Anda di halaman 1dari 10

PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA

LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR KABUPATEN TANGERANG

artikel populer ini dibuat untuk memenuhi tugas EKT 2 mata kuliah kebijakan fiskal dan
moneter yang di ampu oleh Eko Prasetyo

Kelas : 4.A Administrasi Negara

Disusun oleh : kelompok 7

CLARISSA FELYSIA

NAILATUL FADILAH

NADYA ANDIANI

REGI RIZKI

ANDRA NUGRAHA

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG

2023
BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Dimensi kemiskinan dapat dipahami sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia saat ini, khususnya bagi keluarga miskin, karena beban hidup yang
semakin meningkat, pada dasarnya kemampuan atau potensi yang ada dalam diri keluarga
miskin adalah: walaupun dalam situasi yang sangat kecil atau terbatas. Selanjutnya, ada pula
modal untuk menjalankan tugas dan kehidupannya. Oleh karena itu, pemerintah telah
melaksanakan beberapa program, salah satunya adalah KUBE. KUBE hadir untuk melaksanakan
program pemberdayaan keluarga miskin melalui program kelompok usaha bersama untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

KUBE dibentuk, tumbuh dan berkembang atas inisiatif sendiri, saling berinteraksi dan bermukim
di suatu wilayah, dengan tujuan meningkatkan produktivitas, kesejahteraan dan modal sosial.
Jenis kegiatan meliputi pertanian, peternakan, perikanan, industri rumahan/kerajinan tangan,
perdagangan dan jasa. KUBE hadir untuk melaksanakan program yang memberdayakan
keluarga miskin.

Salah satu contohnya adalah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lebak Wangi 'Monalisa' di
Kecamatan Sepatan Timur yang dibentuk pada tahun 2008 oleh Dinas Kesejahteraan Sosial
Provinsi Tangerang. KUBE ini dibentuk dalam konteks keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga miskin dan pengembangan usaha ekonomi. KUBE Monalisa dijalankan
oleh orang-orang yang membuat makanan ringan seperti keripik, peyek dan keripik pisang dan
dimulai dengan 10 orang yang membuat kue biasa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUBE membutuhkan peran pendamping berupa


pendamping agar dapat berfungsi dan berkembang. Pendamping adalah pekerja sosial yang
memiliki peran sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, fasilitator, dan
evaluator. Pendamping memecahkan masalah, bukan mengobati. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumenter dan informan kunci dalam
penelitian ini adalah manajer perencanaan, PSM dan KUBE.

Jumlah rumah tangga miskin di Provinsi Tangerang telah sedikit menurun namun masih berada
di atas rata-rata dan memerlukan penanganan yang serius. Tingginya harga kebutuhan sehari-
hari dan rendahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu pendorong masih adanya keluarga
miskin. Dinas Kesejahteraan Kabupaten Tangerang mencatat 177.729 keluarga miskin di tahun
2009 dan 165.512 di tahun 2010.

Menurut Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang, terdapat 36 kecamatan dengan


jumlah rumah tangga miskin terbanyak di wilayah Pantai Utara Tangerang, yaitu 20.508 rumah
tangga di Kecamatan Teluk Naga, 11.624 rumah tangga di Kecamatan Rajeg, 10.905 rumah
tangga di Kecamatan Paku Haji, dan 8.892 rumah tangga di Kecamatan Kresek, dengan
pendapatan bulanan sebesar Rp175.000. Jumlah keluarga miskin saat ini masih cukup besar
karena permasalahan yang mereka hadapi, seperti rendahnya pendapatan di bawah garis
kemiskinan, yang dapat ditentukan dari tingkat pengeluaran per orang per bulan menurut
standar BPS regional, kabupaten dan kota.

Dalam hal ini, Kementerian Sosial mengembangkan dan mengimplementasikan program-


program anti-kemiskinan melalui beberapa jenis program seperti: Bantuan Jaminan Sosial (BKS),
Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama (Prokesos KUBE) dan Bantuan Sosial
Fakir Miskin (BSFM).

Dalam program-program tersebut, pemberdayaan rumah tangga miskin dalam konteks


pembangunan kesejahteraan sosial mengandung makna pengembangan kapasitas untuk
memastikan bahwa penerima layanan sosial berdaya dan percaya diri dalam memenuhi
kebutuhan dasar mereka, dan bertujuan untuk membatasi kenaikan yang terlalu besar.
Pemberdayaan memiliki konteks yang luas karena ada banyak program pemberdayaan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, termasuk pemberdayaan sosial, kesehatan, dan
ekonomi melalui intervensi mikro dan makro. Pemberdayaan berguna untuk mengembangkan
klien dari yang tidak berdaya menjadi berdaya dan memiliki kekuatan untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik.

Program ini diharapkan dapat mengalokasikan dana, memotivasi rumah tangga miskin untuk
maju, memfasilitasi interaksi dan kerja sama di antara kelompok-kelompok rumah tangga
miskin, memanfaatkan potensi sumber daya sosial-ekonomi lokal, memperkuat budaya
kewirausahaan, mengembangkan ekonomi pasar, dan membangun kemitraan sosial-ekonomi
dengan para pemangku kepentingan.

B. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi


1. Sejarah Desa Lebak Wangi
Desa Lebakwangi berdiri pada bulan Agustus 1980 sebagai pemekaran dari Desa Kedaung Barat,
yang pada saat itu merupakan bagian dari Kecamatan Sepatan, namun dimekarkan menjadi
Kecamatan Sepatan Timur pada akhir tahun 2006.

Alasan pemekaran Desa Lebakwangi dari Desa Kedaung Barat pada saat itu adalah karena Desa
Kedaung Barat terlalu luas dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dianggap kurang
optimal. Nama Lebak Wangi berasal dari dua suku kata Lebak dan Wangi, Lebak adalah nama
tempat atau kampung yang berdekatan dengan desa Kare, kecamatan Sepatan; Wangi berasal
dari nama kampung atau tempat yang daerahnya terkenal dengan kerajinan dan hasil
pertaniannya, contohnya adalah Kampung Lebak yang terkenal dengan pengrajin pandainya.
Kampung Bayur.

Kampung Bayur terkenal dengan ubi dan singkongnya, dan Kampung Bayur penghasil kerajinan
singkong yaitu 'opak', sebagaimana kampung tersebut diberi nama Kp. wangi, karena kerajinan
dan hasil pertaniannya, termasuk kata terkenal, atau kata nama lainnya, sehingga menjadi
kampung 'Lebak Wangi'.

2. Sejarah Pemerintahan Desa


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Tentu saja, dalam menjalankan tugas-tugas publiknya, mereka harus tunduk pada aturan dan
sistem pemerintahan yang diadopsi oleh tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, seperti
pemerintah daerah, provinsi, kota, dan pemerintah pusat.

Situasi pemerintahan saat ini sangat berbeda dengan masa lalu, dipengaruhi oleh
perkembangan, era globalisasi dan transparansi, namun harus tetap berpedoman pada prinsip-
prinsip Pansira dengan cita-cita luhur dan UUD 1945.

3. Kondisi Geografi

Letak Desa Wangi secara geografis membentang dari utara ke selatan dengan bentangan 3,2
km dan membujur dari Barat ke Timur sepanjang 3,3 km sungai cisadane yang berada disebelah
Timur merupakan batas wilyah yang memisahkan Desa Lebak Wangi dengan wilayah Kota
Tangerang, sedangkan batas-batas ini seperti Utara dibatasi dengan saluran air tersier begitu
juga batas disebelah Barat bagian Utara dibatasi oleh saluran air tersier dan jalan serta dibagian
Selatan batasannya hanya pemukiman penduduk dan persawahan.

Dengan kondisi lahan yang data Desa Lebak Wangi mempunyai luas wilayah 525 Ha yang
sampai saat ini lahan pertanian sawah masih dominan dan merupakan lahan subur yang cocok
untuk tanaman padi dan jenis sayuran, sedangkan sebagaiannya merupakan pemukiman
Pendududk perumahan KPR-BTN, yang rumah industri dan kegiatan ekonomi lainnya.
Kepadatan penduduk Desa Lebak Wangi masing-masing wilayah tidak merata dan wilyah yang
paling padat penduduknya adalah wilayah RW.08 RW.02 dan RW.04 sedangkan wilayah RW. 01
dan RW. 03 kepadatan penduduknya masih tergolong sedang.

Desa Lebak Wangi dengan jumlah penduduk 22.367 jiwa merupakan hasil sensus penduduk
pada tahun 2010 dan terletak diatas 6M diatas permukaan air laut dengan batas-batasnya
wilyah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Kedaung Barat dan Jatimulya
- Sebelah Timur : Sungai Cisadane atau kec. Neglasari
- Sebelah Selatan : Kec. Periuk dan Periuk Jaya
- Sebelah Barat : Desa Karet dan Pondok Jaya
Suhu udara rata-rata berkisar antara 27° s/d 33° C kareana letak Desa Lebak Wangi tidak terlalu
jauh dari pantai utara dan kurang lebih jaraknya 7,5 Km. Hal ini sangat mempengaruhi suasana
pantai/ iklim pantai.

4. Kondisi Demografi
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 Desa Lebak Wangi berpenduduk sebanyak 22.367
jiwa yang terdiri dari :
- Jumlah Pendudk Laki-laki : 11.586 jiwa
- Jumlah Pendudk Perempuan : 10.781 jiwa
- Jumlah Rumah Tangga : 4.828 RMT
- Jumlah Kepala Keluarga : 5.351 KK
Adapun Desa Lebak Wangi yang mengikuti program Kelompok Usaha Bersama ( KUBE) sampai
tahun 2011 berjumlah 10 (KK) dari jumlah 22.36 KK.

5. Kondisi Ekonomi
Jenis mata pencaharian masyarakat desa bergamai macam seperti Petani 254 Jiwa, pedagang
1.115 Jiwa, peternak 0 Jiwa, buruh karyawan 2.117, PNS 212 Jiwa, buruh bangunan 577 Jiwa,
perangkat desa 16 Jiwa, TNI 26 Jiwa, penjahit 154 Jiwa, perangakt desa 16 jiwa, lain-lain 955
jiwa, pensiunan 154 jiwa, petani 1.470 jiwa, tukang kayu 244 jiwa.

BAB III

PERAN PEMERINTAH

A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama di Desa Lebak Wangi
Kecamatan Sepatan Timur Tangerang
Berdasarkan hasil temuan penelitian, peran pekerja sosial masyarakat yang dilaksanakan
melalui dinas sosial provinsi Tangerang dan dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat di desa
Lebak Wangi, pertama dengan membentuk pekerja sosial masyarakat yang ruang lingkup
kerjanya adalah teman sejawat dan kedua dengan membentuk pekerja sosial masyarakat yang
tergabung dalam tim pekerja sosial masyarakat di desa Lebak Wangi provinsi Tangerang. Peran
pekerja sosial masyarakat ditemukan berfungsi pertama sebagai pendamping pemberdayaan
dan kedua, peran pekerja sosial masyarakat adalah sebagai kegiatan:

1. Pembentukan Pendamping Sosial Desa (Pekerja Sosial Masyarakat)


Metode pelatihan pendamping tim proyek bersama harus berasal dari tempat pekerja sosial
desa melaksanakan program KUBE dengan terlebih dahulu mengumpulkan data dari LSM dan
masyarakat yang dituangkan dalam rencana sosial Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. Ini
dilakukan melalui tokoh masyarakat. Dalam hal pemberdayaan keluarga miskin melalui
program KUBE di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur, pekerja sosial masyarakat
memegang peran kunci. Oleh karena itu, pekerja sosial masyarakat di desa Lebak Wangi juga
memiliki pengetahuan yang memenuhi kriteria, artinya pekerja sosial masyarakat dapat
bertanggung jawab untuk membangun tim proyek. Jadi, pekerja sosial masyarakat adalah
pekerja sosial masyarakat yang bekerja di tingkat desa.

Selama pengembangan proyek, pekerja sosial masyarakatlah yang akan membantu


mengembangkan CUB agar dapat berfungsi dengan baik. Pekerja sosial memiliki peran yang
sangat penting karena mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap kiprah CUB untuk
pembangunan dalam pemberdayaan rumah tangga miskin. Pekerja sosial memainkan peran
sebagai berikut: perencana, fasilitator, fasilitator, informan, fasilitator, dan evaluator.

B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama dalam Pemberdayaan


Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.
1. Menumbuhkan Kepercayaan
Proses ini merupakan kegiatan dimana fasilitator melalui pekerja sosial masyarakat
merencanakan dan melaksanakan program yang terencana untuk membantu anggota
masyarakat dengan membangun hubungan personal dengan tokoh masyarakat, termasuk
tokoh agama, tokoh adat dan pemangku kepentingan. Dalam hal ini, tokoh masyarakat sangat
penting karena mereka memainkan peran penting dalam memfasilitasi pemberdayaan.

2. Membangun Konsesus
Pekerja sosial masyarakat kemudian melakukan proses kegiatan yang disebut dengan
membangun konsensus untuk memastikan bahwa tahap pemberdayaan tidak mudah terputus.
Pekerja sosial masyarakat membantu memastikan bahwa anggota masyarakat siap menerima
pendamping sosial untuk membantu mereka melakukan kegiatan sosial-ekonomi atau
kelembagaan.
3. Pembentukan tim kerja kelompok
Selama proses KUBE, tim kerja kelompok yang terencana harus dibentuk sesuai dengan
deskripsi tugas yang disepakati oleh anggota KUBE untuk membantu menyelesaikan masalah
klien. setelah orang yang dilindungi yang terlibat dalam program KUBE direalisasikan, pekerja
sosial masyarakat memfasilitasi pertemuan pertama yang dihadiri oleh orang yang dilindungi
yang ada dalam daftar. Pada hari ini, pekerja sosial masyarakat mensosialisasikan program
KUBE, melakukan asesmen kebutuhan anggota KUBE, dan meninjau kembali konsep dan tujuan
pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat
untuk menerapkan semangat kerja sama dan aktivisme.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara, studi pustaka, dan observasi KUBE
Monalisa yang menelaah peran pendampingan KUBE dalam program pemberdayaan rumah
tangga miskin, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan peran kepelatihan PSM dibagi menjadi 6 tahapan pembinaan, yaitu:

a. Menemani perencana untuk melakukan persiapan pembinaan yaitu mendampingi personil


melakukan penyebaran informasi proyek, pengumpulan data, kebutuhan anggota, menyiapkan
segala keperluan KUBE, menentukan tujuan, mengembangkan potensi anggota KUBE Monalisa,
dan menentukan lokasi

b. Pembina kerja sosial masyarakat mengarahkan dan melatih KUBE sebagai pembimbing
sehingga dapat aktif mengembangkan KUBE dan membimbing dalam semua aspek pencatatan
dan manajemen KUBE Monalisa.

c. Informan dari pekerja sosial masyarakat dapat membantu mempromosikan hasil KUBE
Monalisa, dan kini hasil KUBE Monalisa dapat diterima di toko kue, warung, dll di pasar tersebut.

d.Motivator pekerja sosial masyarakat memberikan insentif dan dorongan bagi anggota KUBE,
serta dapat mengembangkan anggota menjadi komunitas yang mandiri. Sahabat juga dipantau
setiap minggu. Biarkan mereka menyadari masalah dengan KUBE Monalisa.

e. Fasilitator pekerja sosial memfasilitasi dengan memenuhi kebutuhan KUBE berupa barang,
peralatan atau mencari dana untuk kemajuan KUBE Monalisa dan mampu mengelola hasil KUBE

F. Evaluator Pekerja sosial masyarakat melakukan evaluasi bulanan dan dapat memberikan
evaluasi, rekomendasi, dan pendapat kepada KUBE tentang pilihan mana yang tepat untuk
kebutuhan mereka. Selain itu pendamping dapat memberikan evaluasi terhadap hasil KUBE.

Namun dilihat dari pendampingan yang diberikan oleh para pekerja sosial masyarakat, KUBE
Monalisa tidak secara tegas memutuskan atau membubarkan hubungan tersebut. Karena
meskipun KUBE telah berkembang dan semakin maju, KUBE membutuhkan mitra agar KUBE
tetap berjalan dan membuat prestasi KUBE terus berkembang, jika KUBE terus berkembang
dapat memberdayakan banyak masyarakat miskin. Rencana KUBE yang dicanangkan oleh
pemerintah telah memberikan dampak positif. Mengapa KUBE:KUBE adalah tentang
mempertimbangkan semua aspek kearifan lokal, salingbekerjasama, saling bekerjasama dalam
produktivitas dan stabilitas penjualan,dan pendampingan yang lebih mudah/memudahkan
Pengawasan dengan anggaran yang terbatas dalam hal pemberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
Jakarta : Fakultas Universitas Indonesia, 2003.
Adi, Tristiadi, Observasi dan wawancara, Malang : Bayumedia, 2003.
Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. Buku Pedoman Pelaksaan Kegiatan Peningkatan
Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM Tangerang: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang,
2010.
Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Laporan Realisasi Kegiatan Pembangunan Bidang Urusan
Sosial Tangerang : Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, 2009.
Hanindito, Andi. dkk. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin bagi Eks
Korban Bencana Alam Jakarta : Departemen Sosial RI, 2005.
JURNAL

Profil Kelompok Usaha Monalisa. 2010- 2012

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa Lebak
Wangi, Kabupaten Tangerang 2011-2015
INTERNET
Artikel diakses pada tanggal 31 Maret 2011 dari http:// suyatno.blog. unip.ac.id/files/
files/2009/11/13-indikator-kemiskinan. Pdf
Artikel diakses pada tanggal 06 april 2011 dari http:// ichwanmuis.com pekerja sosial.
com/1708

Anda mungkin juga menyukai