Anda di halaman 1dari 31

STRATEGI PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN POTENSI

DESA PARAKAN, KECAMATAN TRENGGALEK, KABUPATEN


TRENGGALEK

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
NINDA MEI DIANA
NIM 180711638547

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PRODI S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
APRIL 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................................10

1.1 Latar Belakang........................................................................................10

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................12

1.3 Tujuan......................................................................................................13

1.4 Manfaat....................................................................................................13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................15

2.1 Landasan Teori........................................................................................15

2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................23

BAB III

METODE PENELITIAN.......................................................................................28

3.1 Pendekatan Penelitian..............................................................................28

3.2 Jenis Penelitian........................................................................................28

3.3 Kehadiran Peneliti...................................................................................29

3.4 Lokasi Penelitian.....................................................................................29

3.5 Subyek Penelitian....................................................................................29

3.6 Sumber Data............................................................................................30

3.7 Teknik Pengumpulan Data......................................................................31

3.8 Teknik Analisis Data...............................................................................32

3.9 Keabsahan Data.......................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintahan desa merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang
menyelenggarakan urusan pemerintahannya di wilayah tingkat desa.
Pemerintahan desa memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam
pembangunan maupun pemberdayaan potensi desa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
Pasal 1 ayat (3) juga disebutkan bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa
atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa. Berdasarkan undang-undang di atas, maka
setiap desa memiliki kesempatan untuk mengatur dan mengurus urusan
rumah tangganya sendiri dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dewasa ini, marak dilakukan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
oleh pihak pemerintah, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, maupun pemerintah daerah. Dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 bagian Penjelasan disebutkan bahwa
pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Reni
Renoati (2003) berpendapat bahwa pemberdayaan merupakan usaha yang
dijalankan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar semakin
mampu memenuhi kebutuhannya dan semakin dapat terlibat dalam proses
pengambilan keputusan secara sejajar dengan yang lain. Pemberdayaan
menumbuhkan jiwa kemandirian dan kreativitas untuk berkembang dengan
kekuatan sendiri, tidak tergantung pada bantuan dan perintah dari atas
sebagaimana yang ada pada kebijakan sentranlistik. Dengan adanya otonomi
daerah diharapkan pola pendekatan yang bersifat botton-up yang bertujuan
menggerakkan potensi masyarakat. Selanjutnya yang akan dicapai lewat
pemberdayaan ini adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat di daerah.
Program pemberdayaan banyak diarahkan pada masyarakat desa atas
dasar pertimbangan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
pedesaan, baik menyangkut masalah pengetahuan, ketrampilan, fasilitas
maupun kemampuan ekonomi. Untuk itu proses pemberdayaan juga perlu
dilakukan secara menyeluruh dalam berbagai aspek baik sumber daya
manusia, kelembagaan, sarana dan prasarana serta ekonomi (Renoati, 2003).
Pemerintah Desa memiliki peran penting untuk membantu masyarakat
menyediakan sarana dan prasarana atau fasilitas penunjang guna
meningkatkan strategi pemberdayaan potensi dan keanekaragaman yang
terkandung dalam suatu wilayah desa. Dengan demikian, strategi Pemerintah
Desa yang telah diupayakan dan direncakan mampu berjalan sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.
Namun, dalam mencapai suatu tujuan yang telah diupayakan dan
direncanakan selalu tak luput dari adanya tantangan. Soleh (2017)
berpendapat bahwa dalam upaya mencapai keberhasilan tujuan pembangunan
wilayah pedesaan saat ini, secara umum kita dihadapkan pada banyak
tantangan yang sangat berbeda sifatnya dibandingkan pada masa-masa lalu.
Tantangan pertama berkaitan dengan kondisi eksternal seperti perkembangan
internasional yang berhubungan dengan liberalisasi arus investasi dan
perdagangan global. Sedangkan yang kedua bersifat internal, yaitu yang
berkaitan dengan perubahan kondisi makro maupun mikro dalam negeri,
masalah migrasi spasial dan sektoral, ketahanan pangan, masalah ketersediaan
lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, masalah iptek, SDM,
lingkungan dan masih banyak lagi.
Desa Parakan merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten
Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Desa ini terletak tidak jauh dari alun-alun
kota atau pusat kabupaten dengan jarak 3 KM. Letaknya yang tidak jauh dari
pusat kabupaten tersebut, menjadikan Desa Parakan disebut juga dengan desa
semi kota. Secara geografis luas Desa Parakan mencapai 827,85 (Ha) dengan
jumlah penduduk pada tahun 2021 sebesar 5.782 jiwa yang tersebar di dua
Dusun, yaitu Dusun Krajan dan Dusun Telasih. Jumlah penduduk laki-laki
sebesar 2.920 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 2.862 jiwa.
Penduduk di Desa Parakan sebagian besar masih pelajar/mahasiswa dengan
jumlah 1.084 jiwa. Sedangkan pekerjaan penduduk di Desa Parakan bekerja
sebagai petani/buruh tani dengan jumlah 1.026 jiwa.
Secara geografis akses menuju Desa Parakan ini sangatlah mudah,
letaknya sangat dekat dengan pusat Kabupaten Trenggalek dan menjadi
penguhubung dengan desa-desa di sekitarnya. Namun, dilihat dari mata
pencaharian dan pendidikan penduduk yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani dan banyak penduduk yang lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), menjadikan potensi yang ada di Desa Parakan
belum terkelola dengan baik. Masyarakat sekitar masih kurang terlatih dan
kurang memiliki kesadaran akan potensi yang terkandung dalam desa
tersebut. Letak desa yang strategis seharunya dimanfaatkan untuk
mengembangkan potensi yang ada untuk meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan hidup masyarakat setempat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul "Strategi Pemerintah Desa dalam Pemberdayaan
Potensi Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek".

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah potensi yang terdapat di Desa Parakan, Kecamatan
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek?
2. Bagaimana strategi Pemerintah Desa dalam pemberdayaan potensi Desa
Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek?
3. Apa saja hambatan Pemerintah Desa dalam melaksanakan strateginya?
4. Bagaimana upaya Pemerintah Desa untuk mengatasi hambatan dalam
melaksanakan strateginya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi yang terdapat di Desa Parakan, Kecamatan
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek
2. Untuk mengetahui strategi Pemerintah Desa dalam pemberdayaan potensi
Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek
3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Pemerintah Desa dalam
melaksanakan strateginya
4. Untuk mengetahui upaya Pemerintah Desa dalam mengatasi hambatan
pelaksanaan strateginya

1.4 Manfaat
Penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat teoritis maupun
manfaat praktis, tetapi juga memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan langkah awal bagi peneliti untuk
menyusun skripsi sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1. Selain
itu, penelitian ini juga digunakan sebagai sarana untuk memperkaya
wawasan dan pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai rujukan untuk
penelitian selajutnya.
2. Bagi Program Studi PPKn
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dan tambahan informasi bagi para mahasiswa maupun bagi
para dosen program studi PPKn. Di samping itu, penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai referensi untuk menyusun karya tulis lainnya.
3. Bagi Pemerintah Desa Parakan
Adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi terhadap strategi pemberdayaan dan dapat memberikan
tambahan informasi bagi Pemerintah Desa Parakan supaya lebih
meningkatkan lagi program pemberdayaan terhadap potensi yang
terkandung di dalam Desa Parakan.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi terkait strategi Pemerintah Desa dalam hal pemberdayaan
potensi desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.
Sehingga masyarakat, mengetahui program pemberdayaan apa saja yang
telah dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup masyarakat desa Parakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


A. Strategi
Ditinjau dari segi estimologi, kata strategi berasal dari bahasa
Yunani yaitu strategos yang diambil dari kata strator yang berarti militer
dan juga berarti memimpin. Pada awalnya, strategi diartikan sebagai
generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam
membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), pengertian strategi
adalah (1) ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu (2) rencana yg cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Kemudian pengertian
strategi menurut B.N. Marbun, (2003: 341) bahwa strategi adalah rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling
hubungan dalam hal waktu dan ukuran.
Pengertian strategi menurut Bracker (Afiff dan Abdullah, 2010: 71)
menyatakan bahwa strategi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
aktivitas dimana organisasi, baik secara kebetulan ataupun perencanaan,
berupaya mengembangkan saran-sarananya, dan kemudian
memanfaatkannya untuk menciptakan barang dan/atau jasa dengan tetap
mempertimbangkan tujuan-tujuan berikut batasan-batasan yang digariskan
para stakeholder organisasi, sehingga kehadirannya dirasakan bermanfaat
oleh para pelanggannya.
Buzzel dan Gale berpendapat bahwa strategi adalah kebijakan dan
keputusan kunci yang digunakan untuk manajemen, yang memiliki
dampak besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini
biasanya melibatkan sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti
dengan mudah.
Adapun pengertian strategi menurut Bussines Dictionary, strategi
adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan
yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah,
strategi juga adalah seni dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber
daya untuk penggunaan yang paling efisien dan efektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan rencana yang
telah dirumuskan dengan cermat dan bijaksana untuk mencapai sasaran
maupun tujuan yang telah ditentukan dengan harapan dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak yang terlibat serta orang-orang di lingkungan
serkitar yang bersangkutan.

B. Pemerintah Desa
Menurut Syafi’ie secara etimologi, pemerintahan dapat diartikan
sebagai berikut:
a. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh, yang berarti
didalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki
wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.
b. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah, yang berarti badan
yang melakukan kekuasaan memerintah.
c. Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan, berarti
perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan
oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan Negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai Pemerintah yang
hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-
tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif. Pemerintahan Desa adalah
suatu proses pemaduan usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan
dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 ayat
(2) menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan Desa merupakan organisasi penyelenggara
pemerintahan Desa yang terdiri atas:
a. Unsur Pimpinan, yaitu kepala Desa,
b. Unsur Pembantu Kepala Desa (Perangkat Desa), yang terdiri atas:
1) Sekretariat desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh
sekretaris desa
2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang
melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan pengairan,
keagamaan, dan lain-lain
3) Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa di wilayah kerjanya
seperti kepala dusun.
Dalam Pasal 1 ayat (3) juga disebutkan bahwa Pemerintah Desa
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
a. Kepala Desa
Menurut Pasal 26 Undang-undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa
disebutkan bahwa:
1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,
melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa berwenang:
a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;
b) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;
c) Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan asset desa;
d) Menetapkan peraturan desa;
e) Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa;
f) Membina kehidupan masyarakat desa;
g) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
h) Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala
produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;
i) Mengembangkan sumber pendapatan desa;
j) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
k) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;
l) Memanfaatkan teknologi tepat guna;
m)Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
n) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
o) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Perangkat Desa
Menurut Pasal 48 Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang
Desa disebutkan bahwa Perangkat Desa terdiri atas:
1) sekretariat Desa;
2) pelaksana kewilayahan; dan
3) pelaksana teknis.
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa Pasal 49 juga
menyebutkan bahwa:
1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas
membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh
Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama
Bupati/Walikota.
3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada
Kepala Desa.

C. Pemberdayaan
Pemberdayaan (empowerment) berasal dari Bahasa Inggris, power
diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Sedangkan Pranarka dan
Vidhyandika (1996:56) menjelaskan pemberdayaan adalah upaya
menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin
efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat,
negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi,
dan lain sebagainya.
Prijono dan Pranarka (1996: 77) menyatakan bahwa pemberdayaan
mengandung dua arti, yakni: to give power or authority dan to give ability
to or enable. Pengertian pertama mengandung arti memberikan kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya. Pengertian kedua adalah memberikan
kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak
lain untuk melakukan sesuatu.
Pemberdayaaan dapat diartikan sebagai sebuah tindakan
pelimpahan atau pemberian kekuatan (Power) yang akan menghasilkan
hirarki kekuatan dan ketiadaan kekuatan. Pemberdayaan mewujudkan
pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Masyarakat menjadi pelaku
utama sekaligus tujuan (people centre). Melalui upaya pemberdayaan
masyarakat, pemerintah mencoba untuk membangun kesadaran kritis
masyarakat tentang makna dan tujuan pembangunan. Masyarakat didorong
bersedia untuk belajar memahami beragam hal yang mempengaruhi
dampak pembangunan bagi masyarakat dan lingkungan (Ra’is, 2018).
Pemberdayaan dimaknai sebagai pembagian kekuasaan yang adil
sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang
lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil
pembangunan. Pemberdayaan juga mendorong perubahan sosial yang
memungkinkan orang-orang orang sebelumnya yang kurang mampu
bersaing akhirnya menjadi mampu memiliki daya saing untuk berbuat
sesuai potensi yang dimilikinya. Dengan demikian memberdayakan
masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat masyarakat
yang tidak mampu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterblakangan.
Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat melalui pemamfaatan potensi sumber daya
yang dimilikinya (Andi Tenri Nippi & Andri Pananrangi, 2019).
Pemberdayaan (empowerment) meningkatkan kemampuan untuk
memilih dan membuka kesempatan untuk memilih yang berarti adalah
peningkatan kemampuan untuk mengambil keputusan dan membuka
kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, terutama yang
bersangkutan dengan kehidupan mereka sendiri (Saut M. Lubis, 2000:22).
Pemberdayaan mempunyai maksud dan tujuan yang lebih hakiki
atau mendalam yakni mempunyai arah ke suatu proses pemampuan, serta
lebih memberikan peran atau fungsi yang lebih besar kepada masyarakat.
Dalam menuju pada suatu tujuan, masyarakat adalah pelaku atau aktor
utama sehingga fungsi masyarakat merupakan sumber kekuatan dalam
menggerakan roda pembangunan. Ide atau buah pikiran untuk
menggerakan motor pembangunan harus disertai dengan kekuatan
ekonomi. Kondisi ekonomi masyarakat harus mampu memberikan jaminan
sehingga mereka dapat berperan. Sebagai bahan untuk dapat lebih
berkembang masyarakat harus mampu memahami potensi yang dimiliki
(Sujali, 2001:3).

D. Potensi Desa
Potensi adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Jadi, potensi desa
adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh
suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Ahmad Soleh,
2017).
Secara garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua.
Pertama adalah potensi fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan
geografis, binatang ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah
potensi non-fisik berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya,
lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial desa,
serta aparatur dan pamong desa. Secara lebih rinci potensi desa dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi Fisik
Potensi fisik adalah potensi yang berkaitan dengan sumber daya alam
yang ada di desa berupa :
a. Lahan, lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman, tetapi
juga sebagai sumber bahan tambang dan mineral. Lahan memiliki
jenis tanah yang menjadi media bagi tumbuhnya tanaman tertentu.
Misalnya, jenis tanah aluvial cocok bagi tanaman padi, jagung, dan
kacang, jenis tanah berkapur cocok bagi tanaman jati dan tebu. Pada
lahan juga dimungkinkan terjadi eksploitasi bahan tambang seperti
batu bara, batu kapur, pasir kuarsa, batu marmer, dan sebagainya.
b. Tanah, mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang
terdapat di dalamnya, misalnya kesuburan tanah, bahan tambang,
dan mineral.
c. Air, pada umumnya desa memiliki potensi air yang bersih dan
melimpah. Dari dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan,
pemompaan, atau mata air. berfungsi sebagai pendukung kehidupan
manusia. Air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk
bertahan hidup dan juga aktivitas sehari-hari.
d. Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang
sangat
mempengaruhi setiap daerah. Pada ketinggian tertentu, suatu desa
menjadi maju karena kecocokan iklimnya bagipengembangan
tanaman dan pemanfaatan tertentu. Seperti perkebunan buah, tempat
rekreasi, dan tempat peristirahatan sehingga corak iklim sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat desa.
e. Lingkungan geografis, seperti letak desa secara geografis, luas
wilayah, jenis tanah, tingkat kesuburan, sumber daya alam, dan
penggunaan lahan sangat mempengaruhi pengembangan suatu desa.
f. Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi
masyarakat pedesaan. pada desa agraris ternak juga dapat menjadi
investasi dan sumber pupuk.
g. Manusia merupakan sumber tenaga dalam proses pengolahan lahan
petani, sehingga manusia sebagai potensi yang sangat berharga bagi
suatu wilayah untuk mengelolah sumber daya alam yang ada.
Tingkat pendidikan, ketrampilan dan semangat hidup masyarakat
menjadi faktor yang sangat menentukan dalam pembangunan desa.
2. Potensi Nonfisik
Potensi non fisik adalah segala potensi yang berkaitan dengan
masyarakat desa dan tata perilakunya. Potensi non fisik lainnya adalah
lembaga desa, aparatur desa, adat istiadat dan budaya. Suatu masyarakat
desa yang hidup dalam waktu yang lama akan membentuk tata
kehidupan tersendiri. Tata kehidupan akan dipengaruhi oleh kondisi
alam wilayah desa itu sendiri. Adapun potensi desa non fisik tersebut
antara lain:
a. Masyarakat desa cirinya memiliki semangat kegotongroyongan yang
tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat (gemeinschaft)
merupakan landasan yang kokoh bagi kelangsungan program
pembangunan dan merupakan kekuatan dalam membangun
pedesaan.
b. Lembaga dan organisasi sosial merupakan suatu badan perkumpulan
yang membantu masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari,
seperti :
1) Lembaga Desa, seperti Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Tim Penggerak PKK,
Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna dan
lain-lain.
2) Lembaga Pendidikan, seperti sekolah, perpustakaan desa,
kelompencapir, penyuluhan, simulasi, dan lain-lain.
3) Lembaga Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA.
4) Lembaga Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa (KUD),
BadanUsaha Milik Desa (BUMDes), Pasar Desa, dan lumbung
desa.
c. Aparatur dan pamong desa merupakan sarana pendukung kelancaran
dan ketertiban pemerintahan desa. peranannyasangat penting bagi
perubahan dan tingkat perkembangan desa. Contohnya : kepala desa,
kepala dusun, kepala adat, dan lain-lain.
Potensi fisik dan nonfisik desa tersebut merupakan faktor
penunjang peranan desa sebagai hinterland, yaitu daerah penghasil bahan-
bahan pokok bagi masyarakat kota. Sedangkan berdasarkan potensinya
wilayah pedesaan digolongkan menjadi tiga:
1) Wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat didaerah berpotensi subur,
topografi rata, dan dilengkapi dengan irigasi teknis
2) Wilayah desa berpotensi sedang, terdapat didaerah dengan lahan
pertanian agak subur, topografi tidak rata, serta irigasi sebagian teknis
dan semiteknis
3) Wilayah desa berpotensi rendah, terdapat didaerah pertanian tidak
subur, topografi kasar (perbukitan) dan sumber air bergantung pada
curah hujan.

2.2 Penelitian Terdahulu


Berikut daftar penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Nama
Metode
No. Penulis/Judul Masalah Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian/Tahun
1. (Andi Tenri Nippi Pendekatan 1) Upaya 1) Beberapa strategi
& Andi kualitatif meningkatkan Pemerintah Desa
Pananrangi M, dengan jenis kemampuan dalam
2019), deskriptif dan pemberdayaan
(Penelitian memandirikan Kelompok Tani
Strategi deskriptif masyarakat sudah dijalankan,
Pemerintah Desa kualitatif) tani dalam tetapi
dalam meraih terbatas dalam
Pemberdayaan kesejahteraan anggaran untuk
Kelompok Tani di Desa membiayai
(Studi Kasus di Siawung program
Desa Siawung Kecamatan pemberdayaan
Kecamatan Barru Barru kelompok tani.
Kabupaten Barru) Kabupaten 2) Pemerintah Desa
Barru dalam membina
hubungan dengan
Kelompok Tani
terkesan cukup
memperhatikan
ketika
memberikan
pendapat dan
masukan tentang
kebutuhan-
kebutuhan
kelompok tani
3) Strategi
Pemerintah Desa
dalam
upaya
mensejaterakan
Kelompok
Tani sudah ada
perhatian dari
pemerintah desa,
tetapi
belum cukup
mampu untuk
mengakomodir
seluruh aspirasi
dan kebutuhan
kelmpok
tani karena faktor
keterbatasan
anggaran
dan fasilitas.

