Anda di halaman 1dari 8

Hukum Otonomi Daerah

Potensi Daerah yang termasuk Urusan Pemerintahan


Konkuren di wilayah Kabupaten Trenggalek

Aziz Alfa Antoni*1

Hukum Tata Negara, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Wisnuwardhana

E-mail: Azizantoni27@gmail.com, +6282237976989

Abstrak

Keanekaragaman kegiatan ekonomi dapat memicu setiap wilayah untuk menyebarkan potensi
ekonominya. Pengembangan serta pembangunan daerah harus sesuai menggunakan syarat serta
aspirasi rakyat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah
kurang sesuai menggunakan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, maka pemanfaatan
sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal, sehingga bisa mengakibatkan lambatnya proses
pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan.

Kata kunci: Pembangunan Daerah, Potensi, Potensi Daerah

Abstract

The diversity of economic activities can trigger each region to spread its economic potential.
Regional development and development must comply with the conditions and aspirations of the growing
and developing people. If the implementation of regional development priorities is not in accordance
with the potential possessed by each region, then the utilization of existing resources will be less than
optimal, which can result in a slow process of economic growth in the region concerned.

Keywords: Regional Development, Potential, Regional Potential


PENDAHULUAN

Keanekaragaman kegiatan ekonomi dapat memicu setiap wilayah kabupaten atau


kota untuk menyebarkan potensi ekonominya. Oleh sebab itu, pembangunan wilayah dilaksanakan
secara
terpadu dan harmonis serta diarahkan agar pembangunan yang berlangsung pada setiap wilayah tel
ah sesuai menggunakan prioritas dan potensi wilayah. Pembangunan wilayah artinya suatu proses
Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada pada bentuk suatu pola
kemitraan, antara Pemerintah Daerah, rakyat serta sektor swasta, untuk mengembangkan
potensi yang ada dengan cara mendayagunakan seluruh potensi yang ada.
Pengembangan serta pembangunan daerah harus sesuai menggunakan syarat serta aspirasi
rakyat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah
kurang sesuai menggunakan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, maka pemanfaatan
sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal, sehingga bisa mengakibatkan lambatnya
proses pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi ialah salah satu
tolak ukur yang dapat digunakan untuk menganalisa keberhasilan pembangunan suatu daerah.
Perekonomian warga dikatakan mengalami pertumbuhan serta kemakmuran jika pendapatan
perkapita  terus menerus bertambah. 
Pengembangan potensi ekonomi sektor potensial yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang harus dilaksanakan.
Kabupaten Trenggalek masih terdapat kesenjangan informasi tentang potensi-potensi yang dapat
dikembangkan untuk menunjang pembangunan ekonomi daerah, sehingga analisis sektor potensial
perlu dilakukan untuk mengetahui potensi yang ada di Kabupaten Trenggalek. Melalui
pengembangan potensi ekonomi tersebut diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.
Misalnya, daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian, tetapi prioritas program
pemerintahnya mengarah pada sektor pariwisata, maka perkembangan sektor pertanian akan
mengalami perlambatan bahkan sektor pertanian dapat memberi kontribusi yang rendah dibanding
sektor pariwisata. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi daerah
sebagai upaya meningkatkan perekonomian daerah di Kabupaten Trenggalek dalam rangka
pengambilan kebijakan pengembangan ekonomi lokal yang tepat dalam mendorong pembangunan
daerah.
METODE
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas dalam Artikel ini dan dapat
memberikan hasil yang bermanfaat maka penelitian ini dilakukan dengan penelitian yuridis normatif
(metode penelitian hukum normatif). Metode penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum
kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder belaka.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu: studi
kepustakaan, atau studi dokumen (documentary study) untuk mengumpulkan data sekunder yang
terkait dengan permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal hukum,
hasil-hasil penelitian dan dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan.
Penelitian yuridis normatif sebagaimana tersebut di atas merupakan penelitian dengan
melakukan analisis terhadap permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas
hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan yang ada di Indonesia dan menggunakan jenis data dari bahan pustaka yang lazimnya
dinamakan data sekunder.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. POTENSI DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di bagian selatan wilayah Propinsi Jawa
Timur, pada koordinat 111 024’ hingga 112011’ bujur timur dan 7063’ hingga 8034’ lintang selatan, dengan
luas wilayah 1.261,40 Km2. Adapun batas wilayah Kabupaten Trenggalek meliputi :

Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung


Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Ponorogo dan Pacitan
Secara landscape Kabupaten Trenggalek memiliki keunggulan komparatif berupa potensi
pertanian/perkebunan (emas hijau), potensi kelautan/perikanan (emas biru), dan potensi wisata.
Kabupaten Trenggalek juga diuntungkan dengan berbagai program strategis nasional dan daerah seperti
Jalur Lintas Selatan (JLS), pelabuhan laut, sentra perikanan terpadu, agro foresty maupun Desa Wisata.
Untuk mewujudkan iklim investasi yang menarik, menguntungkan dan berkelanjutan maka diperlukan
analisa terkait potensi apa saja yang ada di Kabupaten Trenggalek. Adapun beberapa potensi yang ada di
Kabupaten Trenggalek, meliputi :

1. SEKTOR PERTANIAN
Luas Wilayah Kabupaten Trenggalek 126.140 Ha terdiri dari 2/3 bagian luasnya
merupakan tanah pegunungan yang terbagi menjadi 14 Kecamatan, 152 Desa dan 5 Kelurahan
dengan kondisi geografis Kabupaten Trenggalek sebagian besar adalah tanah pegunungan.
Menurut jenis tanahnya, terdapat tujuh kecamatan yang berjenis Mediteran MK, lima
kecamatan berjenis Alluvial, dua kecamatan jenis Podsolik Humik dan Curah hujan rata-rata
1.910 mm/th. Berdasarkan keadaan tersebut menunjukan bahwa Kabupaten Trenggalek
memiliki lahan yang cukup luas untuk pertanian. Adapun hasil pertanian tersebut meliputi : a).
MANGGIS : Di Kabupaten Trenggalek sendiri, sentra penghasil manggis terbesar ada di
Kecamatan Watulimo dengan kapasitas produksi sebesar 8.062,1 Ton (Tahun 2021). Sebelum
pandemic covid 19, manggis dari Kecamatan Watulimo sempat diekspor ke berbagai Negara
seperti Cina, Taiwan, Singapura dan Malaysia; b). DURIAN : Meskipun buah Durian berduri dan
memiliki bau yang cukup tajam, namun memiliki rasa yang sangat nikmat, membuat buah ini
terlihat seperti special dan memiliki penggemar yang setia. Dan Kabupaten Trenggalek
merupakan pemilik hutan durian terluas se-Asia dengan luas lahan mencapai 650 Hektar dan
Kapasitas produksi mencapai 15.605,16 Ton (Tahun 2021); c). KAKAO : Berdasarkan Identifikasi
Potensi Investasi Kabupaten di Jawa Timur tanaman Kakao Kabupaten Trenggalek berada
dibawah binaan Dinas Pertanian dan Pangan. Sentra Penghasil kakao terbesar terletak di
Kecamatan Karangan, Suruh, Tugu, Pule, dan Kecamatan Dongko yang penanamannya berada
pada lahan masyarakat. Dari data Tahun 2021, Kapasitas produksi Kakao di Kabupaten
Trenggalek mencapai 1.141,37 ton/tahun.

2. SEKTOR PTERNAKAN
Sektor Peternakan masih berperan penting bagi proses pembangunan, terutama di
daerah perdesaan. Dalam pembentukan produk domestic bruto (PDB) Indonesia kontribusi
sector peternakan sebesar 1,57% terhadap PDB Nasional Tahun 2017. Peningkatan Produksi
mendongkrak PDB sector peternakan 2017 sebesar Rp. 148,5 Triliun naik Rp. 23,2 Triliun dari
2013 sebesar Rp. 125,3 Triliun. Mengiringi perkembangan ini, untuk membantu pemulihan
ekonomi pasca Covid – 19 Kabupaten Trenggalek juga terus berupaya berperan aktif dalam
bidang peternakan, beberapa hewan yang mendominasi peternakan di Kabupaten Trenggalek
seperti Sapi Pedaging, Sapi Perah Kambing dan Ayam/Itik Manila. Beberapa contoh hasil
peternakan dari Kabupaten Trenggalek antara lain : a). SAPI PERAH : Dengan melimpahnya
rumput untuk pakan ternak, sejak tahun 2008 masyarakat pedesaan Kabupaten Trenggalek
mulai membudidayakan Sapi Perah yang pada tahun 2021 populasinya mencapai 6.619 ekor.
Dengan jumlah populasi tertinggi ada di Kecamatan Bendungan. Tercukupinya pakan yang
bergizi untuk sapi perah membuat produktifitas susu yang dihasilkan baik dalam kualitas. Hasil
susu yang dapat dihasilkan sapi dalam setiap harinya menapai 2.250 liter; b). ITIK MANILA : Itik
Manila atau biasa disebut dengan Enthok merupakan jenis hewan unggas yang cukup populer
diengah masyarakat selain ayam dan bebek. Hewan ini sering dimanfaatkan baik telur maupun
dagingnnya unuk dikonsumsi. Budidaya enthok telah dilakukan oleh masyarakat Kabupaten
Trenggalek, menyebar diseluruh Kecamatan dengan populasi mencapai 306.735 ekor pada
tahun 2021. Sentra budidaya enthok terbesar berada di Kecamatan Durenan. Adapun peluang
usaha yang dapa kita tawarkan yakni dalam bidang usaha industri pengolahan ataupun
pemasaran; c). KAMBING : Melihat saat ini daging kambing sangat laris di pasaran karena
seiring dengan semakin banyaknya penduduk di negara kita dan juga memang daging kambing
memiliki rasa yang khas. Pada tahun 2021 populasi kambing di Kabupaten Trenggalek tercatat
432.539 ekor, dengan sentra berada di Kecamatan Pule. Angka yang cukup tinggi ini tentu akan
memberikan peluang yang besar untuk investor yang ingin bekerjasama dengan Kabupaten
Trenggalek dan berinvestasi dalam hal ini.

3. SEKTOR PERIKANAN
Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi
perikanan yang baik untuk dikembangan teruama perikanan tangkap. Hal tersebut
diharapkan mampu membantu perekonomian daerah. Kawasan pesisir Kabupaten
Trenggalek berbatasan langsung dengan laut teritorial Indonesia sejauh 12 Mil dari garis
dasar lurus dan perbatasan lau zna ekonomi eksklusif (ZEE) sejauh 213.350 ha dari garis
dasar laut. Dengan panjang pantai 96 Km membuat wilayah ini kaya akan sumber daya laut.
Adapun beberapa kegiatan di sektor kelautan meliputi : a). UDANG VANAME : Bertepatan di
wilayah pesisir Kecaamatan Watulimo dan Kecamatan Panggul, memiliki potensi yang gemilang
untuk berinvestasi di bidang budidaya ikan tambak salah satunya adalah budidaya udang
vaname. Belasan ton udang vanamehasil budidaya berukuran 40 dapat dipanen selama 70 hari.
Pada tahun 2021 Kabupaten Trenggalek tercatat dapat memproduksi udang vaname sebanyak
1.035 ton/tahun; b). LOBSTER : Spiny Lobster atau dikenal dengan sebutan udang karang
merupakan komoditas perikanan unggulan yang pemanfaatannya cukup instensif di Teluk Prigi,
Watulimo, Trenggalek. Sejauh ini, informasi mengenai status stok sebagai dasar pengelolaannya
masih sangat terbatas. Pembudidayaan lobster di Kabupaten Trenggalek ini tergolong cukup
baru, namun demikian di tahun 2021 kapasitas produksi lobster tercatat 3.30 ton.

4. SEKTOR PARIWISATA
Sektor pariwisata memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber bagi penerimaan
devisa, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dalam mengurangi
jumlah pengangguran dan meningkatkan produktivitas suatu negara. Dengan wilayah berada di
pesisir selatan, memberikan banyak sekali keuntungan bagi Kabupaten Trenggalek dalam segi
pariwisata. Secara garis besar Trenggalek terkenal akan keindahan pantainya, serta memiliki
destinasi pantai yang cukup banyak. Akan tetapi, bukan berarti Trenggalek tidak memiliki isata
lain. Selain pantai, Trenggalek juga menawarkan destinasi wisata yang beragam. Adapun
beberapa potensi patiwisata yang ada di Kabupaten Trenggalek yakni, Pantai Pelang, Pantai Kili-
kili, Goa Ngerit, Goa Lowo,Pantai Mutiara,Pantai Pasir Putih, dan lain-lain.

B. KENDALA PENGEMBANGAN POTENSI DAERAH DI KABUPATEN TRENGGALEK


Pengembangan potensi pada suatu daerah akan selalu diperhitungkan dengan keuntungan dan
manfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Pengembangan potensi disuatu daerah harus sesuai
dengan perencanaan yang matang sehingga bermanfaat baik bagi masyarakat, baik juga dari segi
ekonomi, sosial dan juga budaya. Namun, dalam proses suatu pengembangan, perkembangan maupun
perencanaan suatu daerah tentunya berkemungkinan terjadinya suatu kendala/hambatan. Berdasarkan
konsep, hambatan adalah suatu halangan atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting
dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Hambatan merupakan keadaan yang dapat
menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Dalam upaya pengembangan
potensi daerah di Kabupaten Trenggalek tidak lepas dari kendala/hambatan, adapun yang menjadi
faktor penghambat maliputi :
1. KETERBATASAN ANGGARAN : Anggaran merupakan masalah yang utama dalam
pengembangan potensi daerah yang ada di Kabupaten Trenggalek. Hak ini dikarenakan
pengelolaan tersebut masih dibebankan pada APBD Kabupaten Trenggalek. Sementara
anggaran yang ada di Pemerintah Daerah masih terbagi untuk pengembangan potensi yang
ada di seluruh Kabupaten Trenggalek;
2. KEBERADAAN ORGANISASI PENGELOLA : Keberadaan organisasi pengelolaan dalam suatu
daerah merupakan suatu hal yang wajib, terutama dalam hal pengelolaan di Sektor Pariwisata.
Keberadaan organisasi pengelolaan menjadi sebuah jaminan bahwa wilayah tersebut telah
memiliki legitimasi dari sebuah pihak yang memanfaatkan dan/atau mengelola. Organisasi yang
dibentuk haruslah memiliki kewenangan dan mewakili keberadaan wilayah tersebut. Dalam hal
ini, organisasi pengelola dapat disebut dengan nama Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata.
Berkaitan dengan itu, banyak Pokdarwis yang masih belum memiliki struktur organisasi dan
belum memiliki kantor sekretariat sendiri. Pokdarwis seharusnya memiliki kantor
kesekretariatannya sendiri sebagai pusat pengembangan atraksi-atraksi wisata yang dimiliki.
3. PARTISIPASI MASYARAKAT : Partisipasi masyarakat termasuk tipe partisipasi paksaan (Coersive
Participation), yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Partisipasi bersifat top-down,
partisipasi pasif dimanipulasi dan dibuat-buat yang diciptakan sebagai pengganti partisipasi
yang sesungguhnya; 2. Partisipasi yang terjadi pada umumnya secara tidak langsung; 3. Tidak
ada pembagian keuntungan bagi masyarakat loKal; 4. Masyarakat sering dihadapkan hanya
pada satu pilihan sehingga cenderung menerima segala keputusan.

