M. Daud Silalahf
1. Pendahuluan
Sejak Deklarasi Stockholm 1972 prinsip-prinsip hukum
lingkungan intemasional telah mempengaruhi secara mendasar
pembentukan hukum lingkungan intemasional, yang semula masih
Penulis yang dilahirkan di Parapal, Sumaiera Utara, 27 September 1936 ini adalah
seorang dosen, guru besar hukum lingkungan, dan anggota senat di Universitas Padj^aran.
Beiiau pern 油 menjabat sebagai Staf Ahli Departemen Kehakiman Bidang Hukum Lingkungan
(1975-1978) dan Staf Ahli Khusus Kementerian Lingkungan Hidup (2002- 2004). Saat ini,
Beliau mei^abat sebagai Ketua Pembina Hukum Lingkungan Indonesia, dan anggota Task
Force for Legal Matters untuk UNEP/GEF, 2003-2007. Beliau menyelesaikan pendidikan
fbnnal di Universitas Pacy^aran untuk SI dan S2, kemudian melaiyutkan Doktor dalam llmu
Hukum dengan konsentrasi pada Hukum Lin^cungan Laut yang diselesaikan pada tahun 1988.
laut, udara dan ruang angkasa, kehutanan yang terkait pula dengan
keanekaragaman hayati, sumberdaya alam lainnya, serta masalah
pencemaran telah membawa perkembangan baru hukum intemasional
di bidang lingkungan hidup. Konvensi-konvensi yang bersifat global
berkembang dengan cepat dan konvensi-konvensi yang mengatur
media lingkungan secara khusus telah mendorong terbentuknya
hukum lingkungan intemasional baru, dan pembentukan hukum
lingkungan intemasional baru ini dengan segera mempengaruhi
perundang-undangan lingkungan nasional yang bersifat ekologis.
Bahkan terdapat kecenderungan, bahwa pembentukan hukum
lingkungan nasional dengan segera dianggap bagian dari
perkembangan hukum iingkangan intemasional?
Peranan hukum lingkungan intemasional dalam pembentukan
hukum yang bersifat umum, melalui konvensi-konvensi intemasionai,
mendorong pula proses pembentukan kaidah-kaidah hukum yang
bersifat universal. Pembentukan kaidah hukum lingkungan
intemasional yang bersi 色 t universal ini diharapkan dapat dukung^n
lebih banyak negara sebagai ketentuan payung (umbrella provisions).
Sedangkan ketentuan hukum yang mengatur keadaan khusus kawasan
tertentu dapat diiakukan dengan persetujuan regional, atau secara
bilateral yang mengatur keadaan atau hubungan khusus antara dua
atau lebih negara sebagai perwujudan tanggungjawab negara pada
masyarakat intemasional.
Dengan cara pembentukan hukum yang lebih bersilat universal,
diharapkan kekuatan berlaku hukumnya makin bersifat global, dan dan
sisi pembentukan hukum lingkungan nasional tegadi proses
pembentukan hukum lingkungan baru sebagai bagian dari sistem
hukum lingkungan intemasional.
Peran hukum lingkungan intemasional dalam pembentukan dan
pembaruan penmdang-*undangan lingkungan nasional sebagai
9
Pasal 192 s/d 196 LOS 1982.
10
DN Ziitman et al, Human Rights in natural resource development: public participation
in the sustatnabl development of mining and energy resources, Oxford Univ. Press, 2002.
15Antony O)in & A. (editor), Law, social science and public policy, Singapore Univ.
Press, 19®R.
16
Christoph Bail et al, The Cartagena Protocol 的 Biosafety, The Royal Institute of
International Afiaics, 2002.
Daflar Kepastakaan
A. Chin &. A Choi (Editor) Law, social sciences and public policy,
Singapore Univ. Press, 1998.
A.W. Koers, Th International law of the Sea, NVI, The Netherlands,
1984.
ADB-UNECOSOC, Sustainable development, Asian and Pacific
Perspectives, 1999.
Bany Commonei; The Closing Circle, 1972.
Daud Silalahi, Pengfxturan hukum lingkungan lout Indonesia dan
implikasmya secara Regional. Penert)it Sinar Harap 和,1992.
DN Zillman et al, Hitman Rights in Natttral Resource Development:
Public participation in the Suastamable development of mining
and energy resources, Oxford University Press, 2002.
Dokumen-dokumen Konvensi-konvensi di bidang iingkungan hidup
(sebagai lampiran dari bttlir 16 di atas).
Eric Neumayer, Greening Trade and Investment: Environmental
Protection without Protectionism^ Earthscan Publ. Ltd, 2001.
F. Francioni (editor), Environment Human lights and International
Trade, 2QQ}.
Komar Kantaatmaclja, Bunga Rampai huhum lingkungan laid Internasional, Alumni, 1982.