1
Adapun 14 materi yang akan diajarkan selama satu semester
adalah sebagai berikut:
1. Sejarah Hukum Lingkungan
2. Hukum Tata Lingkungan
3. Hukum Pencemaran Lingkungan
4. Analisis Dampak Lingkungan
5. Baku Mutu Lingkungan
6. Audit Lingkungan
7. Sengketa lingkungan hidup
8. ADR Menurut UU Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
9. Penyelesaian lingkungan hidup secara administrasi negara
10. Penyelesaian lingkungan hidup secara perdata
11. Penyelesaian lingkungan hidup secara pidana
12. Pembangunan berwawasan lingkungan
13. Jaminan hukum terhadap 3 akses
14. Pembangunan dan kebijakan
2
Gambar 3: Konsepsi Pembelajaran
3
dapat secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi
sekarang maupun generasi-generasi mendatang.
4
serta penataan keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup.
Hukum Tata Lingkungan merupakan instrumentarium yuridis
bagi penataan lingkungan hidup yang dapat mencakup segi
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Ia mengatur
tatanan kegunaan dan penggunaan lingkungan untuk berbagai
keperluan melalui tata cara konkret dalam rangka melestarikan
kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang.
Hukum Perlindungan Lingkungan, merupakan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan yang
berkaitan dengan lingkungan biotis.
Hukum Kesehatan Lingkungan adalah hukum yang
berhubungan dengan kebijaksanaan di bidang kesehatan
lingkungan, dengan pemeliharaan kondisi air, tanah dan udara,
dan pencegahan kebisingan.
Hukum Pencemaran Lingkungan, misalnya dalam kaitan
dengan pencemaran oleh industri.
Hukum Lingkungan Transnasional/Internasional, dalam
kaitannya dengan hubungan antarnegara.
Hukum Sengketa Lingkungan, misalnya dalam kaitannya
dengan penyelesaian masalah ganti kerugian.
5
Kusumaatmadja, S.H., L.L.M., yang merupakan pengarahan yang
nyata tentang pengembangan peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup di Indonesia.
6
sisi dapat menimbulkan kemajuan dan kesejahteraan manusia,
tetapi di sisi lain dapat menjadikan lingkungan rusak, misalnya
pemakaian tenaga nuklir yang dapat menghasilkan limbah
radioaktif yang membahayakan, isu mengenai pemanasan bumi,
lapisan ozon. Maka, terjadilah kesadaran serta komitmen bersama
mengenai perlunya pengelolaan lingkungan secara global.
Konferensi Stockholm
Kebijakan global pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan
pertama kali dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Manusia (United Nations Conference on the Human Environment)
yang diselenggarakan di Stockholm pada tanggal 5-16 Juni 1972,
diikuti oleh 113 negara dan beberapa puluh peninjau. Soviet Uni
dan negara-negara Eropa Timur telah memboikot konferensi ini
sebagai reaksi terhadap ketentuan yang menyebabkan beberapa
negara tidak diundang dengan kedudukan yang sama dengan
peserta-peserta lain, antara lain Republik Demokrasi Jerman.
7
Pada Sidang Umum PBB tahun 1972, semua keputusan
Konferensi disahkan dengan resolusi Sidang Umum PBB No. 2997
(XXVII) pada tanggal 15 Desember 1972.
8
Maksud WCS adalah untuk mencapai 3 tujuan utama dari
konservasi sumber daya hayati, yaitu:
a. memelihara proses ekologi yang esensial serta sistem
penyangga kehidupan;
b. mengawetkan keanekaragaman jenis;
c. menjamin pemanfaatan secara lestari spesies serta
ekosistemnya.
Pertemuan Montevideo
9
di Montevideo, Uruguay, pada tanggal 28 Oktober-6 November
1981. Pertemuan internasional dalam bidang hukum lingkungan ini
adalah untuk pertama kalinya diadakan.
10
pandangan Pemerintah khususnya melalui Governing Council
UNEP, pandangan pemimpin nasional, formal dan informal serta
tokoh-tokoh internasional. WCED diharapkan meningkatkan
hubungan dengan badan-badan antarpemerintah di luar sistem
PBB.
WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari
enam sudut peneropongan sebagai berikut.
a. Keterkaitan (interdependency).
b. Berkelanjutan (sustainability).
c. Pemerataan (equity).
d. Security dan Risiko Lingkungan.
e. Pendidikan dan Komunikasi.
f. Kerja sama Internasional.
11
Sebuah Panitia Persiapan UNCED (the United Nation
Conference on Environment and Development) telah dibentuk
untuk mengkoordinasikan berbagai masukan dari badan-badan
PBB, pemerintah-pemerintah serta lembaga-lembaga
nonpemerintah, dan untuk mengidentifikasikan tujuan bersama
serta kegiatan-kegiatan konkret yang akan diajukan kepada kepala-
kepala pemerintah untuk diterima. Empat pertemuan Panitia
Persiapan telah diadakan, sebuah proses yang dimulai dengan
pertemuan yang pertama di Nairobi pada bulan Agustus dan
September 1990.
12
Agenda 21 Indonesia memberikan serangkaian pandangan dan
inspirasi yang dapat dimasukkan ke dalam proses perencanaan
pada setiap tingkatan pembangunan di Indonesia, sedemikian
rupa sehingga lembaga-lembaga pemerintah, swasta, dan
masyarakat luas lainnya dapat memanfaatkan dokumen ini
sebagai referensi bagi penyusunan perencanaan dan program-
program jangka pendek dan panjang dalam menghadapi pasar
bebas di masa mendatang dan dalam mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang dicita-citakan. Dokumen ini
secara komprehensif dan terperinci mengungkapkan kaitan
antara pembangunan ekonomi dan sosial, serta memberikan
“paradigma baru” bagi pencapaian pembangunan berkelanjutan
di Indonesia.
13
lingkungan, komunitas internasional mulai bersungguh-sungguh
bekerja ke arah tersebut.
Perlindungan Atmosfer
a. The Vienna Convention for the Protection of the Ozone
Layer 1985 beserta Protokol Montreal, diratifikasi dengan
Keppres No. 23 tahun 1992.
b. United Nations Framework Convention on Climate Change
1992. Konvensi Perubahan Iklim ini diratifikasi dengan
Undang-undang No. 6 Tahun 1994.
Perlindungan Laut
a. International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships 1973 dan Protocol 1978 yang berhubungan dengan
Konvensi tentang Pencemaran Laut yang berasal dari
Kegiatan Kapal (Marpol from Ships 73/78), diratifikasi
dengan Keppres No. 46 Tahun 1986.
b. International Convention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage 1969. (CLC 1969) dan International Convention on
the Establishment of an International Fund for Compensation
of Oil Pollution Damage (1971). Kedua Konvensi ini
diratifikasi dengan Keppres No. 18 Tahun 1978 dan Keppres
No. 19 Tahun 1978.
c. Protocol of 1992 to Amend the International Convention on
Civil Liability for Oil Pollution Damage 1969, diratifikasi
dengan Keppres No. 52 Tahun 1999
d. United Nations Convention on the Law of the Sea, diratifikasi
dengan Undang-undang No. 17 Tahun 1985.
14
e. International Plant Protection Convention, diratifikasi dengan
Keppres No. 2 Tahun 1977 dan Keppres No. 49 Tahun 1983.
f. Asean Agreement on the Conservation of Nature and
Natural Resources, diratifikasi dengan Keppres No. 26
Tahun 1986.
Perlindungan Ekosistem
a. Convention on Wetlands of International Importance
Especially as Waterfowl Habitat, diratifikasi dengan Keppres
No. 48 Tahun 1991.
b. The United Nations Convention to Combat Desertification,
diratifikasi dengan Keppres No. 135 Tahun 1998.
Daftar Referensi:
15
Rahmadi, Takdir. (2018). Hukum Lingkungan Hidup di Indonesia. (Cet.7).
Depok. PT RajaGrafindo Persada
Supramono, Gatot.(2013). Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di
Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
http://pn-ponorogo.go.id/joomla/index.php/artikel-umum/49-
perkembangan-hukum-lingkungan-di-indonesia diunduh 27 agustus
2019
16