Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Jawa Timur yang terletak di bagian selatan dari wilayah Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Trenggalek sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan dengan

luas meliputi 2/3 bagian luas wilayah. Sedangkan sisa-nya (1/3 bagian)

merupakan tanah dataran rendah. Ketinggian tanahnya diantara 0 hingga 690

meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 126.140 Ha, Kabupaten

Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan da 157 desa. Hanya sekitar 4

Kecamatan yang mayoritas desanya dataran, yaitu: Kecamatan Trenggalek,

Kecamatan Pogalan, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Durenan. Sedangkan 10

Kecamatan lainnya mayoritas desanya Pegunungan. Menurut luas wilayahnya,

4 Kecamatan yang luas wilayahnya kurang dari 50,00 Km². Kecamatan tersebut

adalah Kecamatan Gandusari, Durenan, Suruh, dan Pogalan. Sedangkan 3

Kecamatan yang luasnya antara 50,00 Km² – 100,00 Km² adalah Kecamatan

Trenggalek, Tugu, dan Karangan. Untuk 7 Kecamatan lainnya mempunyai luas

diatas 100,00 Km².(www.trenggalekkab.go.id)

Jumlah penduduk di Kabupaten Trenggalek yang tercatat hingga bulan

Februari 2019, adalah 761.910 jiwa62. Jumlah ini meningkat dibandingkan

tahun 2017, yang mencapai 736.629 jiwa. Dengan pesebaran penduduk merata

ke seluruh wilayah Kabupaten Trenggalek dengan luas 1.147,22 Km² dan

1
sbaran penduduk 642 jiwa/ Km². Berdasarkan hasil BPS

(https://trenggalekkab.bps.go.id/) pada tahun 2019 terjadi penurunan

presentase penduduk yang miskin sebesar 11%. Dapat dilihat dari tabel

dibawah ini:

Tabel 1.1 Persentase penduduk miskin

Sumber: (https://trenggalekkab.bps.go.id/)

Dari data dapat dilihat bahwa presentase penduduk miskin setiap

tahunnya mengalami penurunan. Pengentasan kemiskinan hakikatnya adalah

mengubah perilaku, yang dimulai dari mengubah mindset individu dan

masyarakat. Pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakukan melalui upaya

pemberdayaan masyarakat. Masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan

sesuai potensi dan kebutuhannya untuk berdiri tegak di atas kakinya sendiri,

memiliki daya saing, serta mandiri, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan.

(Anwas, 2013).

2
Penelitian yang dilakukan oleh Albertus, 2015 menyatakan bahwa

Berdasarkan pengujian hipotesis data dampak program pemberdayaan terhadap

kesejahteraan masyarakat, menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang

siknifikan antara dampak program pemberdayaan terhadap kesejahteraan

masyarakat, artinya sebelum dampak program pemberdayaan ini diterapkan

masyarakat tidak memiliki ketrampilan yang memadai, namun setelah

diterapkan program pemberdayaan masyarakat mempunyai kesejahteraan yang

baik. Dalam melaksanakan program pemberdayaan, masyarakat

mempersiapkan diri agar selalu aktif dalam menunjang program pemerintah

tersebut, dan dalam pelaksanaannya pemerintah melakukan evaluasi terhadap

program pemberdayaan agar dapat menyelasaikan berbagai permasalahan yang

ada. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Albertus maka dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat mempengaruhi

kesejahteraan masyarakat.

Community Empowerment atau pemberdayaan masyarakat adalah

upaya dalam mengembangkan potensi masyarakat dalam mewujudkan

kemandirian masyarakat sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya.

Sehingga Community Empowerment atau pemberdayaan masyarakat

merupakan salah satu aspek penting untuk menjadikan kehidupan masyarakat

mengalami perubahan arah yang lebih baik. Menurut Suharto (2017:44-45).,

pemberdayaan sebagai konsep alternatif pembangunan yang pada intinya

menekankan pada pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat

3
yang berlandaskan pada sumber daya pribadi melalui partisipasi, demokratis,

dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.

Peran pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk mewujudkan

keberdayaan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah melalui

desentralisasi sebagai proses pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah.

Penyelenggaraan desentralisasi merupakan suatu langkah yang sangat baik bagi

daerah untuk mengembangkan potensi yang terdapat di daerah tersebut.

Mengembangkan potensi yang ada di daerah dapat mewujudkan adanya

perhatian dari pemerintah terhadap keunikan yang dimiliki oleh suatu daerah.

