Anda di halaman 1dari 18

OUTLINE SKRIPSI

Peran Stakeholder Dalam Meningkatkan


Pariwisata di Danau Toba Sumatera
Utara
Program Studi
Manajemen Nama: Royhan Kamal Panggabean
Fakultas Ekonomi Bisnis NPM: 181220116
Konsentrasi: Sumber Daya Manusia
T. A.: 2020/2021

A. Latar Belakang Penelitian

Ditengah tuntutan yang semakin tinggi terhadap perlunya peningkatan kinerja di sektor
pariwisata tujuannya adalah untuk memenuhi pencapaian target-target ekonometrik, bahwa
pembenahan pada sumber daya manusia dan birokrasi belum kuat disuarakan. Bahwa pada saat
ini terdapat kesan yang cukup menonjol dalam perhatian kita yang masih bertumpu pada aspek
kuantitatif seperti berapa besar devisa yang harus dicapai, kesempatan kerja, kunjungan wisata
dan sebagainya, sementara pada segi kualitatif yang antara lain kalau kita lihat dari sisi
perubahan positifnya mutu dari sumber daya manusia cenderung diabaikan
Indonesia negara yang memiliki sumber daya alam yang terdiri dari lautan, danau, pantai,
daratan, budaya yang apabila dikelola dengan benar dapat memberikan keuntungan besar bagi
negara. Salah satu pelaksanaan nya adalah dengan menciptakan daerah tersebut menjadi daerah
tempat sarana destinasi wisata. Daerah-daerah yang memiliki kawasan eksotis diharapkan dapat
memberikan kontribusi besar dalam memberikan sumber pendapatan. Dengan adanya otonomi
daerah diharapakan kabupaten/kota dituntut untuk dapat hidup mandiri. Suatu daerah yang dapat
melaksanakan otonomi ditinjau dari kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki
kewenangan dan kemampuan dalam mengali sumber-sumber keuangan, mengelola dan memadai
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya
Sektor pariwisata merupakan salah satu agenda prioritas nasioanal yang dicananangkan oleh
Presiden Republik Indonesia yang tercemin dalam program nawacita yaitu dengan menciptakan
kemandirian ekonomi melalui sektor-sektor strategis ekonomi nasional yang salah satu sektor
tersebut adalaah pariwisata. Optimalisasi pada sektor wisata, Indonesia bisa dijadikan modal dalam
pengembangan perekonomian nasional karena dilihat dari geografisnya memiliki lautan yang luas
dibandingkan dengan daratan. Sebagai negara kepulauan dengan iklim yang tropis, Indonesia
memiliki kergamana hayati dasar laut yang menjadi daya tarik wisatawan baik wisatawan nusantara
maupun wisatawan mancanegara. Keindahan pantai yang mempesona yang terbentang panjang
dengan pasir putihnya, ombak yang memiliki ketinggian yang sempurna yang membuat andrenalin
para peselancar terpacu.
Tantangan yang terbesar pada saat ini yaitu pada sektor jasa pariwisata dari sisi pebisnis
(Pelaku Usaha), pemerintah dan seluruh stakeholder yang terkait dalam meningkatkan daya
saingnya terutama untuk meningkatkan keterbukaan ekonomi/globalisasi.
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memberikan keindahan alamnya,
daerah yang dikeliling oleh sumber daya alam seperti gunung, danau, laut dan lain-lain. Provinsi
yang terletak di bagian Utara Pulau Sumatra yang beribu kota di kota Medan, dengan luas wilayah
72.981,23 km2. Sumatra Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
Indonesia, setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2020 penduduk
Sumatra Utara berjumlah 15.136.522 jiwa, dengan kepadatan penduduk 207,40 jiwa/km 2.
Potensi wisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun local
adalah wisata alam Danau Toba yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui kementerian
pariwisata dan ekonomi kreartif sebagai destinasi wisata super prioritas. Danau Toba dan
kawasan di sekitarnya berbenah. Mulai dari akses transportasi darat maupun udara, objek wisata,
sampai kesenian dan kebudayaan yang dapat ditawarkan oleh daerah penyangga Danau Toba.
Hal ini didukung oleh ketetapan seperti peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang kawasan dan sekitarnya. Bab 1 Pasal ayat 7 menyebutkan bahwa kawasan
Danau Toba dan sekitarnya yang selanjutnya disebut kawasan Danau Toba merupakan kawasan
strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan yang meliputi
badan danau,daerah tangkapan air, dan cekungan air tanah yang terkait dengan perairan Danau
Toba,serta pusat kegiatan dan jaringan prasarana yang tidak berada di badan Danau Toba,daerah
tangkapan air dan cekungan air tanah yang terkait dengan perairan danau toba dan mendukung
pengembangan perairan danau toba. Data jumlah wisatawan yang berkunjung Ke Danau Toba
pada tahun 2018 mencapai 103.044 Dan meningkat sebanyak pada tahun 2019 berkisar 122.300
orang (Nasional Republika 2021).
Fungsi dari objek wisata dan sarana pariwisata sangat besar bagi daerah kabupaten/kota,
salah satu fungsi nya yaitu pelayanan ruang public untuk rekreasi, hiburan, olah raga. Fungsi
lainnya memberi peluang pada sektor lapangan kerja dan kesempatan berusaha disektor
pariwisata bagi masyarakat di sekitar objek wisata di berbagai sektor antara lain perdagangan,
jasa angkutan, hiburan, jasa (guide), telekomunikasi dan sebagainya. Dan fungsi lainnya pada
bidang Pendidikan dan pengetahuan atau penelitian serta sebagai usaha menambah aset daerah
yang sangat untuk investasi jangka panjang sebagai sumber pendapatan asli daerah dalam rangka
otonomi daerah sebagai sumber pendapatan pajak sektor pariwisata yang menjanjikan.
Salah satu bentuk kebijakan yang dilakukan dibidang pariwisata yaitu dengan dibuat adanya
kebijakan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Danau Toba dengan membentuk Badan Otorita
Pengelola Kawasan Danau Toba (Otorita Danau Toba). Otorita Danau Toba dibentuk oleh Peraturan
Presiden no 49 tahun 2016 (Perpres 49/2016) mengenai Badan Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba
sebagai kawasan strategis pariwisata nasional. Sesuai wewenang yang tertuang pada Perpres 49/2016 ,
Badan Pelaksana Otorita Danau Toba ( BPODT) selaku badan pelaksana dari otorita danau toba bermaksud
untuk penetapan sebagai layanan Umum (BLU). pembentukan badan otorita pengelola kawasan pariwisata
danau toba undang-undang nomor 10 tahun 2009 mengenai kepariwisataan yang terdiri industri pariwisata,
destinasi, pariwisata, pemasaran daan kelembagaan kepariwisataan.

Pegembangan objek wisata, harus memiliki perhatian besar dari pemerintah khususnya
pada pemangku jabatan yang berada pada dinas pariwisata. Peran pemerintah disini yaitu harus
memberi rasa aman, rasa nyaman dan dapat melindungin para wisatawan. Agar semua itu dapat
terjalan dengan baik maka harus menerapkan semua peraturan pemerintah dan undang-undang
yang berlaku pada saat ini agar dapat dilaksanakan oleh pemerintah khususnya pemerintah
daerah dan lebih khususnya pada pemerintahan kabupaten Simalungun.
Dalam melaksankan pengembangan pariwisata harus memiliki rencana yang disusun
dengan baik dan menyeluruh baik dilakukan oleh pihak pemerintah pusat sampai ke pemerintah
kabupaten, sehingga yang semua dilakukan itu sesuai dengan rencana maka akan dapat
bermanfaat bagi masyarakat lokalnya baik dari segi ekonomi masyarakat local, social dan
cultural. Semua itu harus dapat di integrasikan antara perencanaan pariwisata kedalam suatu
program pembangunan ekonomi, fisik, dan social dari suatu negara.selain itu juga didalam
perencanaan tersebut harus terdapat perencanaan pada infrastruktur, management, dan
pengamanan yang baik agar terciptanya objek pariwisata yang mempunyai daya Tarik dan daya
jual baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Pariwisata merupakan salah satu bagian dari sektor industri di Indonesia yang memiliki
potensi dan peluang untuk dikembangkan. Menurut Sunaryo (2013:129) pembangunan
pariwisata merupakan suatu proses perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara
terencana pada suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik atau diinginkan.
Pembangunan pariwisata ini dilakukan untuk menambah pendapatan devisa dan secara tidak
langsung juga bisa membuka kesempatan masyarakat lokal untuk bekerja dalam keterlibatan
pariwisata tersebut dan sangat penting juga untuk meningkatkan kesejahteraan yang di inginkan
dengan cara pemberdayaan. Selanjutnya menurut Spillane (1991) mengartikan pariwisata sebagai
perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara, baik yang dilakukan
perorangan maupun kelompok.mereka melakukan aktivitas perjalanan disebut wisatawan
sedangkan tempat yang dituju disebut destinasi pariwisata. Ketika aktivitas tersebut didukung
oleh fasilitas layanan yang disediakan oleh pihak lain (Industri Pariwisata,masyarakat dan
pemerintah) maka disebut dengan pariwisata (Ardika,2014).
Menurut Yoeti (1997:63) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan berusaha
(Business) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi,tetapi semata-mata sebagai konsumen
menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam.berdasarkan
pengertian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok dari suatu tempat ke tempat yang lain yang bersifat sementara
waktu dengan tujuan bukan untuk bekerja.
Jenis jenis objek wisata menurut Sammeng (2001:223) antara lain :
1. Objek Wisata Budaya
2. Objek Wisata Alam
3. Objek Wisata Minat Khusus
Pengertian stakeholder menurut Hetifah (2003:3) dimaknai sebagai individu, kelompok
atau organisasi yang memiliki kepentingan, terlibat, atau dipengaruhi (secara positif maupun
negatif) oleh kegiatan atau program pembangunan. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya
melibatkan tiga stakeholder yang saling terkait yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat (Rahim,
2012:1). Setiap pemangku kepentingan memiliki peran dan fungsi yang berbeda yang perlu
dipahami agar pengembangan wisata di suatu daerah dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.
Freeman (1984) dan Murphy & Murphy (2004) menyatakan jika stakeholder adalah
mereka yang memiliki kekuasan dan hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, serta
mereka yang memberi dan/atau terkena dampak atas hasil keputusan tersebut. Mereka bisa laki-laki
atau perempuan, komunitas, kelompok sosial, atau lembaga. Pitana & Gayatri (2005)
mengelompokkan stakeholder sebagai pemerintah, pelaku usaha/swasta, dan masyarakat karena
mereka memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Oleh sebab itu, penting untuk memahami peran
dan tanggung jawab stakeholder agar pembangunan pariwisata dapat terwujud dan terlaksana
dengan baik. Didalam penerapan di sektor pariwisata masih kurangnya perhatian yang besar oleh
pemerintah daerah dalam mengelola dan meningkatkan objek wisata. Pengembangan pariwisata
secara parsial. Kebijakan menggembangkan pariwisata sering kali dilakukan tanpa
memperhatikan kebutuhan dan keikuutsertaan masyarakat local sekitar kawasan wisata, dan
kurangnya fasilitas penghubung antara satu obyek wisata ke objek wisata lainnya yang
mengakibatkan terjadinya persaingan antar objek wisata dalam satu wilayah yang akhirnya akan
membawa dampak buruk pada keseluruhan objek wisata tersebut. Seharusnya pengembangan
pariwisata dilakukan secara lintas provinsi atau lintas kabupaten / kota.
Tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata masih banyaknya
pengembangan pariwisata yang hanya terfokus pada satu tujuan obyek wisata padahal daerah
sekitar obyek wisata tersebut juga memiliki potensi pariwisata seperti keindahan panorama,
alam, dan keunikan adat istiadat setempat. Pemusatan pengembangan hanya pada satu obyek
wisata membawa dampak negatif bagi pengembangan obyek wisata didaerah sekitarnya.
Kekhasaan dan keunikan lokasi obyek wisata tidak menjadi pedoman utama dalam menarik
pariwisata baik yang local maupun mancanegara, hal ini disebabkan masih kurangnya daya tarik
yang diberikan oleh daerah tersebut dan kurangnya produk yang ditawarkan daerah tersebut.
Tantangan berikutnya terkait dengan situasi dan kondisi daerah baik factor alam, ekonomi, adat
budaya, masyarakat dan lain-lain. Perlu ditetapkan factor apa saja yang harus menjadi prioritas
utama dalam meningkatkan pariwisata. Semua ini harus memerlukan peran aktif dari semua
pihak agar tercipta kebijakan pengembangan yang integrative, komprehensif dan sinergis.Perlu
adanya Pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah,swasta untuk Masyarakat untuk menjadi
pengelolah di daerahnya sendiri, mesti dilakukan pengetahuan tentang wisata agar membuat
masyarakat lokal itu menjadi makmur dan dibuka lapangan pekerjaan membuat mereka bisa
bertahan hidup.

Bisa kita jelaskan peran Stakeholder dalam pengembangan dalam Danau Toba antara
lain :
1. Pemerintah daerah:
 Pembinaan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan seperti hospitality, kepemanduan,
dan pelatihan keterampilan pembuatan souvenir.
2. Perbaikan aksesibilitas, melimpahkan kewenangan terkait sistem manajemen transportasi danau
air kepada BUMN yaitu PT. ASDP, dan kepada Kementerian PUPR terkait perbaikan dan
pembangunan jalan.
3. Swasta
 Pengusaha transportasi, menyediakan transportasi air seperti kapal motor untuk mendukung
aksesibilitas wisatawan menuju Objek wisata danau toba.
 Penyedia akomodasi penginapan.
4. Masyarakat
 Mengelola sebagian besar atraksi budaya yang ada di daerah Danau Toba
 Menjadi pemandu wisata khususnya pada situs-situs budaya yang memiliki latar belakang sejarah.
B. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti (Tahun) Indikator Variabel Teknik Analisis Hasil


1 Reski Amalyah X:  Deskripti 1. Pengetahuan
Djamhur Hamid Stakeholder f masyarakat lokal
Luchman Hakim (2016) sY: Kualitatif tentang layanan
Pariwisata jasa wisata dan
pengelolaan
lingkungan masih
kurang.
2. Peran
Disparekraf Kota
Makassar masih
belum maksimal.
3. Kerjasama dan
koordinasi antar
stakeholder
pariwisata masih
kurang

2 X: Deskripti 1. Terbukanya
Fitri Handayani, Hardi Stakeholders f lapangan pekerjaan
Kualitatif bagi warga Desa
Warsono (2017) Y: Punjulharjo.
Pengemban Mayoritas warga
g an Objek membuka warung
Wisata makan, pemuda
Desa Punjulharjo
mendapatkan
pekerjaan sebagai
petugas parkir,
petugas karcis,
petugas kebersihan
dan penyewaan
wahana perainan.
2. Adanya interaksi
antara warga
dengan wisatawan,
sehingga terjadinya
pertukaran
informasi dan
budaya
3. Keterlibatan
warga dalam
kegiatan
kepariwisataan
seperti mengikuti
sosialisasi yang
diselenggarakan
oleh OPD
Kabupaten
Rembang serta
partisipasi dalam
kegiatan kelompok
sadar wisata.
3 Nova Irene Bernedeta Sitorus X: Stakeholder Deskriptif Kualitatif Hasil dari penelitian
(2017) Y: Pariwisata ini adalah para
stakeholder belum
menjalankan
perannya dengan
maksimal dalam
mendukung
peningkatan
kunjungan wisata
ke Kawasan Danau
Toba. Namun
Kabupaten Samosir
sudah menjadi
kabupaten yang
paling maju dan
berkomitmen dalam
mengembangkan
pariwisata di
Kawasan Danau
Toba. Kabupaten ini
juga memiliki
jumlah kunjungan
wisman yang paling
tinggi diantara
kabupaten lainnya
serta sudah dapat
sejalan dengan
Kementerian
Pariwisata dalam
mengembangkan
pariwisata Kawasan
Danau Toba.
4 Feronica Simanjorang, X: Stakeholder Deskriptif Kualitatif 1. Masyarakat
Luchman Hakim & Sunarti Y: Pembangunan lokal berperan
(2020) Pariwisata penting dalam
mempertahankan
warisan budaya
melalui
pertunjukan seri.
Mereka meyakini
mampu mengelola
warisan dan situs-
situs budaya secara
mandiri.
Masyarakat
menempatkan
dirinya sebagai
subjek yang berhak
untuk mengelola
sumber daya
pariwisata.
Hasilnya,
masyarakat secara
langsung menerima
manfaat ekonomi
dari aktivitas wisata
yang terjadi
dilingkungan
mereka. Disisi lain,
kondisi tersebut
menghambat
pemerintah untuk
membangun
hubungan kerja
sama sehingga sulit
melakukan inovasi.
2. Pemerintah
daerah diketahui
aktif memberikan
pelatihan
keterampilan
untuk
meningkatkan
kapasitas SDM di
desa-desa wisata
unggulan. Hal
tersebut disambut
baik oleh
masyarakat lokal
dengan cara
berpartisipasi,
namun disisi lain
peneliti belum
melihat adanya
pengawasan yang
berkelanjutan
sehingga
kegiatannya masih
dalam bentuk
program. Dalam
upaya perbaikan
sarana dan
prasarana
aksesibilitas,
Kementerian
PUPR diketahui
terus memberikan
dukungan
sehingga
pelaksanaannya
berjalan dengan
baik.
3. Pihak swasta
diketahui belum
menjalin kerja
sama dengan
pemerintah.
Mereka berperan
dalam
menyediakan
sarana transportasi
danau dan
akomodasi
penginapan,
namun hal
tersebut belum
terhubungan
dengan aktivitas
wisata lainnya.

5 Ni Komang Onik Pratiwi (2019) X : SWOT Deskriptif Kualitatif Berdasarkan


Y : Objek Wisata penelitian yang
dilakukan, maka
dapat ditarik
simpulan
bahwa
1. faktor yang
menjadi kekuatan
(strengths) dalam
mempengaruhi
tingkat kunjungan
wisatawan
meliputi,
daya tarik objek
wisata Goa Gajah
yaitu
keindahan
pemandangan dan
suasana
di sekitar
kompleks Goa
Gajah begitu
sangat tenang,
begitu kita
menginjakan
kaki langsung
terasa nuansa
yang begitu asri
dan teduh.
2. Faktor yang
menjadi
kelemahan
(weaknesses)
dalam
mempengaruhi
tingkat kunjungan
wisatawan adalah
dilihat dari segi
kebersihan
lingkungan yang
kurang,
sarana/prasarana
yaitu kurangnya
artshop yang
menjual pernak-
pernik
khas objek wisata
Goa Gajah serta
masih minimnya
penginapan atau
home
stay.
3. Faktor yang
menjadi peluang
(opportunities)
dalam
mempengaruhi
kunjungan
wisatawan dilihat
dari
indikator sosial/
budaya yaitu
peran
serta masyarakat
sangat baik dalam
mengembakan
dan memajukan
objek
wisata Goa Gajah,
politik/
pemerintah
yaitu keamanan
lingkungan
terjaga,
ekonomi yaitu
kondisi ekonomi
global
yang stabil,
kemudian dari
segi
kemajuan
teknologi yaitu
telah
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk promosi.
4. Faktor yang
menjadi
dilihat dari
indikator, politik
pemerintah
yaitu adanya
pengaruh kondisi
politik
dan pengaruh
kebijakan
pemerintah,
daya saing yaitu
mulai
dikembangkannya
objek wisata yang
sejenis. Strategi
yang tepat untuk
diterapkan dalam
meningkatkan
kunjungan
wisatawan di
objek wisata
Goa Gajah adalah
panetrasi pasar.
Strategi ini dapat
dilakukan melalui
observasi dan
wawancara yang
dilakukan peneliti
kepada
masyarakat
dan pengunjung
yang datang ke
objek wisata Goa
Gajah. Strategi
penetrasi pasar
juga dapat
dilakukan dengan
memasang iklan
pada media cetak,
elektronik
maupun internet
dan
publisitas.
6 Muji Listyo Widodo, Rinekso X: Deskriptif Kualitatif Terdapat 23
Soekmadi, Hadi Susilo Arifin Stakeholder stakeholders yang
(2018) Y : Ekowisata terlibat dalam
pengembangan
ekowisata di
TNBK, yang
berkedudukan
sebagai Subject,
Key Players,
Contex Setter dan
Crowd
berdasarkan
pengaruh dan
kepent-ingannya.
Hubungan yang
terjadi di antara
stakeholders
berupa
komunikasi,
koordinasi dan
ker-jasama, baik
yang tertulis di
dalam dokumen
(tupoksi) maupun
yang terlaksana di
lapangan.
Stakeholders yang
masuk dalam
klasifikasi Key
Players dan
memiliki jalinan
hubungan antar
stakeholders yang
banyak, memiliki
peranan besar
dalam
pengembangan
ekowisata di
TNBK.
Pengelolaan
ekowisata secara
kolaboratif,
sinkronisasi
program kegiatan
antar stakeholders
serta saling
bersinergis perlu
dilakukan untuk
meningkatkan
efektivitas
pengembangan
ekowisata di
TNBK.
7 Ditha Mangiri, Hermanto X: Ekonomi Deskriptif Kualitatif (1) mengestimasi
Siregar & Ernan Rustiadi Y: Strategi Wisata nilai ekonomi
(2020) wisata Danau
Sentani yang
diperkirakan
memberikan
dampak ekonomi
lokal dan manfaat
terhadap
masyarakat sekitar
kawasan, serta
(2) merumuskan
arahan strategi
yang efektif dalam
pengelolaan
wisata alam
tersebut
8 Umi Muawanah, Nendah X1 : Deskriptif Kualitatif
Kurniasari, Permana Ari Kepentingan
Soejarwo, dan Christina Stakeholder
Yuliaty (2020) X2 :
Dukungan
Kebijakan
Y : Pengembangan
Pariwisata
9 Hanung Eka Atmaja, Shinta X1 : Pariwisata Deskriptif Kualitatif Hasil penelitian
Ratnawati (2020) X2 : ini merupakan
Perencanaan penelitian
SDM penjelajahan. Hal
Y: ini mungkin
Manajemen
akan dianggap
Strategis
kurang
memuaskan.
Kekurangpuasan
terhadap hasil
penelitian ini
umumnya terkait
dengan masalah
sampling. Namun
perlu disadari
bahwa
penelitian
penjelajahan
dalam bidang
pariwisata ini
berarti pembukaan
jalan,
sehingga
penelitian pada
tahap awal ini
akan memerlukan
penelitian
berlanjutan.
10 Hendrie Adji Kusworo dan X: Deskriptif Kualitatif 1. Pertama, bahwa
Janianton Damanik (2002) Pengembangan hanya sebesar 28
SDM persen dari 196
Y : Pariwisata Diparda
kabupaten/kota
yang memiliki
kemampuan tinggi
dan sebagian besar
atau 49 persen
mempunyai
kemampuan
menengah, dan
sebagian kedl
atau 23 persen
lainnya hanya
berkemampuan
rendah.
2. Kedua,ternyata
kemampuan
birokrasi
pariwisata tidak
sajaberbeda
secara nasional
tetapi juga di
tingkat propinsi.
Hal ini tampak dari
data
yang menunjukkan
bahwa tidak semua
kabupaten/kota
dalam setiap
propinsi terwakili
dalam kelompok
daerah yang
kemampuan
birokrasinya tinggi.

15
11. Widyastutik, Iskandar X :Strategi Daya Deskriptif Kualitatif Prioritas strategi
Panjaitan,Florika Malau & Saing peningkatan daya
Youshy Fahreiza Y : Jasa saing jasa
Pariwisata pariwisata adalah
fasilitasi
pemerintah dan
sinergitas antara
K/L diikuti
regulasi yang
ramah dan terakhir
strategi penguatan
infrastruktur
pendukung
pariwisata

16
C. Kerangka Konseptual

Stakeholder
(X1) Wisata
(Y)

KETERANGAN:

Pengaruh secara simultan


Pengaruh secara parsial

D. Metode Penelitian

Jenis Penelitian Deskriptif pendekatan Kualitatif


Lokasi Penelitian Kabupaten…….., Dinas Pariwisata………., Masyarakat…..
Populasi & Sampel Penelitian ………
Teknik Pengumpulan Data Kusioner, Wawancara Dinas pariwisata, Masyarakat lokal
Definisi Operasional Variabel Relevan
Teknik Analisis Data Penelitian Triangulasi

17
E. Daftar Pustaka

BUKU

Sunaryo, B. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di


Indonsia. Yogyakarta: Gava Media.

Spillane, J. (1991). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.

Ardika, I. G. (2014). Peran Strategik DMO Dalam Penyelenggaraan Kepariwisataan


Indonesia. Jakarta.

Yoeti, O.A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Sammeng, A.M. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Hetifah, S.J. 2003. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan
Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

JURNAL

Rahim, F. 2012. Pedoman Pokdarwis. Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi


Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Freeman, E. (1984). Strategic Management: a Stakeholder Approach. Boston: Pitman.

Murphy, P., & Murphy, A. (2004). Strategic Management for Tourism Communities: Jurnal
Profit| Volume.13 No. 4 2019| https://profit.ub.ac.id 51 Brigding the Gaps. Canada: Cormwell Press.

WEBSITE

https://www.inews.id/travel/destinasi/wamenparekraf-selama-pandemi-jumlah-wisatawan-
domestik-ke-danau-toba-tinggi/2.
https://nasional.republika.co.id/berita/pwvanh328/jumlah-wisatawan-ke-sumut-meningkat

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40438, Badan Otorita Pengelola Kawasan


Pariwisata Danau Toba

18

Anda mungkin juga menyukai