Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu
menyelesaikan Tugas Makalah ini yang dibuat dalam rangka melaksanakan Tugas
dari Ibu Saripah selaku Dosen yang mana untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkoperasian dan UMKM.
Dalam penulisan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis meyadari bahwa kelancaran dalam penulisan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang One Village One Product dan Corporate Social Responsbility (CSR),
yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi, dan referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas & menjadi
sumber pemikiran kepada pembaca, khususnya para mahasiswa Universitas
Indraprasta PGRI. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, untuk itu kepada dosen pembimbing, kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di waktu yang akan datang,
dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Jakarta , 12 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULIAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ….…………........................................... 3


A. One Village One Product.................................................... 3

B. Corporate Social Responsibility (CSR)............................. 4

BAB III PENUTUP ....................................................................... 15


A. Kesimpulan ...................................................................... 15
B. Saran ................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program One Village One Product atau yang lebih dikenal dengan
sebutan OVOP, adalah suatu program berbasis collabortive governance
yang melibatkan tiga aktor yaitu pemerintah, masyarakat dan pihak swasta
dalam melaksanakan program tersebut, melalui pendekatan perekonomian
pada sektor pemasaran yang diinisiatifkan oleh gubernur Morihiko
Hiramatsu di Oits Prefecture di Jepang pada tahum 1997. Trobosan OVOP
ini dimaksudkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
sumberdaya manusia di masyarakat desa pada pengelolahan produk tertentu
untuk meningkatkan perekonomian pedesaan melalui pengelolaan produk
lokal.
Dalam kontek pemerintah indonesia program One Village One
Product atau lebih dikenal dengan OVOP sudah dirilis sejak 2008 sebagai
salah satu program prioritas untuk pembangunan nasional.
Tujuan dari adanya program OVOP adalah untuk menggali potensi-
potensi lokal didaerah, karena dengan hal tersebut maka akan mendorong
masyarakat menggali serta menciptakan produk-produk baru yang memiliki
ciri khas dan kearifan lokal di masing-masing daerahnya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui program One Village One Product (OVOP)
2. Mengetahui Corporate Social Responsibility (CSR)
BAB II
PEMBAHASAN

3. One Villlage One Product


1. Pengertian OVOP
Satu desa satu produk adalah pendekatan pengembangan potensi
daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang
unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Satu desa
yang dimaksud bisa diartikan atau diperluas menjadi kecamatan,
kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi
dan skala usaha secara ekonomis.

Pemerintah menjadikan gerakan “satu desa satu produk” atau one


village one product (OVOP) sebagai program nasional memang patut
didukung. Sebab, secara konseptual maupun praktis, khususnya di
Taiwan dan Jepang, program OVOP amat menjanjikan. OVOP bisa
diandalkan sebagai gerakan swadaya dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta menjadi wahana revitalisasi ekonomi
daerah. Oleh karena itu pula, OVOP bisa menjadi metode untuk
membendung arus urbanisasi. Dengan OVOP, warga desa terkondisi tak
memiliki cukup alasan untuk mencari penghidupan ke perkotaan. Sebab,
pekerjaan dengan penghasilan yang relatif mensejahterakan tersedia di
desa. OVOP memungkinkan kegiatan ekonomi terpicu dan terpacu
berkembang sesuai dengan potensi dan keunggulan desa setempat.