Wujud adanya perhatian tersebut dapat dilihat melalui penyelenggaraan

desentralisasi. Desentralisasi merupakan penyerahan kekuasaan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai wujud adanya pembagian

tugas dan wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan Undang-

Undang No 23 Tahun 2014.

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 menjelaskan bahwa hak,

wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur serta mengurus

sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang

ditujukan bagi pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah sesuai dengan

aspirasi masyarakatnya berdasarkan asas otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi

daerah dapat dilakukan dengan melihat potensi dari suatu daerah, salah satu

potensi yang bisa dikembangkan ialah pemanfaatan sumber daya alam.

4
Sumber daya alam yang mampu dikelola dengan baik akan berpengaruh

terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Adanya pemanfaatan sumber daya alam

tersebut dapat dilihat dari perubahan perkebunan kakao menjadi wisata edukasi

rumah coklat yang ada di Desa Karangan Kecamatan Karangan Kabupaten

Trenggalek. Dinas Pertanian dan Pangan di Kabupaten Trenggalek

mengembangkan tanaman kakao di daerah pegunungan bertujuan untuk

mengurangi terjadinya erosi, tanah longsor dan melestarikan sumber air.

Tanaman kakao merupakan tanaman yang cocok dikembangkan di daerah

Kabupaten Trenggalek karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Perkebunan kakao dikelola langsung oleh petani coklat dan memberikan

manfaat terutama dalam hal perekonomian.

Permasalahan yang ada dalam proses pengelolaan perkebunan kakao

menjadikan petani kakao merasa dirugikan dan sedikit kehilangan semangat

dalam bekerja. Petani perkebunan kakao tidak tinggal diam, beberapa

perwakilan mengadakan pertemuan dengan Pemerintah Dinas Pertanian dan

Pangan Kabupaten Trenggalek untuk membahas permasalahan yang sedang

terjadi. Masyarakat setempat terutama petani kakao dalam hal pengelolaan

perkebunan kakao berharap kepada pemerintah untuk memberikan solusi agar

permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan. Pemerintah mempunyai

kewajiban dalam memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakatnya

terutama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup dari masyarakat.

Berdasarkan visi dan misi Kepala Daerah mengenai kebijakan umum

Kabupaten Trenggalek tahun 2016-2021, misi kedua adalah meningkatkan

5
pembangunan sektor pertanian serta memberikan perlindungan terhadap

masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan yang adil. Melalui visi dan misi

tersebut pemerintah berupaya untuk memberikan pelayanan yang sebaik

mungkin terhadap masyarakat dan adanya permasalahan yang dihadapi

masyarakat dalam pengelolaan perkebunan kakao menjadikan pemerintah

mendirikan Rumah Coklat sebagai cara untuk mengatasi permasalahan dari

masyarakat.

Rumah Coklat merupakan tempat untuk memudahkan dalam proses

pemasaran biji kakao. Penjualan yang awalnya melalui pedagang pengepul kini

dapat langsung dipasarkan melalui Rumah Coklat. Hal tersebut dilakukan untuk

mengatasi permasalahan dalam hal penjualan dan bertujuan untuk

meningkatkan keuntungan petani kakao. Berdirinya Rumah Coklat mampu

mengatasi adanya monopoli yang terjadi dalam proses penjualan dan kini

masyarakat dapat menikmati hasil panen dengan keuntungan yang lebih besar.

Adanya Rumah Coklat tidak lepas dengan potensi yang ada di Kabupaten

Trenggalek dan diberikannya dukungan dari pemerintah sangat penting untuk

mengembangkan potensi tersebut. Menurut Suharto, terdapat cara yang bisa

ditempuh dalam melakukan pemberdayaan, antara lain memberikan motivasi

atau dukungan berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, keterampilan

bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka (2017:59).

Perkembangan Rumah Coklat kini semakin pesat dengan dijadikannya

Rumah Coklat sebagai wisata edukasi yang ada di Desa Karangan, Kecamatan

Karangan, Kabupaten Trenggalek. Menurut Susmita, wisata edukasi

6
merupakan konsep wisata yang menerapkan pendidikan non-formal mengenai

suatu pengetahuan kepada wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata,

Ditempat wisata tersebut pengunjung melakukan kegiatan wisata serta belajar

dengan metode yang menyenangkan (Prastiwi, 2016) (2017:3). Rumah Coklat

menjadi tujuan wisata yang memproduksi aneka ragam mulai dari minuman,

snack, makanan yang terbuat dari coklat, dan sebagainya. Pengelola juga

menyediakan galeri berbagai produk olahan coklat, antara lain brownies,

permen, dan cake. Pengunjung dapat mengenal lebih dekat mengenai sejarah

coklat, jenis coklat, cara merawat, budidaya serta proses pengolahan coklat.

