FAKULTAS HUKUM
Muhammad Rafiuddin
Abstract
The development of environmental law theory in Indonesia is an important step in the development
of environmental law in this country. The theory of environmental law in Indonesia began to be
developed since the promulgation of Law no. 4 of 1982 concerning Environmental Law Provisions.
The development of environmental law theory in Indonesia also aims to regulate the environment
and overcome environmental problems
This law has several important instruments for environmental protection, namely environmental
impact analysis and environmental quality standards. In 1997 the law was revised and included
several additional environmental protection instruments. The latest revision of environmental law is
Law no. 32 of 2009 concerning environmental protection and management. The latest law has
more complex environmental protection instruments
Abstrak
Perkembangan teori hukum lingkungan di Indonesia merupakan suatu langkah yang penting
dalam pengembangan hukum lingkungan di negara ini. Teori hukum lingkungan di Indonesia mulai
dibangun sejak diundangkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Hukum Lingkungan. Pengembangan teori hukum lingkungan di Indonesia juga
bertujuan untuk mengatur lingkungan hidup dan menanggulangi masalah lingkungan hidup
Undang-undang tersebut memiliki beberapa instrumen penting dalam perlindngan lingkungan
hidup, yaitu Analisa mengenai dampak lingkungan dan baku mutu lingkungan. Pada tahun 1997
undang-undang tersebut direvisi dan mengalami beberapa penambahan instrumen perlindungan
lingkungan. Revisi terakhir dari undang-undang lingkungan adalah Undang-undang No. 32 tahun
2009 Tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Undang-undang terakhir memiliki
instrumen perlindungan lingkungan yang lebih komplek
I. Pendahuluan / Introduction
Indonesia adalah Negara yang turut berperan serta dalam konferensi Stockholm 1972
dengan menganjukan pikiran berupa Indonesia’s country report, suatu dokumen resmi yang
semula di sampaikan oleh forum ECAFE Seminar on development and environtment di Bangkok,
tanggal 17-23 Agustus 1971. Dari bahan penyajian untuk konferensi Stokckholm itu nyata betapa
masih dininya pengertian dan upaya Indonesia terhadap lingkungan, termasuk yuridisnya. Pada
tanggal 15-18 Mei 1972 atas pemrakarsa “lembaga ekologi” Unpad diadakan di Bandung
Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup Manusia Dan Pembangunan Nasional Pembahasan
1
Varindra Tarzie, The Polutan of Property, Newsweek, 1977, hlm. 27 dikutip dari Siti Sundari Rangkuti,
Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional.Airlangga University Press, Surabaya,
2000, hlm 28
2
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional.
Airlangga University Press, Surabaya, 2000, hlm. 60
Pada metode penelitian Jurnal yang saya buat yang berjudul Perkembangan hukum lingkungan di
Indonesia mengguanakan Metode Pendekatan Normatif Metode ini menggunakan bahan pustaka
dan studi kasus untuk menjelaskan teori-teori mengenai hukum lingkungan di Indonesia.
Serta dalam pemahaman dalam menggunakan perundang-undangan sebagai dasar untuk
memahami perkembangan hukum lingkungan di Indonesia saying menggunakan Metode
Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach) Metode.
Dalam pembuatan jurnal ini saya juga membutuhkan bahan pustaka dan studi kasus, serta analisis
data untuk memahami perkembangan hukum lingkungan di Indonesia, maka itu saya juga
menggunakan metode pendekatan Normatif-Empiris
Sejalan dengan kebijakan nasional di bidang hukum tersebut, maka pengkajian hukum
lingkungan memberikan sumbangan yang berharga bagi pembinaan hukum lingkungan
nasional.Untuk menunjang hal ini, Kep. Pres No. 17 tahun 1994 menyatakan akan meningkatkan
penelitian dan pengembangan hukum, penulisan karya ilmiah dibidang hukum, serta
penyelenggaraan pertemuan ilmiah hukum yang menyajikan hasil pengkajian serta penelitian
hukum
Pada tahun 1983 Majelis Umum PBB membentuk sebuah badan, yaitu the World
Commission on Environment and Development (WCED) yang diketuai oleh Perdana
Menteri Norwegia, Gro Harlem Bruntland. Komisi ini juga dikenal dengan sebutan Komisi
Bruntland... WCED diserahi tugas sebagai berikut:
A. Reexamine the critical issue of the environment and development, and formulate
innovative, concrete, and realistic action proposals to deal with them;
B. Strengthen international cooperation on environment and development, and
assess and propose new forms of cooperation that can break out of existing
patterns and influence policies and events in the direction of needed changes,
and
C. Raise the level of understanding and commitment to action on the part of
individuals, voluntary organizations, business, institutes and governments.
Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang juga disebut
sebagai the Earth Charter merupakan "soft-law agreements", yang memuat 27 prinsip.
Beberapa prinsip yang menjadi unsur penting konsep pembangunan berkelanjutan
adalah:
A. Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara (prinsip 2);
B. Prinsip keadilan antar generasi (prinsip 3);
C. Prinsip keadilan intragenerasi (prinsip 5 dan 6);
D. Prinsip keterpaduan antara perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan
(prinsip 4):
E. Prinsip tanggung jawab bersama tetapi berbeda (prinsip 7);
F. Prinsip tindakan pencegahan (prinsip 11);
G. Prinsip bekerja sama dan bertetangga baik dan kerja sama internasional (prinsip
18, 19 dan 27));
H. Prinsip keberhati-hatian (prinsip 15);
I. Prinsip pencemaran membayar (prinsip 16):
Tanjungpura Law Journal | Template for Article Preparation
J. Prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat (prinsip 10).
Seperti halnya Deklarasi Stockholm, Deklarasi Rio juga memuat prinsip- prinsip
yang dipandang sebagai sumber pengembangan hukum lingkungan nasional dan
internasional. Oleh sebab itu, makna prinsip-prinsip tersebut akan diuraikan secara
singkat pada bagian berikut.
Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara
Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara (sovereignty and state
responsibility) ini dirumuskan dalam prinsip ke-2 Deklarasi Rio yang lengkapnya
berbunyi:
States have, in accordance with the Charter of the United Nations and the
principles of international law, the sovereign right to exploit their own resources pursuant
to their own environmental and developmental policies, and the responsibility to ensure
that activities within their jurisdiction or control do not cause damage to the environment
of other states or of areas beyond the limits of national jurisdiction.
Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara mengandung makna, bahwa tiap
negara diakui kedaulatannya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang berada dalam batas-batas teritorial atau yurisdiksi negara yang
bersangkutan. Namun, kedaulatan atau hak pemanfaatan itu harus disertai dengan
tanggung jawab, yaitu pemanfaatan itu tidak boleh menimbulkan kerugian terhadap
negara-negara lain atau wilayah-wilayah di luar batas yurisdiksi negara itu. Prinsip ini
sesuai dengan adagium latin, yaitu: sic utere tuo ut alienum non laedas" yang
mengandung makna "gunakan hak anda sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
kerugian pada orang lain". Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara amat relevan
sekali dalam konteks hukum internasional.
Prinsip keadilan antargenerasi
Prinsip keadilan antargenerasi dirumuskan dalam prinsip ke-3 Deklarasi Rio yang
lengkapnya berbunyi sebagai berikut: «The Right to development must be fulfilled so as
to equitably meet developmental and environmental needs of present and future
generations. Prinsip keadilan antar generasi mengandung makna, bahwa pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan hidup oleh generasi sekarang tidak boleh
mengorbankan kepentingan atau kebutuhan generasi masa datang atas sumber daya
alam dan lingkungan hidup. Prinsip keadilan antar generasi diharapkan menjadi dasar
bagi pengembangan hukum lingkungan nasional maupun hukum internasional.
Di Philipina keberadaan prinsip keadilan antar generasi ini telah diuji dan diakui
keberadaannya melalui putusan Mahkamah Agung Philipina. Tony Oposa kemudian
mengajukan gugatan perwakilan atas namanya dan generasinya, atas nama anak dan
Tanjungpura Law Journal | Template for Article Preparation
generasi anaknya serta atas nama cucu dan generasi cucunya yang masih belum lahir
sebagai generasi masa datang terhadap pemerintah yang telah mengeluarkan izin
penebangan kayu hutan.
Prinsip keadilan intragenerasi
Prinsip keadilan intragenerasi tercermin dalam Prinsip ke-5 dan 6 Deklarasi Rio.
Prinsip 5 menyatakan: "Allstates and all people shall cooperate in the essential task of
eradicating poverty as an indespensible requirement for sustainable development, in
order to decrease the disparities in standards of living and better needs of the majority of
the people of the world."
Oleh sebab itu, akses pemanfaatan atas sumber daya alam tidak boleh hanya
dimonopoli oleh kelompok tertentu, tetapi sumber daya alam semestinya menjadi modal
untuk peningkatan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Salah satu contoh
kebijakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan intragenerasi adalah kebijakan
kehutanan berdasarkan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok
Kehutanan dan PP No. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 memperlihatkan
perubahan kebijakan ke arah pengakuan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan
hutan.Masalah lain yang harus dilihat dari prinsip keadilan intragenerasi adalah bahwa
penduduk kelompok miskin sering kali memikul beban dan biaya lingkungan.
Prinsip tanggung jawab bersama, tetapi berbeda
Prinsip ini mengakui adanya tanggung jawab negara-negara maju dalam
penanggulangan masalah-masalah lingkungan. Dalam Konvensi Perubahan Iklim
negara-negara maju diminta untuk memainkan peran utama dalam penanggulangan
masalah perubahan iklim.
Prinsip tindakan pencegahan
Prinsip pencegahan mewajibkan agar langkah pencegahan dilakukan pada tahap
sedini mungkin. Dalam konteks pengendalian pencemaran, perlindungan lingkungan
paling baik dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran daripada penanggulangan
atau pemberian ganti kerugian Dalam Deklarasi Rio prinsip pencegahan dirumuskan
dalam Prinsip ke- 11 yang antara lain, berbunyi: "States shall enact effective
environmental legislation Prinsip ini juga dipandang sangat berhubungan erat dengan
prinsip keberhati-hatian yang diuraikan pada bagian berikut.
Prinsip keberhati-hatian
Prinsip ini mencerminkan pengakuan bahwa kepastian ilmiah sering kali
datangnya terlambat untuk dapat digunakan menjadi dasar pembuatan kebijakan atau
pengambilan keputusan. Langkah-langkah pencegahan tidak boleh ditunda hanya karena
alasan bahwa kerugian lingkungan belum pasti mewujud atau karena adanya perbedaan
pandangan di antara para ahli Pengetahuan para ahli terhadap hubungan sebab akibat
Tanjungpura Law Journal | Template for Article Preparation
antara industrialisasi dan teknologi dengan lingkungan tidak selalu sempurna dan serba
pasti, sehingga dampak negatif baru dapat diungkapkan atau diketahui oleh para ahli
setelah bertahun-tahun kemudian.
Prinsip pencemar membayar
National authorities should endeavour to promote the internalization of
environmental costs and the use of economic instruments, taking into account the
approach that polluter should, in principle, bear the cost of pollution, with due regard to
the public interest and without distorting international tarde and investment.
Rumusan Prinsip ke-16 mengandung makna bahwa pemerintah negara peserta
Konferensi Rio harus menerapkan kebijakan internalisasi biaya lingkungan dan
penggunaan instrumen ekonomi. Internalisasi biaya berarti setiap pelaku usaha harus
memasukkan biaya-biaya lingkungan yang ditimbulkan oleh usahanya ke dalam biaya
produksi.
Prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat
Keberadaan Prinsip 10 ini menegaskan, bahwa pengelolaan lingkungan hidup
bukan semata-mata urusan aparatur pemerintah atau para ahli yang bekerja di instansi-
instansi pemerintah, tetapi juga warga atau masyarakat. baik secara perorangan maupun
kelompok. Meskipun instansi-instansi pemerintah biasanya didukung oleh para ahli,
rencana, kebijakan atau program pemerintah tidak dapat begitu saja diterima dan
dilaksanakan tanpa pelibatan masyarakat.
Prinsip bertetangga baik dan kerja sama internasional
Prinsip 18 ini mengandung pengertian, bahwa negara-negara yang mengetahui
terjadinya bencana lingkungan yang berkemungkinan membahayakan lingkungan negara
tetangganya berkewajiban unti memberitahu negara tetangganya tentang bencana
tersebut.
States shall provide prior and timely notification sand relevant information to
potentially affected States on activities that may have a significant advers transboundary
environmental effect and shall consult with those States at an early stage and in good
faith.
Prinsip 19 mengandung pengertian, bahwa negara-negara, yang di dalamnya wilayah
mereka terdapat kegiatan-kegiatan yang mungkin menimbulkan dampak negatif lintas
batas, berkewajiban untuk memberitahu secepatnya negara-negara tetangga tentang
kegiatan-kegiatan itu dan melakukan konsultasi lebih awal dengan itikad baik.
Hukum tata ruang sangat berkaitan dengan hukum lingkungan dan merupakan hukum
Tanjungpura Law Journal | Template for Article Preparation
yang di dalamnya terdapat pula bidang-bidang hukum lain berhubungan secara fisik seperti,
hukum agrarian, hukum bangunan, dan beberapa bagian khusus dari hukum pemerintah. 18
Hubungan antara hukum lingkungan dan kebijakan lingkungan dalam proses pembangunan
hukum lingkungan sangatlah erat. Pengelolaan lingkungan hidup Indonesia teelah mempunyai
dasar hukum yang kuat dan bersifat menyeluruh serta dilandasi oleh prinsip-prinsip hukum
lingkungan, sebagaimana dituangkan dalamUndang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan lingkungan hidup dan dewasa ini UUPLH.
UULH diharapkan mampu menampung perkembangan baru di bidang hukum
lingkungan dan memiliki keluwesan yang diperlukan terhadap kebutuhan hukum.Undang-undang
tersebut praktis memuat semua segi pengelolaan lingkunga hidup, sehingga dapat dijadikan dasar
bagi pengaturan lebih lanjut dalam menghadapi peningkatan pencemaran lingkungan di masa
mendatang.
Beberapa ketentuan Undang-undang Lingkungan Hidup memuat prinsip- prinsip hukum
lingkungan nasional maupun internasional yang mempunyai implikasi terhadap pembangunan
nasional, yaitu :
a. Wawasan Nusantara
g. Keterpaduan
h. Ganti kerugian
i. Sanksi pidana
Books:
HUKUM
LINGKUNGAN DI INDONESIA PROF.DR.TAKDIR RAHMI,S.H.,LLM, (edisi keti