Anda di halaman 1dari 21

0

ANALISIS PERKEMBANGAN UNDANG UNDANG

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA

UU NO 4 TAHUN 1982 , UU NO 23 TAHUN 1997 , UU NO 32 TAHUN 2009

ADI SULAKSONO

P 052137594

PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
1

I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya
masing- masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. (Pradieta,2011)1

Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi akibat eksploitasi Sumber Daya Alam
(SDA) yang berlebihan dan pelanggaran peruntukan tata ruang yang massif di berbagai daerah di
Indonesia. Isu politik Lingkungan dan Ekonomi merupakan dua kutub yang saling
berlawaman.Para ahli ekonomi berkeyakinan bahwa sumberdaya Alam diperlukan sebanyak-
banyaknya untuk mengakomodasi keperluan manusia sedangkan para pemerhati lingkungan
memaknai pemanfaatan sumberdaya Alam sesuai dengan koridor dan tingkat kecukupan akan
sumberdaya sampai pada kurun waktu yang tak terhingga. Melihat permasalahan tersebut di atas,
perlu perhatian serius dari pemerintah terkait kondisi lingkungan Indonesia saat ini. (Aries
Setiawan, 2012)2

Untuk pelestarian terhadap masalah lingkungan hidup sangat kompleks dan pemecahan
masalahnya memerlukan perhatian yang bersifat komperehensif dan menjadi tanggung jawab
pemerintah didukung pertisipasi masyarakat. Di Indonesia, pengelolaan lingkungan hidup harus
berdasarkan pada dasar hukum yang jelas dan menyeluruh sehingga diperoleh suatu kepastian
hukum (Siswanto Sunarso, 2005:31)3. Namun dalam perjalanannya hingga saat ini banyak UU
yang dibentuk atau dirubah oleh Pemerintah Pusat dan DPR RI. Menurut UUD 1945 tugas
membentuk UU berada pada Pemerintah Pusat / Eksekutif (Pasal 5 ayat 1) dan DPR RI /
Legislatif (Pasal 20 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan Pasal 20 A ayat 1), tetapi menjadi Perhatian menurut
Ilmu Hukum apa urgensinya Legislatif sering merubah UU dilihat dari Jangka Waktu berlaku
1
pradieta , 2011 : http://pradieta-pelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-lingkungan-
lingkungan-hidup.htm
2
Aries Setiawan, 2012: http://www.imahagiregion3.org/2012/10/eksploitasi-sumberdaya-alam-dalam-kaca.html -
3
Sunarso, Siswanto. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strateg Penyelesaian Sengketa. Rineka Cipta.
Jakarta
2

masih terlalu singkat ? Apakah memang UU tersebut tidak layak dipergunakan Aparat Penegak
Hukum karena perkembangan masyarakat ? Bahkan Sosialisasi dari UU tersebut kepada
masyarakat masih rendah , dilihat dari Tujuan Hukum serta Azas - azas Hukum dalam UU
tersebut belum tercapai. Atau apakah ada Kepentingan tertentu Individu atau Kelompok di
Pemerintahan atau diLegislatif untuk Kepentingan Jangka Pendek ? Negara Indonesia yg
berdasarkan atas UUD 1945 dan Pancasila terutama Sila ke 3 Persatuan Indonesia seharusnya
dalam mengambil Kebijakan Pemerintah mengutamakan Kepentingan Umum / Masyarakat dan
Negara daripada Kepentingan Individu / Kelompok Apabila demi Kepentingan tertentu Individu
atau Kelompok atau untuk Kepentingan Jangka Pendek bertentangan dengan Ilmu Hukum
seperti ditinjau dari Tujuan Hukum , Azas - azas Hukum dalam UU tsb , UU sebagai Sumber
Hukum dalam Sistem Hukum di Negara Indonesia serta Prinsip - prinsip lain menurut Konstitusi
UUD 1945 Jangan Pemerintah Pusat atau Legislatif / DPR menyalahgunakan kekuasaan dan
wewenang yang diberikan.(liza erwina, 2006)4

I.2 Tujuan

Melihat kondisi terkait dengan fungsi undang-undang dalam penerapan pengelolaan


lingkungan di Indonesia, kita perlu mengidentifikasi poin-poin perubahan undang-undang
pengelolaan lingkungan di Indonesia, dan apa kendala dari penerapan perubahan undang-undang
terkait dengan pengelolaan lingkungan di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Hukum Lingkungan di Indonesia

Dasawarsa tahun 1970-an merupakan awal permasalahan lingkungan secara global yang
ditandai dengan dilangsungkannya Konferensi Stockholm tahun 1972 yang membicarakan
masalah lingkungan (UN Coference on the Human Environment,UNCHE). Konferensi yang
diselenggarakan oleh PPB ini berlangung dari tanggal 5-12 juni 1972, akhirnya tanggal 5 juli
ditetapkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Pada 1987 terbentuk sebuah komisi dunia
yang disebut dengan Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World
Commission on Environment and Development) yang kemudian lahir konsep sustainable

4
Erwina Liza, 2006, Analisis Perubahan Undang Undang dan Supremasi Hukum, USU, Hal 16
3

development, kemudian majelis umum PPB memutuskan untuk menyelenggarakan konferensi di


Rio de Janeiro, Brasil 1992. (Inarotul faizah, 2013)5

Kesadaran bangsa - bangsa di Asia Tenggara untuk melaksanakan perlindungan dan


pelestarian lingkungan hidup ditandai dengan adanya beberapa kerja sama antara mereka. Kerja
sama itu antara lain dapat dilihat melalui "tripartite Agreement" dan Deklarasi Manila. Setelah
Deklarasi Manila, negara - negara ASEAN pada tahun 1976 telah menyusun ASEAN
Contingensy Plan. Negara - negara ASEAN juga telah menyusun " Rencana Tindak" (Action
Plan). Sasaran utama dari Rencana Tindak ini adalah perkembangan dan perlindungan
lingkungan laut dan kawasan dan kawasan pesisir bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kesehatan
generasi sekarang dan masa mendatang. (Inarotul faizah 2013)6

Sejak era 1980-an, berkembang tuntutan yang meluas agar kebijakan-kebijakan resmi
negara yang pro lingkungan dapat tercermin dalam bentuk perundang-undangan yang mengingat
untuk ditaati oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder). Tak terkecuali, Indonesia juga
menghadapi tuntutan yang sama, yaitu perlunya disusun suatu kebijakan yang dapat dipaksakan
berlakunya dalam bentuk undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai lingkungan hidup.
(Inarotul faizah 2013)7

Itu juga sebabnya, maka Indonesia menyusun dan akhirnya menetapkan berlakunya
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UULH 1982). Inilah produk hukum pertama yang dibuat di Indonesia,
setelah sebelumnya dibentuk satu kantor kementerian tersendiri dalam susunan anggota Kabinet
Pembangunan III, 1978- 1983. Menteri Negara Urusan Lingkungan Hidup yang pertama adalah
Prof. Dr. Emil Salim yang berhasil meletakkan dasar-dasar kebijakan mengenai lingkungan
hidup dan akhirnya dituangkan dalam bentuk undang-undang pada tahun 1982. (Inarotul faizah
2013)8

5
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
6
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
7
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
8
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
4

Lahirnya UULH 1982 tanggal 11 Maret 1982 dipandang sebagai pangkal tolak atau awal
dari lahir dan pertumbuhan hukum lingkungan nasional. Sebelum lahirnya UULH 1982
sesungguhnya telah berlaku berbagai bentuk peraturan perundang-undangan tentang atau yang
berhubungan dengan lingkungan hidup atau sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang
dipandang sebagai rezim hukum nasional klasik. Rezim hukum lingkungan klasik berisikan
ketentuan-ketentuan yang melindungi kepentingan sektoral, sementara masalah-masalah
lingkungan yang timbul semakin kompleks sehingga peraturan perundang-undangan klasik tidak
mampu mengantisipasi dan menyelesaikan masalah-masalah lingkungan secara efektif,
sedangkan rezim hukum lingkungan modern yang dimulai lahirnya UULH 1982 berdasarkan
pendekatan lintas sektoral atau komprehensif integral. (Inarotul faizah 2013)9

UULH 1982 merupakan sumber hukum formal tingkat undang-undang yang pertama
dalam konteks hukum lingkungan modern di Indonesia. UULH 1982 memuat ketentuan-
ketentuan hukum yang menandai lahirnya suatu bidang hukum baru, yakni hukum lingkungan
karena ketentuan-ketentuan itu mengandung konsep-konsep yang sebelumnya tidak dikenal
dalam bidang hukum. Di samping itu, ketentuan-ketentuan UULH 1982 memberikan landasan
bagi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. (Inarotul faizah 2013)10

Akan tetapi, setelah UULH 1982 berlaku selama sebelas tahun ternyata oleh para
pemerhati lingkungan hidup dan juga pengambil kebijakan lingkungan hidup dipandang sebagai
instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak efektif. Sejak pengundangan
UULH 1982 kualitas lingkungan hidup di Indonesia ternyata tidak semakin baik dan banyak
kasus hukum lingkungan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
perubahan terhadap UULH 1982, setelah selama dua tahun dipersiapkan, yaitu dari sejak naskah
akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19 September 1997 pemerintah mengundangkan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1997).
(Inarotul faizah 2013)11

9
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
10
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
11
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
5

Lahirnya UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup yang salah satu
acuannya adalah UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok Pengelolaan lingkungan hidup
merupakan kemajuan besar bagi bangsa Indonesia dalam usaha pemanfaatan sumber daya
alamnya secara maksimal. Lingkungan hidup yang baik akan menyokong semua elemen dalam
kehidupan, kemudian mendorong sebuah gagasan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
(verawaty marpaung, 2010) 12

Dalam perjalanannya, ternyata UU No.23 Tahun 1997 memiliki beberapa kekurangan.


UU No.23 Tahun 1997 hanya mampu bertahan selama 12 tahun. Penyempurnaan dari UU No.23
Tahun 1997 lahir dalam bentuk UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. (verawaty marpaung, 2010)

Keluarnya Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(UUPPLH) No. 32 Tahun 2009 menggantikan Undang Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPLH) tahun 1997 yang dianggap belum bisa menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan
banyak mendapat apresiasi dan sebagai upaya yang serius dari pemerintah dalam menangani
masalah-masalah pengelolaan lingkungan.( Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010)13

II.2 Perbedaan Undang-Undang Lingkungan Hidup di Indonesia

Tabel 1. Perbandingan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia


Bahan UU No.32 Tahun 2009
No UU No. 4 Tahun 1982 UU No.23 tahun 1997
Perbandingan

17 Bab dengan 127


1 Isi 8 Bab dengan 24 pasal 11 Bab dengan 52 pasal
pasal

2 Asas Pengelolaan a) asas tanggung a) tanggung jawab


lingkungan hidup jawab negara, negara;
berasaskan pelestarian
kemampuan b) asas berkelanjutan, b) kelestarian dan
lingkungan yang dan keberlanjutan:
serasi dan seimbang c) asas manfaat c) keserasian dan
keseimbangan;
12
verawaty marpaung, 2010 dalam http://samalovernosasa.blogspot.com/2010/12/perbandingan-uu-no23- tahun-
1997- dengan.html?showComment=1392521282856#c987673997232835325)
13
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010: http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
6

  d) keterpaduan;
  e) manfaat;
  f) kehati-hatian;
  g) keadilan;
  h) ekoregion;
  i) keanekaragaman
hayati;
untuk menunjang   j) pencemar
pembangunan yang membayar;
berkesinambungan   k) partisipatif;
bagi peningkatan   l) kearifan lokal;
kesejahteraan   m) tata kelola
manusia.  pemerintahan yang
baik.
  n) otonomi daerah.
perlindungan dan
meliputi ruang, tempat
pengelolaan lingkungan
meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan
hidup, meliputi:
Negara Republik Republik Indonesia
Indonesia yang berWawasan a. perencanaan;
Ruang b. pemanfaatan;
3 melaksanakan Nusantara dalam
Lingkup c. pengendalian;
kedaulatan, hak melaksanakan
berdaulat, serta kedaulatan, hak d. pemeliharaan;
yuridiksinya. berdaulat, dan e. pengawasan; dan
yurisdiksinya. f. penegakan hukum.
4 Tujuan a) tercapainya mewujudkan a) melindungi wilayah
keselarasan pembangunan Negara Kesatuan
hubungan antar berkelanjutan yang Republik Indonesia
manusia dengan berwawasan lingkungan dari pencemaran
lingkungan hidup hidup dalam rangka dan/atau kerusakan
sebagi tujuan pembangunan manusia lingkungan hidup;
membangun Indonesia seutuhnya
manusia dan pembangunan
indonesia masyarakat Indonesia
seutuhnya. seluruhnya yang
b) terkendalinya beriman dan bertaqwa b) menjamin
pemnfaatan kepada Tuhan Yang keselamatan,
sumber daya Maha Esa. kesehatan, dan
secara bijaksana ; kehidupan manusia;
c) terwujudnya c) menjamin
manusia kelangsungan
indonesia kehidupan makhluk
sebagai pembina hidup dan kelestarian
lingkungan ekosistem;
hidup;
7

d) menjaga kelestarian
d) terlaksananya fungsi lingkungan
pembangunan hidup;
berwawasan
lingkungan untuk
kpentingan
generasi sekarang
dan mendatang;
e) terlindunginya e) mencapai keserasian,
negara terhadap keselarasan,
dampak kegiatan dankeseimbangan
diluar wilayah lingkungan hidup;
negara yang
mnyebabkan
kerusakan dan
pencemaran
lingkungan
f) menjamin
terpenuhinya
  keadilan generasi
masa kini dan
generasi masa depan;
g) menjamin
pemenuhan dan
perlindungan hak
atas lingkungan
hidup sebagai bagian
dari hak asasi
manusia;
h) mengendalikan
pemanfaatan sumber
 
daya alam secara
bijaksana;
i) mewujudkan
pembangunan
  berkelanjutan; dan
j) mengantisipasi isu
  lingkungan global.
Upaya
pengendalian Belum diatur secara Diatur dalam BAB V
5 Belum diatur
lingkungan jelas dan terpisah tentang pengendalian.
hidup
6 Instrumen ditetapkan dengan Diatur dengan peraturan a) KLHS
pencegahan peraturan perundang- pemerintah (pasal 14) b) Tata Ruang
pencemaran undangan (pasal 17) c) Baku Mutu
dan/atau Lingkungan
8

d) Kriteria Baku
Kerusakan
Lingkungan Hidup
e) AMDAL
f) UKL-UPL
g) Perizinan
h) Instrumen Ekonomi
Lingkungan
i) Peraturan
Perundang-
kerusakan
Undangan Berbasis
lingkungan
Lingkungan
hidup
j) Anggaran Berbasis
Lingkungan
k) Analisis Resiko
Lingkungan
l) Audit Lingkungan
m) Instrumen Lain
Sesuai
Perkembangan
IPTEK

Penambahan unsur Penambahan unsur


pelestarian lingkungan antara lain Rencana
hidup, pelestarian daya Perlindungan dan
dukung lingkungan Pengelolaan
hidup, daya tamping Lingkungan Hidup,
lingkungan hidup, Kajian Lingkungan
pelestarian daya Hidup Strategis, Upaya
Unsur-unsur Unsur pengelolaan tamping lingkungan pengelolaan
Pengelolaan lingkungan hidup hidup, kriteria baku Lingkungan Hidup dan
7
lingkungan tercantum dalam pasal kerusakan lingkungan Upaya Pemantauan
hidup. 1 ayat 1-14 hidup, limbah, bahan Lingkungan Hidup,
berbahaya dan beracun, Pencemaran
limbah bhan berbahaya Lingkungan Hidup,
dan beracun, sengketa Kerusakan Lingkungan
lingkungan, dan orang Hidup, Perubahan iklim,
Pngelolaan Limah
b3,  Dumping
(pembuangan), dll
Pendayaguna
an Tidak ada penetapan tidak ada penetapan Ada wilayah ekoregion
8
pendekatan wilayah ekoregion wilayah ekoregion
ekosistem
9 Denda Pidana Denda paling banyak Denda paling banyak Denda paling banyak
9

sebesar Rp Rp 15. 000.000.000,00


Rp. 100.000.000,- 750.000.000,00 (tujuh (lima belas milyar
(seratus juta rupiah) ratus lima puluh juta rupiah)
rupiah)
Tidak terlalu detail Pembagian tugas dan
Tidak disebutkan
dijelaskan pembagian kewenangan jelas dalam
dengan jelas tugas dan
Kewenangan kewenangan antara pasal 63-64 (bab IX ttg
wewenang antara
10 Pusat dan pusat dan daerah (bab Tugas dan wewenang
pemerintah pusat dan
daerah IV ttg Wewenang Pemerintah dan
daerah (bab v tentang
Pengelolaan Pemerintah Daerah).
kelembagaan)
Lingkungan Hidup)
Tidak dibahas sama Dalam ketentuan umum Tidak di jelaskan
Pelestarian
sekali ttg pelestarian di jelaskan mengenai mengenai pelestarian
daya dukung
daya dukung dan daya pelestarian daya dukung daya dukung dan daya
11 dan Daya
tamping lingkungan, dan daya tampung tampung lingkungan.
tampung
hanya pengertian daya lingkungan.
Lingkungan
dukung lingkungan.
Analisis mengenai  Analisis mengenai Analisis mengenai
dampak lingkungan dampak lingkungan dampak lingkungan
adalah hasil studi hidup adalah kajian hidup, yang selanjutnya
mengenai dampak mengenai dampak besar disebut Amdal, adalah
sesuatu kegiatan yang dan penting suatu usaha kajian mengenai
direncanakan terhadap dan/atau kegiatan yang dampak penting suatu
Pengertian lingkungan hidup, direncanakan pada usaha dan/atau kegiatan
12
AMDAL yang diperlukan bagi lingkungan hidup yang yang direncanakan pada
proses pengambilan diperlukan bagi proses lingkungan hidup yang
keputusan pengambilan keputusan diperlukan bagi proses
tentang pengambilan keputusan
penyelenggaraan usaha tentang
dan/atau kegiatan; penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
13 Kajian Tidak ada Tidak ada. Kajian lingkungan
Lingkungan hidup strategis, yang
Hidup selanjutnya disingkat
Strategis KLHS,adalah rangkaian
analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan
partisipatif untuk
memastikan bahwa
prinsip pembangunan
berkelanjutan telah
menjadi dasar dan
terintegrasi dalam
pembangunan suatu
wilayah dan/atau
kebijakan, rencana,
10

dan/atau program.
Upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan
upaya pemantauan
lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut
Upaya
UKL-UPL, adalah
pengelolaan
pengelolaan dan
lingkungan
pemantauan terhadap
hidup dan
14 Tidak ada Tidak ada. usaha dan/atau kegiatan
upaya
yang tidak berdampak
pemantauan
penting terhadap
lingkungan
lingkungan hidup yang
hidup
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
Pencemaran Pencemaran lingkungan Pencemaran lingkungan
lingkungan adalah hidup adalah masuknya hidup adalah masuk
masuknya atau atau dimasukkannya atau dimasukkannya
dimasukannya makhluk hidup, zat, makhluk hidup, zat,
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau energi, dan/atau
energi dan atau komponen lain ke komponen lain ke dalam
komponen lain ke dalam lingkungan hidup lingkungan hidup oleh
dalam lingkungan dan oleh kegiatan manusia kegiatan manusia
Pengertian
atau berubahnya sehingga kualitasnya sehingga melampaui
15 Pencemaran
tatanan lingkungan turun sampai ke tingkat baku mutu lingkungan
Lingkungan
oleh kegiatan manusia tertentu yang hidup yang telah
atau oleh proses alam, menyebabkan ditetapkan.
sehingga kualitas lingkungan hidup tidak
lingkungan menjadi dapat berfungsi sesuai
kurang atau tidak dengan peruntukannya;
berfungsi lagi sesuai
dengan
peruntukannya.
Audit lingkungan hidup Audit lingkungan hidup
adalah suatu proses adalah evaluasi yang
evaluasi yang dilakukan dilakukan untuk menilai
Pengertian oleh penanggung jawab ketaatan penanggung
Audit usaha dan/atau kegiatan jawab usaha dan/atau
16 Tidak ada kegiatan terhadap
Lingkungan untuk menilai tingkat
Hidup ketaatan terhadap persyaratan hukum dan
persyaratan hukum yang kebijakan yang
berlaku dan/atau ditetapkan oleh
kebijaksanaan dan pemerintah. Pemerintah
11

mendorong penanggung
jawab usaha dan/atau
standar yang ditetapkan kegiatan untuk
oleh penanggung jawab melakukan audit
usaha dan/atau kegiatan lingkungan hidup dalam
yang rangka meningkatkan
bersangkutan;Tidak ada kinerja lingkungan
ketentuan khusus hidup. Pelaksanaan
terhadap perusahaan audit lingkungan hidup
yang melakukan usaha terhadap kegiatan
berresiko tinggi. tertentu yang berisiko
tinggi dilakukan secara
berkala.

Baku mutu Baku mutu lingkungan Baku mutu lingkungan


lingkungan adalah hidup adalah ukuran hidup adalah ukuran
batas atau kadar batas atau kadar batas atau kadar
makhluk hidup, zat, makhluk hidup, zat, makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen energi, atau komponen energi, atau komponen
yang ada atau harus yang ada atau harus ada yang ada atau harus ada
Baku mutu ada dan atau unsur dan/atau unsur dan/atau unsur
17 lingkungan pencemar yang pencemar yang pencemar yang
hidup ditenggang adanya ditenggang ditenggang
dalam suatu sumber keberadaannya dalam keberadaannya dalam
daya tertentu sebagai suatu sumber daya suatu sumber daya
unsur lingkungan tertentu sebagai unsur tertentu sebagai unsur
hidup lingkungan hidup lingkungan hidup.
 
 
   
18 Analisis Tidak ada Tidak ada. Setiap usaha dan/atau
Risiko kegiatan yang
Lingkungan berpotensi
Hidup menimbulkan dampak
penting terhadap
lingkungan hidup,
ancaman terhadap
ekosistem dan
kehidupan, dan/atau
kesehatan dan
keselamatan manusia
wajib melakukan
analisis risiko
lingkungan hidup.
meliputi:
12

a.    pengkajian risiko;
b.    pengelolaan risiko;
dan/atau
c.    komunikasi risiko.
Setiap orang yang
melakukan pencemaran
dan/atau perusakan
lingkungan hidup wajib
melakukan pemulihan
fungsi lingkungan
Kewajiban hidup. dilakukan dengan
orang yang tahapan:
melakukan a. penghentian sumber
pencemaran pencemaran dan
19 Tidak Ada Tidak ada pembersihan unsur
dan/atau
perusakan pencemar;
lingkungan b. remediasi;
hidup c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai
dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi.
Pemeliharaan
lingkungan hidup
dilakukan melalui
upaya:
Pemeliharaan a. konservasi sumber
20 lingkungan Tidak ada Tidak ada. daya alam;
hidup b. pencadangan sumber
daya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi
atmosfe.
21 Bahan Tidak ada 1. Setiap penanggung 1. Setiap orang yang
Berbahaya jawab usaha memasukkan ke dalam
dan Beracun dan/atau kegiatan wilayah Negara
(B3) wajib melakukan Kesatuan Republik
pengelolaan bahan Indonesia,
berbahaya dan menghasilkan,
beracun. mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan,
memanfaatkan,
membuang, mengolah,
13

dan/atau menimbun B3
wajib melakukan
pengelolaan B3.
2. Pengelolaan bahan 2. Dalam hal B3
berbahaya dan sebagaimana dimaksud
beracun meliputi dalam Pasal 58 ayat (1)
menghasilkan, telah kedaluwarsa,
mengangkut, pengelolaannya
mengedarkan, mengikuti ketentuan
menyimpan, pengelolaan limbah B3.
menggunakan
dan/atau membuang.
3. Ketentuan mengenai 3 Dalam hal setiap
pengelolaan bahan orang tidak mampu
berbahaya dan melakukan sendiri
beracun diatur lebih pengelolaan limbah B3,
lanjut dengan pengelolaannya
Peraturan diserahkan kepada
Pemerintah. pihak lain.
Pemerintah dan
pemerintah daerah
mengembangkan sistem
informasi lingkungan
hidup untuk mendukung
Sistem pelaksanaan dan
22 Tidak diatur Tidak diatur.
informasi pengembangan
kebijakan perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup.serta
wajib di publikasikan
kepada masyarakat.
Peran masyarakat dapat
Peran serta masyarakat:
berupa:
a. meningkatkan a. pengawasan sosial;
kemandirian,
keberdayaan
masyarakat, dan
kemitraan;
Peran serta b. menumbuhkembangk b. pemberian saran,
23 Tidak Diatur
masyarakat an kemampuan dan pendapat, usul,
kepeloporan keberatan, pengaduan;
masyarakat; dan/atau
c. menumbuhkan c. penyampaian
ketanggapsegeraan informasi dan/atau
masyarakat untuk laporan.
melakukan pengawasan
14

sosial;
d.memberikan saran
pendapat;
e. menyampaikan
informasi dan/atau
menyampaikan laporan.
Kepala Daerah dapat Kepala daerah
mengajukan usul untuk berwenang untuk
Kewenangan
mencabut izin usaha mencabut izin usaha
24 Kepala Tidak ada
dan/atau kegiatan dan/ atau kegiatan.
Daerah
kepada pejabat yang
berwenang.
Instansi pemerintah dan
pemerintah daerah yang
bertanggung jawab di
bidang lingkungan
hidup berwenang
mengajukan gugatan
Hak gugat
ganti rugi dan tindakan
pemerintah
tertentu terhadap usaha
25 dan Tidak di atur Tidak di atur
dan/atau kegiatan yang
pemerintah
menyebabkan
daerah.
pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan
hidup yang
mengakibatkan kerugian
lingkungan hidup. (psl
90)
Dalam rangka
penegakan hukum
terhadap pelaku tindak
pidana lingkungan
hidup, dapat dilakukan
penyidik
26 Tidak di atur Tidak di atur penegakan hukum
terpadu
terpadu antara penyidik
pegawai negeri sipil,
kepolisian, dan
kejaksaan di bawah
koordinasi Menteri.
Alat bukti yang sah
dalam tuntutan tindak
pidana lingkungan
27 Alat bukti. Tidak diatur Tidak di atur hidup terdiri atas:
a) keterangan saksi;
b) keterangan ahli;
15

c) surat;
d) petunjuk;
e) keterangan terdakwa;
dan/atau
f) alat bukti lain,
termasuk alat bukti
yang diatur dalam
peraturan perundang-
undangan
sumber : (Debby, 2013 dalam http://yessysca.blogspot.com/2013/02/perbandingan-uu-no-4-tahun-
1982-uu-no_23.html)

III. PEMBAHASAN

III.1 Analisis identifikasi poin-poin perubahan undang-undang pengelolaan lingkungan di


Indonesia

Sejak merdeka para pendiri bangsa ini telah memikirkan pentingnya pemanfaatan
lingkungan secara lestari dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) telah
diatur dalam pasal 33 ayat (3), yaitu :” Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Kemakmuran berarti harus dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang

akan datang. (Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010)14

Di dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, juga ditekankan bahwa pembangunan


ekonomi nasional harus selaras dengan masalah sosial dan lingkungan. Hal ini tertuang dalam
pasal 33 ayat(4) yaitu“ Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional”. (Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010)15

14
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
15
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
16

Penyempurnaan terhadap UU No.23 Tahun 1997 yang diatur dalam UU No.32 Tahun
2009  diperjelas pada  Penjelasan UU No.32 Tahun 2009   point ke-8 yaitu bahwa UU No.32
Tahun 2009 juga mengatur :

a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;


b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang,
baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal,
upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup,
perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang- undangan
berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko
lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;
g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan global;
h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi, dan
akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
lebih efektif dan responsif; dan
k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai
negeri sipil lingkungan hidup
(sumber: verawaty marpaung, 2010)16

III.2 Analisis kendala dari penerapan perubahan undang-undang terkait dengan


pengelolaan lingkungan di Indonesia

16
verawaty marpaung, 2010 dalam http://samalovernosasa.blogspot.com/2010/12/perbandingan-uu-no23- tahun-
1997- dengan.html?showComment=1392521282856#c987673997232835325
17

Walaupun UU PPLH merupakan penyempurna dari UU 23 tahun 1997, namun bukan


berarti dalam penerapannya tidak menemui kendala. Henry Bastaman (Deputi Bidang
Peningkatan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH) mengatakan bahwa
UU PPLH ini layaknya seperti pesawat Airbus A380 yang super canggih dimana mampu
menerbangkan ratusan penumpang sekali terbang, namun secanggih apapun pesawatnya namun
apabila tidak didukung oleh sarana dan prasarana seperti pilot yang kompeten, ground staf dan
mekanik, bandara yang sesuai, dan lain sebagainnya, maka manfaat dari pesawat tersebut akan
hilang.

Bila dicermati lebih jauh, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dalam UUPPLH
tersebut, seperti dalam pasal 26 ayat (2) bahwa” pelibatan masyarakat harus dilakukan
berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan
sebelum kegiatan dilaksanakan”. Dalam pasal ini, tidak diikuti penjelasan seperti apa dan
bagaimana bentuk informasi secara lengkap tersebut dan upaya hukum apa yang dapat dilakukan
bila hal tersebut tidak dilakukan, begitupula dalam ayat (4) “masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal” juga tidak di ikuti
penjelasan sehingga dapat menimbulkan kerancuan dalam hal yang seperti apa masyarakat
menolak dokumen tersebut, sehingga justru mereduksi hak-hak masyarakat dalam proses awal
pembangunan.( Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010).17

Padahal tingkat pengetahuan masyarakat dalam memahami undang-undang sangat


kurang, seperti yang dikatakan Tasdyanto Rohadi (Ketua Umum Ikatan Ahli Lingkungan Hidup
Indonesia), survei terhadap tingkat pemahaman UU 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang sudah berlaku lebih dari 10 tahun menunjukkan 15 % masyarakat
sebuah kota memahami UU tersebut dengan baik. Sebagian besar lagi, yaitu 25 % mengetahui
judul tanpa mengetahui substansi pengaturan dengan baik. Yang menyedihkan adalah, sisanya,
60 % masyarakat kota tersebut tidak mengetahui judul dan substansi pengaturan dengan baik,
dan hal ini menunjukkan bahwa cara menyelenggarakan kebijakan kepada masing-masing
segmen tersebut membutuhkan cara dan strategi yang berbeda. UUPPLH yang sangat bernuansa
ilmiah dan akademis hanya akan mampu dipahami oleh komunitas rasional. Hanya sayangnya