Pemerintah desa
Siawung sudah
menjalankan
strategi
dengan cukup baik,
meskipun belum
maksimal
sebagaimana
mestinya.
2. (Edi Irawan, Pendekatan 1) Banyaknya 1) Strategi
2017), kualitatif masyarakat desa pemerintah
dengan jenis Tambe yang desa tidak
Strategi deskriptif berprofesi
diterapkan
Pemerintah Desa (Penelitian sebagai petani
dalam deskriptif) dan didukung dengan baik dan
Pemberdayaan dengan keadaan berjalan
Kelompok Tani di geografi dan ditempat. Ada
Desa Tambe topografi dari beberapa
Kecamatan Bolo desa Tambe itu kelompok tani di
Kabupaten Bima sendiri yang desa ini yang
cocok untuk
tidak
dijadikan area
pertanian. diberdayakan
oleh pemerintah.
Selain faktor
pemerintah,
kemampuan
sumberdaya
manusia juga
berpengaruh
dalam
perkembangan
kelompok tani di
Desa Tambe.
3. (Andrianus Sodi Pendekatan 1) Upaya untuk 1) Dalam
Liwu & Cahyo kualitatif meningkatkan menciptakan
Sasmito, 2019), dengan jenis kualitas suasana
untuk
deskriptif sumber daya
Strategi mengembangkan
Pemerintah Desa (Penelitian manusia potensi desa
dalam deskriptif (SDM), khususnya
Pemberdayaan kualitatif) menguatkan kelompok tani,
Kelompok Tani potensi pemerintah telah
yang ada serta mendatangkan
melindungi pihak
penyuluh untuk
kelompok tani
membantu dalam
dengan meningkatkan
membentuk pemahaman
dan merubah kelompok tani
agar dapat
perilaku
mengembangkan
masyarakat potensi yang ada.
melalui Selain itu,
pengembangan strategi
potensi-potensi pemerintah desa
yang dimiliki untuk
meningkatkan
kapasitas
kelompok tani
dengan
memperkuat
potensi yang ada
dan melindungi
kelompok tani
dari berbagai
persaingan yang
terjadi
pemerintah desa
sudah melakukan
monitoring dan
sosialisasi
dengan tujuan
agar kelompok
tani lebih
sejahtera.
Pada deskripsi tabel penelitian terdahulu di atas terdapat persamaan
dan perbedaan terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, antara
lain:
1. Penelitian terdahulu berjudul “Strategi Pemerintah Desa dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus di Desa Siawung Kecamatan
Barru Kabupaten Barru)” karya Andi Tenri Nippi & Andi Pananrangi M
dari STIA Al Gazali Barru tahun 2019.
Persamaan penelitian Nippi dan Pananrangi dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas strategi Pemerintah Desa dalam melakukan
pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan juga sama, yaitu
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Namun, pada
penelitian Nippi dan Pananrangi, fokus utamanya pada pemberdayaan
kelompok tani, sedangkan penelitian ini berfokus pada pemberdayaan
potensi desa. Penelitian Nippi dan Pananrangi terletak di Desa Siawung
Kecamatan Barru Kabupaten Barru sedangkan penelitian ini terletak di
Desa Parakan Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek.
2. Penelitian terdahulu berjudul “Strategi Pemerintah Desa dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Tambe Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima” karya Edi Irawan dari Universitas Teknologi Sumbawa
tahun 2017.
Persamaan penelitian Irawan dengan penelitian ini adalah sama-
sama membahas strategi Pemerintah Desa dalam melakukan
pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan juga sama, yaitu
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Namun, pada
penelitian Irawan, fokus utamanya pada pemberdayaan kelompok tani,
sedangkan penelitian ini berfokus pada pemberdayaan potensi desa.
Penelitian Irawan terletak di Desa Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten
Bima sedangkan penelitian ini terletak di Desa Parakan Kecamatan
Trenggalek Kabupaten Trenggalek.
3. Penelitian terdahulu berjudul “Strategi Pemerintah Desa dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani” karya Andrianus Sodi Liwu dan Cahyo
Sasmito dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi tahun 2019.
Persamaan penelitian Liwu dan Sasmito dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas strategi Pemerintah Desa dalam melakukan
pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan juga sama, yaitu
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Namun, pada
penelitian Liwu dan Sasmito, fokus utamanya pada pemberdayaan
kelompok tani, sedangkan penelitian ini berfokus pada pemberdayaan
potensi desa. Penelitian Liwu dan Sasmito terletak di Desa Pujon Lor
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang sedangkan penelitian ini terletak di
Desa Parakan Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor (1993: 30), metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh
(holistik). Ini berarti bahwa individu tidak boleh diisolasi atau
diorganisasikan ke variable atau hipotesis, namun perlu dipandang sebagai
bagian dari suatu keutuhan.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh
teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di
lapangan. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif. Peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif karena ingin memaparkan strategi
Pemerintah Desa dalam pemberdayaan potensi Desa Parakan, Kecamatan
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.
Menurut Nazir (1988: 63), metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Oleh Suharsimi Arikunto (2003: 310), ditegaskan bahwa
penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variable, gejala,
atau keadaan.
3.3 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sangatlah penting untuk mewujudkan penelitian
yang sedang dilakukan. Tanpa kehadiran peneliti, maka penelitian yang
sedang dilakukan tidak akan selesai sesuai dengan fakta di lapangan. Peneliti
bertindak untuk mengamati, melihat, mencatat, dan mendokumentasikan
segala hal mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Sehingga peneliti
mengetahui dan mengerti apa yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument penelitian.
Peneliti berperan sebagai instrument utama. Kehadiran peneliti di lokasi
penelitian secara garis besar terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertama penelitian
pendahuluan dilakukan dengan menggali informasi terkait strategi
Pemerintah Desa dalam pemberdayaan potensi Desa Parakan, Kecamatan
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek dengan melakukan wawancara kepada
beberapa pihak terkait. Kedua, penelitian lapangan adalah penelitian mencari
dan mengumpulkan data utama dalam penelitian yang didapat melalui
pengamatan secara langsung penyelenggaraan strategi Pemerintah Desa
dalam pemberdayaan potensi Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek,
Kabupaten Trenggalek. Ketiga penelitian akhir, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk melengkapi data utama yang dirasa belum lengkap dengan
mencari arsip atau dokumen terkait strategi Pemerintah Desa dalam
pemberdayaan potensi Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek.