C. UPAYA DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI DAERAH DI KABUPATEN TRENGGALEK


Harus disadari dan dipahami oleh semua pelaku pembangunan bahwa potensi yang dimiliki oleh
setiap daerah berbeda dan dalam tatanan otonomi sangat dimungkinkan setiap daerah memiliki
beberapa potensi yang dapat dikembangkan sebagai motor penggerak pembangunan (engine of growth)
daerah. Dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah tersebut ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan diantaranya adalah;
1. Inventarisasi/identifikasi semua potensi yang dimiliki. Setiap daerah sebelum memilih potensi
yang dapat diaktualisasikan sebagai potensi terbaiknya, perlu mendata sumber-sumber
potensi yang dimiliki baik yang sudah dikembangkan maupun yang belum;
2. Tentukan keunggulan yang dimiliki oleh setiap potensi tersebut. Keunggulan dari setiap potensi
yang dimiliki, memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan menentukan keunggulan
untuk setiap potensi yang dimiliki akan lebih memudahkan bagi pengambil keputusan untuk
menentukan potensi mana yang dikembangkan;
3. Lihat keterkaitan antara potensi suatu daeah dengan potensi daerah lainnya/sekitarnya.
Keterkaitan antara potensi suatu daeah dengan daerah lainnya (dapat dalam bentuk backward
linkage maupun forward linkage) perlu mendapat perhatian, sehingga nantinya dapat
diwujudkan keunggulan aglomerasi seperti economic of scaile, localiziation economies dan
urbanization economies;
4. Susun skala prioritas pengembangan dari potensi tersebut. Setelah diketahui keunggulan dari
setiap potensi serta keterkaitannya dengan daerah sekitar, potensi potensi tersebut disusun
dalam bentuk skala prioritas pengembangan. Hal ini dimaksudkan agar setiap potensi dapat
dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah sehingga
diharapkan akan terwujud potensi yang optimal dan efisien;
5. Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan (growth poles). Untuk mewujudkan agar semua
aktivitas perekonomian antar daerah terjadi sinergi (saling mengisi) perlu dalam jangka
panjang dibentuk pusat-pusat pertumbuhan sehingga antara suatu daerah dengan daerah
lainnya terjadi efek rembesan (spread effect);
6. Kebijakan alokasi dana. Setiap program tidak akan mungkin dapat dijalankan dengan baik serta
tidak akan dapat mencapai sasaran yang diingikan jika tidak diiringi dengan ketersediaan dana.
Sumber dana ini harus dapat dialokasikan sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi salah
satu fungsi dari APBD yaitu fungsi alokasi;
7. Meningkatkan kemampuan tenaga perencana pembangunan daerah. Pada saat
diundangkannya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah, kenyataannya aparatur perencana pembangunan di daerah belum
memiliki kemampuan yang mendukung untuk pelaksanaan UndangUndang tersebut, sehingga
perlu ditingkatkan kemampuan dari tenaga perencana pembangunan tersebut melalui
pelatihan-pelatihan, penataran serta pengembangan wawasan melalui seminar-seminar dan
workshop tentang perencanaan pembangunan daerah;
8. Sinkronisasi antara perencanaan pembangunan antar daerah. Langkah ini diperlukan untuk
menciptakan adanya keterkaitan antara suatu aktivitas perekonomian di suatu daerah
dengan aktivitas di daerah lainnya terutam dalam hal aktivitas yang saling terkait serta
pembanguna infrastruktur. Dengan adanya sinkronisasi antara perencanaan pembangunan
antar daerah diharapkan setiap kegiatan/program akan menghasilkan kegiatan hulu
(backward linkage) dan kegiatan hilir (forward linkage), sehingga akan tercapai skala
ekonomis dari aktivitas perekonomian.

KESIMPULAN

Secara landscape Kabupaten Trenggalek memiliki keunggulan komparatif berupa potensi


pertanian/perkebunan (emas hijau), potensi kelautan/perikanan (emas biru), dan potensi wisata. Luas
Wilayah Kabupaten Trenggalek 126.140 Ha terdiri dari 2/3 bagian luasnya merupakan tanah pegunungan
yang terbagi menjadi 14 Kecamatan, 152 Desa dan 5 Kelurahan dengan kondisi geografis Kabupaten
Trenggalek sebagian besar adalah tanah pegunungan. Berdasarkan keadaan tersebut, maka terdapat
banyak potensi yang ada di Kabupaten Trenggalek, seperti Pertanian, Peternakan, Perkebunan maupun
Pariwasata. Meskipun demikian, Dalam upaya pengembangan potensi daerah di Kabupaten Trenggalek
tidak lepas dari kendala/hambatan, adapun yang menjadi faktor penghambat yaitu, Keterbatasan
anggaran, Keberadaan Organisasi Pengelola dan juga Partisipasi Masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya dalam mengembangkan potensi daerah tersebut dengan cara Menginventarisasi/identifikasi semua
potensi yang dimiliki, Susun skala prioritas pengembangan dari potensi tersebut, Kebijakan alokasi dana,
serta Sinkronisasi antara perencanaan pembangunan antar daerah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. 2016. Laporan Kinerja : Statistik : Statistik Pariwisata :
Ranking Devisa Pariwisata. (Online) (http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=117&id=1198,
diakses 3 Maret 2016)
2. Rukmana, Chandra Satrya. 2013. Studi Obyek Wisata Pantai di Kabupaten Sampang. JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, Hal. 52 – 55 (Online)(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=88974&val=4186, diaksesunduh 23 April 016)
3. Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. Sondakh, Lucky, (1999). Platform Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal Menuju Masyarakat
Sipil Indonesia Baru: dalam Seminar Sehari: Platform Untuk Masa Depan Ekonomi Indonesia, Hotel
Shangrila, Jakarta
5. Yusuf, Muri. 2014. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.Jakarta: PT.
Fajar Interpratama

Anda mungkin juga menyukai