Selain itu dibeberapa titik terdapat spot selfie corner yang akan memanjakan

pengunjung untuk mengabadikan gambar.

Antusiasme masyarakat sangat tinggi terhadap keberadaan wisata

edukasi tersebut karena diharapkan menjadi wadah untuk mensejahterakan

perekonomian mereka, sehingga dapat meningkatkan lapangan kerja baru bagi

lingkungan sekitar, meningkatkan tenaga SDM serta membuka peluang bagi

ekonomi kreatif. Melihat manfaat yang besar dengan adanya pengelolaan

perkebunan kakao hingga mampu mendirikan Rumah Coklat sekaligus menjadi

tujuan wisata edukasi menjadikan proses pemberdayanan masyarakat yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek berjalan dengan baik.

Melihat hal tersebut, maka perlu untuk mempertahankan program yang sudah

dilakukan serta memperbaiki setiap kendala demi mencapai masyarakat yang

berdaya. Kondisi-kondisi itulah yang melatar belakangi peneliti dalam

penelitian yang berjudul “Community Empowerment Terhadap Pengembangan

7
Wisata Edukasi Rumah Coklat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

di Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Community Empowerment terhadap pengembangan wisata

edukasi rumah coklat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek ?

2. Apa kendala Community Empowerment terhadap pengembangan wisata

edukasi rumah coklat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu kepada rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Community Empowerment terhadap pengembangan

wisata edukasi rumah coklat dalam meningkatkan kesejahteraan di

Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek.

2. Untuk mengetahui kendala Community Empowerment terhadap

pengembangan wisata edukasi rumah coklat dalam meningkatkan

8
kesejahtraan di Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mengetahui rumusan masalah dan tujuan penelitan yang

dikemukakan diatas, diharapkan juga dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang Community Empowerment

terhadap pengembangan wisata edukasi rumah coklat dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek.

b. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan terkait dengan Community

Empowerment terhadap pengembangan wisata edukasi rumah coklat dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Karangan Kabupaten

Trenggalek.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang relevan.

d. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1).

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai rekomendasi perbaikan kinerja institusi.

b. Sebagai sosialisasi atau bahan bacaan bagi masyarakat tentang Community

Empowerment terhadap pengembangan wisata edukasi rumah coklat dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Karangan Kabupaten

Trenggalek.

9
1.5 Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah Batasan terhadap masalah-masalah yang

dapat dijadikan pedoman penelitian sehingga memudahkan dalam

operasionalnya pada saat di lapangan untuk memahami serta memudahkan

dalam menafsirkan teori yang ada di dalam penelitian. Dengan demikian perlu

di definisikan beberapa konsep yang berkaitan dengan tema dalam penelitian

diantaranya, antara lain :

1.5.1. Community Empowerment

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial dan pembangunan, pada dasarnya

adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan tarap hidup atau

kesejahteraan masyarakat (Soetomo, 2019: 293). Aspek penting dalam suatu

program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh

masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, dibangun dari

sumber daya lokal, sensitif dengan nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan

dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, dilakukan mencakup

seluruh aspek masyarakat serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Salah

satunya melalui pengelolaan Sumber Daya Berbasis Komunitas (Community

Resources Management).

Menurut Soetomo (2019: 300), dalam Strategi Pengelolaan Sumber

Daya Berbasis Komunitas memiliki karakteristik sebagai berikut: Pertama,

desentralisasi. Berbeda dengan pemberdayaan melalui pendekatan

10
pembangunan konvensional, dalam Pengelolaan Sumber Daya Berbasis

Komunitas menggunakan pendekatan desentralisasi. Desentralisasi terutama

dilakukan dalam pengambilan keputusan yang meliput keseluruhan proses

pembangunan, mulai dari identifikasi persoalan dan kebutuhan, penyusunan,

dan pengelolaan program. Oleh sebab itu, stategi ini dalam pelaksanaannya

lebih mengutamakan swakelola oleh masyarakat lokal.

Kedua, pemberdayaan. Pemberdayaan yang dimaksud adalah proses

untuk mengaktualisasikan potensi manusia dengan tujuan agar dapat terpenuhi

kehidupan sesuai harkat martabat manusia, di dalamnya terkandung tiga nilai

yaitu kelestarian hidup, harga diri, dan kebebasan (Goulet dalam Soetomo,

2019: 312).

Ketiga, proses belajar sosial. Proses belajar sosial dapat diartikan

sebagai proses interaksi sosial antar warga masyarakat dengan lembaga-

lembaga yang ada dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan mereka

melalui kegiatan-kegiatan pemecahan masalah yang ada di masyarakat

(Tjokrowinoto dalam Soetomo, 2019: 315).

Keempat, berkelanjutan. Hasil dari proses belajar sosial adalah

peningkatan kapasiats, baik pada tingkat warga masyarakat maupun pada

tingkat komunitas untuk melaksanakan pembangunan dan pengelolaan

sumber daya di lingkungan komunitasnya secara lebih mandiri (Soetomo,

2013:4 19). Sejalan dengan laporan penelitian (Sajogyo dalam Soetomo,

2019: 320), yang mengatakan bahwa pembangunan masyarakat desa yang

berkelanjutan hanya dapat berlangsung atas potensi sosial budaya masyarakat

11
di desa yang bersangkutan, sehingga masyarakat mampu mengambil

keputusan tentang apa yang baik bagi kepentingan bersama.

1.5.2. Pengembangan Wisata Edukasi Rumah Coklat

Wisata edukasi (educational tourism) merupakan terobosan baru

dalam usaha jasa pariwisata, kemauan pengunjung untuk lebih mengenal

daerah objek wisata telah mengakibatkan perputaran tren preferensi

wisatawan yang mengarah pada kegiatan minat khusus dengan partisipasi

yang lebih intensif di daerah wisata yang dikunjunginya. Wisata edukasi

menurut Suroso merupakan upaya subyek terhadap objek untuk memperoleh

dan mengembangkan pengetahuan yang diinginkan oleh subyek, kemudian

edukasi mengacu pada proses dimana subyek belajar sesuatu tentang objek

yang dipelajari sehingga objek tersebut dapat dikembangkan serta

pengembangan wisata edukasi dapat berjalan dengan lancar.

Menurut Susmita, wisata edukasi merupakan konsep wisata yang

menerapkan pendidikan non-formal mengenai suatu pengetahuan kepada

wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata, di tempat wisata tersebut

pengunjung melakukan kegiatan wisata serta belajar dengan metode yang

menyenangkan (2017:3). Pendidikan dan wisata bagi masyarakat Indonesia

merupakan dua institusi yang berbeda dalam pelaksanaannya, namun

berkembang menjadi paradigma baru yaitu alam sebagai wisata serta

pendidikan. Kolaborasi antara Pendidikan dan wisata dapat dilakukan melalui

program wisata Pendidikan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat

12
refreshing atau rekreasi namun dapat berguna bagi masyarakat untuk dijadikan

sebagai media edukasi.

1.5.3. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak

dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi

sosialnya. Dari Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran

tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau

kelompok dalam usahanya memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.

Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan

mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan.

Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian

keamanan dan ketentaraman hidup (Undang-undang No 11 Tahun 2009).

Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan hakikat pembangunan

nasional. Tujuan utama rangkaian pembangunan nasional bukan hanya

diarahkan pada pembangunan fisik saja melainkan juga mengupayakan

perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Perubahan yang dikehendaki

oleh semua lapisan masyarakat setelah diperbaikinya tingkat kesejahteraan

hidup masyarakat meliputi terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat,

kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, kemudahan dalam mengakses

13
informasi, keikutsertaan masyarakat dalam proses pembangunan dan upaya

pengentasan kemiskinan (Zubaedi, 2017: 18).

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data yang valid maupun indikator yang terdapat

dalam definisi konseptual. Definisi operasional ini merupakan petunjuk dalam

pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variable penelitian Soehartono,

(2002:35). Sedangkan menurut (Bagong:2010) Definisi Operasioanal dalam

penelitian bertujan untuk mengetahui sifat yang akan dipelajari sehingga

memperoleh variabel yang dapat dirumuskan berdasarkan karakteristik, bisa

diamati serta sebagai acuan kejadian nyata sesuai di lapangan. Konsep yang

relavan dan berkedudukan di dalam sebuah penelitian ini di dasarkan dengan

kenyataan yang ada. Adapun indikatornya sebagai berikut :

1.6.1. Community Empowerment Terhadap Pengembangan Wisata Edukasi

Rumah Coklat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di

Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek

a. Program pengembangan wisata edukasi Rumah Coklat di Kecamatan

Karangan Kabupaten Trenggalek

b. Pengembangan sumber daya manusia dalam pengelolaan Wisata Edukasi

Rumah Coklat

c. Pembinaan usaha dalam pengembangan wisata edukasi Rumah Coklat.

14
d. Meningkatkan nilai ekonomi dan produksi khususnya di bidang pengolahan

kakao.

e. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata edukasi Rumah Coklat

di Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek

1.6.2. Kendala Community Empowerment Terhadap Pengembangan Wisata

Edukasi Rumah Coklat dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat di Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek

a. Kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Rumah

Coklat sebagai media wisata edukasi.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode

penelitian kualitatif. Metode ini bertujuan untuk memahami fenomena sesuai

dengan kondisi yang ada di lapangan. Dalam menjawab rumusan masalah

maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut :

1.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti ialah menggunakan

penelitian deskriptif. Merupakan data yang berbentuk uruaian atau kalimat

terkait dengan masalah yang diteliti (Hadari Namawi, 1995). Penelitian

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu permasalahan, kemudian

15
dijelaskan secara sistematis.

1.7.2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data atau sumber informasi yang

menjadi perhatian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan (Sugiyono,

2015). Data tersebut didapat dari berbagai sumber yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh data-data

yang akurat sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan, maka sumber

data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua sumber

antara lain :

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dari narasumber

secara langsung untuk mendapatkan informasi terkait dengan penelitian

(Sugiyono, 2015). Artinya data primer tersebut diperoleh dari lapangan

dengan melihat langsung kondisi yang ada melalui observasi dan

wawancara dengan informan atau pihak-pihak yang dianggap mengetahui

situasi dan kondisi yang berkaitan dengan Community Empowerment

Terhadap Pengembangan Wisata Edukasi Rumah Coklat dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Karangan

Kabupaten Trenggalek.

16
b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh oleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (hasil dari pihak lain) yang

merupakan data pendukung dalam suatu penelitian. Data tersebut antara

lain buku, jurnal, artikel, berita, internet, salinan peraturan perundang-

undangan, penelitian terdahulu, dan dokumen-dokumen pendukung

lainnya yang terkait dalam penelitian.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam

penelitian untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang diperlukan dari

berbagai sumber secara akurat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan

gambaran secara jelas mengenai penelitian yang akan dilakukan serta

mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk memperkuat penelitian yang

dilakukan.

a. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung serta mendengarkan perilaku seseorang

selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi dan mencatat

penemuan baru (Dean, 2009: 286). Kemudian memahami kondisi serta

mencatat hasil yang ada di lapangan sehingga data yang diperoleh lebih

lengkap dan subyektif.

17
b. Wawancara

Wawancara merupakan komunikasi secara langsung antara

peneliti dengan narasumber, serta digunakan sebagai pengumpul data

berupa tanya atau dialog. Teknik wawancara digunakan untuk

memperoleh informasi dengan terstruktur atau mendalam agar

terpenuhinya data yang dibutuhkan. Peneliti membuat dan menentukan

daftar pertanyaan atau istilah lain ialah Interview Guide. Sehingga peneliti

dapat terarah dalam melakukan wawancara terkait dengan subyek

penelitian.

c. Dokumentasi

Dokmentasi adalah kompenen penting dalam memberikan

penjelasan secara nyata bahwa peneliti melaksanakan penelitian di

lapangan, artinya dokumentasi dilakukan untuk memperkuat bukti serta

data yang diperoleh ketika peneliti di lapangan. Hasil dari dokumentasi

tersebut ialah berupa gambar-gambar, foto, rekaman, dokumen resmi,

salinan peraturan perundang-undangan, dan sebagainya yang terkait

dengan masalah penelitian.

1.7.4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan pihak yang akan menjadi sasaran

peneliti untuk mendapatkan data-data dan informasi terkait topik yang akan

diteliti. Selain itu subyek penelitian adalah seseorang atau pihak yang menjadi

18
informan yang menguasai suatu bidang untuk memperoleh informasi secara

baik sesuai dengan topik yang akan dikaji. Dengan demikian, guna

memperoleh informasi yang relevan , maka yang akan menjadi subyek

peneltian ini antara lain :

a. Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten

Trenggalek

b. Kepala Seksi Bina Usaha Tanaman Perkebunan Dinas Pertanian dan

Pangan Kabupaten Trenggalek

c. Kepala Bidang Perencanaan Perekonomian Badan Perencanaan

Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah

(BAPPEDALITBANG) Kabupaten Trenggalek

d. Kepala Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek

e. Kepala Desa Karangan Kabupaten Trenggalek

f. Koordinator Unit Pengolahan Hasil (UPH) Rumah Coklat

g. Kelompok Tani (Poktan) Tunggal Jaya

1.7.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan

memperoleh data-data dan informasi dengan keadaan yang sebenarnya,

sehingga data yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

19
Selain itu diharapkan mampu memberikan informasi serta data-data yang

dubutuhkan oleh peneliti dalam menjelaskan suatu permasalahan yang akan

menjadi topik penelitian. Adapun lokasi penelitian yang akan dilaksanakan

oleh peneliti adalah Rumah Coklat berlokasi di Jalan Raya Karangan-Dongko

Desa Karangan Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek.

1.7.6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses dimana upaya pengolahan data menjadi

informasi dengan karakteristik data menjadi lebih mudah dimengerti serta

berguna untuk solusi suatu permasalahan. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan Milles dan Huberman (Sugiyono, 2016). Setelah data

terkumpul langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut kemudian

di analisis. Tujuan analisis data ialah untuk menjelaskan suatu data agar dapat

dipahami, kemudian langkah selanjutnya membuat kesimpulan. Adapun

proses yang dilakukan dalam menganalisis data antara lain :

20
Gambar : 1.1 Teknik Analisis Data

Komponen Analisis Data Model interaktif Milles dan Huberman

Sumber : Metode Penelitian Sosial. Sugiyono,2016

a. gumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian dari kegiatan analisis data, serta

bagian penting dalam penelitian karena mencari data-data dan informasi

terkait dengan penelitian. Kegiatan pengumpulan data dapat diperoleh melalui

wawancara dan dokumentasi di lapangan untuk mendapat data secara

langsung. Dalam prosesnya peneliti melakukan wawancara terhadap informan

yang dianggap mengerti mengenai tema atau permasalahan yang sedang

diteliti. Sehingga peneliti dimudahkan dalam proses pengumpulan data karena

tidak ada batas waktu dalam mencari data, kemudian peneliti dapat mencari

data sampai terkumpulnya semua data-data yang dibutuhkan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses memilah, merangkum dan

memfokuskan data yang telah diperoleh oleh peneliti. Kemudian data yang

21
reduksi adalah keseluruhan data yang terkait dengan proses community

empowerment terhadap pengembangan wisata edukasi rumah coklat dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Trenggalek Kabupaten

Trenggalek. Setelah peneliti mendapatkan data-data yang terkait penelitian

melalui wawancara selanjutnya hasil tersebut dirubah menjadi bentuk tulisan

dan dikategorikan sesuai fokus bahasan masing-masing. Sehingga data yang

sudah di reduksi akan mendapat gambaran yang lebih jelas, serta data-data

yang diperoleh sesuai dengan pokok bahasan.

c. Display Data

Penyajian data merupakan pengorganisasian dari hasil reduksi data yang

telah tersusun. Setelah data-data terkumpul, kemudian data tersebut

digabungkan dan disusun untuk dideskripsikan agar lebih mudah memahami

semua data yang telah diperoleh.adapn data-data tersebut ialah bagaimana

proses community empowerment terhadap pengembangan wisata edukasi

rumah coklat dalam m eningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten

Trenggalek, serta permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian

tersebut. Pada proses display data diperlukan analisis data-data yang sesuai

dengan penelitian karena hal tersebut berkaitan dengan tercapainya suatu

proses kesimpulan.

d. Penarikan Kesimpulan

Dengan semua data yang sudah diperoleh dalam penelitian maka tahap

berikutnya adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan merupakan rangkaian

22
analisis data yang ditarik dari hasil penelitian yang dilakukan. Pada tahap ini

mengarah ke jawaban pada fokus bahasan, serta mengungkapkan fakta-fakta

yang ditemukan di lapangan. Selain itu, pada tahap penarikan kesimpulan

merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data dan pengolahan data.

23

Anda mungkin juga menyukai