3.4 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat bagi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan mencari data-data terkait penelitian yang sedang
dilakukan. Lokasi penelitian ini berada di Pemerintahan Desa Parakan,
Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.

3.5 Subyek Penelitian


Menurut Sugiyono (2010: 50), menerangkan bahwa dalam
penelitian kualitatif, kita tidak menggunakan populasi karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu
dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan
ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi
sosial pada kasus yang diselidiki.
Secara lebih spesifik, subjek penelitian adalah informan. Informan
adalah “orang dalam” pada latar penelitian. Informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
(lokasi atau tempat) penelitian (Meloeng, 2006: 132). Subyek penelitian
dalam penelitian ini adalah pihak Pemerintah Desa dalam melakukan
pemberdayaan potensi di Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek.

3.6 Sumber Data


Peneliti menggunakan tiga sumber data dalam melakukan penelitian
ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Informan
Informan yang menjadi sumber untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah pihak Pemerintah Desa yang berperan dalam
melaksanakan strategi pemberdayaan potensi di Desa Parakan,
Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek serta beberapa
masyarakat Desa Parakan.
2. Peristiwa
Peristiwa yang menjadi sumber data bagi peneliti adalah
pelaksanaan strategi Pemerintah Desa dalam pemberdayaan potensi desa
Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.
3. Dokumen
Dokumen yang menjadi sumber data bagi peneliti adalah tulisan-
tulisan maupun arsip mengenai strategi Pemerintah Desa dalam
pemberdayaan potensi desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek serta foto-foto kegiatan pemberdayaan yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Desa Parakan.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan (Poham, 2007: 57).
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2007: 62). Adapun teknik-teknik dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2007: 72). Teknik
wawancara mendalam pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan teknik
wawancara lainnya. Hanya saja peran pewawancara, tujuan wawancara,
peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan
wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali-
kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi
penelitian.
Dalam pengumpulan data yang dilakukan, peneliti menetapkan
beberapa informan untuk melaksanakan wawancara. Informan tersebut
adalah pihak Pemerintah Desa Parakan yang berperan dalam
melaksanakan strategi pemberdayaan potensi di Desa Parakan,
Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek dan beberapa masyarakat
Desa Parakan, serta tidak menutup kemungkinan adanya responden-
responden lain yang dibutuhkan dalam mendukung proses penelitian.
2. Observasi Partisipan
Sutrisno Hadi (1987: 136), menerangkan bahwa pengamatan
(observasi) merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Sementara,
observasi partisipan adalah teknik pengumpulan data melalui
pengamatan terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup
bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek
pengamatan. Dengan demikian, pengamat betul-betul menyelami
kehidupan objek pengamatan, bahkan tidak jarang pengamat kemudian
mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka (Bungin dalam
Prastowo, 2010: 40-41).
Melalui teknik pengumpulan data observasi partisipan, peneliti
akan melaksanakan pengamatan dilapangan. Untuk melaksanakan
pengamatan, peneliti datang secara langsung ke lokasi penelitian yaitu di
Pemerintahan Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai strategi Pemerintah Desa dalam pemberdayaan
potensi Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.
3. Dokumentasi
Telaah dokumen adalah cara pengumpulan informasi yang
didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta
ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku harian, surat-surat
pribadi, catatan biografi, dan lain-lain yang memiliki keterkaitan dengan
masalah yang diteliti (Pohan, 2007: 74). Dokumen adalah catatan
peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2007: 82). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dokumen yang berupa tulisan-tulisan maupun
arsip dan foto sebagai pendukung data dari pelaksanaan wawancara,
serta dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
proses penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Moloeng, 2006: 280). Menurut Miles dan Huberman
(2007: 16), analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian ruppa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman,
2007: 17). Dalam penelitian ini, peneliti mencatat informasi-informasi
penting hasil wawancara yang bersumber dari informan dengan
menggunakan catatan wawancara. Kemudian, peneliti juga melihat dan
mengamati dokumentasi yang dirasa perlu dan penting untuk mendukung
proses penelitian yang dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data adalah
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat
penyajian-penyajian, kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan
apa yang kita dapat dari penyajian-penyajian tersebut. Dalam penelitian ini,
penyajian data dilakukan dengan menggabungkan informasi-informasi yang
telah diperoleh. Informasi tersebut disusun dalam suatu bentuk narasi atau
kata-kata yang padu sehingga mudah untuk dipahami.
Langkah yang terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Menurut Miles dan Huberman (2007: 19), kita mulai mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Dalam penelitian ini,
informasi yang telah tersusun tersebut akan ditarik kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah dari penelitian ini.

3.9 Keabsahan Data


Sugiyono (2007: 147), menjelaskan ada empat bentuk uji
keabsahan data, yaitu (a) uji kredibilitas data (validitas internal); (b) uji
dependabilitas (realibilitas) data; (c) uji transferabilitas (validitas
eksternal/generalisasi); (d) uji konfirmabilitas (objektivitas). Namun, dari
keempat bentuk itu, uji kredibilitas datalah yang utama. Dalam penelitian
ini, peneliti menguji keabsahan data dengan teknik:
1. Uji Kredibilitas
Uji kreadibiltas dilakukan dengan perpanjangan pengamatan dan
peningkatan ketekunan dalam penelitian.
a. Perpanjangan Pengamatan
Alasan yang mendasari teknik ini dinilai mampu
meningkatkan derajat kepercayaan data, menurut Sugiyono (2007:
122-123), pertama, dengan perpanjangan pengamatan yang berarti
kita kembali terjun ke lapangan, melakukan pengamatan dan
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah kita temui maupun
yang baru.
Dengan teknik ini, maka peneliti akan mempergunakan sisa-
sisa waktu yang ada untuk turun lagi ke lapangan. Peneliti akan
melakukan pengamatan untuk menambah informasi. Jika setelah
diperiksa sudah benar, berarti waktu pelaksanaan perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri. Peneliti melakukan perpanjangan
pengamatan dengan tujuan agar aktivitas penelitian ini tidak
diragukan kebenarannya.
b. Meningkatkan Ketekunan
Teknik ini maksudnya adalah cara pengujian derajat
kepercayaan data dengan jalan melakukan pengamatan secara cermat
dan berkesinambungan (Sugiyono, 2007: 124). Sementara, cara
untuk meningkatkan ketekunan ini, Sugiyono (2007: 125)
berpendapat, yaitu dengan membaca berbagai referensi buku ataupun
hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan
dengan temuan yang kita teliti. Dengan meningkatkan ketekunan,
makan peneliti akan memperoleh deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang telah peneliti amati.
2. Triangulasi Teknik
Teknik ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Patton juga mengungkapkan bahwa untuk teknik
ini ada dua strategi. Pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan teknik yang sama.
Dalam teknik ini, peneliti melakukan pengecekan data yang
diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data, seperti observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Jika berdasarkan ketiga teknik
pengumpulan data tersebut menghasilkan temuan yang berbeda-beda,
maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan
data mana yang dianggap benar.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian dalam Perspektif Rancangan Penelitan.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Purnomo, Setiawan Hari & Zulkiflimansyah. 1999. Manajemen Strategi: Sebuah


Konsep Pengantar. Jakarta: LPEEE UI.

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2015. Sosiologi Perdesaan. Surakarta: Pustaka Setia.

Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.


Jakarta: Erlangga.

Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sujani, Moch Risdian. 2019. Strategi Pemerintah Desa dalam Meningkatkan


Pembangunan di Desa Dewasari Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis.
Jurnal MODERAT, 5(4), 485-486.

Nippi, Andi Tenri & Andi Pananrangi M. 2019. Strategi Pemerintah Desa dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus di Desa Siawung Kecamatan
Barru Kabupaten Barru). Meraja Journal, 2(1), 38-39.

Soleh, Ahmad. 2017. Strategi Pengembangan Potensi Desa. Jurnal Sungkai, 5(1),
36-38.

Irawan, Edi. 2017. Strategi Pemerintah Desa dalam Pemberdayaan Kelompok


Tani di Desa Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, 2(1), 46.

Zuliyah, Siti. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Menunjang


Pembangunan Daerah. Journal of Rural and Development, 1(2), 152-153.

Liwu, Andrianus Sodi & Cahyo Sasmito. 2019. Strategi Pemerintah Desa dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 8(4),
230.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Anda mungkin juga menyukai