JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Oktober 2019.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Cafe Sawah dalam menggerakkan perekonomian desa
Metode pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian
di Cafe sawah yang terletak di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Propinsi jawa
Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa Cafe Sawah Desa Pujon Kidul sangat berperan besar dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Keberadaannya memberikan kontribusi yang besar dan
menjadi salah satu motor penggerak khususnya di BUM Desa Sumber Sejahtera. Keberadaan Cafe
Sawah Pujon Kidul yang mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat melalui daya tarik wisata.
Karena masyarakat mampu memanfaatkan peluang, baik dalam meningkatkan SDM dan menciptakan
inovasi-inovasi baru dalam berbagai jenis usaha. Cafe Sawah berperan dalam membantu pemerintah
desa untuk mengurangi jumlah kemiskinan di Desa Pujon Kidul. Dibuktikan dengan keberadaan Cafe
Sawah yang mampu memberi kesempatan kepada masyarakat mengembangkan diri untuk keluar dari
jerat kemiskinan, karena jumlah penduduk yang bekerja atau memiliki penghasilan meningkat. Peran
Cafe Sawah Pujon Kidul dalam dalam penyerapan tenaga kerja sangat dirasakan oleh hampir semua
masyarakat setempat. Cafe Sawah hadir sebagai solusi pengurangan tingkat penganguran di Desa
Pujon Kidul. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama pemerintah desa dengan masyarakat dalam
mengelola potensi yang ada di desa tersebut untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. Keberadaan
Cafe Sawah selain memberi dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, juga
memberikan dampak negative terhadap lingkungan sosial masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh
terjadinya proses asimilasi budaya, yang diakaibatkan oleh adanya budaya baru yang masuk dalam
lingkungan tersebut.
Kata kunci: Café Sawah, PADes, Peluang Usaha, Kemiskinan, Penyerapan Tenaga Kerja dan Dampak
Sosial.
A. PENDAHULUAN
Pada akhir abad ke-18 Malang dipilih sebagai meneer en mevrouw yaitu tempat peristirahatan tuan
dan nyonya Belanda. Selain karena Malang merupakan daerah terdekat dari perkebunan sekitarnya,
daerah ini kini memang layak menjadi tempat tetirah. Letaknya pada ketinggian 440 sampai 667 meter
memberi hawa sejuk dengan suhu rata-rata 24,5 derajat Celcius. Dan dengan adanya pemandangan yang
indah dari Gunung Semeru, Kawi, Arjuna, dan puncak Penggunungan Tengger menambah keindahan
kota ini. Bahkan pada masa itu Malang mendapat julukan Switzerland of Indonesia.
(http//:malangkota.go.id diakses pada tanggal 24 Maret 2019).
Kabupaten Malang memilki daya tarik wisata yang beraneka ragam dan tersebar di seluruh
kecamatan. Daya tarik wisata tersebut meliputi wisata alam yang berupa pantai, pengunungan dan danau,
wisata buatan berupa taman wisata, dan wisata budaya berupa artifak/bangunan sejarah dan atraksi
tari/kerajinan. Oleh karena itu, Kabupaten Malang berpotensi sebagai salah satu destinasi wisata skala
regional bahkan internasional (Sukmaratri, 2018:34). Oleh karena itu, butuh upaya yang maksimal agar
pariwisata Kabupaten Malang dapat dikembangkan secara optimal. Usaha-usaha dalam memaksimalkan
potensi pariwisata Kabupaten Malang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang
ada di daerah tersebut. Pariwisata memiliki pengaruh penting meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh
karenanya setiap daerah yang memiliki potensi wisata mampu menjadikan pariwisata sebagai salah
sektor utama dalam pembangunan daerah.
Menurut Arsyad (2010:374) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Dalam hubungan ini pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal potensi
sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup,
keterampilan, prakarsa dengan bimbingan dan bantuan dari pemerintah.
Untuk mampu merealisasikan tujuan pembangunan ekonomi tersebut, selain partisipasi
masyarat, juga harus mampu mengelola potensi yang ada, untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi manusia berupa sumber daya manusia yang harus
ditingkatkan baik itu pengetahuan maupun keterampilannya. sehingga mampu melakukan perencanaan
pembangunan yang dapat mengelola potensi daerah dengan baik. Salah satu wilayah di Kabupaten
Malang yang melakukan pengelolahan terhadap potensi desa dalam mengembangan perekonomian
masyarakat kesitar ialah Desa Pujon Kidul. Desa Pujon Kidul pernah meraih penghargaan sebagai Desa
Wisata Agro yang diberikan langsung oleh Menteri Kemendesa PDTT. Keberhasilan Desa Pujon Kidul
dalam meraih penghargaan tersebut tidak terlepas dari partisipasi masyarakat dan pemerintah desa, baik
itu dalam hal pembuat regulasi maupun dalam penerapannya.
Desa Pujon Kidul memiliki jumlah penduduk secara keseluruhan sebanyak 4.388 orang, dengan
tingkat kemiskinan termasuk menunjukkan angka yang tinggi, yaitu terdapat 488 KK yang tercatat
sebagai pra sejahterah, 89 KK sebagai Keluarga Sejahtera I, 247 KK sebagai Keluarga Sejahtera II, 487
KK tercatat sebagai Keluarga Sejahtera III, dan 19 KK sebagai sejahtera III plus. Sedangkan sebanyak
488 KK merupakan golongan Pra-sejahterah dan Keluarga Sejahtera I tersebut digolongkan sebagai KK
golongan miskin. Maka ada sekitar lebih dari 43% KK Desa Pujon Kidul adalah keluarga miskin.
Melalui BUM Desa, pemerintah desa bersama masyarakat menciptakan berbagai macam unit-unit
usaha untuk membuka lapangan kerja dan menurunkanangka kemiskinan. BUM Desa Sumber Sejahtera
Desa Pujon Kidul memiliki 8 unit usaha yaitu Unit Air Bersih, Unit Laku Pandai, Unit Live In, Unit
Parker, Unit Pertanian, Unit TPST, Unit Infrastruktur Dan Unit Café Sawah. Diantara unit usaha yang
di miliki oleh BUM Desa salah satu unit usaha yang unggul daripada unit usaha lain ialah unit usaha
Café Sawah. Café Sawah mampu menyerap tenaga kerja paling banyak dibandingkan unit usaha lain.
Dan menciptakan peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Sehingga keberadaan Cafe Sawah menjadi
salah satu unit penggerak perekonomian desa.
Keberadaan Cafe Sawah mampu menghidupkan ekonomi di daerah sekitar dan menjadi lahan bisnis
bagi warga daerah setempat. Selain atraksi-atraksi wisata juga banyaknya stand-stand makanan dan
minimal, stand oleh-oleh dan souvenir serta usaha-usaha lain menjadi salah satu bukti keberhasilanya.
Cafe Sawah juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga daerah setempat, yaitu melalui penyerapan
tenaga kerja dengan berbagai jenis pekerjaan, seperti karyawan, penjaga karcis, dan penjaga parkir.
Pembangunan Cafe Sawah yang ada di Desa Pujon Kidul menjadi salah satu ide pembangunan
ekonomi desa yang dikategorikan berhasil dan mampu memperkuat ekonomi di desa tersebut, padahal
dalam waktu bersamaan masih banyak desa-desa di Indonesia yang belum mampu merealisasikan
pembangunan desa untuk menompang perekonomianya. Hal ini menunjukan bahwa Café Sawah mampu
menjadi sumber ekonomi baru. Oleh karenanya terjadi pergeseran pengembangan ekonomi lokal di Desa
Pujon Kidul, yang awalnya sumber ekonomi hanya berada di bidang pertanian dan peternakan. Maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran Cafe Sawah dalam pengembangan ekonomi
desa berjudul “(Peran Cafe Sawah Dalam Pengembangan Ekonomi Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang)”.
B. KAJIAN PUSTAKA
Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan Ekonomi Lokal adalah proses pembangunan ekonomi berbasis kawasan/lokasi yang
dilaksanakan melalui kerjasama antara Pemerintah, masyarakat, dan swasta (“pasar”) untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh Helmsing (dalam Najiyati, 2015:220). Helmsing (dalam Purnamaningsih, 2016:2) juga
mengungkapkan bahwa Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dapat didefinisikan sebagai proses
dimana kemitraan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat dan sektor swasta yang
didirikan untuk mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong
perekonomian dengan baik sebuah wilayah tertentu. Ini menekankan pengendalian lokal, dengan
menggunakan potensi manusia lokal, kelembagaan dan kemampuan fisik. Pembangunan ekonomi lokal
memiliki inisiatif memobilisasi pelaku, organisasi dan sumber daya mengembangkan lembaga baru
sistem lokal melalui dialog dan tindakan strategis.
Definisi PEL paradigma baru tersebut jelas merujuk bahwa kerjasama yang sinergis antara
Pemerintah, masyarakat dan “Pasar”; menjadi kunci keberhasilan PEL. Beberapa hasil penelitian juga
merekomendasikan agar ada upaya peningkatan keterpaduan, kolaborasi, koordinasi, atau partisipasi
sebagai bagian dari dimensi atau faktor sinergisme, guna menunjang keberhasilan PEL di beberapa
negara Beyer (dalam Najiyati, 2015:220).
Pengembangan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad (2010:374) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Dalam
hubungan ini pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal potensi sumber
daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup,
keterampilan, prakarsa dengan bimbingan dan bantuan dari pemerintah. Dengan demikian ciri pokok
pembangunan daerah adalah:
a) Meliputi seluruh aspek kehidupan
b) Dilaksanakan secara terpadu
c) Meningkatkan swadaya masyarakat pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Pengembangan Ekonomi Desa
Todaro dan Smith (2011:2) mengatakan bahwa sebagian masyarakat miskin menetap di wilayah
perdesaan yang sebagian besar hidup dari pertanian. Dalam pembangunan ekonomi secara tradisional,
peranan pertanian dianggap pasif dan sebagai unsur penunjang. Peran utama pertanian hanya sebagai
penyedia tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah dalam jumlah yang cukup untuk ekonomi
industri yang sedang berkembang yang dinobatkan sebagai “sektor unggulan” dinamis dalam startegi
pembangunan secara keseluruhan.
Program One Village One Product (OVOP)
One village one product atau sering dikenal dengan OVOP adalah suatu program berbasis
pendekatan pengembangan potensi daerah di suatu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global
yang unik khas daerah dengan memanfaatkaan sumber daya lokal. (http://ppid-kemenkop.com diakses
pada tanggal 15 April 2019).
Setiap desa memiliki satu produk unggulan yang dijadikan ikon yang menghidupi seluruh warga
desa. Pemberdayaan masyarakat berdasar pemberdayaan individu atau OPOP selanjutnya akan lebih
kuat dan solid bersama-sama membentuk OVOP. Dengan demikian ciri khas desa tersebut terlihat dan
memudahkan untuk bekerja sama. Pendekatan OVOP pada umumnya menghasilkan prodok bersama-
sama, bergabung dalam suatu desa, satu kecamatan, satu unit usaha. OVOP yang diharapakan ialah
produk yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan desa, dan memberikan surplus
berupa tabungan masyarakat. Jadi produk OVOP adalah tabungan masyarakat (Sumodiningrat dan
Wulandari, 2016:204).
Paradigma Pemberdayaan Masyarakat
Sulistiyani (dalam Widjayanti, 2011:16) menjelaskan bahwa secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,
maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan
atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak
yang kurang atau belum berdaya. Priyono (dalam Arsyiah, 2009:) juga memberikan makna
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab
menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional,
internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi dan lain-lain. Memberdayakan
masyarakat mengandung makna mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat
posisi tawarmenawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor
kehidupan.
Teori Perubahan Struktural
Teori-teori perubahan struktural (structural change theory) memusatkan perhatianya pada
mekanisme yang akan memungkinkan negara-negara terbelakang untuk mentransformasikan struktur
perekonomian pertanian subsisten tradisional yang hanya mampu mencukupi keperluan sendiri ke
perekonomian yang lebih modern, lebih beriorientasi ke kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta
memiliki sektor industri manufaktur dan jasa-jasa yang tangguh.
a. Teori W. Arthur Lewis
Teori pembangunan lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara
desa dan kota, dengan mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi antara kedua tempat
tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem
penetapan upah yang berlaku di sektor modern, yang pada akhirnya akan berpengaruh besar
terhadap arus urbanisasi. Transpormasi struktural (structural transformation) perekonomian
subsisten primer adalah model yang dirumuskan Lewis di pertengahan dasawarsa 1950-an.
Kerangka pemikiran dan sistem analisisnya berpokok pada suatu model sederhana yang biasa
disebut dengan Lewi’s two sector model
b. Teori John Fei Dan Gustav Ranis
Pada dasarnya di dalam model Fei dan Ranis ini merupakan penyempurnaan dari model Lewis. Model
Lewis ini sendiri lebih memusatkan kepada sektor industri dan mengabaikan pengembangan di sektor
pertanian. Sedangkan pada model Fei dan Ranis ini sendiri lebih menunjukkan arti penting dari produk
pertanian di dalam menghimpun model di Negara terbelakang.
c. Teori Hollis B. Chenery
Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses
perubahan ekonomi dari Negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian
tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita
yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber daya manusia
(Human Capital) Todaro (dalam Kurniawan, 2013:18).
C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena akan
melihat pada proses dan kondisi yang ada di Cafe Sawah Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Cafe Sawah dalam menggerakkan
perekonomian desa. Penelitian kualitatif merupakan penelitian ilmiah yang mempelajari kondisi dan
proses (Manzilati, 2017:17).
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam
menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka
mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Pemilihan lokasi tempat penelitian di Cafe sawah yang
terletak di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Propinsi jawa Timur.
Unit Analisis dan Penentuan Informan
Unit analisis dalam penelitian ini adalah peran Cafe Sawah sebagai penggerak perekonomian desa.
Sedangkan dalam penentuan informan, peneliti melakukan identifikasi pihak-pihak yang terlibat dan
bertanggung jawab mulai dari pembentukan Cafe Sawah sampai dengan perkembangan hingga saat ini.
Selanjutnya, dalam penentuan jumlah partisipan/informan penelitian tergantung pada ruang lingkup
masalah penelitian yang sedang diteliti. Jumlah partisipan dapat bertambah dalam proses pengumpulan
data ketika tujuan penelitian belum dapat terjawab oleh partisipan yang terlibat. Berikut merupakan
kriteria informan :
1. Pemerintahan ditingkat desa (Kepala Desa) sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan
yang berlaku di Desa Pujon Kidul
2. Pihak yang mengembangkan dan mengelola perekonomian desa (Direktur BUM Desa dan Direktur
Cafe Sawah)
3. Pihak yang terlibat dalam proses pengembangan usaha di kawasan di Cafe Sawah Desa Pujon Kidul
(karyawan/pekerja dan pelaku usaha)
4. Masyarakat Desa yang tinggal di kawasan Cafe Sawah baik yang menerima dampak lansung atau
tidak lansung dari Cafe Sawah
F. DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, Sumintarsih & Destha. 2003. Ekonomi Moral, Rasional Dan Politik Dalam Industri Kecil
Di Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.
Arfianto, Arif Eko Wahyudi dan Ahmad Riyadh U. Balahmar. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Ekonomi Desa. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 2, No.1, Maret
2014.
Arsiyah, Ribawanto dan Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Ekonomi
Desa (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Industri Kecil Krupuk Ikan Di Desa Kedungrejo,
Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Wacana Vol. 12 No. 2 April 2009.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Chikamawati, Zulifah. 2015. Peran Bumdes Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Perdesaan
Melalui Penguatan Sumber Daya Manusia. Journal & Proceeding Vol 5, No 1, 2015.
Dewi, Amelia S.K. 2014. Peranan Badan Usaha Milik Desa (Bum Desa) Sebagai Upaya Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Deda (Pades) Serta Menumbuhkan Perekonomian Desa. Journal
of Rural and Development Volume V No. 1 Februari 2014
Hernadi, Matyani dan Patmawati. 2018. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Melalui Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Di Kelurahan Sumber Rejo Kecamatan Balikpapan
Tengah Kota Balikpapan). Jurnal Abdi Masyarakat Ilmu Ekonomi Vol.01 No 01, Desember
2018.
Jhingan. M.L. 2014. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pres.
Kirowati, Dwi. 2018. Pengembangan Desa Mandiri Melalui Bumdes Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Desa (Studi Kasus : Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan.Jurnal Akuntansi dan Sistem Informasi Vol. 3, No.1 Mei 2018.
Kuncoro, Mudrajad. 2018. Perencanaan Pembangunan Daerah Teori dan Aplikasi. Jakarta: Graha
Media Pustaka Utama.
Kuswandoro, Wawan Edi. 2016. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Partisipasi1
Pendekatan Good Village Governance Untuk Implementasi UU Nomor 6 Tahun 2014. Jurnal
Percikan Pemikiran Tata Kelola dan Pembangunan Desa, Hal 380-391.
Kurniawan. 2013. Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Banten
Melalui Pendekatan LQ, Shift Share. Skripsi. Universitas Semarang. Fakultas Ekonomi.
Manzilati, Asfi. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma,Metode, dan aplikasi. Universitas
Brawijaya Malang: Ub Media.
Martiarini. 2017. Strategi Pengembangan Desa Wisata Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa
Ketenger Baturraden. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Fakultas Ekonomi
Islam.
Purnamasari, Hani, Eka Yuliana dan Rachmat Ramdani. 2016. Efektivitas pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa (BUM Desa) Berbasis Ekonomi Kerakyatan Di Desa Warungbambu Kecamatan
Karawang Timur Kabupaten Karawang. Jurnal Politikom Indonesia VoL. 1 No.2, Desember
2016
Sholeh, Ahmad. 2017. Stretegi Pengembangan Potensi Desa. Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi
Februari 2017 Hal : 32-52.
Sidik, Fajar. 2015. Menggali Potensi Lokal Mewujudkan Kemandirian Desa . Jurnal Kebijakan dan
Administrasi Publik Vol .9, No.2 - November 2015
Sidik, Nasution dan Herawati. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Desa Menggunakan Badan Usaha
Milik Desa: Desa Ponggok dan Kritik Terhadap Prestasi “Terbaik Nasional”. Jurnal Pemikiran
Sosiologi Vol.5 No.2 Agustus 2018.
Suarman, Syahza 2013. Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya Percepatan
Pembangunan Ekonomi Perdesaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.1, Juni 2013.
Suartha, 2012. Esensi Bantuan Pemerintah Kabupaten Badung Terhadap Keberdayaan Masyarakat.
Jurnal Piramida Vol. VIII, No 2: 85 – 92.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta Bandung.
Sukmaratri, Myrna. 2018. Kajian Pola Pergerakan Wisatawan Di Daya Tarik Wisata Alam Kabupaten
Malang. Jurnal Pariwisata Vol.3 No.1 Juni 2018.
Sumodiningrat, Wulandari. 2016. Membangun Indonesia Dari Desa. Yogyakarta: PT Buku Seru
Susetiawan, Mulyono, dan Roniardian. 2017. Penguatan Peran Warga Masyarakat dalam
Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Hasil Pembangunan Desa. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat-Indonesian Journal of Community Engagement Vol.4, No.1, September
2018.
Suwandi, Basrowi.2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Widjajanti, Kesi. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.12 No.1,
Juni 2011.
Sun’an, Muamil. dan Abdurrahman Senuk. 2015. Ekonomi Pembangunan Daerah. Jakarta: Mitra
Wacana Media Penertbit.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2011. Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Erlangga