Anda di halaman 1dari 8

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN WILAYAH

TUGAS MAKALAH
INFORMASI PERENCANAAN PARIWISATA
DI KABUPATEN KONAWE UTARA

DOSEN PENGAMPUH :
Dr. DEWI NURHAYATI YUSUF, STP., M.Sc

OLEH : FATMAWATI
NIM : G2F122005

PRODI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH


PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2022
BAB 1

PENDAHLUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor pariwisata memiliki dampak besar bagi sektor lain, salah
satunya sektor ekonomi. Dimana, ketika sektor pariwisata semakin maju dan berkembang,
maka akan semakin meningkat penerimaan devisa negara, sektor pariwisata juga mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional khususnya dalam hal mengurangi jumlah pengangguran dan
meningkatkan produktivitas suatu negara. Sektor pariwisata dinilai menjadi sektor unggulan
negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena potensi alam yang dimiliki.
Menurut data yang diperoleh dari laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada
tahun 2021 jumlah pulau di Indonesia (termasuk pulau besar dan pulau kecil) yang terdata
menurut pemerintah adalah 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Potensi ini membuat Indonesia kaya akan keberagaman, mulai dari budaya, agama, tradisi,
suku, etnis, kuliner, dan berbagai keindahan alam yang dimiliki oleh setiap pulau yang menjadi
daya tarik bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Dalam menyelenggarakan pembangunan sektor pariwisata seringkali harus


berhadapan dengan aktivitas yang menyebabkan dampak negatif, misalnya saja dampak
lingkungan. Maka dari itu, pembangunan pariwisata perlu mempertimbangkan potensi dan
keunikan setiap daerahnya. Pengembangan sektor pariwisata tidak boleh hanya
memperhatikan manfaat ekonomi saja, tetapi harus memperhatikan unsur sosial politik dan
ekosistem kawasan. Maka dari itu perlu yang namanya pembangunan berkelanjutan. Secara
spesifik Grundy (1993) menyebutkan bahwa konsep Sustainable Development terdiri dari 3
(tiga) elemen sistem yang menyangkut :

1. Keberlanjutan ekologi
2. Keberlanjutan sosial, dan
3. Keberlanjutan ekonomi

Dalam hal ini konsep ekowisata cocok dikembangkan. Ekowisata merupakan salah
satu wisata alternatif dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kehidupan
ekonomi masyarakat pedesaan karena dianggap bisa memberikan kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengembangan kemampuan berusaha
(Scheyvens, 2000) dalam Susilawati, serta memberikan kesempatan yang lebih besar untuk
mengontrol penggunaan sumber daya alam di daerah tertentu sebagai salah satu aset
kegiatan ekowisata (Ashley & Roe, 1997) dalam Susilawati.
Dari aspek ekologi, perencanaan pengukuran daya dukung lingkungan sangat penting
sebelum lokasi dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Daya dukung lingkungan akan
mempresentasikan kemampuan lingkungan untuk mendukung kegiatan ekowisata seperti
penyediaan air bersih, penataan lahan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki daerah
ekowisata. Daya dukung lingkungan untuk pariwisata akan berkaitan dengan jumlah
wisatawan yang dapat berkunjung ke lokasi ekowisata tersebut, fasilitas ekowisata yang dapat
dibangun dan masalah sampah yang muncul dari kegiatan ekowisata. Selain itu, bahan
material yang dipergunakan dalam pembangunan fasilitas wisata merupakan produk lokal dan
tidak dalam intensitas yang sangat besar (Sutiarso, 6-8).

Secara ekonomis, suatu perencanaan pengembangan ekowisata harus memasukkan


perhitungan biaya manfaat dari pengembangan ekowisata. Dalam perhitungan biaya dan
manfaat (Cost Benefit Analysis) tidak hanya dijelaskan keuntungan ekonomis yang akan
diterima oleh pihak terkait namun juga biaya yang harus ditanggung seperti biaya konservasi
atau preservasi lingkungan. Tentu saja jangka waktu yang diperhitungkan dalam perhitungan
dapat bervariasi sesuai dengan kesepakatan semua stakeholders yang terkait. Sedangkan
secara sosial budaya, perencanaan harus memasukkan kondisi sosial budaya lokal
masyarakat yang dapat dikembangkan dalam kegiatan ekowisata serta kemungkinan dampak
negatif yang akan diterima dan cara mengatasinya (Sutiarso, 6-8).

Keberhasilan ekowisata tergantung pada beberapa hal, yang dapat dibagi menjadi tiga
faktor utama yaitu faktor internal, eksternal dan struktural. Faktor internal dapat
diklasifikasikan seperti potensi daerah untuk pengembangan ekowisata, pengetahuan
operator ekowisata tentang pelestarian lingkungan dan partisipasi penduduk lokal.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor kunci yang berasal dari luar lokasi ekowisata
tersebut, seperti kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan, kegiatan
penelitian/pendidikan di wilayah ekowisata untuk kepentingan kelestarian lingkungan dan
masyarakat lokal. Sedangkan faktor struktural adalah faktor yang berhubungan dengan
kelembagaan, kebijakan dan regulasi pengelolaan kawasan ekowisata (tingkat lokal, daerah,
nasional dan internasional). Ketiga faktor kunci keberhasilan ini di sisi lain dapat menjadi
kendala bagi pengembangan ekowisata (Sutiarso, 6-8).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kab. Konawe Utara

Kabupaten Konawe Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Konawe yang terbentuk berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007.

Kabupaten Konawe Utara selain secara geografis mempunyai letak yang strategis
yaitu terletak dibagian selatan Khatulistiwa, Melintang dari Utara ke Selatan antara 02°97’ dan
03°86’ LS, membujur dari Barat ke Timur antara 121°49 dan 122°49 BT. Kabupaten Konawe
Utara memiliki luas wilayah sebesar 500.339 Ha atau sekitar 13,38 persen dari luas wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah perairan laut (termasuk perairan
Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan) ±11.960 Km2 atau 10,87 persen dari
luas perairan Sulawesi Tenggara. Secara administratif, Kabupaten Konawe Utara berbatasan
dengan :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kebupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah)


dan Kecamatan Routa (Kabupaten Konawe)
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah)
dan Laut Banda
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amonggedo,
Kecamatan Meluhu, Kecamatan Anngaberi, Kecamatan Tongauna, dan Kecamatan
Abuki (Kabupaten Konawe)
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Latoma Kabupaten Konawedan
Kabupaten Kolaka Utara.

Secara Administratif Kabupaten Koanwe Utara terdiri dari 13 Kecamatan. Kecamatan


Wiwirano adalah kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu 968,06 km2 atau 19,34
persen dari seluruh wilayah Kabupaten Konawe Utara. Sedangkan Kecamatan yang luas
wilayahnya paling sempit adalah kecamatan Motui dengan luas 61,30 km2 atau hanya 1,22
persen dari luas Kabupaten Konawe Utara.
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Konawe Utara

selain itu, wilayah Kabupaten Konawe Utara juga terbagi atas 159 desa dan 11 kelurahan,
dengan jumlah desa yang terbanyak terleka di Kecamatan Asera dan Oheo, yaitu masing-
masing 17 desa. Semenetara Kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit adalah
kecamatan Lasolo Kepulauan, yaitu 6 desa secara rinci klasifikasi wilayah desa di Kabputen
Konawe Utara dapat di lihat dalam Tabel berikut :
2.2 Informasi Perencanaan Wiayah Pariwisata Kabupaten Konawe Utara

Perencanaan Pariwisata perlu dilakukan karena adanya banyak perubahan dalam


industry pariwisata saat ini. Pariwisata mencakup banyak hal yang melibatkan banyak pihak,
maka dibutuhkan strategi tertentu dalam perencanaan kegiatan pariwisata sehingga dapat
berlangsung dengan baik. Merencanakan sesuatu dalam hal ini perencanaan pariwisata bila
dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat dan dapat memperkecil semua efek
yang tidak menguntungkan. Karen itu pentingnya perencanaan dalam pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri agar perkembangan industry pariwisata sesuai dengan apa
yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari
segi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.

Pengembangan Potensi Kepariwisataan yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten


Konawe Utara berpedoman pada peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2016 Tahun 2016
tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Konawe Utara Tahun
2016 yang telah membagi Kawasan pengembangan wisata (KPP) menjadi 6 (enam)wilayah
KPP yaitu KPP Taipa, KPP Pulau Labengki, KPP Wawolesa, KPP Wiwirano, KPP Oheo, dan
KPP Asera.

Perkembangan Kepariwisataan Kabupaten Konawe Utara mengalami Peningkatan


yang cukup baik sejalan dengan meningkatnya kualitas aksesibilitas dan sarana penunjang
capaian kinerja kebudayaan dan pariwisata di jabarkan dalam table berikut :

Tabel 2.1 Kondisi Pengelolaan Pariwisata Kab. Konawe Utara


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan sektor pariwisata melalui ekowisata ini tidak akan berjalan baik tanpa
adanya kolaborasi dari masyarakat, pemerintah, akademisi, dan profesional. Pembangunan
ekowisata berkelanjutan tidak akan bisa dilakukan dengan jangka waktu pendek, namun perlu
disiapkan strategi jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Asmin, Ferdinal. 2018. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep
Sederhana. 42

Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. diakses


melalui https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4270-jumlah-pulau pada tanggal 16 Februari 2022
pukul 09.14 wib.

Grundy, K.J. 1993. Sustainable Development – An Emerging Paradigm? Proceedings of the


Seventeenth Conference, New Zealand Geographical Society Conference 1993.
Christchurch. New Zealand.

Susilawati. Pengembangan Ekowisata sebagai Salah saru Upaya Pemberdayaan Sosial,


Budaya dan Ekonomi Masyarakat.

Sutiarso, M.A. Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan melalui Ekowisata. 6-8.

RPJMD Kabupaten Konawe Utara Tahun 2021-2026

Anda mungkin juga menyukai