Pemerintah sebagai pelopor bagi masyarakat yaitu pemerintah harus menjadi panutan bagi
seluruh masyarakat melalui kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin dengan
pemanfaatan waktu sebaik-baiknya dengan orientasi hasil yang semaksimal mungkin dan
kepeloporan dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dengan terus
melakukan pemutakhiran melalui pendidikan dan pelatihan.
Setiap daerah memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
melangsungkan kehidupannya. Sama halnya dengan Desa Sukamaju, desa tersebut sudah
memiliki potensi desa wisata dari sub sektor ekonomi kreatif, ini diatur dalam Peraturan Desa
Sukamaju Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis Nomor 4 Tahun 2021 Tentang
Pengelolaan Wisata Di Desa Sukamaju serta telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala
Desa (SK) Nomor: 441.1/Kpts12/Ds/2021 Tentang Pengukuhan Komunitas Ekonomi Kreatif
Cibaruyan Desa Sukamaju Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis dan sudah ditetapkan
dalam Surat Keputusan (SK) Dinas Pariwisata Nomor 061.6/KPTS.075/Dispar.02/2021
Tentang Pembentukan Komunitas Ekonomi Kreatif (Komekraf) Cibaruyan Desa Sukamaju
Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis.
Desa Sukamaju merupakan desa yang terletak dibawah kaki Gunung Sawal, di Desa
Sukamaju terdapat 26 pelaku usaha ekonomi kreatif yang diwadahi dalam “Komunitas
Ekonomi Kreatif Cibaruyan”, mulai dari pelaku usaha kuliner olahan, seni pertunjukan, seni
kriya, dan seni musik direktor.
1. Pemerintah desa memiliki peran penting dalam melakukan dan memberikan pelayanan
untuk menyejahterakan masyarakat, hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara
dengan terjalinnya komunikasi yang intensif antara pemerintah desa dengan komunitas
ekonomi kreatif, pada kenyataannya peneliti temukan belum optimalnya komunikasi
yang terbangun antara pemerintah desa dengan komunitas ekonomi kreatif dalam hal
sosialiasi pelatihan yang belum menyeluruh, serta dalam hal pemberian kontribusi
bantuan pendanaan. Hal ini menyebabkan belum masif nya sinergitas antara pemerintah
desa dengan komunitas ekonomi kreatif di Desa Sukamaju yang menyebabkan
komunitas ekonomi kreatif “Cibaruyan” belum mengalami pengembangan secara
sumber daya manusia, skill anggota, pengetahuan anggota, dan dari sumber pendanaan.
2. Pemerintah desa memiliki peran menggerakan komunitas ekonomi kreatif “Cibaruyan”
dengan memberikan motivasi atau pembaharuan dari metode baru, sistem baru, cara
berpikir baru kepada masyarakat yang memiliki usaha mikro kecil menengah agar
memiliki partisipasi dan bergabung dengan suatu wadah yaitu komunitas ekonomi
kreatif “Cibaruyan”, namun yang peneliti temukan belum terakomodirnya pelaku usaha
mikro kecil menengah oleh pemerintah desa, ini dibuktikan dengan masih adanya 30
pelaku usaha mikro kecil menengah belum bergabung, padahal pemerintah desa
memiliki tugas untuk memberikan motivasi gerakan agar menumbuhkan partisipasi
terhadap masyarakat yang belum bergabung dengan komunitas ekonomi kreatif
“Cibaruyan” . Hal ini menyebabkan masih banyaknya pelaku usaha mikro kecil
menengah yang terdapat di Desa Sukamaju yaitu 56 pelaku usaha, dan 30 pelaku usaha
mikro kecil menengah diantaranya belum bergabung dengan komunitas ekonomi
kreatif “Cibaruyan” disebabkan karena pelaku usaha mikro kecil menengah belum
mengetahui mengenai ekonomi kreatif dan masyarakat belum tahu bahwa di Desa
Sukamaju telah ada Komunitas Ekonomi Kreatif sehingga minat dan partisipasi
masyarakat untuk bergabung dengan ekonomi kreatif masih rendah.
3. Nomor Induk Berusaha, Pangan Industri Rumah Tangga, dan LPPOM MUI memiliki
sejumlah manfaat diantaranya mendaptakan legalitas perusahaan, mendapatkan
kemudahan dokumen lainnya seperti produk dapat dipasarkan oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Ciamis. Pada faktanya yang peneliti temukan kurangnya peran pemerintah
desa dalam melaksanakan sosialisasi dan pembinaan serta pendampingan mengenai
izin pembuatan NIB (Nomor Induk Berusaha), PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga),
dan LPPOM MUI (Label Halal MUI). Akibatnya hanya 5 anggota ekonomi kreatif
“cibaruyan” yang sudah memiliki NIB, PIRT dan LPPOM MUI dari 26 anggota
ekonomi kreatif “cibaruyan” akibatnya beberapa anggota usaha ekonomi kreatif masih
belum bisa memasarkan produknya keluar daerah Kabupaten Ciamis, sehingga
pemasaran belum luas ketika permintaan pasar melonjak dan pemasaran masih manual.
Berdasarkan paparan diatas maka penulis dapat menganalisis program ekonomi kreatif
yang akan di uraikan sebagai berikut:
Selanjutnya kurang optimal dari dimensi inovator yakni belum adanya pemasaran
produk secara digital serta belum adanya inovasi di bidang digitalisasi pemasaran, selain itu
pemerintah desa belum secara optimal melaksanakan pendampingan terhadap angota
komunitas ekonomi kreatif agar dapat menggali potensi produksi serta inovasi.
Dimensi lainnya yang belum optimal yakni dimensi modernisator bahwa pemerintah
desa belum mengadakan pelatihan pendidikan guna meningkatkan kesadaran pentingnya
ekonomi kreatif bagi masyarakat desa, serta belum mumpuninya pemberdayaan melalui sarana
dan prasarana serta pemasaran produk komunitas ekonomi kreatif.
Dimensi pelopor merupakan dimensi yang belum optimal yaitu dari segi peningkatan
disiplin kerja dan produktifitas kerja komunitas serta dalam memberikan pengarahan kepada
anggota komunitas ekonomi kreatif untuk meningkatkan efisiensi melalui pola disiplin
menabung guna meningkatkan saran dan prasarana komunitas.
Berdasarkan analisis diatas maka penulis menyajikan saran sebagai berikut: