Oleh :
Wahyu Ardiansyah NIM.11010111150008
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
berdasarkan
prinsip
kehati-hatian,
demokrasi
lingkungan,
lingkungan.
R.M Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta :Sinar Grafika, 1996)
,halaman 189 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita, Peranan Amdal dalam Penegakan
Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia
Tenggara, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas,
2007), halaman 1.
4
Ibid, halaman 2.
5
Arindra CK, Melindungi Lingkungan Selamatkan Pembangunan. Dikutip dari situs www.
Pikiran-rakyat.com/cetak/06-4/05/index.htm, terakhir dikunjungi 12 Oktober 2012.
6
Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, (Jakarta : PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), halaman 7 sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,
Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan Perbandingannya
dengan Beberapa Negara Asia Tenggara, (Tesis Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 2.
tersebut, sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan dan perilaku manusia itu
sendiri yang tidak berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu diupayakan suatu
bentuk pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan
berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.7
Sedangkan
pembangunan
berkelanjutan
(Sustainable
Development)
10
lingkungan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
yang
10
lingkungan berfungsi sebagai sarana penindakan hukum bagi perbuatanperbuatan yang merusak atau mencemari lingkungan hidup dan sumber daya
alam.11 Tegasnya, hukum lingkungan harus mampu berperan sebagai sarana
pengaman bagi terlanjutkannya pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Dari sudut pandang hukum, banyak orang bertanya : Indonesia telah
memiliki perangkat hukum dalam pengelolaan lingkungan tetapi mengapa
hukum tersebut tidak dapat mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Apakah hukum lingkungan di Indonesia telah efektif ditegakkan ataukah
malah sebaliknya tidak efektif dan cenderung hanya menjadi bahan diskusi
dalam seminar-seminar lingkungan hidup. Lantas, dimana sebenarnya peran
hukum dalam menciptakan keadilan ditengah-tengah masyarakat?. Mengapa
kasus-kasus tersebut tidak pernah berhasil menyeret para pelaku perusakan
lingkungan kedalam penjara?. Apakah hukum kita yang tidak mampu
menjangkaunya ataukah kemauan dari aparat penegak hukum itu sendiri yang
tidak ada atau kemampuan sumber daya manusianya yang tidak mampu12.
Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mendasari kebijaksanaan lingkungan di
Indonesia. Instrument kebijaksanaan lingkungan perlu ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan lingkungan demi kepastian hukum dan
mencerminkan arti penting hukum bagi penyelesaian masalah lingkungan.
Instrument hukum kebijaksanaan lingkungan ditetapkan oleh pemerintah
melalui berbagai sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya
pemulihan, sampai tahap normal kualitas lingkungan.
Oleh karena semakin mendesaknya permasalahan lingkungan hidup di
Indonesia, bagaimanakah implementasi Undang-Undang nomor 32 tahun
2009 sebagai dasar hukum pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup
di Indonesia, untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis merasa perlu
untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah
yang
11
berbentuk
makalah
dengan
judul
PENEGAKAN
HUKUM
apa saja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.
Menurut Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan
(ekologi) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut: Lingkungan
adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita
tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.16
4.
13
Sartika siahaan, Upaya dan Strategi Pengelolaan lingkungan Hidup, Dikutip dari situs
http://sartika-siahaan.blogspot.com/2012_02_01_archive.html, terakhir dikunjungi 12 Oktober
2012.
14
Michael Allaby, Dictionary of the Environment,(London : The Mac Milian Press, Ltd, 1979)
sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Lingkungan,(Jakarta:
Erlangga,2004), halaman 4.
15
S.J. McNaughton dan Larry 1_. Wolf, General Ecology Second Edition, (Saunders College
Publishing, 1973) sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, ibid.
16
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenal Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
2001 sebagaimana dikutip oleh N.H.T. Siahaan, ibid..
17
St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, (Binacipta, 1980). sebagaimana
dikutip oleh N.H.T. Siahaan, ibid..
18
N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Lingkungan,(Jakarta: Erlangga,2004),
halaman 5.
19
Ibid, halaman 3.
bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya. Manusia makan dari tumbuhtumbuhan yang menghasilkan biji-bijian atau buah-buahan. Manusia makan
daging dari hewan yang juga merupakan bagian dari lingkungan. Kemudian
manusia juga memanfaatkan bagian-bagian dari lingkungan hidup seperti
hewan, tumbuhan, air, udara, sinar matahari untuk keperluan hidupnya.
Tetapi tidak hanya manusia,makhluk hidup lain seperti hewan dan binatang
juga bisa hidup karena lingkungan hidupnya. Burung mencari sumber
makanannya dari yang tersedia di lingkungannnya,yakni cacing, air, dan bijibijian. Cacing bisa hidup dan berkembang biak dari tanah dan binatangbinatang yang lebih kecil dan dari daun-daunan atau binatang yang
membusuk.Tumbuh-tumbuhan dapat hidup karena air, udara, humus, zat-zat
hara dan sebagainya.
Dengan demikian dapat kita pahami,bahwa manusia dan makhluk hidup
lainnya, tidak bisa hidup dalam kesendirian. Bagian-bagian atau komponenkomponen lain, mutlak harus ada untuk mendampingi dan meneruskan atau
ekstensinya.
D. Hubungan Timbal Balik dalam Lingkungan Hidup
Seperti telah disinggung sebelumnya, salah satu unsur penting dalam
lingkungan hidup adalah adanya interaksi (unsur mempengaruhi) dan unsur
ini disebut sebagai unsur yang mekanistis. Disebut demikian, karena melalui
unsur itulah terjalin proses saling mempengaruhi antara komponen-komponen
lingkungan.
Proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya disebut dengan
ekosistem. Proses interaksi yang berwujud ekosistem tidak hanya terjadi
antara manusia dengan lingkungannnya,namun juga antara makhluk-makhluk
lain.contoh manusia bernafas.Pernafasan menghasilkan CO2 dan H2O yang
kemudian digunakan tumbuhan untuk fotosintesis. Tumbuhan dimakan
kambing.selanjutnya daging kambing dimakan oleh manusia. Melalui contoh
ini terlihat proses pendauran (recycling) yakni perputaran zat atau materi
melalui proses interaksi.
20
21
Ibid, halaman 8.
Ferli,Hidayat, Penerapan UU nomor 32 Tahun 2009 Dalam Penyelesaian Sengketa Hukum.
Dikutip dari situs http://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/113/, terakhir dikunjungi 13
Oktober 2012.
22
BAB III
PEMBAHASAN
25
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), halaman 48
sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita, Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan
Di Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara, (Tesis Sarjana
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 56-57.
26
Ibid, hal 49.
27
Kementerrian Lingkungan Hidup, Op.cit., halaman 44.
hak gugat organisasi lingkungan, ataupun hak gugat pemerintah. Melalui cara
tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera juga akan
meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa
pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan
generasi masa kini dan masa depan.28
B. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Hukum Administrasi
Pengutamaan penegakan hukum melalui sarana hukum administrasi
terutama berpijak pada beberapa alasan utama:29
1. Berfungsi sebagai sarana pengendalian, pencegahan dan penanggulangan
perbuatan yang dilarang.
2. Instrumen yuridis hukum administrasi yang bersifat preventif dan berfungsi
untuk mengakhiri atau menghentikan pelanggaran lingkungan.
3. Bersifat reparatoir (memulihkan pada keadaan semula).
4. Sanksi administrasi tidak perlu melalui proses pengadilan yang memakan
waktu lama dan bertele-tele.
5. Sebagai sarana penecagahan dapat lebih efisien dari sudut pembiayaan dan
waktu penyelesaian dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata.
6. Biaya penegakan hukum administrasi yang meliputi biaya pengawasan di
lapangan dan pengujian laboratorium lebih murah dibandingkan biaya
penumpulan bukti, investigasi lapangan, dan biaya saksi ahli untuk
membuktikan aspek kausalitas (hubungan sebab akibat) dalam kasus pidana
dan perdata.
Penegakan hukum administrasi merupakan garda terdepan dalam
penegakan hukum lingkungan (primum remedium). Jika sanksi administrasi
dinilai tidak efektif, barulah dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata
pamungkas (ultimum remedium).Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum
28
29
Loc.cit.
Rosa Vivien Ratnawati, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan Hidup,
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup:Jakarta,2009), hlm. 2-3 sebagaimana dikutip oleh
Kartono, Penegakan Hukum Lingkungan Administratif Dalam Undang-Undang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.(Jurnal Dinamika Hukum Vol.9, 3 September
1999),halaman 249.
pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai
apabila :
1. Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah
menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut,
namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau;
2. Antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat
yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan
penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan
dalam bentuk musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun
upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui
pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat
digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup.30
Berdasarkan jenisnya ada beberapa jenis sanksi administratif yaitu :31
1. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan)
Diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha
guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum
administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan
oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang.
2.Penarikan kembali keputusan dan/atauketetapan yang menguntungkan (izin
pembayaran, subsidi dan lain-lain).
Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu
perlu didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini tidak
termasuk apabila keputusan dan/atau ketetapan tersebut berlaku untuk waktu
yang tidak tertentu dan menurut sifanya dapat diakhiri atau diatrik kembali
(izin, subsidi berkala).
Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum lingkungan
dapat bersifat preventif dan represif. Bersifat preventif yaitu berkaitan dengan
izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan
30
31
dapat juga berupa pemberian penerangan dan nasihat. Sedangkan sifat represif
berupa sanksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku
atau penanggung jawab kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya
pelanggaran.32
Penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif berawal dari
proses pengawasan terhadap pelaku kegiatan dalam pemberian izin lingkungan
sebagimana diatur dalam pasal 71, 72, 73, 74 dan 75 Undang-undang nomor 32
tahun 2009. Sedangkan penegakan hukum yang bersifat represif berhubungan
dengan sanksi administrasi yang harus diberikan terhadap pencemaran yang
diatur dalam pasal 76 sampai pasal 83 Undang-undang nomor 32 tahun 2009.
Dalam prakteknya, penegakan hukum administrasi yang bersifat
preventif dimulai dari proses perizinan. Sebelum memperoleh izin, setiap
kegiatan usaha wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Ijin
tersebut diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini pejabat Bapeda
atau Bapedalda. Di dalam izin tercantum rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan seperti syarat mutu limbah yang dapat dibuang dan sebagainya.
Pejabat penerbit izin sebelum menerbitkan izin wajib memperhatikan : rencana
tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomendasi dari pejabat
yang berwenang serta berkaitan dengan usaha tersebut. Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah keputusan pemberian izin tersebut wajib diumumkan
sehingga memungkinkan peran masyarakat yang belum menggunakan
kesempatan dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam
proses pengambilan keputusan izin.33
Pelanggaran tertentu terhadap lingkungan hidup dapat dijatuhi sanksi
berupa : teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, dan
pencabutan izin lingkungan.34 Pemberian sanksi yang berbeda-beda itu
disebabkan karena bobot pelanggaran peraturan lingkungan hidup bisa
32
33
35
36
melakukan
tindakan
tertentu,
hakim
dapat
menetapkan
perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh usaha dan atau kegiatan
yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun.
Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan
dan/atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah
lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat.Jika diketahui
bahwa masyarakat menderita karena akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perikehidupan
pokok masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang lingkungan hidup dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat.
Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan pola kemitraan, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Hak mengajukan gugatan tersebut terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil. Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan
apabila memenuhi persyaratan: berbentuk badan hukum atau yayasan; dalam
anggaran dasar organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan
dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; telah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan anggaran dasarnya.
Tata cara pengajuan gugatan dalam masalah lingkungan hidup oleh
orang, masyarakat, dan/atau organisasi lingkungan hidup mengacu pada
Hukum Acara Perdata yang berlaku.
D. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Hukum Pidana
Penegakan hukum dari sisi hukum pidana mempunyai 2 fungsi, yaitu :37
a.
Fungsi Umum
Oleh karena hukum pidana merupakan sebagaian dari keseluruhan
lapangan hukum,maka fungsi hukum pidana juga sama dengan fungsi
hukum
pada
umumnya,
ialah
mengatur
kemasyarakatan
37
atau
b.
Fungsi Khusus
Fungsi khusus ialah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan
yang hendak memperkosanya,dengan sanksi yang berupa pidana yang
sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada
cabang hukum lainnya. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana ini
membedakannya dari lapangan hukum lainnya.Hukum pidana sengaja
mengenakan penderitaan dalam mempertahankan norma-norma yang
diakui dalam hukum.Inilah sebabnya mengapa hukum pidana harus
dianggpa sebagai ultimatum remedium yakni obat terakhir apabila sanksi
atau upayaupaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan atau
dianggap tidak mempan.
Sedangkan dalam rancangan KUHP, tujuan pemidanaan bertujuan :38
a) Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma
hukum demi pengayoman masyarakat;
b) Memasyarakatkan
terpidana
dengan
mengadakan
pembinaan
konflik
yang
ditimbulkan
oelh
tindak
38
2.
3.
meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan
peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
4.
5.
6.
7.
8.
menghentikan penyidikan;
9.
2.
3.
4.
Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil
disampaikan kepada penuntut umum.
b. Pembuktian
Dalam pasal 96 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,disebutkan
bahwa alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana lingkungan hidup
terdiri atas:
a.
keterangan saksi;
b.
keterangan ahli;
c.
surat;
d.
petunjuk;
e.
f.
alat bukti lain, termasuk alat bukti yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
c. Ketentuan pidana
Berikut ini adalah tindak pidana yang merupakan kejahatan di dalam
hukum lingkungan sebagaimana diatur dalam pasal 98 sampai dengan pasal
115 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yaitu:
1.
(tiga
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
Apabila
perbuatan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
(empat
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
Apabila
perbuatan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
Apabila
perbuatan
sebagaimana
dimaksud
pada
angka
lama
Rp2.000.000.000,00
(enam)
(dua
tahun
miliar
dan
rupiah)
denda
paling
sedikit
dan
paling
banyak
Apabila
perbuatan
sebagaimana
dimaksud
pada
angka
Apabila
perbuatan
sebagaimana
dimaksud
pada
angka
lama
Rp2.000.000.000,00
(enam)
(dua
tahun
miliar
dan
rupiah)
denda
paling
sedikit
dan
paling
banyak
Apabila
perbuatan
sebagaimana
dimaksud
pada
angka
peraturan
perundang-undangan
atau
izin
lingkungan
Rp1.000.000.000,00
(satu
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
paling
lama
Rp1.000.000.000,00
(tiga)
(satu
tahun
miliar
dan
rupiah)
denda
dan
paling
paling
sedikit
banyak
(tiga
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
(satu
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
terhadap
peraturan
perundang-undangan
dan
izin
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup
sebagaimana
penanggung
jawab
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
tidak
berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha,
sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam
tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan
secara sendiri atau bersama-sama.
Kemudian dalam pasal 117 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009
disebutkan bahwa jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau
pemimpin tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf
b undang-undang ini, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara
dan denda diperberat dengan sepertiga.
Terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh badan usaha, sanksi
pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang
berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional (Pasal 118
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009)
Dalam pasal 119 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 selain sanksi
pidana yang terdapat dalam undang-undang ini, terhadap badan usaha dapat
dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
Widia Edorita, Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia dan
Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara, (Tesis Sarjana Program Magister
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 54-55.
Ada lima faktor pada tingkat makro yang mempunyai pengaruh utama
terhadap keputusan penegakan hukum, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
2.
Faktor Undang-undang.
Merupakan kerangka normatif sebagai basis penegak hukum dalam
membuat keputusan dan juga merupakan aturan substantif untuk
menentukan apakah sudah terjadi pelanggaran dan aturan prosedural untuk
sanksi sebagai reaksi dari pelanggaran.
3.
b.
c.
Pelanggar
Status pelanggar mempengaruhi penegakan hukum lingkungan.
Semakin tinggi status pelanggar semakin besar tekanan pada
lembaga untuk tidak melakukan penegakan hukum. Besar kesalahan
yang diadukan oleh pengadu bisa dipengaruhi oleh pelanggar karena
ada interaksi antara pelanggar dengan penegak hukum.
e.
Lembaga Kembaran
Mempengaruhi penegakan hukum karena adanya interaksi dengan
lembaga lain yang berfungsi sebagai lembaga penegak hukum di
daerah lain.
f.
4.
b.
mempunyai
otoritas
untuk
membuat
keputusan
atas
Kepemimpinan
5.
6.
lingkungan
hidup
terbatas.
Ketiga, membuktikan
telah
terjadi
dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kedua, adanya
sanksi yang memadai (enforceability) bagi perusahaan yang membandel dalam
pengelolaan limbah sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika ada indikasi
tindak pidana, aparat penegak hukum dapat menindak tegas para
pelaku/penanggung jawab kegiatan seperti diatur dalam Pasal 94 sampai
dengan 120 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup.
Ketiga,
adanya
partisipasi
publik,
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.
Lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi semua manusia
namun di pihak lain adanya pembangunan yang diperlukan untuk
kemajuan hidup manusia menimbulkan efek samping yang bersifat negatif
terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk
melindungi lingkungan hidup tersebut. Salah satu cara untuk mewujudkan
hal tersebut adalah dengan membuat hukum mengenai perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Di Indonesia, salah satu instrumen dari
hukum perlindungan lingkungan hidup adalah Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b.
c.
d.
lainnya oleh karena itu tidak dapat diabaikan pengaruh satu faktor
terhadap faktor lainnya karena menimbulkan efek yang berantai terhadap
penegakan hukum lingkungan hidup.
e.
B. Saran
Pada hakikatnya manusia harus memiliki kesadaran yang tinggi dalam
menjalankan hukum lingkungan, baik itu mengenai pelestarian maupun
pengelolaannya. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki hubungan sosiologis
maupun biologis secara langsung dengan lingkungan hidup di mana dia bertempat
tinggal. Sebaik apapun hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan, bila
tidak ada kesadaran dari manusia sebagai pihak yang menerapkannya maka
perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup akan sia-sia. Namun
kesadaran dalam menegakkan hukum lingkungan masih dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan kesadaran hukum tersebut, baik dari
sisi mental manusianya maupun dari segi kebijakan. Sinergi keduanya penting,
karena kesadaran hukum itu ada yang tumbuh karena memang sesuai dengan nilai
yang dianutnya.
Selain itu kesadaran hukum juga dapat tumbuh karena takut dengan sanksi
yang dijatuhkan. Kesadaran yang semu inilah yang banyak dimiliki oleh
masyarakat kita. Lepas dari penyebab kesadaran hukum itu muncul, yang lebih
berbahaya adalah apabila kesadaran hukum itu telah ada namun kemudian
menurun bahkan hilang karena faktor eksternal, seperti penegakan hukum yang
tidak tegas dan tebang pilih. Hal ini akan menurunkan kesadaran hukum
masyarakat dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Jadi,
upaya menumbuhkan kesadaran hukum tidak cukup dengan menuntut masyarakat,
tetapi juga harus disertai dengan tauladan dan penegakan hukum.
Berkaitan dengan faktor-faktor kesadaran hukum sebagaimana disebutkan
diatas, untuk hukum lingkungan, ada beberapa masalah yang perlu dicermati,
yaitu:
tegas
oknum
pemerintah/aparat
yang
menyalahgunakan
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Arief , Barda Nawawi, Perkembangan Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia,
(Semarang: Badan Penerbit Undip,2010).
Asshiddiqie,Jimmly,2006,Pembangunan Hukum Dan Penegakan Hukum Di
Indonesia, Seminar Menyoal Moral Penegak Hukum dalam rangka
Lustrum XI Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 17 Februari 2006.
Edorita,Widia,Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia
dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara, Tesis
Sarjana Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas
(Padang,2006).
Kartono, Penegakan Hukum Lingkungan Administratif Dalam Undang-Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Dinamika Hukum
Vol,9, 3 September 1999,Halaman 250.
Kim, Soo Woong, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penegakan Lingkungan
Hidup, Tesis Sarjana Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro (Semarang:2009).
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011).
Ratnawati ,Rosa Vivien, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan
Hidup, (Jakarta:Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009).
Satjipto, Rahardjo, Ilmu Hukum, (Semarang:PT Citra Aditya Bakti, 2006).
Siahaan,N.H.T.,Hukum
Lingkungan
dan
Ekologi
Lingkungan,
Erlangga,2004).
Sudharto, Hukum Pidana I, (Semarang:Yayasan Sudarto,1990).
(Jakarta:
B. Internet
C.K.,Arindra,2006, Melindungi Lingkungan Selamatkan Pembangunan, dikutip
dari situs www. Pikiran-rakyat.com/cetak/06-4/05/index.htm, terakhir
dikunjungi 12 Oktober 2012.
Hidayat, Ferli, 2010, Penerapan UU nomor 32 Tahun 2009 Dalam Penyelesaian
Sengketa
Hukum,
dikutip
dari
http://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/113/, terakhir
situs
dikunjungi 13
Oktober 2012.
Kotijah ,Siti, 2011,Hukum Lingkungan dan Penegakannya Dalam UU No.32
Tahun 2009, dikutip dari situs http://www.sitikotijah.com/2011/07/hukumlingkungan-dan-penegakannya-dalam.html,
terakhir
diakses
pada
14
Oktober 2012.
Pankga,2012,Penegakan
Hukum
Lingkungan,
http://pangkga.blogspot.com/2012/03
dikutip
dari
situs
makalah-penegakan-hukum-
situs
http://rezacnc.blogspot.com/2011/04/penegakan-hukum-
dari
http://sartika-