingga tahap pemasaran kerajinan kupiah meukutop. Hal ini juga sebagai salah satu
tindakan promosi untuk memperkenalkan produk khas daerah.

JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan program wiradesa tahun 2021 adalah sebagai berikut:
Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengkajian keadaan Desa
Pengajuan ijin ke mitra,
solusi tentang program
wiradesa
Sosialisasi
Penyiapan sarana dan
peralatan
Pedampingan kegiatan
pemula
Pendampingan tentang
tehnik produksi dan
pemasaran serta
Pendampingan lanjutan.
Monotoring dan evaluasi
kegiatan usaha
Pembuatan LaporanAkhir.

Publikasi hasil wiradesa


pada, Sosial Media dan
Youtube.

RANCANGAN BIAYA
Ketentuan umum dalam pembiayaan kegiatan Program wiradesa mengikuti peraturan yang
berlaku, antara lain:

No Uraian Jumlah (Rp)


1 Bahan habis pakai 13.440.000
2 Perjalanan 11.550.000
3 Lain-lain. 14.650.000
Jumlah Biaya 39.640.000
2) Pembelian Bahan Habis Pakai
No. Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

1 Kertas HVS A4 6 55,000 330,000.00


4 Hardisk 1 TB 1 850,000 850,000.00
5 CDR Blank 1 350,000 350,000.00
6 Masker 10 55,000 550,000.00
7 Hand Sanitaizer 10 45,000 450,000.00
8 Wastafel cuci tangan 2 850,000 1,700,000.00
9 paket Telfon 6 85,000 510,000.00
10 Paket Data 6 85,000 510,000.00
11 Label Produk 100 7,000 700,000.00
12 Buku Garda 30 3,000 90,000.00
13 Kain Polos 5 1,400,000 7,000,000.00
14 benang Roll Besar 25 16,000 400,000.00
13,440,000.00

3) Belanja Perjalanan
No. Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Survey Awal 4 400,000 1,600,000.00
2 Koordinasi dengan Mitra 4 550,000 2,200,000.00

3 Transportasi Pelatihan dan Pemasaran 5 1,000,000 5,000,000.00


4 Transportasi Sosialisasi 5 550,000 2,750,000.00
Jumlah Biaya 11,550,000.00

3) Belanja Lain-lain
No. Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Pengumpulan Data 4 500,000 2,000,000.00
2 Tabulasi Data 4 550,000 2,200,000.00
3 Pengolahan Data 4 500,000 2,000,000.00
4 Pengetikan 4 450,000 1,800,000.00
5 Photocopy Proposal dan Laporan 120 25000 3,000,000.00
6 Penjilitan Dokumen 15 30,000 450,000.00
7 Dokumentasi 2 450,000 900,000.00
8 Pengurusan Izin Market 1 800,000 800,000.00
9 Makan Siang Mitra Masa Pendampingan 30 35,000 1,050,000.00
10 Snack Masa Pendampingan 60 7,500 450,000.00
Jumlah Biaya 14,650,000.00

Anda mungkin juga menyukai