Definisi OVOP di Indonesia dari Deputi Menteri Bidang Pengkajian


Sumberdaya UMKM Kementrian Koperasi dan UKM adalah merupakan
upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk unggulan
daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
wadah koperasi atau UKM.
Berikut adalah kutipan paparan OVOP yang dikeluarkan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM :
 Satu Desa Satu Product atau One Village One product adalah
pendekatan pengembangan Potensi daerah di satu wilayah unuk
menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah denga
memanfatkan sumber daya lokal.
 Satu desa sebagaimana dimaksud dapat diperluas menjadi
kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai
dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis.
 OVOP adalah pendekatan pengembangan potensi daerah untuk
menghasilkan satu produk kelas global yang unik dan khas dengan
memanfaatkan sumber daya lokal.
Konsep OVOP sendiri merupakan konsep yang terbuka. Artinya bisa
disesuaikan dengan karakteristik masyarakat Indonesia dan tetap
menjunjung nilai-nilai kearifan lokal kita. Produk yang dipilih untuk
dikembangkan tidak harus selalu dalam bentuk tangible product (berupa
barang dan jasa), tapi bisa juga dalam bentuk intangible product,
misalnya mengangkat produk-produk kesenian dan kebudayaan lokal
yang khas, atau mengembangkan potensi sumber daya alam untuk
pariwisata.
OVOP di Indonesia umumnya adalah UKM yang konsisten menjalin
kerjasama dengan perusahaan-perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) dan terus mendapat bimbingan serta aneka bantuan dari
pemerintah. Hal ini berkaitan demgan produk yang dihasilkan mewakili
identitas daerah bahkan negara, dimana produk-produknya mencerminkan
keunikan suatu daerah atau desa.
Dengan keunggulan yang dimiliki, maka produk tersebut dapat
meningkatkan pendaptan bagi daerahnya, melaluji kunjungan turis,
membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan ketrampilan SDM. Di
Indonesia terdapat sekitar 74.000 desa yang memiliki keunikan atau ciri
khas. Dimana mayoritas atau sekitar 65% penduduknya masih tergolong
miskin, berpendapatan rendah. Dan mayoritas desa-desa tersebut eksis
disektor pertanian atau agrikultur. Dengan kultur tersebut, sangat potensial
dikembangkan OVOP.

Di Indonesia sendiri, program pengembangan usaha mikro, kecil


dan menengah dengan pendekatan OVOP baru dimulai sejak keluarnya
Inpres Nomor 6 Tahun 2007, yang menugaskan Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mengembangan sector ini
melalui pendekatan OVOP. Bahkan pada tanggal 14 November 2009
bertempat di Nusa Dua Bali, Wakil Presiden Budiono, mencanangkan
OVOP sebagai gerakan nasional.
Konsep One Village One Product atau satu desa satu produk
merupakan pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk
menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal, atau dengan kata lain, konsep OVOP ini
merupakan salah satu pendekatan menuju clusterisasi produk-produk
unggulan yang berskala mikro, kecil, dan menengah agar dapat berkembang
dan mengakses pasar secara lebih luas, baik local, domestic, dan luar negeri.

2. Sejarah Gagasan OVOP


Pertama kali OVOP diperkenalkan dan dikembangkan di Jepang
khususunya di kawasan Oita, Timur Laut Pulau Kyushu oleh Morihiko
Hiramatsu seorang Gubernur dengan masa bakti di Oita selama 6 periode
(1979-2003) dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan warganya
dengan menerapkan konsep pembangunan wilayah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Program ini menjadikan wilayah kita yang
sebelumnya termasuk wilayah termiskin di Jepang menjadi wilayah
terkaya nomor 3.
Keberhasilan tersebut menarik perhatian Menkop dan UKM
sehingga mengunjungi kita untuk mencermati dan menduplikasi program
itu sekaligus menerapkannya secara optimal di Indonesia. Di Indonesia
saat ini program OVOP telah dikembangkan di 34 daerah dengan
berbagai potensi setempat langkah tersebut dilakukan untuk
mengembangkan komoditas unggulan di 100 daerah di seluruh
Indonesia.
Melalui President Of The OVOP Internasional Exchange Promotion
Committee, Morihiko Hiramitsu mendukung penerapan program itu di
Indonesia melalui bantuan teknis dan promosi. Bantuan teknis berupa
pengembangan lembaga percobaan dari pusat-pusat penelitian dan
perbaikan mutu produk. Sedangkan bantuan promosi mencakup
penjualan produk yang dilakukan melalui pameran produk khas daerah,
gerakan produksi dan mengkonsumsi produk local serta pengembangan
perusahaan daerah, dalam hal ini pemerintah Indonesia memberikan
kewenangan kepada pelaku organisasi koperasi.
Pendekatan dan pelaksanaan program OVOP dilakukan secara lintas
sektoral maupun lintas pelaku antas instansi pusat dan daerah dibawah
kordinasi kementrian kordinator di bidang perekonomian. Disini
keterlibatan pemerintah sangat menentukan melalui Direktorat
Pembangunan Daerah Kementrian Dalam Negeri, kedepannya ada
kemungkinan merambah ke daerah tertinggal dam komoditas unggulan
akan di tumbuh kembangkan di 100 titik daerah.

3. Tujuan dan Prinsip OVOP


Tujuan OVOP yaitu untuk menggali dan mempromosikan produk
inovatif dan kreatif lokal, dari sumber daya, yang bersifat unik khas
daerah, bernilai tambah tinggi, dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan, memiliki image dan daya saing yang tinggi.
Pengembangan IKM (Industri Kecil Menengah) yang berdaya saing
tinggi di pasar domestik dan global dan Mencari komoditas potensial di
satu sentra yang memanfaatkan Potensi Lokal.
Menurut Dr. Morihiko, OVOP memiliki tiga prinsip utama yaitu :
a. Lokal tetapi gelobal (Local yet Global) yang bermakna menghasilkan
produk atau jasa yang bernilai lokal dan dapat diterima secara global,
dilaksanakan dengan cara meningkatkan kualitas produk melalui proses
pelatihan teknis peningkatan mutu produksi dan desain.
b. Kemandirian dan kreativitas (Self Reliance and Creativity) yang
bermakna memanfaatkan potensi yang dimiliki secara kreatif dengan
usaha-usaha yang mandiri.
c. Pengembangan sumber daya manusia (Human Resource Development)
memiliki makna mengembangkan kapasitas dan kompetensi masyarakat
agar memiliki semangat untuk kreatif dan mampu menghadapi berbagai
tantangan perkembangan zaman.

4. Kriteria dan Lingkup Produk OVOP


Tiga kriteria yang harus dimiliki lokasi pengembangan program One
Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk, dalam rangka
pengembangan IKM (Industri Kecil Menengah) yang berdaya saing
tinggi di pasar domestik dan global. Daerah yang menjadi
pengembangan program OVOP harus ada keseragaman jenis
usaha, memiliki tata ruang yang jelas, serta memiliki infrastruktur yang
bagus.
a. Produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah
b. Unik khas budaya dan keaslian local
c. Berpotensi pasar domestik dan ekspor
d. Bermutu dan berpenampilan baik
e. Di produksi secara kontinyu dan konsisten
Menurut Mr. Hiramatsu Morihiko dalam seminar OVOP di
Bali,2009. Dalam mengadopsi program OVOP ini, ada 3 aspek dasar
yang harus dipenuhi yaitu :
a. Lokalitas produk mampu memenuhi pasar global
b. Masyarakatnya mampu bekerja secara mandiri
c. SDM memiliki mental siap dididik dan dibina.
Lingkup Produk OVOP meliputi :
a. Produk makanan olahan berbasis hasil pertanian dan perkebunan
b. Produk aneka minuman dari hasil pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan
c. Produk hasil tenun atau konveksi khas masyarakat lokal
d. Produk kebutuhan rumah tangga termasuk produk dekoratif atau
interior
e. Produk barang seni dankerajinan termasuk produk cinderamata
f. Produk herbal dan minyak atsiri khas masyarakat lokal

5. Sasaran Program OVOP


Beberapa Target atau sasaran yang menjadi fokus program OVOP yaitu:
a. Pertumbuhan Koperasi dan UKM yang mandiri di daerah
b. Penguatan Koperasi dan UKM sebagai motor penggerak ekonomi
daerah dan nasional
c. Peningkatan kemampuan pemasaran dan daya saing produk koperasi
dan UKM sesuai standard internasional
d. Penciptaan peran Koperasi dan UKM dalam penciptaan lapangan kerja
e. Peningkatan perolehan nilai tambah produk unggulan untuk
meningkatkan pendapatan
f. Peningkatan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
ke seluruh wilayah Indonesia.

Selain konsep OVOP Gunawan Sumodiningrat (2015) memberikan


masukan dalam pemberdayaan UMKM yaitu dengan menerapkan konsep
One Person One Product (OPOP) dan One Village One Corporation
(OVOC).
a. Konsep OPOP (One Person One Product)
Pelaksanaan program ini dengan membangun manusianya terlebih
dahulu sebelum mebangun sarana dan prasarana lainnya dalam
pembanguna ekonomi di Indonesia. Berbasis pada empat pilar
kebangsaan yaitu: Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika, maka setiap
individu harus memiliki prinsip untuk menghasilkan (supply) untuk
menikmati (demain). Jika seseorang memiliki tabungan dan dapat
di investikan pada bidang lain, maka dapat dikatakan bahwa konsep
OPOP berhasil,
Sumodinigrat (2015) mengatakan bahwa OPOP terwujud dengan
baik apabila seseorang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1) Motivasi dan Tujuan
Apabila seseorang memiliki motivasi dan tujuan hidup,
maka akan mampu bekerja dengan maksimal sehingga
kebutuhan hidupnya terpenuhi.
2) Lingkungan yang Mendukung
Apabila sesorang individu, masyarakat, dan pemerintah
saling mendukung maka akan tercipta iklim dan lingkungan
usaha yang baik.
3) Pendidikan yang Memadai
Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan
keterampilan, dengan pendidikan formal (sekolah),
nonformal (lingkungan masyarakat), dan informal
(lingkungan keluarga), melalui cara belajar dari teori
maupun praktek.
4) Sarana dan Prasarana
Melalui sarana dan prasarana yang baik, maka konsep OPOP
dalam UMKM akan mempermudah UMKM dalam
melaksanakan kebijakan teknis, melakukan koordinasi,
mengikuti pembinaan, menerima pengawasan, evaluasi dan
pelaporan, sampai pada pengembangan usaha dan
produksinya. Adapun sarana dan prasarana bantuan dapat
berupa teknologi tepat guna untuk memajukan UMKM
sesuai dengan bidang usahanya.
5) Mentoring dan Pendamping yang Tepat dan Terarah
Mentoring bisnis sering diupayakan perusahaan, program
hibah, pendampingan UMKM, dan pemulihan paksa
bencana sehingga menjadikan posisi mentor bisnis strategis,
dan tugas pendampingan mendampingi sesuatu yang sudah
berjalan dengan baik.
Adapun tugas dari pendamping yaitu: meningkatkan
keterampilan supaya mempunyai kekuatan dalam
mendukung usahanya, memajukan usaha secara nyata
berdasarkan indikator yang jelas, menyusun solusi dalam
menangani masalah, mengembangkan UMKM melalui
perbaikan-perbaikan, dan memotivasi pelaku UMKM untuk
terus mengembangkan usahnya dengan capaian yang lebih
baik.

b. Konsep OVOC (One Village One Corporation)


Jika satu desa memiliki produk unggulan dan berkembang
sehingga permintaan produknya semakin banyak maka hal tersebut
memerlukan kepastian hokum dan berusaha yang lebih luas lagi
yaitu membentuk One Village One Corporation (OVOC), satu desa
satu perusahaan yang berbadan hukum usaha.
Dalam konsep OVOP pelaku UMKM menjiwai kearifan
lokal dalam mengembangkan usahanya, seperti:
1) Mempunyai semangat dan jiwa gotong royong.
2) Status Badan Hukum Usaha yang legal.
3) Profesionalisme usaha, karena dengan profesionalisme seseorang
memiliki kehidupan yang berkualitas.
4) Berorientasi pada profit, kalau badan hukum yang berbentuk
Koperasi maka harus mempunyai jiwa Perseroan Terbatas maka
harus memiliki semangat Koperasi.
5) Pengembangan Usaha dengan memperluas pemasaran,
diverifikasi produk, mengembangkan usaha selini maupun di luar
lini agar orientasi pada profit terwujud.

4. Corporate Social Responsibility (CSR)


1. Pengertian dan Dasar Hukum
Corporate Social Responbility dalam koperasi merupakan wujud
pengejawantahan sistem ekonomi kerakyatan. Program ini merupakan
bentuk komitmen perusahaan atau dunia dunia bisnis dalam hal ini
UMKM dan koperasi untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara aspek
ekonomis, sosial dan lingkungan.
Melalui program CSR dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) ini selain dapat memciptakan dan memperkuat
keseimbangan dalam perekonomian nasional, juaga akan memberikan
manfat besar bagi perusahaan yaitu mendatangkan laba, kinerja financial
yang kokoh, meningkatkan akuntabilitas, mendorong komitmen dan
loyalitas karyawan, mengurangi kerentanan dengan masyarakat umum
dan terciptanya reputasi perusahaan dlam perusahaan.
Secara sederhana, CSR adalah sebuah konsep dan tindakan yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai rasa tanggung jawabnya
terhadap sosial dan lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut
berdiri. Seperti dengan melaksanakan suatu kegiatan yang bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau penduduk sekitar, menjaga
lingkungan sekitar, memberikan beasiswa pendidikan kepada
masyarakat yang kurang mampu, membangun fasilitas umum, dan
memberikan bantuan berupa dana ataupun kebutuhan pokok untuk
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pada dasarnya CSR adalah bentuk tanggung jawab sebuah
perusahaan terhadap stakeholder atau pemangku kepentingan. Menurut
para ahli, CSR memiliki 3 definisi, yakni :
1. Melakukan tindakan sosial, termasuk di dalamnya adalah kepedulian
terhadap lingkungan hidup yang diharuskan dalam peraturan
perundangan-undangan.
2. Komitmen usaha yang dilakukan secara etis, beroperasi secara resmi,
serta dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi yang di iringi
dengan peningkatan kualitas hidup karyawan termasuk keluarganya,
komunitas lokal, serta masyarakat luas.
3. Komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan,
keluarga karyawan, komunitas lokal, serta masyarakat luas dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.
Berikut beberapa pengertian CSR menurut para ahli yang dapat
dijadikan sebagai bahan acuan :
 Sukrisno Agoes (2011: 32)
Menurut Sukrisno Agoes, pengertian CSR (Corporate Social
Responsibility) adalah tanggung jawab sosial perusahaan adalah
tanggung jawab perusahaan kepada karyawan (internal) dan diluar
perusahaan (eksternal) karena perusahaan adalah bagian dari
lingkungan.
 Nor Hadi (2014: 48)
Menurut Nor Hadi, pengertian CSR (Corporate Social
Responsibility) adalah tanggung jawab sosial perusahaan adalah
sebuah tindakan yang berdasarkan pertimbangan etis perusahaan
yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi yang seiring dengan
peningkatan kualitas hidup bagi karyawan juga keluarganya,
sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat pada umumnya.
 Johnson dan Johnson
Menurut Johnson dan Johnson, pengertian CSR adalah
tentang cara perusahaan mengelola operasi bisnisnya dengan
menghasilkan produk yang memiliki orientasi positif pada
lingkungannya.
 Hendrik Budi Untung (2008: 1)
Pengertian CSR (Corporate Social Reponsibility), menurut
Hendrik Budi Untung adalah komitmen perusahaan untuk
memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan
dengan tetap memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan.
Berdasarkan dari beberapa pengertian CSR menurut para ahli
di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR adalah tanggung
jawab perusahaan yang berkaitan dengan ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Untuk memperkuat dan melindungi program CSR, di Indonesia
mendasarkan pada beberapa dasar hukum yaitu:
a. UU No. 19 Tahun 2003
b. UUD 1945 Pasal 28 ayat 1
c. UU No. 39 Tahun 1999 ayat 2 dan 3, tentang Hak Asasi Manusia
d. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. Prinsip-Prinsip dan Peran CSR


Atas dasar beberapa kebijakan, Nosk Hydro menetapkan lima
prinsip dasar dari pelaksanaan CSR, yang terdiri dari :
a. Prinsip Kepatuhan Hukum
Perusahaan atau organisasi harus memahami dan mematuhi semua
peraturan lokal maupun internasional yang dinyatakan secara
tertulis dan tidak tertulis serta prosedur yang ada.
b. Prinsip Kepatuhan Terhadap Hukum Adat Internasional
Ketika menetapkan kebijakan dan praktik yang berkaitan dengan
tanggung jawab sosial perusahaan harus mematuhi keputusan,
pedoman, peraturan pemerintah, deklarasi atau perjanjian
internasional
c. Prinsip Menghormati Stakeholder Terkait
Perusahaan atau organisasi harus mengakui dan menerima
keberagaman stakeholder terkait dengan keragaman perusahaan
mitra (besar atau kecil) serta unsur-unsur lain yang dapat
mempengaruhi antar stakeholder terkait
d. Prinsip Transparansi
Perusahaan atau organisasi harus jelas, akurat dan komperehensif
dalam menyatakan kebijakan, keputusan kegiatan termasuk
pengenalan terhadap potensi lingkungan dan masyarakat. Selain itu
informasi tersebut harus tersedia bagi orang-orang yang terkena
dampak atau mereka yang mungkin akan terpengaruh secara
material oleh perusahaan atau organisasi.
e. Prinsip Menghormati Hak Asasi Manusia
Perusahaan atau organisasi harus melaksanakan kebijakan dan
pratik yang akan menghormati hak asasi manusia yang ada dalam
Deklarasi Universal Lefts Manusia.

Melalui prinsip-prinsip CSR yang telah diuraikan diatas maka secara


teknis, pelaksanaan CSR harus mampu :
a. Menghormati hak asasi manusia, dimana dalam pelaksanaan CSR
selalu dipandu oleh bakuan Hak Asasi Manusia yang berlaku
universal.
b. Berkontribusi terhadap keberlangsungan melalui pengembangan
bisnis yang menguntungkan serta aktif terlibat dengan masyarakat
setempat, dengan tujuan untuk mewujudkan pembangunan
ekonomi dan sosial jangka panjang
c. Bekerja sama atau berkoordinasi dengan pemerintah dan
masyarakat setempat untuk mendefinisikan peran dan tanggung
jawab sosialnya
d. Keragaman, yaitu tidak melakukan diskriminasi gender, ras, etnik,
latar belakang budaya, kelompok sosial, kecacatan, status
pernikahan, umur, dan pendapat politik
e. Mengakui nilai-nilai intrinsik dari keragaman budaya dalam semua
praktik bisnisnya
f. Dialog, yaitu selalu mengembangkan dialog dengan semua
pemangku kepentingan untuk memperoleh manfaat bagi
perusahaan dan masyarakat setempat
g. Memperhatikan inisiatif dan masukan yang akan digunakan
sebagai bakuan pengembangan layanan dan praktik yang bisa
dipertanggungjawabkan
h. Mengutamakan kejujuran dan keterbukaan dalam setiap
kesepakatan yang dibangun, sehingga tidak akan mengizinkan atau
mentolerir segala bentuk korupsi
Bridgen (Totok Mardikanto, 2014; 169) merinci beberapa
prinsip CSR yaitu sebagai berikut :
a. Dampaknya bagi masyarakat luas yang berkaitan dengan :
1) Ekosistem
2) Masyarakat Nasional
3) Masyarakat Lokal
4) Massyarakat Adat
5) Ekstraksi Sumberdaya
b. Dampaknya Bagi Masyarakat Bisnis yag berkaitan dengan :
1) Kondisi Perusahaan
2) Kesehatan dan Keselamatan
3) Karyawan
4) Pemasok
5) Integritas Keuangan
6) Integritass Etika
7) Tata Kelola Perusahaan
8) Pemegang Saham

Jadi, secara singkat CSR mempunyai peran penting untuk :


a. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia di
lingkungan perusahaan baik internal maupun lingkungan
masyarakat sekitar
b. Menguatkan ekonomi masyarakat sekitar
c. Pemeliharaan hubungan relasional antara perusahaan dengan
lingkungan sosialnya
d. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
e. Pelestarian lingkungan
Princes of Wales menegaskan tantang 5 (lima) hal
penting yang dapat memengaruhi keberhasilan dalam
implementasi CSR maupun PKBL agar sesuai dengan peran dan
tujuannya (Hendrik Budi Untung dalam Limbong, 2013:311),
yaitu :
a. Human Capital
Yaitu suatu bentuk program dalam memberdayakan
sumberdaya manusia agar lebih berkualitas dan mandiri
b. Environment
Yaitu suatu program dalam menciptakan keseimbangan
lingkungan
c. Good Corporate Governance
Merupakan bentuk pengelolaan usaha atau bisnis yang
melibatkan kepentingan serta penggunaan sumberdaya yang
berprinsip pada keadilan, efisiensi, transparansi dan
akuntabilitas
d. Social Cohesion
Suatu bentuk program yang menciptakan keseimbangan
kepentingan dalam masyarakat sehingga tidak menimbulkan
kecemburuan sosial
e. Economic Strength
Merupakan bentuk memberdayakan lingkungan menuju
kemajuan ekonomi.

3. Bentuk CSR ada empat (4) model


a. Terlibat langsung
b. Melalui organisasi sosial perusahaan atau yayasan
c. Bermitra dengan pihak lain
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
4. Bentuk CSR di Koperasi
a. Pemberian santunan kepada yayasan seperti: yayasan yatim
piatu berupa bantuan biaya pendidikan bagi anak yang
berprestasi
b. Bazar murah, sembako gratis
c. Pelayanan kesehatan kepada masyarkat seperti pengobatan
gratis, khitanan massal, pengembangan sarana sanitasi
d. Bantuan yang sifatnya insidentil seperti bantuan kepda
masyarakat yang terkena bencana alam

5. Sumber Dana Program CSR Koperasi


a. Selisih Hasil Usaha (SHU) yang dialokasikan 2,5% dan laba
bulanan yang disisihkan sebesar 2,5%
b. Penggabungan dana dari anggota
DAFTAR PUSTAKA

https://www.antaranews.com/berita/463686/50-produk-ovop-indonesia-masuki-
pasar-internasional
https://bangazul.com/bentuk-tanggungjawab-sosial-perusahaan-atau-form-of-
corporate-social-responsibility/

Anda mungkin juga menyukai