17
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
18

komunitas rasional di perkotaan tidak lebih dari 30 %, bahkan di desa-desa, komunitas rasional
tidak melebihi dari 5 %. (AgusAdianto,2009)18

Selain itu, dari ketigabelas instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup yang termuat dalam pasal 14 UU no. 32 Tahun 2009 tersebut, diperkenalkan
instrumen baru yang tidak terdapat dalam UUPLH sebelumnya, yaitu Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) yang wajib dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk
memastikan terintegrasinya prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program (pasal 15 ayat 1 UU no. 32 tahun 2009).
Namun demikian, tidak seperti halnya analisa dampak lingkungan (AMDAL) yang disertai
sanksi berat pelanggarannya, UUPPLH ini tidak mencantumkan sanksi apapun bagi pemerintah
atau pemerintah daerah yang tidak melakukannya (Anonime,2009)19.

Selain itu dalam pasal 46, berbunyi “Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah mengalami
pencemaran dan/atau kerusakan pada saat undang-undang ini ditetapkan, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pemulihan lingkungan hidup”.
Ketentuan ini akan sangat merugikan karena pencemarnya tidak diungkit sama sekali, dan
anehnya di penjelasannya juga tertulis “cukup jelas”, padahal ketentuan dalam pasal ini bisa
melepaskan pencemarnya begitu saja dan pemulihan justru dibebankan kepada pemerintah.
(AgusAdianto,2009)20

Selain beberapa permasalahan dalam UUPPLH diatas, masih banyak hal-hal yang
berpengaruh dalam penegakan hukum lingkungan, ketentuan hukum (Undang-Undang) memang
sangat penting dan berperang dalam hal ini, tetapi faktor-faktor lain seperti kesadaran
masyarakat tidak bisa dinafikan. Posisi dan peranan aturan tersebut hanyalah sebagai sarana
penunjang belaka, sebagai sarana penunjang maka keampuhan dan kedayagunaannya akan selalu
tergantung kepada siapa dan dengan cara bagaimana digunakannya. Betapa pun ampuh dan

18
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).

19
Anonime,2009:http://www.duniaesai.com/direktori/esai/42-lingkungan/231- waspadai-pelaksanaan-uu-pplh-
no-32-tahun-2009.html)
20
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).
19

sempurnanya sarana, namun jika yang menggunakannya tidak memiliki keterampilan dan
kemahiran sudah pasti keampuhan dan kesempurnaan daripada sarana tersebut tidak akan
terwujud.

IV KESIMPULAN

1.Kebutuhan perubahan undang-undang banyak disebabkan oleh tuntunan untuk merespon krisis
yang terjadi dari waktu ke waktu, adapun poin-poin yang dikuatkan dalam undang-undang PPLH
tertuang dalam penjelasan UU no 32 Tahun 2009 di poin ke-8.

2. Kendala dalam penerapan perubahan UU terkait lingkungan bukan hanya diakibatkan oleh ada
atau tidak adanya celah pada UU tersebut (seperti peraturan pendukung undang-undang),
melainkan tergantung pada siapa dan dengan cara bagaimana UU tersebut digunakan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Pradieta , 2011 : http://pradieta-pelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-


lingkungan-lingkungan-hidup.htm
Aries Setiawan, 2012: http://www.imahagiregion3.org/2012/10/eksploitasi-sumberdaya-alam-dalam-
kaca.html -
Sunarso, Siswanto. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strateg Penyelesaian Sengketa.
Rineka Cipta. Jakarta
Erwina Liza, 2006, Analisis Perubahan Undang Undang dan Supremasi Hukum, USU, Hal 16
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-
pengelolaan-lingkungan-hidupoling
Verawaty marpaung, 2010 dalam http://samalovernosasa.blogspot.com/2010/12/perbandingan-uu-
no23- tahun-1997- dengan.html?showComment=1392521282856#c987673997232835325
Debby, 2013 dalam http://yessysca.blogspot.com/2013/02/perbandingan-uu-no-4-tahun-1982-uu-
no_23.html
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).
Anonime,2009:http://www.duniaesai.com/direktori/esai/42-lingkungan/231- waspadai-pelaksanaan-
uu-pplh-no-32-tahun-2009.html
Undang Undang No 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Undang Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
20

Undang Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai