Anda di halaman 1dari 13

Evolusi Kebijakan

& Prinsip-Prinsip
Lingkungan
Global (2.4-2.5)
FATMAWATI. S.SI
G2F122005
Integrasi Prinsip-Prinsip Lingkungan Global
dalam Hukum Nasional Indonesia
DI ADOPSI MELALUI DUA MEKANISME :
- RATIFIKASI HARD LAW INSTRUMENTS DI
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- ADOPSI LANGSUNG DENGAN
MEMASUKKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN LINGKUNGAN NASIONAL
INDONESIA
Undang-undang Lingkungan Hidup di
Indonesia yg telah mengadopsi Prinsip-
prinsip Hukum Lingkungan :

Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup, (tidak berlaku lagi)
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (tidak berlaku lagi), maupun dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat UUPPLH).
Perlu di ingat bahwa kata principle dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi asas dalam bahasa
Indonesia. Menurut Munadjat Danputro, konsep atau istilah “prinsip hukum” pada dasarnya dapat
digunakan sama dengan “asas hukum dasar hukum” dengan pengertian ada hierarki tertentu dari prinsip
dimaksud.

Ronald Dworkin mengatakan prinsip hukum merupakan timbangan moral tentang apa yang benar dan
apa yang buruk, yang meliputi prinsip tentang political morality dan political organization. Prinsip-
prinsip tersebut
membenarkan pengaturan secara konstitusional, prinsip yang membenarmetode melakukan penafsiran
menurut undang-undang, dan prinsip tentang asasi manusia yang substantif untuk membenarkan isi
keputusan pengadilan.”

Uraian dan makna prinsip Dworkin di atas, jika dikaitkan dengan prinsip hukum lingkungan global,
dimaknai sebagai prinsip-prinsip hukum, baik dalamkonteks nasional, regional, dan internasional.
Dalam konteks ini, integrasi prinsiphukum lingkungan global harus dimuat dalam konstitusi suatu
negara. Ondonesia sebagai bagian terintegrasi dari masyarakat dunia, sepatutnyalah menuangkan
prinsip-prinsip tersebut, bukan hanya dalam UUD Tahun 1945, tetapijuga dalam bentuk undang-undang
(selanjutnya disingkat UU).
Penyamaan istilah prinsip hukum dan asas hukum di atas menunjukkan makna pada
hakikatnya prinsip atau asas hukum difungsikan sebagai sarana untuk menyelesaikan
konflik dan menciptakan norma. Norma yang dimaksudkan dalam hubungannya dengan
prinsip atau asas adalah aturan (rule). Beberapa fakta menunjukkan bahwa prinsip atau
asas telah dituangkan dalam bentuk aturan yang memiliki daya mengikat, baik dalam
bentuk hukum sebagai norma-norma umum, maupun hukum sebagai norma-norma
khusus. Dalam konteks aturan, maka turan dimaksud bersifat mengikat bagi para pihak.
Sifat mengikat aturan tersebut kemudian akan menjadi salah satu sumber hukum, yakni
hukum kebiasaan (customary law).
Integrasi Prinsip Lingkungan
Global dalam UU 1945
UUD 1945 merupakan supremasi konstitusi dan hierarki perundangan dalam suatu sistem hukum
yang mengandung konsekuensi. onsekuensinya, semua ketentuan perundang-undangan yang
telah ada dan yang akan dibentuk, termasuk perubahan ketentuan perundang-undangan, materi
muatannya harus bersumber pada ketentuan dalam UUD 1945. Tujuannya agar dapat kesesuaian
norma sebagai satu kesatuan sistem hukum.

Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, kaidah dasar yang melandasi pembangunan dan


perlindungan lingkungan hidup di Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea
ke-4, dimana “kewajiban negara” dan “tugas pemerintah” untuk melindungi segenap bangsa dan
tumpah darah Indonesia dalam lingkungan hidup. Dalam konteks ini, “segenap bangsa
Indonesia” dimaknai sebagai sumbersumberinsani lingkunganhidup, yang mengartikanmanusia
sebagai satu kesatuan sosiosistem.
Sedangkan “seluruh tumpah darah Indonesia” dimaknai sebagai komponen fisik yang membentuk biotic
community (komunitas benda hidup) dan abiotic community (komunitas benda mati).

Penjabaran “tugas pemerintah” sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945, juga dapat
ditemukan dalam Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, yang menyatakan ”bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 mengisyaratkan “tugas pemerintah” untukmelindungi segenap
bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya lingkungan hidup. Dalam konteks ini, secara jelas dan tegas
disebutkan kontrak yang terjadi antara
hak umum (negara) dan hak pribadi (warga negara) dalam memanfaatkan lingkungan hidup, termasuk
sumber daya di dalamnya. Dengan kata lain, negara wajib melindungi dan menjaga lingkungan hidup
agar rakyat menjadi Makmur dan sejahtera.
Dalam konteks penjabaran Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, sebagaimana disebutkan di atas, S.K. Wandell berpendapat
lain. Menurutnya, Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 lebih memfokuskan pada siapa yang memperoleh keuntungan atas
eksploitasi sumber daya alam Indonesia, bukan fokus terhadap perlindungan. Dalam hal ini, negara tidak
berkewajiban untuk melindungi lingkungan, akan tetapi negara menitikberatkan pada pada pengawasan
pemanfaatan sumber daya alam Indonesia.

Interpretasi berbeda atas makna Pembukaan UUD 1945, alinea ke-4 dan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, juga dapat
ditemukan penjabaran konkretnya dalam ketentuan Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 dan Pasal 28H, Ayat 1 UUD 1945.
Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 menyatakan “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi sosial”.

Terkait dengan prinsip-prinsip lingkungan hidup dalam Pasal 28H Ayat 1 maupun Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945,
Mukhlis dan Mustafa Lutfi, berpendapat “terdapat 2 konsep yang berkaitan dengan ide ekosistem, yaitu
perekonomian nasional berdasar demokrasi ekonomi, harus mengandung prinsip berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.”Hal ini diartikan bahwa alam memiliki kekuasaan dan hak-hak asasinya sendiri yang tidak boleh
dilanggar oleh siapa pun (inalienable rights).
Integrasi Prinsip Lingkungan
Global dalam UU
Integrasi prinsip hukum lingkungan global telah dituangkan ke dalam UU Lingkungan Hidup. Rezim
undang-undang yang mengatur masalah lingkungan hidup di Indonesia dalam konteks sejarah telah
mengalami 3 kali pergantian yang dimulai dari :

1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pokok pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(selanjutnya disingkat UU LH).

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat
UUPLH).

3. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN tahun 209
No. 140, selanjutnya disingkat dengan UUPPLH)
Undang-undang sektoral yang memiliki
ketertautan dengan berbagai permasalahan
lingkungan hidup.
(i) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,

(ii) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

(iii) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

(iv) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang kemudian diubah dengan UU
No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan,

(v) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

(vi) Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pesisir dan Perlindungan Pulau-pulau Terluar, dan

(vii) Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara.
Beberapa aturan Perundang-undangan
Nasional yang mencamtumkan Prinsip/Asas
Lingkungan :
•Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup
•Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
•Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
•Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
Beberapa aturan Perundang-undangan
Nasional yang mencamtumkan Prinsip/Asas
Lingkungan :
•Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
•Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
•Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang telah diubah dengan
Undang- Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
•Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
•Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara
Integrasi Prinsip Lingkungan Global dalam
Beberapa Kasus yang Terjadi di Indonesia
(Indonesian Cases)
Integrasi prinsip lingkungan global bukan hanya dapat dilihat dalam perspektif
konstitusi Indonesia dan undang-undang. Tetapi dapat dilihat juga dalam praktek
penanganan berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia.
Beberapa kasus yang dapat dijadikan bahan rujukan dalam menguraikan praktek
integrasi prinsip lingkungan global yang terjadi Indonesia dapat ditemukan pada
Kasus Kapas Transgenik dan Kasus Mandalawangi.
Kedua kasus tersebut berkaitan dengan masalah prinsip kehati-hatian
(precautionary principle) dalam praktek penanganan masalah lingkungan hidup di
Indonesia. Keduanya juga merupakan kasus yang membahas asas kehati-hatian
dalam ruang pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai