ADI SULAKSONO
P 052137594
PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
1
I PENDAHULUAN
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya
masing- masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. (Pradieta,2011)1
Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi akibat eksploitasi Sumber Daya Alam
(SDA) yang berlebihan dan pelanggaran peruntukan tata ruang yang massif di berbagai daerah di
Indonesia. Isu politik Lingkungan dan Ekonomi merupakan dua kutub yang saling
berlawaman.Para ahli ekonomi berkeyakinan bahwa sumberdaya Alam diperlukan sebanyak-
banyaknya untuk mengakomodasi keperluan manusia sedangkan para pemerhati lingkungan
memaknai pemanfaatan sumberdaya Alam sesuai dengan koridor dan tingkat kecukupan akan
sumberdaya sampai pada kurun waktu yang tak terhingga. Melihat permasalahan tersebut di atas,
perlu perhatian serius dari pemerintah terkait kondisi lingkungan Indonesia saat ini. (Aries
Setiawan, 2012)2
Untuk pelestarian terhadap masalah lingkungan hidup sangat kompleks dan pemecahan
masalahnya memerlukan perhatian yang bersifat komperehensif dan menjadi tanggung jawab
pemerintah didukung pertisipasi masyarakat. Di Indonesia, pengelolaan lingkungan hidup harus
berdasarkan pada dasar hukum yang jelas dan menyeluruh sehingga diperoleh suatu kepastian
hukum (Siswanto Sunarso, 2005:31)3. Namun dalam perjalanannya hingga saat ini banyak UU
yang dibentuk atau dirubah oleh Pemerintah Pusat dan DPR RI. Menurut UUD 1945 tugas
membentuk UU berada pada Pemerintah Pusat / Eksekutif (Pasal 5 ayat 1) dan DPR RI /
Legislatif (Pasal 20 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan Pasal 20 A ayat 1), tetapi menjadi Perhatian menurut
Ilmu Hukum apa urgensinya Legislatif sering merubah UU dilihat dari Jangka Waktu berlaku
1
pradieta , 2011 : http://pradieta-pelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-lingkungan-
lingkungan-hidup.htm
2
Aries Setiawan, 2012: http://www.imahagiregion3.org/2012/10/eksploitasi-sumberdaya-alam-dalam-kaca.html -
3
Sunarso, Siswanto. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strateg Penyelesaian Sengketa. Rineka Cipta.
Jakarta
2
masih terlalu singkat ? Apakah memang UU tersebut tidak layak dipergunakan Aparat Penegak
Hukum karena perkembangan masyarakat ? Bahkan Sosialisasi dari UU tersebut kepada
masyarakat masih rendah , dilihat dari Tujuan Hukum serta Azas - azas Hukum dalam UU
tersebut belum tercapai. Atau apakah ada Kepentingan tertentu Individu atau Kelompok di
Pemerintahan atau diLegislatif untuk Kepentingan Jangka Pendek ? Negara Indonesia yg
berdasarkan atas UUD 1945 dan Pancasila terutama Sila ke 3 Persatuan Indonesia seharusnya
dalam mengambil Kebijakan Pemerintah mengutamakan Kepentingan Umum / Masyarakat dan
Negara daripada Kepentingan Individu / Kelompok Apabila demi Kepentingan tertentu Individu
atau Kelompok atau untuk Kepentingan Jangka Pendek bertentangan dengan Ilmu Hukum
seperti ditinjau dari Tujuan Hukum , Azas - azas Hukum dalam UU tsb , UU sebagai Sumber
Hukum dalam Sistem Hukum di Negara Indonesia serta Prinsip - prinsip lain menurut Konstitusi
UUD 1945 Jangan Pemerintah Pusat atau Legislatif / DPR menyalahgunakan kekuasaan dan
wewenang yang diberikan.(liza erwina, 2006)4
I.2 Tujuan
Dasawarsa tahun 1970-an merupakan awal permasalahan lingkungan secara global yang
ditandai dengan dilangsungkannya Konferensi Stockholm tahun 1972 yang membicarakan
masalah lingkungan (UN Coference on the Human Environment,UNCHE). Konferensi yang
diselenggarakan oleh PPB ini berlangung dari tanggal 5-12 juni 1972, akhirnya tanggal 5 juli
ditetapkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Pada 1987 terbentuk sebuah komisi dunia
yang disebut dengan Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World
Commission on Environment and Development) yang kemudian lahir konsep sustainable
4
Erwina Liza, 2006, Analisis Perubahan Undang Undang dan Supremasi Hukum, USU, Hal 16
3
Sejak era 1980-an, berkembang tuntutan yang meluas agar kebijakan-kebijakan resmi
negara yang pro lingkungan dapat tercermin dalam bentuk perundang-undangan yang mengingat
untuk ditaati oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder). Tak terkecuali, Indonesia juga
menghadapi tuntutan yang sama, yaitu perlunya disusun suatu kebijakan yang dapat dipaksakan
berlakunya dalam bentuk undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai lingkungan hidup.
(Inarotul faizah 2013)7
Itu juga sebabnya, maka Indonesia menyusun dan akhirnya menetapkan berlakunya
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UULH 1982). Inilah produk hukum pertama yang dibuat di Indonesia,
setelah sebelumnya dibentuk satu kantor kementerian tersendiri dalam susunan anggota Kabinet
Pembangunan III, 1978- 1983. Menteri Negara Urusan Lingkungan Hidup yang pertama adalah
Prof. Dr. Emil Salim yang berhasil meletakkan dasar-dasar kebijakan mengenai lingkungan
hidup dan akhirnya dituangkan dalam bentuk undang-undang pada tahun 1982. (Inarotul faizah
2013)8
5
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
6
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
7
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
8
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
4
Lahirnya UULH 1982 tanggal 11 Maret 1982 dipandang sebagai pangkal tolak atau awal
dari lahir dan pertumbuhan hukum lingkungan nasional. Sebelum lahirnya UULH 1982
sesungguhnya telah berlaku berbagai bentuk peraturan perundang-undangan tentang atau yang
berhubungan dengan lingkungan hidup atau sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang
dipandang sebagai rezim hukum nasional klasik. Rezim hukum lingkungan klasik berisikan
ketentuan-ketentuan yang melindungi kepentingan sektoral, sementara masalah-masalah
lingkungan yang timbul semakin kompleks sehingga peraturan perundang-undangan klasik tidak
mampu mengantisipasi dan menyelesaikan masalah-masalah lingkungan secara efektif,
sedangkan rezim hukum lingkungan modern yang dimulai lahirnya UULH 1982 berdasarkan
pendekatan lintas sektoral atau komprehensif integral. (Inarotul faizah 2013)9
UULH 1982 merupakan sumber hukum formal tingkat undang-undang yang pertama
dalam konteks hukum lingkungan modern di Indonesia. UULH 1982 memuat ketentuan-
ketentuan hukum yang menandai lahirnya suatu bidang hukum baru, yakni hukum lingkungan
karena ketentuan-ketentuan itu mengandung konsep-konsep yang sebelumnya tidak dikenal
dalam bidang hukum. Di samping itu, ketentuan-ketentuan UULH 1982 memberikan landasan
bagi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. (Inarotul faizah 2013)10
Akan tetapi, setelah UULH 1982 berlaku selama sebelas tahun ternyata oleh para
pemerhati lingkungan hidup dan juga pengambil kebijakan lingkungan hidup dipandang sebagai
instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak efektif. Sejak pengundangan
UULH 1982 kualitas lingkungan hidup di Indonesia ternyata tidak semakin baik dan banyak
kasus hukum lingkungan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
perubahan terhadap UULH 1982, setelah selama dua tahun dipersiapkan, yaitu dari sejak naskah
akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19 September 1997 pemerintah mengundangkan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1997).
(Inarotul faizah 2013)11
9
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
10
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
11
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
5
Lahirnya UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup yang salah satu
acuannya adalah UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok Pengelolaan lingkungan hidup
merupakan kemajuan besar bagi bangsa Indonesia dalam usaha pemanfaatan sumber daya
alamnya secara maksimal. Lingkungan hidup yang baik akan menyokong semua elemen dalam
kehidupan, kemudian mendorong sebuah gagasan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
(verawaty marpaung, 2010) 12
d) keterpaduan;
e) manfaat;
f) kehati-hatian;
g) keadilan;
h) ekoregion;
i) keanekaragaman
hayati;
untuk menunjang j) pencemar
pembangunan yang membayar;
berkesinambungan k) partisipatif;
bagi peningkatan l) kearifan lokal;
kesejahteraan m) tata kelola
manusia. pemerintahan yang
baik.
n) otonomi daerah.
perlindungan dan
meliputi ruang, tempat
pengelolaan lingkungan
meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan
hidup, meliputi:
Negara Republik Republik Indonesia
Indonesia yang berWawasan a. perencanaan;
Ruang b. pemanfaatan;
3 melaksanakan Nusantara dalam
Lingkup c. pengendalian;
kedaulatan, hak melaksanakan
berdaulat, serta kedaulatan, hak d. pemeliharaan;
yuridiksinya. berdaulat, dan e. pengawasan; dan
yurisdiksinya. f. penegakan hukum.
4 Tujuan a) tercapainya mewujudkan a) melindungi wilayah
keselarasan pembangunan Negara Kesatuan
hubungan antar berkelanjutan yang Republik Indonesia
manusia dengan berwawasan lingkungan dari pencemaran
lingkungan hidup hidup dalam rangka dan/atau kerusakan
sebagi tujuan pembangunan manusia lingkungan hidup;
membangun Indonesia seutuhnya
manusia dan pembangunan
indonesia masyarakat Indonesia
seutuhnya. seluruhnya yang
b) terkendalinya beriman dan bertaqwa b) menjamin
pemnfaatan kepada Tuhan Yang keselamatan,
sumber daya Maha Esa. kesehatan, dan
secara bijaksana ; kehidupan manusia;
c) terwujudnya c) menjamin
manusia kelangsungan
indonesia kehidupan makhluk
sebagai pembina hidup dan kelestarian
lingkungan ekosistem;
hidup;
7
d) menjaga kelestarian
d) terlaksananya fungsi lingkungan
pembangunan hidup;
berwawasan
lingkungan untuk
kpentingan
generasi sekarang
dan mendatang;
e) terlindunginya e) mencapai keserasian,
negara terhadap keselarasan,
dampak kegiatan dankeseimbangan
diluar wilayah lingkungan hidup;
negara yang
mnyebabkan
kerusakan dan
pencemaran
lingkungan
f) menjamin
terpenuhinya
keadilan generasi
masa kini dan
generasi masa depan;
g) menjamin
pemenuhan dan
perlindungan hak
atas lingkungan
hidup sebagai bagian
dari hak asasi
manusia;
h) mengendalikan
pemanfaatan sumber
daya alam secara
bijaksana;
i) mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan; dan
j) mengantisipasi isu
lingkungan global.
Upaya
pengendalian Belum diatur secara Diatur dalam BAB V
5 Belum diatur
lingkungan jelas dan terpisah tentang pengendalian.
hidup
6 Instrumen ditetapkan dengan Diatur dengan peraturan a) KLHS
pencegahan peraturan perundang- pemerintah (pasal 14) b) Tata Ruang
pencemaran undangan (pasal 17) c) Baku Mutu
dan/atau Lingkungan
8
d) Kriteria Baku
Kerusakan
Lingkungan Hidup
e) AMDAL
f) UKL-UPL
g) Perizinan
h) Instrumen Ekonomi
Lingkungan
i) Peraturan
Perundang-
kerusakan
Undangan Berbasis
lingkungan
Lingkungan
hidup
j) Anggaran Berbasis
Lingkungan
k) Analisis Resiko
Lingkungan
l) Audit Lingkungan
m) Instrumen Lain
Sesuai
Perkembangan
IPTEK
dan/atau program.
Upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan
upaya pemantauan
lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut
Upaya
UKL-UPL, adalah
pengelolaan
pengelolaan dan
lingkungan
pemantauan terhadap
hidup dan
14 Tidak ada Tidak ada. usaha dan/atau kegiatan
upaya
yang tidak berdampak
pemantauan
penting terhadap
lingkungan
lingkungan hidup yang
hidup
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
Pencemaran Pencemaran lingkungan Pencemaran lingkungan
lingkungan adalah hidup adalah masuknya hidup adalah masuk
masuknya atau atau dimasukkannya atau dimasukkannya
dimasukannya makhluk hidup, zat, makhluk hidup, zat,
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau energi, dan/atau
energi dan atau komponen lain ke komponen lain ke dalam
komponen lain ke dalam lingkungan hidup lingkungan hidup oleh
dalam lingkungan dan oleh kegiatan manusia kegiatan manusia
Pengertian
atau berubahnya sehingga kualitasnya sehingga melampaui
15 Pencemaran
tatanan lingkungan turun sampai ke tingkat baku mutu lingkungan
Lingkungan
oleh kegiatan manusia tertentu yang hidup yang telah
atau oleh proses alam, menyebabkan ditetapkan.
sehingga kualitas lingkungan hidup tidak
lingkungan menjadi dapat berfungsi sesuai
kurang atau tidak dengan peruntukannya;
berfungsi lagi sesuai
dengan
peruntukannya.
Audit lingkungan hidup Audit lingkungan hidup
adalah suatu proses adalah evaluasi yang
evaluasi yang dilakukan dilakukan untuk menilai
Pengertian oleh penanggung jawab ketaatan penanggung
Audit usaha dan/atau kegiatan jawab usaha dan/atau
16 Tidak ada kegiatan terhadap
Lingkungan untuk menilai tingkat
Hidup ketaatan terhadap persyaratan hukum dan
persyaratan hukum yang kebijakan yang
berlaku dan/atau ditetapkan oleh
kebijaksanaan dan pemerintah. Pemerintah
11
mendorong penanggung
jawab usaha dan/atau
standar yang ditetapkan kegiatan untuk
oleh penanggung jawab melakukan audit
usaha dan/atau kegiatan lingkungan hidup dalam
yang rangka meningkatkan
bersangkutan;Tidak ada kinerja lingkungan
ketentuan khusus hidup. Pelaksanaan
terhadap perusahaan audit lingkungan hidup
yang melakukan usaha terhadap kegiatan
berresiko tinggi. tertentu yang berisiko
tinggi dilakukan secara
berkala.
a. pengkajian risiko;
b. pengelolaan risiko;
dan/atau
c. komunikasi risiko.
Setiap orang yang
melakukan pencemaran
dan/atau perusakan
lingkungan hidup wajib
melakukan pemulihan
fungsi lingkungan
Kewajiban hidup. dilakukan dengan
orang yang tahapan:
melakukan a. penghentian sumber
pencemaran pencemaran dan
19 Tidak Ada Tidak ada pembersihan unsur
dan/atau
perusakan pencemar;
lingkungan b. remediasi;
hidup c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai
dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi.
Pemeliharaan
lingkungan hidup
dilakukan melalui
upaya:
Pemeliharaan a. konservasi sumber
20 lingkungan Tidak ada Tidak ada. daya alam;
hidup b. pencadangan sumber
daya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi
atmosfe.
21 Bahan Tidak ada 1. Setiap penanggung 1. Setiap orang yang
Berbahaya jawab usaha memasukkan ke dalam
dan Beracun dan/atau kegiatan wilayah Negara
(B3) wajib melakukan Kesatuan Republik
pengelolaan bahan Indonesia,
berbahaya dan menghasilkan,
beracun. mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan,
memanfaatkan,
membuang, mengolah,
13
dan/atau menimbun B3
wajib melakukan
pengelolaan B3.
2. Pengelolaan bahan 2. Dalam hal B3
berbahaya dan sebagaimana dimaksud
beracun meliputi dalam Pasal 58 ayat (1)
menghasilkan, telah kedaluwarsa,
mengangkut, pengelolaannya
mengedarkan, mengikuti ketentuan
menyimpan, pengelolaan limbah B3.
menggunakan
dan/atau membuang.
3. Ketentuan mengenai 3 Dalam hal setiap
pengelolaan bahan orang tidak mampu
berbahaya dan melakukan sendiri
beracun diatur lebih pengelolaan limbah B3,
lanjut dengan pengelolaannya
Peraturan diserahkan kepada
Pemerintah. pihak lain.
Pemerintah dan
pemerintah daerah
mengembangkan sistem
informasi lingkungan
hidup untuk mendukung
Sistem pelaksanaan dan
22 Tidak diatur Tidak diatur.
informasi pengembangan
kebijakan perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup.serta
wajib di publikasikan
kepada masyarakat.
Peran masyarakat dapat
Peran serta masyarakat:
berupa:
a. meningkatkan a. pengawasan sosial;
kemandirian,
keberdayaan
masyarakat, dan
kemitraan;
Peran serta b. menumbuhkembangk b. pemberian saran,
23 Tidak Diatur
masyarakat an kemampuan dan pendapat, usul,
kepeloporan keberatan, pengaduan;
masyarakat; dan/atau
c. menumbuhkan c. penyampaian
ketanggapsegeraan informasi dan/atau
masyarakat untuk laporan.
melakukan pengawasan
14
sosial;
d.memberikan saran
pendapat;
e. menyampaikan
informasi dan/atau
menyampaikan laporan.
Kepala Daerah dapat Kepala daerah
mengajukan usul untuk berwenang untuk
Kewenangan
mencabut izin usaha mencabut izin usaha
24 Kepala Tidak ada
dan/atau kegiatan dan/ atau kegiatan.
Daerah
kepada pejabat yang
berwenang.
Instansi pemerintah dan
pemerintah daerah yang
bertanggung jawab di
bidang lingkungan
hidup berwenang
mengajukan gugatan
Hak gugat
ganti rugi dan tindakan
pemerintah
tertentu terhadap usaha
25 dan Tidak di atur Tidak di atur
dan/atau kegiatan yang
pemerintah
menyebabkan
daerah.
pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan
hidup yang
mengakibatkan kerugian
lingkungan hidup. (psl
90)
Dalam rangka
penegakan hukum
terhadap pelaku tindak
pidana lingkungan
hidup, dapat dilakukan
penyidik
26 Tidak di atur Tidak di atur penegakan hukum
terpadu
terpadu antara penyidik
pegawai negeri sipil,
kepolisian, dan
kejaksaan di bawah
koordinasi Menteri.
Alat bukti yang sah
dalam tuntutan tindak
pidana lingkungan
27 Alat bukti. Tidak diatur Tidak di atur hidup terdiri atas:
a) keterangan saksi;
b) keterangan ahli;
15
c) surat;
d) petunjuk;
e) keterangan terdakwa;
dan/atau
f) alat bukti lain,
termasuk alat bukti
yang diatur dalam
peraturan perundang-
undangan
sumber : (Debby, 2013 dalam http://yessysca.blogspot.com/2013/02/perbandingan-uu-no-4-tahun-
1982-uu-no_23.html)
III. PEMBAHASAN
Sejak merdeka para pendiri bangsa ini telah memikirkan pentingnya pemanfaatan
lingkungan secara lestari dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) telah
diatur dalam pasal 33 ayat (3), yaitu :” Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Kemakmuran berarti harus dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang
14
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
15
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
16
Penyempurnaan terhadap UU No.23 Tahun 1997 yang diatur dalam UU No.32 Tahun
2009 diperjelas pada Penjelasan UU No.32 Tahun 2009 point ke-8 yaitu bahwa UU No.32
Tahun 2009 juga mengatur :
16
verawaty marpaung, 2010 dalam http://samalovernosasa.blogspot.com/2010/12/perbandingan-uu-no23- tahun-
1997- dengan.html?showComment=1392521282856#c987673997232835325
17
Bila dicermati lebih jauh, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dalam UUPPLH
tersebut, seperti dalam pasal 26 ayat (2) bahwa” pelibatan masyarakat harus dilakukan
berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan
sebelum kegiatan dilaksanakan”. Dalam pasal ini, tidak diikuti penjelasan seperti apa dan
bagaimana bentuk informasi secara lengkap tersebut dan upaya hukum apa yang dapat dilakukan
bila hal tersebut tidak dilakukan, begitupula dalam ayat (4) “masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal” juga tidak di ikuti
penjelasan sehingga dapat menimbulkan kerancuan dalam hal yang seperti apa masyarakat
menolak dokumen tersebut, sehingga justru mereduksi hak-hak masyarakat dalam proses awal
pembangunan.( Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010).17
17
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
18
komunitas rasional di perkotaan tidak lebih dari 30 %, bahkan di desa-desa, komunitas rasional
tidak melebihi dari 5 %. (AgusAdianto,2009)18
Selain itu dalam pasal 46, berbunyi “Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah mengalami
pencemaran dan/atau kerusakan pada saat undang-undang ini ditetapkan, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pemulihan lingkungan hidup”.
Ketentuan ini akan sangat merugikan karena pencemarnya tidak diungkit sama sekali, dan
anehnya di penjelasannya juga tertulis “cukup jelas”, padahal ketentuan dalam pasal ini bisa
melepaskan pencemarnya begitu saja dan pemulihan justru dibebankan kepada pemerintah.
(AgusAdianto,2009)20
Selain beberapa permasalahan dalam UUPPLH diatas, masih banyak hal-hal yang
berpengaruh dalam penegakan hukum lingkungan, ketentuan hukum (Undang-Undang) memang
sangat penting dan berperang dalam hal ini, tetapi faktor-faktor lain seperti kesadaran
masyarakat tidak bisa dinafikan. Posisi dan peranan aturan tersebut hanyalah sebagai sarana
penunjang belaka, sebagai sarana penunjang maka keampuhan dan kedayagunaannya akan selalu
tergantung kepada siapa dan dengan cara bagaimana digunakannya. Betapa pun ampuh dan
18
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).
19
Anonime,2009:http://www.duniaesai.com/direktori/esai/42-lingkungan/231- waspadai-pelaksanaan-uu-pplh-
no-32-tahun-2009.html)
20
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).
19
sempurnanya sarana, namun jika yang menggunakannya tidak memiliki keterampilan dan
kemahiran sudah pasti keampuhan dan kesempurnaan daripada sarana tersebut tidak akan
terwujud.
IV KESIMPULAN
1.Kebutuhan perubahan undang-undang banyak disebabkan oleh tuntunan untuk merespon krisis
yang terjadi dari waktu ke waktu, adapun poin-poin yang dikuatkan dalam undang-undang PPLH
tertuang dalam penjelasan UU no 32 Tahun 2009 di poin ke-8.
2. Kendala dalam penerapan perubahan UU terkait lingkungan bukan hanya diakibatkan oleh ada
atau tidak adanya celah pada UU tersebut (seperti peraturan pendukung undang-undang),
melainkan tergantung pada siapa dan dengan cara bagaimana UU tersebut digunakan.
V. DAFTAR PUSTAKA